Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

HIRSCHSPRUNG

Tugas ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak

Dosen Pengampu : Titis Sensussiana, M.Kep

Disusun Oleh :

Kelompok 1

1. Adinda Ayu Khoirunisa P16002


2. Anisa Dwi Kurniawati P16005
3. Desta Aprilia Mekarsari P16012
4. Dewi Maya Sari P16014
5. Putri Perbowo Mukti P16039
6. Wildan Aulia Ahmad P16051

PRODI D III KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2018

i
Kata Pengantar

Puji dan Syukur Penyusun Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penyusun dapat
menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang
penyakit “HIRSCHSPRUNG”.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan


hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Olehnya itu, penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini,
semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat penyusun harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
sekalian.

Surakarta , April 2018

Penyusun

ii
Contents
Daftar Isi
Halaman Judul ............................................................................................................................i
Kata Pengantar .......................................................................................................................... ii
Daftar isi ................................................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan......................................................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 6
A. Definisi........................................................................................................................................ 6
B. Penyebab ..................................................................................................................................... 6
C. Tanda dan Gejala ........................................................................................................................ 7
D. Patofisiologi ................................................................................................................................ 8
E. Pathway..................................................................................................................................... 10
F. Komplikasi ................................................................................................................................ 10
G. Pemeriksaan Penunjang ............................................................................................................ 10
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................................... 12
A. Kasus......................................................................................................................................... 12
B. Pengkajian................................................................................................................................. 12
C. Diagnosa ................................................................................................................................... 21
D. Prioritas Masalah ...................................................................................................................... 21
E. Intervensi .................................................................................................................................. 21
F. Implementasi ............................................................................................................................. 23
G. Evaluasi..................................................................................................................................... 27
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................. 30
A. Kesimpulan ............................................................................................................................... 30
B. Saran ......................................................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 31

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Hirschsprung merupakan penyakit yang terjadi pada usus, dan


paling sering pada usus besar (colon). Normalnya, otot pada usus secara ritmis
akan menekan feses hingga ke rectum. Pada penyakit Hirschsprung, saraf (sel
ganglion) yang berfungsi untuk mengontrol otot pada organ usus tidak
ditemukan. Hal ini mengakibatkan feses tidak dapat terdorong, seperti fungsi
fisiologis seharusnya (Henna N, et all, 2011).
Pada tahun 1886, Harold Hirschsprung menemukan penyakit ini untuk
pertama kalinya. Ia menyimpulkan bahwa penyakit Hirschsprung dapat
mengakibatkan nyeri abdomen dan konstipasi pada bayi atau anak-anak,
namun hal ini belum diketahui patofisiologinya secara pasti. Hingga tahun
1993, dimana Robertson dan Kermohan menyatakan bahwa megakolon yang
dijumpai pada kelainan ini disebabkan oleh gangguan peristaltik di bagian
distal akibat defisiensi sel ganglion pada organ usus (colon) (Hidayat M, et all
2009).
Penyakit Hirschsprung adalah penyebab obstruksi usus yang paling
sering dialami oleh neonatus. Demikian pula, kebanyakan kasus Hirschsprung
terdiagnosis pada bayi, walaupun beberapa kasus baru dapat terdiagnosis
hingga usia remaja atau dewasa muda. Terdapat kecenderungan bahwa
penyakit Hirschsprung dipengaruhi oleh riwayat atau latar belakang keluarga
dari ibu. Angka kejadian penyakit Hirschsprung, sekitar 1 di antara 4400
sampai 7000 kelahiran hidup, dengan rata-rata 1:5000 kelahiran hidup
(Lakshmi, 2008). Dengan mayoritas penderita adalah laki-laki dibandingkan
wanita dengan perbandingan 4:1.

Penyakit ini harus dicurigai apabila seorang bayi cukup bulan dengan
berat lahir ≥ 3kg yang terlambat mengeluarkan tinja, hal ini juga dapat dialami
oleh bayi yang lahir kurang bulan. Penyakit Hirschsprung dapat berkembang

4
menjadi buruk dan dapat mengancam jiwa pasien, apabila terjadinya
keterlambatan dalam mendiagnosis penyakit ini. Penegakan diagnosis dini
merupakan hal yang sangat penting, agar dapat lebih cepat merujuk pasien ke
dokter spesialis, sehingga pasien memperoleh penanganan yang lebih baik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari penyakit Hirschsprung ?
2. Apa penyebab dari penyakit Hirschprung ?
3. Apa saja tanda dan gejala dari penyakit Hirschprung ?
4. Bagaimana patofisiologi dari penyakit Hirschsprung ?
5. Bagaimana pathway dari penyakit Hirschsprung ?
6. Apa saja komplikasi yang bisa ditimbulkan dari penyakit Hirschsprung ?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari penyakit Hirschsprung ?
8. Bagaimana asuhan keperawatan dari penyakit Hirschsprung ?

C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan definisi dari penyakit Hirschsprung
2. Menjelaskan penyebab dari penyebab Hirschsprung
3. Menjelaskan tanda dan gejala dari penyakit Hirschsprung
4. Menjelaskan patofisiologi dari penyakit Hirschsprung
5. Menggambarkan pathway dari penyakit Hirschsprung
6. Menjelaskan komplikasi yang bisa ditimbulkan dari penyakit
Hirschsprung
7. Menjelaskan pemeriksaan penunjang dari penyakit Hirschsprung
8. Menjelaskan asuhan keperawatan yang diberikan kepada penderita
Hirschprung

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Hirschsprung (megakolon atau aganglionik kongenital) adalah anomali
kongenital yang mengakibatkan obstruksi mekanik karena ketidakadekuatan
motilitas sebagian usus (Sodikin, 2011). Penyakit Hirschsprung merupakan
ketiadaan (atau, jika ada, kecil) saraf ganglion parasimpatik pada pleksus
meinterikus kolon distal (Sodikin, 2011). Daerah yang terkena dikenal sebagai
segmen aganglionik.
Penyakit Hirschsprung atau Mega Kolon adalah kelainan bawaan
penyebab gangguan pasase usus tersering pada neonatus, dan kebanyakan
terjadi pada bayi aterm dengan berat lahir 3 Kg, lebih banyak laki – laki dari
pada perempuan. (Arief, 2008).
Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel –
sel ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid Colon. Dan ketidak
adaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak
adanya evakuasi usus spontan (Betz, dkk : 2010).

B. Penyebab
Penyebab penyakit Hirschsprung belum diketehui (Sodikin, 2011).
Kemungkinan terdapat keterlibatan faktor genetik. Anak laki-laki lebih
banyak terkena penyakit Hirschsprung dibandingkan anak perempuan (4:1)
(Sodikin, 2011).
Ada berbagai teori penyebab dari penyakit hirschsprung, dari berbagai
penyebab tersebut yang banyak dianut adalah teori karena kegagalan sel-sel
krista neuralis untuk bermigrasi ke dalam dinding suatu bagian saluran cerna
bagian bawah termasuk kolon dan rektum. Akibatnya tidak ada ganglion
parasimpatis (aganglion) di daerah tersebut. sehingga menyebabkan peristaltik
usus menghilang sehingga profulsi feses dalam lumen terlambat serta dapat
menimbulkan terjadinya distensi dan penebalan dinding kolon di bagian

6
proksimal sehingga timbul gejala obstruktif usus akut, atau kronis tergantung
panjang usus yang mengalami aganglion.

C. Tanda dan Gejala


Penyakit Hirschprung harus dicurigai bila seorang bayi cukup bulan
terlambat mengeluarkan feses. Beberapa bayi akan mengeluarkan mekonium
secara normal, tetapi selanjutnya memperlihatkan riwayat konstipasi kronis.
Obstipasi (sembelit) merupakan tanda utama dan pada bayi baru lahir dapat
merupakan gejala obstruksi akut. Pada neonatus, kemungkinan ada riwayat
keterlambatan keluarnya mekonium selama 3 hari atau bahkan lebih. Mungkin
terdapat obstruksi rektum dengan distensi abdomen progresif dan muntah.
Sementara itu, pada anak yang lebih besar kadang-kadang ditemukan keluhan
adanya diare atau enterokolitis kronik lebih menonjol daripada tanda-tanda
obstipasi (sembelit)
Masa diare yang berganti-ganti dengan konstipasi merupakan hal yang
tidak lazim. Jika disertai komplikasi enterokolistik, anak akan mengeluarkan
feses besar, mengandung darah, dan sangat berbau. Terdapat peristaltik dan
bising usus yang nyata.

Dibawah ini merupakan beberapa tanda hirschsprung (Kessman, 2008;


Lakhsmi, 2008) :
1. Anemia dan tanda-tanda malnutrisi
2. Perut membuncit (abdomen distention) mungkin karena retensi kotoran.
3. Terlihat gelombang peristaltic pada dinding abdomen
4. Pemeriksaan rectal touche (colok dubur) menunjukkan sfingter anal yang
padat/ketat, dan biasanya feses akan langsung menyemprot keluar dengan
bau feses dan gas yang busuk.
5. Tanda-tanda edema, bercak-bercak kemerahan khususnya di sekitar
umbilicus, punggung dan di sekitar genitalia ditemukan bila telah terdapat
komplikasi peritonitis

Berdasarkan usia penderita gejala penyakit Hirschsprung dapat dibedakan


menjadi 2, yaitu:

7
1. Periode neonatus
Ada trias gejala klinis yang sering dijumpai, yakni pengeluaran mekonium
yang terlambat, muntah bilious (hijau) dan distensi abdomen. Terdapat 90%
lebih kasus bayi dengan penyakit Hirchsprung tidak dapat mengeluarkan
mekonium pada 24 jam pertama, kebanyakan bayi akan mengeluarkan
mekonium setelah 24 jam pertama (24-48 jam). Muntah bilious (hijau) dan
distensi abdomen biasanya dapat berkurang apabila mekonium dapat
dikeluarkan segera. Bayi yang mengonsumsi ASI lebih jarang mengalami
konstipasi, atau masih dalam derajat yang ringan karena tingginya kadar
laktosa pada payudara, yang akan mengakibatkan feses jadi berair dan dapat
dikeluarkan dengan mudah (Kessman, 2008)

2. Periode anak-anak
Walaupun kebanyakan gejala akan muncul pada bayi, namun ada beberapa
kasus dimana gejala-gejala tersebut tidak muncul hingga usia kanak-kanak
(Lakhsmi, 2008). Gejala yang biasanya timbul pada anak-anak yakni,
konstipasi kronis, gagal tumbuh, dan malnutrisi. Pergerakan peristaltik usus
dapat terlihat pada dinding abdomen disebabkan oleh obstruksi fungsional
kolon yang berkepanjangan. Selain obstruksi usus yang komplit, perforasi
sekum, fecal impaction atau enterocolitis akut yang dapat mengancam jiwa
dan sepsis juga dapat terjadi (Kessman, 2008).

D. Patofisiologi
Congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan
primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon
distal. Segmen aganglionic hampir selalu ada dalam rectum dan bagian
proksimal pada usus besar. Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau
tidak adanya peristaltik dan tidak adanya evakuasi usus spontan serta spinkter
rectum tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses secara
normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada
saluran cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega
Colon. (Betz, dkk, 2010).
Berdasarkan panjang segmen yang terkena dapat dibedakan 2 tipe yaitu :

8
1. Penyakit Hischprung segmen pendek
Segmen agangilonosis mulai dari anus sampai sigmoid.
2. Penyakit hischprung segmen panjang
Daerah agangilonosis dapat melebihi sigmoid malahan dapat mengenai
seluruh kolon sampai usus halus.
a. Persarafan parasimpatik colon didukung oleh ganglion. Persarafan
parasimpatik yang tidak sempurna pada bagian usus yang aganglionik
mengakibatkan peristaltic abnormal sehingga terjadi konstipasi dan
obstruksi
b. Tidak adanya ganglion disebabkan kegagalan dalam migrasi sel
ganglion selama perkembangan embriologi. Karena sel ganglion
tersebut bermigrasi pada bagian kaudal saluran gastrointestinal (
rectum) kondisi ini akan memperluas hingga proksimal dari anus.
c. Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk
control kontraksi dan relaksasi peristaltic secara normal
d. Penyempitan pada lumen usus, tinja dan gas akan terkumpul dibagian
proksimal dan terjadi obstruksi dan menyebabkan di bagian colon
tersebut melebar (megacolon).

9
E. Pathway

F. Komplikasi
Adapun beberapa penyakit penyerta atau komplikasi yang bisa
ditimbulkan karena penyakit Hirschsprung (Betz, 2010) :
1. Gawat pernapasan (akut)
2. Enterokolitis (akut)
3. Striktura ani (pasca bedah)
4. Inkontinensia (jangka panjang)
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan colok dubur

10
Pada pasien hirschprung, pemeriksaan colok dubur sangat penting
dilakukan.pada pemeriksaan ini jari pemeriksa merasakan jepitan karena
lumen rektum yang sempit dan pada waktu ditarik diikuti dengan
keluarnya udara dan mekonium(feses) yang menyemprot
2. Pemeriksaan lain
a. Foto polos abdomen tegak menunjukan usus yang melebar atau
terdapat gambaran obstruktif usus rendah. Pada foto polos, dapat
dijumpai gambaran distensi gas pada usus, tanda obstruksi usus
(Lakhsmi, 2008)
b. Pemeriksaan radiologi menemukan kelainan pada kolon setelah
enemabarium. Radiografi biasa memperlihatkan dilatasi kolom diatas
segmen aganglionik.
c. Biopsi rektal yang dilakukan dibawah anastesi umum
d. Manometri anorektal. Uji dengan balon yang ditempatkan dalam
rektum dan dikembangkan. Pengembangan balon menghambat
sfingter ani interna. Pada penyakit hischprung, efek inhibisi ini tidak
ada jika balon berada dalam usus ganglionik, dapat diidentifikasi
gelombang rektal yang abnormal. Uji ini efektif dilakukan pada masa
neonatus karena dapat diperoleh hasil baik positif palsu maupun
negatif palsu

11
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Kasus

Bayi S dibawa kerumah sakit Surakarta karena tidak BAB semenjak


lahir dan perut terlihat membesar dan mengalami mengeras. Ibu mengatakan
anaknya sudah tidak BAB selama 3 hari dan tidak bisa mengeluarkan fesesnya
padahal seharusnya sudah BAB. Bayi S terlihat gelisah , tidak rileks dan ibu
mengatakan anaknya sering menangis. Diagnosa medis An. S anak tersebut
mengalami hirschsprung disease.

B. Pengkajian

Asuhan Keperawatan Pada By. S Dengan Penyakit Hisprung Diruang Melati


Rumah Sakit Surakarta

Tgl/Jam masuk RS : 15 April 2018/ 07.30 wib


Tanggal/Jam pengkajian : 15 April 2018/ 08.00 wib
Metode Pengkajian : Alloanamnesa
Diagnosa Medis : Hisprung
No. Registrasi : 156xxx

I. BIODATA
IDENTITAS BAYI
Nama : By. S
No.Register : 156xxx
Umur : 3 Hari
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jebres, Surakarta
Tanggal lahir : 2 April 2018
Diagnosa medis : Hisprung Disease

12
IDENTITAS AYAH
Nama : Tn. I
Umur : 36 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jebres, Surakarta
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Kuli Bangunan

IDENTITAS IBU
Nama : Ny. P
Umur : 31 tahun
Alamat : Jebres, Surakarta
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

II. KELUHAN UTAMA


Saat MRS : Bayi tidak dapat buang air besar sejak lahir,
Saat Pengkajian : By. S perut membesar dan keras

III. RIWAYAT KESEHATAN


A. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Bayi tidak dapat buang air besar sejak lahir, perut membesar dan
keras.Bayi dibawa ke Rumah Sakit Surakarta pada tanggal 15 April
2018.Dan dirawat diruang perinatology. Tanggal 15April 2018 Bayi
dinyatakan menderita hisprung disease.
B. RIWAYAT KEHAMILAN
 Pemeriksaan rutin : ANC ke bidan puskesmas
rutin setiap bulan.
 Penyakit yang diderita selama hamil : Pilek
 Keluhan saat hamil : Hanya pada trimester I :
Pusing dan mual.
 Imunisasi : Tidak pernah

13
 Obat / vitamin yang dikonsumsi : Tablet Fe dan Komix
 Riwayat minum jamu : Tidak pernah
 Riwayat dipijat : Tidak pernah
 Masalah : Ketuban Merembes
C. RIWAYAT PERSALINAN
 Cara Persalinan : Normal/ Spontan
 Tempat : Polindes
 Penolong : Bidan
 Usia gestasi : 37-38 minggu
 Kondisi Ketuban : Warna Jernih
 Letak : Bujur
 BB/PB/LK/LD : 3600 gram/55cm/39cm/32cm.
D. RIWAYAT POST NATAL
 Pernafasan : Bayi langsung menangis spontan tanpa alat
bantu
 Skor APGAR : 1 menit = 7, 5 menit = 9
 Trauma Lahir : Tidak ada
E. RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN YANG LALU

NO TAHUN TIPE PENOLONG JENIS BB KEADA MASA


PERSALINAN KELAMIN LAHIR AN LAH
BAYI
WAKTU
LAHIR
1. 2009 Spontan Bidan L 3300 gr Aterm Tidak
Birthing Ada
2. 2014 Spontan Bidan L 3600 gr Aterm Tidak
Birthing Ada

F. RIWAYAT KELUARGA
Tidak Ada keluraga yang memiliki riwayat penyakit menurun maupun
menular.

IV. PEMERIKSAAN FISIK (HEAD TO TOE)

14
a. Keadaan Umum
 Postur : Normal
 Kesadaran : Compos mentis
 BB/PB/LK/LD saat ini : 3300 gram/53 cm/ 35 cm/ 32 cm
 Nadi : 120 x/menit
 Suhu : 36,2o C
 RR : 40 x/menit
b. Kepala dan Rambut
 Kebersihan : Cukup
 Bentuk Kepala : Normal, simetris
 Keadaan Rambut : Hitam, lurus, berketombe
 Fontanela Anterior : Lunak
 Sutura Sagitalis : Tepat
 Distribusi rambut : Merata
c. Mata
 Kebersihan : Bersih
 Pandangan : Baik, belum terfokus
 Sklera : Tidak Icterus
 Konjungtiva : Anemis
 Pupil : Normal, Reflek cahaya baik, bereaksi bila
ada cahaya.
 Gerakan bola mata : Normal, memutar dengan baik
 Sekret : Tidak ada
d. Hidung
 Pernapasan cuping hidung : Tidak ada
 Struktur : Normal
 Kelainan lain : Tidak ada
 Sekresi : Tidak ada
e. Telinga
 Kebersihan : Bersih
 Sekresi : Tidak ada

15
 Struktur : Normal, simetris
f. Mulut dan Tenggorokan
 Kandidiasis : Tidak ada
 Stomatitis : Tidak ada
 Mukosa Bibir : Kering
 Kelainan Bibir dan Rongga Mulut : Tidak ada
 Problem menelan : Tidak ada

g. Leher
 Kelenjar Tiroid : Tidak ada pembesaran
 Arteri Karotis : Teraba berdenyut teratur dan kuat
 Trachea : Berada di garis tengah
h. Dada atau Thorak (Jantung dan Paru)
 Bentuk dada : Simetris, barrel chest
 Pergerakan dinding dada : Simetris, tidak terdapat
tarikan intercosta
 Tarikan dinding dada (retraksi) : Normal, tidak terdapat
retraksi
 Suara pernafasan : Sonor, tidak ada wheezing
dan ronchi
 Abnormalitas suara nafas : Tidak ada
 Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
 Perkusi : pekak
 Palpasi : ict cordis palpable
midclavicula line sinistra
 Auskultasi : Suara jantung I, suara
jantung II ; tunggal, kuat, regular, gallop -, murmur –
 Kelainan jantung bawaan : Tidak ada
i. Ekstremitas Atas dan bawah
 Tonus otot : Cukup

16
 Refleks menggenggam : Baik
 Warna : Kuku pucat, ekstremitas pucat.
 Trauma, deformitas : Tidak ada
 Kelainan : Tidak ada
j. Abdomen
 Bentuk : destended abdomen
 Bising Usus : Normal, 5 x/menit
 Benjolan : Tidak ada
 Turgor : > 3 detik
 Hepar, lien : Tidak teraba
 Distensi : Ya, terdapat nyeri tekan.
k. Kelamin dan Anus
 Kebersihan : Bersih
 Keadaan kelamin luar : Normal, tidak ada lesi, tidak ada benjolan
abnormal
 Anus : Normal, hemorrhoid (-)
 Kelainan : Tidak ada
l. Integumen
 Warna kulit : Kuning kecoklatan
 Kelembapan : Kering
 Lesi : Tidak ada
 Warna Kuku : Pucat
 Kelainan : Tidak ada

V. REFLEKS PRIMITIF
1. Rooting Refleks (Refleks mencari)
Baik.Bayi merespon ketika pipi dibelai / disentuh bagian pinggir
mulutnya dan mencari sumber rangsangan tersebut.
2. Sucking Refleks (Refleks menghisap)\
Bayi merespon ketika disusui ibunya atau diberi susu melalui botol.
Namun daya hisap masih lemah.

17
3. Palmar grasp (Refleks menggenggam)
Baik.Jarinya menutup saat telapak tangannya disentuh dan
menggenggam cukup kuat.
4. Tonic neck (Refleks leher)
Baik.Peningkatan tonus otot pada lengan dan tungkai ketika bayi
menoleh ke satu sisi.
5. Refleks Moro / Kejut
Baik. Bayi merespon secara tiba – tiba suara atau gerakan yang
mengejutkan baginya.
6. Reflek Babinski
Cukup baik. Gerakan jari-jari mencengkram saat bagian bawah kaki
diusap.

VI. RIWAYAT IMUNISASI


Bayi belum mendapatkan imunisasi.

VII. PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR


a. Oksigen
Kebutuhan Oksigen : O2 ruangan
b. Cairan
 Kebutuhan cairan dalam 24 jam :
Tgl 15 : Diet OGT ASI/SF 8x65-70cc
Tgl 16 : IVFD CN 10% + CaGluc 10% 3cc + KCl 7,4% 3cc
Diet OGT ASI/SF 8 x 65-70 cc
Tgl 17 : IVFD CN 10% + CaGluc 10% 3cc + KCl 7,4% 3cc
Diet OGT ASI/SF 8 x 65-70 cc
 Jenis cairan yang diberikan :
Infuse CN 10%, CaGluc 10%, KCl 7,4%, ASI, dan SF
 Cara/rute pemberian : Per oral (OGT) dan melalui infus
 Intake : tgl 15 :, SF 8 x 65-70 cc
Tgl 16 : IVFD, 8 x 65-70 cc

18
Tgl 17 : IVFD, 8 x 65-70 cc
 Output : ± 400 cc
c. Nutrisi
 Bentuk atau jenis nutrisi yang diberikan : Cair (ASI dan SF)
 Cara pemberian : per oral (OGT)
 Frekuensi :
Tgl 19 : 8 x 65-70 cc
Tgl 20 : 8 x 65-70cc
Tgl 21 : 8 x 65-70 cc
d. Eliminasi Urine
 Volume urine : ± 300 cc @ pampers
 Warna : Kuning jernih
 Frekuensi : ± 3-4 x/hari
 Cara BAK : Spontan
 Kelainan pemenuhan BAK : Tidak ada
e. Eliminasi Alvi
 Volume feses : -
 Warna :-
 Frekuensi :-
 Konsistensi :-
 Darah / lendir : -
 Keluhan : Tidak bisa bab
f. Pola Istirahat
 Jumlah jam tidur dalam 24 jam : ± 16-18 jam
 Kualitas tidur : Sering terbangun dan rewel

VIII. ANALISA DATA

No Hari/Tgl/Jam Data Fokus Problem Etiologi TTD

19
1 Minggu, 15 DS: Konstipasi Penyakit ₰
April 2018  Ibu Pasien mengatakan Hirschsprung
08.00 anaknya tidak bisa
BAB
 Ibu Pasien mengatakan
anaknya tidak BAB
selama 5 hari
DO:
 Perut Pasien tampak
mebesar dan mengeras
 TTV
TD: 110/80 mmHg
RR: 20 x/menit
S: 36,5o
N: 110 x/menit
2 Minggu 15 DS: Inkontinesia Penurunan ₰
April 2018  Ibu pasien mengatakan defekasi umum tonus
08.00 anaknya tidak bisa otot
mengeluarkan feses
 Ibu pasien mengatakan
seharusnya sudah BAB

DO:
 Perut pasien tampak
membesar dan distensi
 TTV
TD: 110/80 mmHg
RR: 20 x/menit
S: 36,5o
N: 110 x/menit
3 Minggu,15 DS: Gangguan Gejala terkait ₰
April 2018 Ibu pasien mengatakan rasa nyaman penyakit

20
08.00 anaknya sering menangis
DO:
 Pasien terlihat gelisah
 Pasien terlihat tidak
rileks

C. Diagnosa
1. Konstipasi berhubungan dengan penyakit hirschsprung (00011)
2. Inkontinesia defekasi berhubungan dengan penurunan umum tonus otot
(00014)
3. Gangguan rasa nyama berhubungan dengan gejala terkait penyakit (00214)

D. Prioritas Masalah
1. Konstipasi berhubungan dengan penyakit hirschsprung (00011)

E. Intervensi

Hari/Tgl/Jam No Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi TTD


Dx

Minggu, 15 1 Setelah dilakukan  Manajemen Konstipasi (0450) ₰


April 2018 tindakan keperawatan 1. Monitor tanda dan gejala
konstipasi
selama 3 x 24 jam
08.00
diharapkan konstipasi  Manajemen saluran Cerna
dapat berkurang dengan (0430)
1. Masukkan supositoria
kriteria hasil :
rektal
1. Pola eliminasi 2. Ajarkan ibu pemberian
obat supositoria
ditingkatkan ke tidak 3. Evaluasi inkontinesia fekal
terganggu seperlunya
4. Kolaborasikan dengan
2. Kemudahan BAB dokter tindakan pemberian
ditingkatkan ke tidak obat

21
terganggu

3. Otot untuk
mengeluarkan feses
ditingkatkan ketidak
terganggu

Minggu, 15 2 Setelah dilakukan  Latihan saluran cerna (04400 ₰


April 2018 tindakan keperawatan 1. Tentukan status BAB
secara tertur
selama 3 x 24 jam
08.00 2. Berikan supositoria dengan
diharapkan ikontinesia cara yang tepat
defekasi dapat berkurang 3. Instruksikan keluarga
mengenai prinsip-prinsip
dengan kriteria hasil :
saluran cerna
4. Konsultasikan dengan
1. Mempertahankan
dokter mengenai
kontrol pengeluaran penggunaan supositoria
feses ditingkatkan
kesering
menunjukkan

2. Konstipasi
ditingkatkan ketidak
menunjukkan

Minggu, 15 3 Setelah dilakukan  Teknik menenangkan (5880) ₰


April 2018 tindakan keperawatan 1. Identifikasi orang-orang
terdekat klien yang bisa
selama 3 x 24 jam
08.00 membantu klien
diharapkan gangguan 2. Peluk dan beri kenyamanan
rasa nyaman dapat pada bayi
3. Goyangkan bayi dengan
berkurang dengan
cara tepat
kriteria hasil : 4. Instrusikan keluarga bayi
untuk menggunakan teknik
1. Inkontensi usus menenangkan bayi
ditingkatkan ketidak

22
terganggu

2. Konstipasi
ditingkatkan ketidak
terganggu

F. Implementasi

Hari/Tgl/Jam No Implementasi Respon Ttd


Dx
Minggu,15 1 1. Memonitor tanda dan S: Ibu pasien $
April 2018 gejala konstipasi mengatakan anaknya
08.15 belum BAB
O: Tampak perut
membesar dan keras
1 2. Mengonsultasikan S: Dokter mengatakan $
dengan dokter bayi boleh diberi obat
mengenai penggunaan O: Tampak obat
supositoria supositoria
2 3. Memberikan S: Ibu pasien $
supositoria dengan cara mengatakan anaknya
yang tepat belum bisa BAB
O: Tampak masuk
obat supositoria
2 4. Mengajarkan ibu S: Ibu pasien $
pemberian obat mengatakan bersedia
supositoria diajarkan teknik
pemberian obat
supositoria
O: Tampak bisa
memberikan obat
supositoria

23
2 5. Menginstruksikan S: Keluarga pasien $
keluarga mengenai mengatakan lebih
prinsip-prinsip saluran mengetahui prinsip-
cerna prinsip saluran cerna
O: Keluarga pasien
tampak mengerti
3 6. Mengidentifikasi S: Ibu pasien $
orang-orang terdekat mengatakan anaknya
klien yang bisa nyaman dengan
membantu klien ibunya
O: pasien terlihat
nyaman dengan
ibunya
1 7. Mengkolaborasikan S: Ibu pasien $
pemberian obat mengatakan anaknya
belum bisa BAB
O: Tampak masuk
obat
3 8. Memeluk dan member S: Ibu pasien $
kenyamanan pada bayi mengatakan anaknya
sering menangis
O: Pasien terlihat
gelisah dan menangis
saat dipeluk
3 9. Menggoyangkan bayi S: Ibu pasien $
dengan cara tepat mengatakan anaknya
belum nyaman
O: Pasien terlihat
masih menangis
3 10. Menginstrusikan S: Keluarga pasien $
keluarga bayi untuk mengatakan bisa
menggunakan teknik teknik menenangkan

24
menenangkan bayi bayi
O: Keluarga tampak
bisa menenangkan
bayi
Senin, 16 1 1. Memonitor tanda dan S: Ibu pasien $
April 2018 gejala konstipasi mengatakan anaknya
14.30 sudah bisa BAB
sedikit
O: Tampak
pembesaran perut
berkurang
2 2. Mengonsultasikan S: Dokter mengatakan $
dengan dokter bayi masih perlu
mengenai penggunaan diberi obat supositoria
supositoria O: Tampak distensi
berkurang
2 3. Memberikan S: Ibu mengatakan $
supositoria dengan cara anaknya sudah bisa
yang tepat BAB
O: Tampak masuk
obat supositoria
1 4. Mengkolaborasikan S: Ibu pasien $
pemberian obat mengatakan anaknya
sudah bisa BAB
O: Tampak masuk
obat melalui selang
infus
3 5. Meluk dan memberi S: Ibu pasien $
kenyamanan pada bayi mengatakan anaknya
mau dipeluk
O: Pasien tampak
nyaman

25
3 6. Menggoyangkan bayi S: Ibu pasien $
dengan cara tepat mengatakan anaknya
tidak menangis lagi
O: Pasien tampak
tidak gelisah dan
menangis
3 7. Menginstrusikan S: Keluarga pasien $
keluarga bayi untuk mengatakan
menggunakan teknik menerapkan teknik
menenangkan bayi menenangkan bayi
O: Pasien tampak
lebih tenang
Selasa, 17 1 1. Memonitor tanda dan S: Ibu pasien $
April 2018 gejala konstipasi mengatakan anaknya
08.30 sudah bisa BAB
O: Tidak tampak
pembesaran perut dan
tidak keras lagi
2 2. Mengonsultasikan S: Dokter mengatakan $
dengan dokter pemberian obat
mengenai penggunaan supositoria bisa
supositoria dihentikan
O: Pasien tampak bisa
BAB
1 3. Mengkolaborasikan S: Ibu pasien $
pemberian obat mengatakan anaknya
sudah bisa
mengeluarkan feses
O: Tampak masuk
obat melalui selang
infus
3 4. Memeluk dan memberi S: Ibu pasien $

26
kenyamanan pada bayi mengatakan anaknya
sudah tidak menangis
dan masih gelisah
O: Pasien tampak
tidak gelisah dan
menangis
3 5. Menggoyangkan bayi S: Ibu pasien $
dengan cara tepat mengatakan anaknya
sudah tenang
O: Pasien terlihat
nyaman

G. Evaluasi

Hari/tgl/jam No Evaluasi Ttd


Dx
Minggu 15 1 S: Ibu pasien mengatakan anaknya tidak bisa $
Aptil 2018 BAB
14.00 O: Perut pasien tampak membesar dank eras
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1. Monitor tanda dan gejala konstipasi
2. Kolaborasikan dengan dokter tindakan
pemberian obat

2 S: Ibu pasien mengatakan anaknya belum bisa $


BAB
O: Tampak masih dibero obat supositoria
A: Masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
1. Konsultasikan dengan dokter mengenai
penggunaan supositoria
2. Berikan supositoria dengan cara yang

27
tepat
3. Instruksikan keluarga mengenai prinsip-
prinsip saluran cerna
3 S: Ibu pasien mengatakan anaknya sering $
menangis dan gelisah
O: Pasien tampak tidak nyaman
A: Masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
1. Peluk dan beri kenyamanan pada bayi
2. Goyangkan bayi dengan cara tepat
Instrusikan keluarga bayi untuk menggunakan
teknik menenangkan bayi
Senin 16 1 S: Ibu pasien mengatakan anaknya sudah bisa $
April 2018 BAB
21.00 O: perut yang membesar dan mengeras
berkurang
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1. Monitor tanda dan gejala konstipasi
2. Kolaborasikan dengan dokter tindakan
pemberian obat
2 S: Ibu pasien mengatakan anaknya bisa $
mengeluarkan feses
O: Tampak distensi berkurang
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1. Konsultasikan dengan dokter mengenai
penggunaan supositoria
2. Berikan supositoria dengan cara yang
tepat
3 S: Ibu pasien mengatakan anaknya tidak $
menangis lagi tetapi masih gelisah

28
O: Pasien tampak lebih tenang
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1. Peluk dan beri kenyamanan pada bayi
2. Goyangkan bayi dengan cara tepat
3. Instrusikan keluarga bayi untuk
menggunakan teknik menenangkan bayi
Selasa 17 1 S: Ibu pasien mengatakan anaknya sudah bisa $
April 2018 BAB
14.00 O: Perut sudah tidak membesar dan keras
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
2 S: Ibu Pasien mengatakan anaknya sudah bisa $
mengeluarkan feses
O: Pasien tampak bisa BAB
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
3 S: Ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak $
menangis dan gelisah lagi
O: Pasien terlihat nyaman
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan

29
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyakit hisprung merupakan penyakit yang sering menimbulkan


masalah. Baik masalah fisik, psikologis maupun psikososial. Masalah
pertumbuhan dan perkembangan anak dengan penyakit hisprung yaitu
terletak pada kebiasaan buang air besar. Penatalaksanaan yang benar
mengenai penyakit hisprung harus difahami dengan benar oleh seluruh
pihak. Baik tenaga medis maupun keluarga. Untuk tecapainya tujuan yang
diharapkan perlu terjalin hubungan kerja sama yang baik antara pasien,
keluarga, dokter, perawat maupun tenaga medis lainnya dalam
mengantisipasi kemungkinan yang terjadi.

B. Saran

Kami berharap setiap mahasiswa mampu memahami dan


mengetahui tentang penyakit hsaprung. Walaupun dalam makalah ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.

30
DAFTAR PUSTAKA

Arif, Mansjoer, dkk. (2008). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta :


Medica Aesculpalus.

Betz, dkk, 2010, Keperawatan Pediatric Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.

Henna, N et all. 2011. Children With clinical Presentations of Hirschsprung’s


Disease-A Clinicopathological Experience. Biomedica; 27: 1-4

Hidayat, M et all. 2009. Anorectal Function of Hirschsprung’s Patient after


Definitive Surgery. The Indonesian Journal of Medical Science; 2: 77-85

Kessmann, J. 2008. Hirschsprung’s Disease: Diagnosis and Management.


American Family Physician; 74: 1319-1322

Lakshmi, P; James, W. 2008. Hirschsprung’s Disease. Hershey Medical Center;


44-46

Sodikin, 2011. Keperawatan anak : gangguan pencernaan. EGC : Jakarta

31

Anda mungkin juga menyukai