PENDAHULUAN
1|Keperawatan Profesi
BAB 2
PEMBAHASAN
2|Keperawatan Profesi
kurang hati-hati, tidak peduli dan akibat yang timbul sebenarnya bukan
merupakan tujuan dari tindakan tersebut.
2.2 Pandangan tentang malpraktek medik
Beberapa praktisi hukum berpendapat bahwa masalah hukum kedokteran
bukanlah delik aduan, melainkan delik biasa dan dengan demikian pihak penyidik
dapat segera melakukan penyidikan tanpa menunggu pihak yang melapor atau
mengadukan. Secara yuridis formil hal tersebut benar, karena KUHP pasal 102
antara lain menyebutkan bahwa penyidik yang mengetahui menerima laporan atau
pengaduan tentang suatu peristiwa yang patut diduga merupakan tindakan pidana,
maka penyidik wajib segera melakukan penyidikan yang dilakukan.
Tuntutan malpraktek berdasarkan hukum pidana (dengan kata lain sebagai
kriminalitas dalam bidang medik) yang tercatat dalam literatur sebenarnya
tidaklah banyak. Meskipun demikian, perlu diketahui beberapa tindakan yang
dapat dikategorikan dalam praktek pidana antara lain :
Menipu pasien (pasal 378 KUHP)
Tindak pelanggaran kesopanan (pasal-pasal 290,294,285 dan 286
KUHP)
Sengaja membiarkan pasien tidak tertolong (pasal 322 KUHP)
Lalai sehingga mengakibatkan kematian atau luka-luka (pasal 359,
360, 361 KUHP)
Pasal 1365, pasal 1366, pasal 1367 KUH Perdata. Berkaitan
dengan ganti rugi diatur dalam pasal 55 UU Kesehatana sebagai
berikut,
- Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau
kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan
- Ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
-
2.3
3|Keperawatan Profesi
2.6 Kasus
Kasus dugaan malpraktek kembali terjadi di RSUD Swadana Jombang.
Setelah Muhammad Erick Indra Effendi (16) yang meninggal dunia pada 8
Maret 2011 lalu diduga akibat mal praktek dan kelalaian dokter Dr Wahyu
Widjanarko, SP JP, kali ini hal serupa juga menimpa Manan, seorang pasien
penyakit jantung. Manan yang didiagnosa mengindap penyakit jantung malah
kakinya yang diamputasi. Ny. Nyoman istri korban menceritakan, hasil diagnosa
pertama yang dilakukan dokter, suaminya mengidap penyakit jantung. Kemudian,
dokter melakukan tindakan medis dengan memberi obat.
Selang beberapa lama, korban merasakan nyeri pada kaki kirinya. Lalu,
dokter memberi obat anti nyeri. Proses selanjutnya, dokter menemukan penyakit
strok akut pada kaki kiri karena ada kesalahan obat. Setelah itu pasien dirujuk ke
RS dr. Soetomo Surabaya.
Lha kok kaki suami saya diamputasi, ungkapnya usai klarifikasi dengan tim
dokter di RSUD Jombang, Selasa (10/7/2012).
Pertemuan klarifikasi yang dilakukan oleh RSUD Swadana Jombang
dengan keluarga pasien amputasi itu diwarnai isak tangis keluarga korban. Ny.
Manan, istri pasien menangis sedih sebab dokter tidak mengakui adanya
malpraktek atau kesalahan obat. Saya masih tidak terima, saya kecewa dengan
penjelasan para dokter, ujarnya sambil menangis.
Menggapi dugaan malpraktik itu, aktifis Lembaga Kajian dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia (lakpesdam) Nahdaltul Ulama Jombang,
Aan Anshori yang mendampingi korban merasa tidak puas atas penjelasan dari
pihak rumah sakit yang tidak mengakui salah obat.
Menurut Aan, pihaknya akan melakukan upaya hukum demi mendapatkan
rasa keadilan jika diminta pihak keluarga.
Saya tidak puas atas penjelasan dokter, karena mereka tidak mengakui salah
obat. Kami meminta mereka mengaudit hasil rekam mediknya. Kami juga telah
meminta hasil rekam medik pasien tetapi mereka tidak memberikanya, tegasnya.
Aan juga menganggap sikap dokter yang terkesan tertutup dengan hasil
rekam medik tersebut telah menggar Undang-undang keterbukaan publik
4|Keperawatan Profesi
2.7 Analisa Kasus
1) Pada kasus tersebut terjadi masalah etis yaitu, prinsip non-malificience
yang terjadi pada dokter yang melakukan tidakan sebaiknya dokter
memikirkan apakah tindakah tersebut merugikan pasien atau tidak dan
veracity yaitu adanya keterbukaan antara dokter dan keluarga pasien.
2) Pada kasus tersebut juga ter4jadi permasalahan hukum yaitu :
Keluarga pasien tidak diperbolehkan melihat hasil rekam medik
Hal tersebut melanggar uu pasal 46 ayat 1 tahun 2009 yang berisi setiap
dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib
membuat rekam medis yang ditujukan kepada pasien.
Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun/denda paling
banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) setiap dokter atau dokter
gigi.
Dokter tertutup dengan hasil rekam medik melanggar UU keterbukaan
publik.
Hal tersebut melanggar UU Pasal 48 tahun 2009 yang berisi rahasia
kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan pasien
memenuhi permintaan apatur penegak hukum dalam rangka penegakkan
hukum, permintaan pasien sendiri atau berdasarkan keterntuan perundang-
5|Keperawatan Profesi
DAFTAR PUSTAKA
6|Keperawatan Profesi
DeLaune, Sue C., dan Ladner, Patricia K., (2002), Fundamentals of
Nursing: Standards & Practice, 2nd Edition, Delmar
Suhaemi, Mimin Emi., (2004), Etika Keperawatan Aplikasi Pada Praktik,
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Priharjo, Robert. 2008.Praktik Keperawatan Profesional.Jakarta:EGC
Achadiat,Chrisdiono.2007.Dinamika etika dan hukum
kedokteran.Jakarta:EGC
7|Keperawatan Profesi