Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI PADA

SOLUSIO PLACENTA DAN PLASENTA PREVIA

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN SOLUSIO PLACENTA


2.1 Pengkajian
a) Biodata
Pada biodata yang perlu dikaji berhubungan dengan solusio plasenta antara lain :
Nama, umur, pendidikan, alamat, status perkawinan, agama, nama suami,
pekerjaan
b) Keluhan utama
Pasien mengatakan perdarahan yang disertai nyeri
Rahim keras seperti papan dan nyeri tekan karena isi rahim bertambah
dengan dorongan yang berkumpul dibelakang plasenta, sehingga rahim
tegang
Perdarahan yang berulang-ulang.
c) Riwayat penyakit sekarang
Darah terlihat merah kehitaman karena membentuk gumpalan darh, darah yang
keluar sedikit banyak, terus menerus. Akibat dari perdarahan pasien lemas dan
pucat. Sebelumnya biasanya pasien pernah mengalami hypertensi esensialis atau
pre eklampsi, tali pusat pendek trauma, uterus yang sangat mengecil
(hydroamnion gameli) dll.
d) Riwayat penyakit masa lalu
Kemungkinan pasien pernah menderita penyakit hipertensi / pre eklampsi, tali
pusat pendek, trauma, uterus / rahim feulidli.
e) Riwayat psikologis
Pasien cemas karena mengalami perdarahan disertai nyeri, serta tidak mengetahui
asal dan penyebabnya.
f) Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Kesadaran : composmetis s/d coma
Postur tubuh : gemuk/kurus
Cara berjalan : lambat dan tergesa-gesa
Raut wajah : biasanya pucat
2. Tanda-tanda vital
Tensi : normal sampai turun (syok) (<>
Nadi : normal sampai meningkat (> 90x/menit)
Suhu : normal / meningkat (> 37o c)
RR : normal / meningkat (> 24x/menit)
g) Pemeriksaan cepalo caudal
1. Kepala : kulit kepala biasanya normal / tidak mudah mengelupas rambut
biasanya rontok / tidak rontok.
Muka : biasanya pucat, tidak oedema ada cloasma
Hidung : biasanya ada pernafasan cuping hidung
Mata : conjunctiva anemis
2. Dada : bentuk dada normal, RR meningkat, nafas cepat da dangkal,
hiperpegmentasi aerola.
3. Abdomen
Inspeksi : perut besar (buncit), terlihat etrio pada area perut, terlihat linea alba
dan ligra
Palpasi rahim keras, fundus uteri naik
Askultasi : tidak terdengar DJJ, tidak terdengar gerakan janin.
4. Genetalia
Hiperpregmentasi pada vagina, vagina berdarah / keluar darah yang merah
kehitaman, terdapat farises pada kedua paha / femur.
5. Ekstimitas
Akral dingin, tonus otot menurun.
6. Pemeriksaan penunjang
Darah : Hb, hemotokrit, trombosit, fibrinogen, elektrolit.
USG untuk mengetahui letak plasenta,usia gestasi, keadaan janin

2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan ditandai dengan
conjungtiva anemis, acral dingin, Hb turun, muka pucat & lemas.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus di tandai terjadi
distress / pengerasan uterus , nyeri tekan uterus.
3. Gangguan psikologi ( cemas ) berhubungan dengan keadaan yang dialami
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri perut
5. Resiko tinggi terjadinya fetal distress berhubungan dengan perfusi darah ke plasenta
berkurang
6. Resti defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan
7. Resiko tinggi infeksi berhubngan dengan sisa plasenta yang tertinggal di uterus
8. Resti gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia
9. Kurang pengetahuan klien tentang keadaan patologi yang dialaminya berhubungan
dengan kurangnya informasi.

2.3 Intervensi Keperawatan


1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan ditandai dengan
conjunctiva anemis, acrar dingin, Hb turun, muka pucat, lemas.
Tujuan : suplai / kebutuhan darah kejaringan terpenuhi
Kriteria hasil
Conjunctiva tidak anemis, acral hangat, Hb normal muka tidak pucat, tida lemas
Intervensi
Bina hubungan saling percaya dengan pasien
Rasional : pasien percaya tindakan yang dilakukan
Jelaskan penyebab terjadi perdarahan
Rasional : pasien paham tentang kondisi yang dialami
Monitor tanda-tanda vital
Rasional : tensi, nadiyang rendah, RR dan suhu tubuh yang tinggi
menunjukkangangguan sirkulasi darah
Kaji tingkat perdarahan setiap 15 30 menit
Rasional : mengantisipasi terjadinya syok
Catat intake dan output
Rasional : produsi urin yang kurang dari 30 ml/jam menunjukkan penurunan
fungsi ginjal
Kolaborasi pemberian cairan infus isotonik
Rasional : cairan infus isotonik dapat mengganti volume darah yang hilang
akiba perdarahan. Rasional : tranfusi darah mengganti komponen darah yang
hilang akibat perdarahan.

2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus di tandai terjadi
distress / pengerasan uterus , nyeri tekan uterus
Tujuan : klien dapat beradaptasi dengan nyeri
Kriteria hasil :
Klien dapat melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri.
Klien kooperatif dengan tindakan yang dilakukan
Intervensi
Jelaskan penyebab nyeri pada klien
Rasional : dengan mengetahui penyebab nyeri, klien kooperatif terhadap
tindakan
Kaji tingkat nyeri
Rasional : menentukan tindakan keperawatan selanjutnya
Bantu dan ajarkan distraksi relaksasi
Rasional : dapat mengalihkan perhatian klien pada nyeri yang dirasakan
Memberikan posisi yang nyaman (miring kekiri / kanan)
Rasional : posisi miring mencegah penekanan pada vena cava
Berikan masage pada perut dan penekanan pada punggung
Rasional : memberi dukungan mental
Libatkan suami dan keluarga
Rasional : memberi dukungan mental
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik
Rasional : pemberian analgesik dapat membantu gurangi nyeri yang
dirasakan
3. Gangguan psikologi ( cemas ) berhubungan dengan keadaan yang dialami .
Tujuan : klien tidak cemas dan dapat mengerti tentang keadaannya
Kriteria hasil : penderita tidak cemas, penderita tenang, klie tidak gelisah
Intervensi
Anjurkan klilen untuk mengemukakan hal-hal yang dicemaskan
Rasional : dengan mengungkapkan perasaannyaaka mengurangi beban pikiran
Ajak klien mendengarkan denyut jantung janin
Rasional : mengurangi kecemasan klien tentag kondisi janin
Beri penjelasan tentang kondisi janin
Rasional : mengurangi kecemasan tentang kondisi / keadaan janin
Beri informasi tentang kondisi klien
Rasional : mengembalikan kepercayaan dan klien
Anjurkan untuk manghadirkan orang-orang terdekat
Rasional : dapat memberi rasa aman dan nyaman bagi klien
Anjurkan klien untuk berdoa kepada tuhan
Rasional : dapat meningkatkan keyakinan kepada Tuhan tentang kondisi yang
dilami
Menjelaskan tujuan dan tindakan yang akan diberikan
Rasional : penderita kooperatif
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri perut
Tujuan : Klien akan menunjukkan terpenuhinya kebutuhan rawat diri
Kriteria Hasil :
Kebutuhan personal hygiene terpenuhi
Klien nampak rapi dan bersih
Intervensi :
Pertahankan pelaksanaan aktivitas rekreasi terapeutik (radio, koran, kunjungan
teman/keluarga) sesuai keadaan klien
Rasional : Memfokuskan perhatian, meningkatakan rasa kontrol diri/harga diri,
membantu menurunkan isolasi sosial
Bantu latihan rentang gerak pasif aktif pada ekstremitas yang sakit maupun yang
sehat sesuai keadaan klien
Rasional : Meningkatkan sirkulasi darah muskuloskeletal, mempertahankan
tonus otot, mempertahakan gerak sendi, mencegah kontraktur/atrofi dan
mencegah reabsorbsi kalsium karena imobilisasi
Bantu dan dorong perawatan diri (kebersihan/eliminasi) sesuai keadaan klien
Rasional : Meningkatkan kemandirian klien dalam perawatan diri sesuai kondisi
keterbatasan klien
Ubah posisi secara periodik sesuai keadaan klien
Rasional : Menurunkan insiden komplikasi kulit dan pernapasan (dekubitus,
atelektasis, penumonia)
Dorong/pertahankan asupan cairan 2000-3000 ml/hari
Rasional : Mempertahankan hidrasi adekuat, men-cegah komplikasi urinarius
dan konstipasi
Berikan diet TKTP
Rasional : Kalori dan protein yang cukup diperlukan untuk proses penyembuhan
dan mem-pertahankan fungsi fisiologis tubuh
Kolaborasi pelaksanaan fisioterapi sesuai indikasi
Rasional : Kerjasama dengan fisioterapis perlu untuk menyusun program
aktivitas fisik secara individual
Evaluasi kemampuan mobilisasi klien dan program imobilisasi
Rasional : Menilai perkembangan masalah klien.
5. Resiko tinggi terjadinya fetal distress berhubungan dengan perfusi darah ke plasenta
berkurang
Tujuan : tidak terjadi fetal distress
Kriteria hasil : DJJ normal / terdengar, bisa berkoordinasi, adanya pergerakan bayi,
bayi lahir selamat
Intervensi
Jelaskan resiko terjadinya dister janin / kematian janin pada ibu
Rasional : kooperatif pada tindakan
Hindari tidur terlentang dan anjurkan tidur ke posisi kiri
Rasional : tekanan uterus pada vena cava aliran darah kejantung menurun
sehingga terjadi perfusi jaringan
Observasi tekanan darah dan nadi klien
Rasional : penurunan dan peningkatan denyut nadi terjadi pad sindroma vena
cava sehingga klien harus di monitor secara teliti
Observasi perubahan frekuensi dan pola DJ janin
Rasional : penurunan frekuensi plasenta mengurangi kadar oksigen dalam
janin sehingga menyebabkan perubahan frekuensi jantung janin
Berikan O2 10 12 liter dengan masker jika terjadi tanda-tanda fetal distress
Rasional: meningkat oksigen pada janin
6. Resti defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan
Tujuan : Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output
baik jumlah maupun kualitas
Kriteria Hasil :
TTV dalam keadaan normal
Perdarahan berkurang sampai dengan berhenti
Kulit tidak pucat
Intervensi :
Kaji kondisi status hemodinamika
Rasional : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki
karekteristik bervariasi
Ukur pengeluaran harian
Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah
dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal
Catat haluaran dan pemasukan
Rasional : Mengetahuai penurunanan sirkulasi terhadap destruksi sel darah
merah
Observasi Nadi dan Tensi
Rasional : Mengetahui tanda hipovolume (perdarahan).
Berikan diet halus
Rasional : Memudahkan penyerapan diet
Nilai hasil lab. HB/HT
Rasional : Menghindari perdarahan spontan karena proliferasi sel darah merah.
Berikan sejumlah cairan IV sesuai indikasi
Rasional : Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dan tranfusi
mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan masif
Evaluasi status hemodinamika
Rasional : Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik.

ASUHAN KEPERAWATAN PLASENTA PREVIA


I. Pengkajian
Adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan
informasi atau data tentang pasien agar dapat mengidentifikasi, mengenal masalah ,
kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien baik fisik , mental, social, dan
lingkungan
II. Pengumpulan Data
1) Identifikasi pasien
Meliputi nama pasien dan suami, usia, jenis kelamin, alamat, agama, status
pernikahan, pekerjaan, pendidikan terakhir, dan suku bangsa. Pada kasus ini
biasanya didapatkan primigravida dimana usia atau umur lebih 35 th atau usia
masih muda, dimana endometrium masih belum matang, pendidikan biasanya
rendah sehingga tidak mengetahui pentingnya ANC (antenatal care). Untuk
mengetahui bagaimana kesehatan diri dan janinnya
2) Keluhan utama
Terjadi perdarahan tanpa nyeri
3) Riwayat penyakit sekarang
Riwayat dari pasien saat masuk rumah sakit dimana pada kasus ini terjadi
perdarahan berulang
4) Riwayat kesehatan yang lalu
Merupakan keadaan yang ada hubungannya dengan kesehatan sekarang untuk
mengetahui dan mencegah terjadinya hal hal yang tidak diinginkan bagi ibu
dan bayi
5) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah didalam keluarga pernah menderita sakit seperti ini penyakit keturunan,
penyakit menular yang kronis karena pasien yang terjadi pendarahan akan
rentan terhadap penyakit Karena daya tahan tubuh yang lemah
6) Riwayat haid
Berisi menarche lama, jumlah, warna, nyeri, atau tidak siklus menstruasi
7) Riwayat obsetri
Riwayat kehamilan atau persalinan yang keberapa pernah abortus atau tidak
pernah oprasi apa tidak pada kasus ini biasanya ANC (Antenatal Care) kurang
diperhatikan dan apakah pernah curettage
8) Riwayat Psikososial
Pasien akan merasa cemas oleh karena kawatir akan kehamilan ibu dan bayinya
takut akan dioprasi takut apabila gambaran dirinya berubah serta biaya oprasi
dan perawatannya
9) Pola aktivitas sehari-hari
Pola aktivitas sehari-hari akan terganggu karena pendarahan pasien harus
bedrest dan setelah operasi masih terdapat efek anastesi serta adanya perlukaan
operasi yang menimbulkan nyeri
III. Pemeriksaan Fisik
Merupakan pemeriksaan anggota tubuh pasien dimana terdiri dari dua macam yaitu
pemeriksaan umum yang meliputi : keadaan umum, kesehatan, tanda-tanda vital serta
keadaan dari sistem tubuh pada tanda vital akan didapatkan denyut nadi antara 90-120
kali/menit, meningkatnya kerja jantung sebagai kompensasi unuk memenuhi
kebutuhan cairan yang menurun akibat perdarahan yang memungkinkan dapat terjadi
syok hipovolemik serta kerja jantung menjadi cepat dengan daya pompa kecil
sedangkan suhu tubuh dalam batas normal. Selain pemeriksaan umum dilakukan pula
pemeriksaan status yaitu :
1) Inspeksi
Akan didapatkan mata terlihat konjungtiva pucat (anemis), mukosa bibir kering,
vagina terdapat perdarahan sedikit atau banyak
2) Palpasi
Pasien dengan placenta praevia akan didapatkan abdomen yang lembut akan
teraba janin dimana bagian bawah janin akan teraba belum masuk PAP karena
terhalang adanya placenta di uterus bagian bawah apabila janin dalam presentasi
kepala akan didapatkan belum masuk PAP
3) Auskultasi
Pada pemeriksaan auskultasi ini akan didapatkan denyut jantung terdengan lebih
cepat karena kerja jantung meningkat dan denyut jantung janin masih terdengar
jelas
IV. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan inspekula
Hati hati dengan memakai sepekulum dilihat dari mana asal perdarahan apakah dalam
uterus atau dari kelainan serviks vagina varices yang pecah dan lain lain.
Pemeriksaan radio isotop
macam macam pemeriksaan ini antara lain:
a) plasentografi jaringan lunak
b) sitografi
c) plasentografi inderek
d) anterigrafi
e) amnigrafi
f) radio isotopik plasentografi

Ultrasonografi
Penentuan lokasi plasenta secara ultrasonografi sangat tepat dan tidak menimbulkan bahaya
radiasi terhadap janin.
Pemeriksaan dalam
Adalah senjata dan cara paling akhir yang paling ampuh dibidang obstetric untuk diagnostic
plasenta previa namun harus hati hati karena bahayanya sangat besar.
Pemeriksaan darah
Yaitu golongan darah, hemoglobin , hematokrit serta darah lengkap dan kimia darah untuk
menunjang persiapan operasi

V. Diagnosa keperawatan

1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d hilangnya cairan yang berlebih

a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan volume cairan terpenuhi.


b. Kriteria standart : Terpeliharanya kardiak output maksimal tanda tanda vital dalam batas
normal, mukosa bibir tidak kering, keadaan tidak menurun.
c. Intervensi :
Anjurkan bedrest jika pasien dirawat dirumah
Rasional : pedarahan
Kaji adanya syok, cek vital sign, warna membran mukosa dan kulit
Rasional : membantu menentukan banyaknya darah yang hilang cyanosis dan perubahan
denyut nadi dan tekanan darah.
Monitoring intake dan out put kaji berat jenis urine tiap jam
Rasional : menentukan besarnya kehilangan darah dan menggambarkan terjadinya perfusi
ginjal.
Kolaborasi dalam pemberian cairan intravena plasma darah atas dan pocked sel.
Rasional : meningkatkan sirkulasi volume darah dan mengatasi gejala gejala syok.
Hindarkan pemeriksaan rectal atau vagina.
Rasional : pemeriksaan rektal atau vagina dapat meningkatan perdarahan.

2. Gangguan perfusi jaringan pada janin b/d adanya perdarahan

a. Tujuan : perdarahan maternal dapat diatasi sehingga tidak terjadi hipoxia janin.
b. Kriteria standart : tidak terjadi hipoxia pada janin, detak jantung janin dalam batas
normal.
c. Intervensi :
Kaji dan catat DJJ catat bradikardi atau takikardi
Rasional : dicatat perubahan aktifitas janin
Catat perdarahan ibu dan kontraksi uterus, umur kehamilan dan tinggi fundus
Rasional : jika kontraksi uterus disertai dilatasi serviks bedrest dan pengobatan tidak efektif.
Anjurkan bedrest dengan posisi lateral kiri
Rasional : posisi lateral kiri meringankan tekanan inferior dan meningkatkan sirkulasi gas
janin dengan placenta.
Kolaborasi pemberian suplemen oksigen pada ibu
Rasional : peningkatan oksigen dapat mensuplai pada janin.
Kolaborasi dalam penggantian cairan yang hilang
Rasional : memelihara volume sirkulasi yang adekuat untuk transfor oksigen.
3. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d kontraksi uterus
a. Tujuan : mengurangi rasa nyeri
b. Kriteria standart : nyeri berkurang
c. Intervensi :
Kaji skala nyeri pada pasien
Rasional : Mengetahui derajat nyeri dan tindakan terapi
Catat petunjuk nonverbal fisiologi dan psikologi
Rasional : Mengidentifikasi luas beratnya masalah
Kaji ulang faktor yang meningkatkan dan menurunkan nyeri
Rasional : Membantu membuat diagnosa
Mempertahankan tirah baring selama fase akut
Rasional : Meminimalkan stimulasi atau meningkatkan relaksasi
Berikan lingkungan istirahat dan batasi aktivitas
Rasional : Mengurangi kontraksi uteri

4. Gangguan Psikologis (cemas) b/d kurangnya pengetahuan tentang perdarahan

a. Tujuan : secara verbal pasien ( sederhana ) menyebabkan patofisiologi dan tindakan dari
situasi klinik.
b. Kriteria Standard : pasien tampak tenang, pasien mampu melakukan tindakan situasi
klinik
c. Intervensi :
Jelaskan perawatan dan kondisi perdarahan secara rasional
Rasional : pemberian informasi menjernihkan kesalah pahaman.
Beri kesempatan pasien untuk bertanya
Rasional : Pemberian klarifikasi dari kesalahpahaman, identifikasi masalah dan kesempatan
untuk memulai membangun
BAB 4
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Solusio plasenta atau disebut abruption placenta / ablasia placenta adalah separasi
prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpus uteri) dalam masa
kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta terdapat banyak
pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari ibu kejanin, jika plasenta
ini terlepas dari implantasi normalnya dalam masa kehamilan maka akan mengakibatkan
perdarahan yang hebat.
Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada plasenta previa
oleh karena pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak keluar melalui vagina hampir
tidak ada / tidak sebanding dengan perdarahan yang berlangsung internal yang sangat banyak
pemandangan yang menipu inilah yang sebenarnya yang membuat solusio plasenta lebih
berbahaya karena dalam keadaan demikian seringkali perkiraan jumlah, darah yang telah
keluar sukar diperhitungkan, padahal janin telah mati dan ibu berada dalam keadaan syok.
Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada kasus-kasus berat
didapatkan korelasi dengan penyakit hipertensi vaskular menahun, 15,5% disertai pula oleh
pre eklampsia. Faktor lain diduga turut berperan sebagai penyebab terjadinya solusio plasenta
adalah tingginya tingkat paritas dan makin bertambahnya usia ibu.
Gejala dan tanda solusio plasenta sangat beragam, sehingga sulit menegakkan
diagnosisnya dengan cepat. Dari kasus solusio plasenta didiagnosis dengan persalinan
prematur idopatik, sampai kemudian terjadi gawat janin, perdrhan hebat, kontraksi uterus
yang hebat, hipertomi uterus yang menetap. Gejala-gejala ini dapat ditemukan sebagai gejala
tunggal tetapi lebih sering berupa gejala kombinasi.

DAFTAR PUSTAKA
MANSJOER ARIF DKK . 2001.KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN. EDISI 3 JILID 1.FK
UI . JAKARTA
OBSETRI PATOLOGI FAKULTAS PADJADJARAN BANDUNG

Anda mungkin juga menyukai