Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ASDENGAN

SINDROME NEFROTIC DI RUANG PERAWATAN


ANAK RSUD LAKIPADADA TANA TORAJA

Oleh
BONEANTY TADUNG

CI.INSTITUSI

CI.LAHAN

Obet Bassang S.Kep,Ns.M.Kep

Jenriana L.P. S.kep Ns

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN LAKIPADADA


PROGRAM NERS TANA TORAJA
2015

LAPORAN PENDAHULUAN
Nefrotic Sindrome
I.

KONSEP MEDIS
A. PENGERTIAN.
NS adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria, hipoalbunemia dan
hiperkolesterolemia (Rusepno, H, dkk. 2000, 832).
B. ETIOLOGI
Sebab pasti belum jelas.Saat ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun.
Secara umum etiologi dibagi menjadi :
1. Nefrotic syndrome bawaan.
Gejala khas adalah edema pada masa neonatus.
2. Nefrotic syndrome sekunder
Penyebabnya adalah malaria, lupus eritematous diseminata, GNA dan GNK,
bahan kimia dan amiloidosis.
3. Nefrotic syndrome idiopatik
4. Sklerosis glomerulus.
C. PATOFISIOLOGI DAN PENYIMPANGAN KDM
Adanya peningkatan permiabilitas glomerulus mengakibatkan proteinuria masif

sehingga terjadi hipoproteinemia.Akibatnya tekanan onkotik plasma menurun karean


adanya pergeseran cairan dari intravaskuler ke intestisial.
Volume plasma, curah jantung dan kecepatan filtrasi glomerulus berkurang
mengakibatkan retensi natrium.Kadar albumin plasma yang sudah merangsang
sintesa protein di hati, disertai peningkatan sintesa lipid, lipoprotein dan trigliserida.

D. GEJALA KLINIS.
1. Edema, sembab pada kelopak mata
2. Rentan terhadap infeksi sekunder
3. Hematuria, azotemeia, hipertensi ringan
4. Kadang-kadang sesak karena ascites

5. Produksi urine berkurang


E. Pemeriksaan Laboratorium
1. BJ urine meninggi
2. Hipoalbuminemia
3. Kadar urine normal
4. Anemia defisiensi besi
5. LED meninggi
6. Kalsium dalam darah sering merendah
7. Kadang-kdang glukosuria tanpa hiperglikemia.
F. Penatalaksanaan
1. Istirahat sampai edema sedikit
2. Protein tinggi 3 4 gram/kg BB/hari
3. Diuretikum
4. Kortikosteroid
5. Antibiotika
6. Punksi ascites
7. Digitalis bila ada gagal jantung.

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEFROTIC SYNDROME


A. KONSEP DASAR PENGKAJIAN.
1. Pengkajian.
Pengkajian merupakan langkah awal dari tahapan proses keperawatan.
Dalam mengkaji, harus memperhatikan data dasar pasien. Keberhasilan proses
keperawatan sangat tergantung pada kecermatan dan ketelitian dalam tahap
pengkajian.
Pengkajian yang perlu dilakukan pada klien dengan sindrom nefrotik sebagai
berikut :
a. Lakukan pengkajian fisik termasuk pengkajian luasnya edema.

b. Dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat, terutama yang berhubungan


dengan penambahan berat badan saat ini, disfungsi ginjal.
c. Observasi adanya manifestasi sindrom nefrotik :
1) Penambahan berat badan.
2) Edema.
3) Wajah sembab :

4)
5)
6)
7)

Khususnya di sekitar mata


Timbul pada saat bangun pagi
Berkurang di siang hari
Pembengkakan abdomen (asites).
Kesulitan pernafasan (efusi pleura)
Pembengkakan labial (scrotal)
Edema mukosa usus yang menyebabkan :
Diare
Anoreksia

Absorbsi usus buruk


Pucat kulit ekstrim (sering)
8) Peka rangsang.
9) Mudah lelah.
10) Letargi
11) Tekanan darah normal atau sedikit menurun.
12) Kerentanan terhadap infeksi.
13) Perubahan urin :
Penurunan volume
Gelap
Berbau buah
Bantu dengan prosedur diagnostik dan pengujian, misalnya
analisa urine akan adanya protein, silinder dan sel darah
merah;

analisa

darah

untuk

protein

serum

(total,

perbandingan albumin/globulin, kolesterol), jumlah darah


merah, natrium serum.
B. Diagnosa keperawatan

a. Kelebihan volume cairan (total tubuh) berhubungan dengan akumulasi cairan


dalam jaringan dan ruang ketiga (Interstitial).
Tujuan : Pasien tidak menunjukkan bukti-bukti akumulasi cairan (pasien
mendapatkan volume cairan yang tepat).
Kriteria hasil:
Penurunan edema, ascites.
Tidak mengalami peningkatan edema

Berat badan kembali dalam batas normal.


Output urine adekuat (450 900 cc/hr)
Intervensi
1. Kaji masukan yang relatif terhadap keluaran secara akurat.
R/ Perlu untuk menentukan fungsi ginjal, kebutuhan penggantian
cairan dan penurunan resiko kelebihan cairan.
2. Timbang berat badan setiap hari (ataui lebih sering jika diindikasikan).
R/ Mengkaji retensi cairan.
3. Kaji perubahan edema : ukur lingkar abdomen pada umbilicus serta
pantau edema sekitar mata.
R/ Untuk mengkaji ascites dan karena merupakan sisi umum
4.
5.
6.
7.

edema.
Atur masukan cairan dengan cermat.
R/ Agar tidak mendapatkan lebih dari jumlah yang dibutuhkan.
Pantau infus intra vena.
R/ Untuk mempertahankan masukan yang diresepkan.
Berikan kortikosteroid sesuai ketentuan.
R/ Untuk menurunkan ekskresi proteinuria
Berikan diuretik bila diinstruksikan.
R/ untuk memberikan penghilangan sementara dari edema.

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebtuhan tubuh b/d kehilangan nafsu makan.
Tujuan: Pasien mendapatkan nutrisi yang optimal.
Intervensi

1. Beri diet yang bergizi.

R/ Membantu pemenuhan nutrisi anak dan meningkatkan daya


tahan tubuh anak
2. Batasi natrium selama edema dan trerapi kortikosteroid
R/

Asupan natrium dapat memperberat edema usus yang


menyebabkan hilangnya nafsu makan anak

3. Beri lingkungan yang menyenangkan, bersih, dan rileks pada saat


makan.\
R/ Agar anak lebih mungkin untuk makan
4. Beri makanan dalam porsi sedikit pada awalnya.
R/ Untuk merangsang nafsu makan anak
5. Beri makanan spesial dan disukai anak
R/ Untuk mendorong agar anak mau makan
6. Beri makanan dengan cara yang menarik
R/ Untuk menrangsang nafsu makan anak
c. Resiko tinggi kekurangan volume cairan (intravaskuler) berhubungan dengan
kehilangan protein dan cairan, edema.
Tujuan : Klien tidak menunjukkan kehilangan cairan intravaskuler atau
shock hipovolemik yang ditunjukkan pasien minimum atau
tidak ada.
Kriteria hasil
o Penurunan oedema, ascites.
o Kadar protein darah meningkat/cukup
o Berat badan kembali dalam batas normal

o Output urine adekuat (450 900 cc/hr)


o Tekanan darah dalam batas normal (D < 54 S > 90)
Intervensi
1. Catat intake dan output secara akurat
R/ Evaluasi harian keberhasilan terapi dan dasar penentuan tindakan
2. Kaji dan catat TD, Pembesaran abdomen, BJ Urine, nilai laboratorik
setiap 4 jam.
R/ TD dan BJ Urine dapat menjadi indikator regimen terapi.
3. Timbang BB tiap hari dalam skala yang sama
R/ Estimasi penurunan oedema tubuh
4. Pegang daerah oedema secara hati-hati, laki-laki mungkin perlu
menggunakan penyangga scrotum
R/ Mengurangi cidera yang mungkin timbul, mengurangi oedema.
5. Berikan steroid (prednison) sesuai jadwal. Kaji efektifitas dan efek
samping (retensi Natrium, Kehilangan Potasium).
R/ Peningkatan ekses cairan tubuh.
6. Sesuai indikasi, berikan diuretik dan antasid (untuk mencegah
perdarahan GI akibat terapi steroid)
R/ Pengurangan cairan ekstravaskuler sangat diperlukan dalam
mengurangi oedema
d. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema.
Tujuan:

Kulit tidak menunjukkan adanya kerusakan integritas : kemerahan


atau iritasi.
Ktiteria hasil:
o Integritas kulit baik
o Memperlihatkan prilaku/teknik untuk mencegah kerusakan kulit.
Intervensi:
1. Berikan perawatan kulit
R/ Memberikan kenyamanandan mencegah kerusakan kulit.
2. Hindari pakaian ketat
R/ Dapat mengakibatkan area yang menonjol tertekan.
3. Bersihkan dan bedaki permukaan kulit beberapa kali sehari.
R/ Untuk mencegah terjadinya iritasi pada kulit karena gesekan
dengan alat tenun.
4. Topang organ edema, seperti skrotum.
R/ Untuk menghilangkan aea tekanan.
5. Ubah posisi dengan sering ; pertahankan kesejajaran tubuh dengan baik
R/ Karena anak dengan edema massif selalu letargis, mudah lelah
dan diam saja.
6. Gunakan penghilang tekanan atau matras atau tempat tidur penurun
tekanan sesuai kebutuhan
R/ Untuk mencegah terjadinya ulkus.
e. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan.

Tujuan : Anak dapat melakukan aktifitas sesuai dengan kemampuan dan


mendapatkan istirahat dan tidur yang adekuat.

Intervensi
1. Pertahankan tirah baring awal bila terjadi edema hebat.
R/ Tirah baring yang sesuai gaya gravitasi dapat menurunkan
edema.
2. Seimbangkan istirahat dan aktifitas bila ambulasi.
R/ Ambulasi menyebabkan kelelahan
3. Rencanakan dan berikan aktivitas tenang
R/ Aktivitas yang tenang mengurangi penggunaan energi yang
dapat menyebabkan kelelahan
4. Instruksikan istirahat bila anak mulai merasa lelah
R/ Mengadekuatkan fase istirahat anak.
5. Berikan periode istirahat tanpa gangguan
R/ Anak dapat menikmati masa istirahatnya

Anda mungkin juga menyukai