0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
116 tayangan8 halaman
Discharge planning adalah proses merencanakan kepulangan pasien dari rumah sakit dengan memberikan instruksi mengenai perawatan diri, obat-obatan, kontrol berikutnya, dan sumber daya lain untuk menjamin kelangsungan perawatan. Tujuannya adalah meningkatkan kontinuitas perawatan pasca keluar dari rumah sakit.
Discharge planning adalah proses merencanakan kepulangan pasien dari rumah sakit dengan memberikan instruksi mengenai perawatan diri, obat-obatan, kontrol berikutnya, dan sumber daya lain untuk menjamin kelangsungan perawatan. Tujuannya adalah meningkatkan kontinuitas perawatan pasca keluar dari rumah sakit.
Discharge planning adalah proses merencanakan kepulangan pasien dari rumah sakit dengan memberikan instruksi mengenai perawatan diri, obat-obatan, kontrol berikutnya, dan sumber daya lain untuk menjamin kelangsungan perawatan. Tujuannya adalah meningkatkan kontinuitas perawatan pasca keluar dari rumah sakit.
Discharge planning adalah proses sistematis yang diberikan kepada pasien ketika akan meninggalkan tempat pelayanan kesehatan, baik pulang kerumah maupun akan melakukan perawatan dirumah sakit lain (Taylor). Kozier (2004) mendefinisikan discharge planning sebagai proses mempersiapkan pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang lain didalam atau diluar suatu agen pelayanan kesehatan umum. Jackson (1994) menyatakan bahwa discharge planning merupakan proses mengidentifikasi kebutuhan pasien dan perencanaannya dituliskan untuk memfasilitasi keberlanjutan suatu pelayanan kesehatan dari suatu lingkungan yang lain. Jadi, dapat disimpulkan bahwa discharge planning adalah komponen sistem perawatan berkelanjutan sebagai perencanaan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya yang dituliskan untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang lain didalam atau diluar suatu agen pelayanan kesehatan umum, sehingga pasien dan keluarganya mengetahui tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubunagan dengan kondisi penyakitnya.
2. Tujuan Discharge Planning
Tujuan utama adalah membantu klien dan keluarga untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Discharge planning yang efektif juga menjamin perawatan yang berkelanjutan di saat keadaan yang penuh dengan stress. Menurut Naylor (1990), tujuan discharge planning adalah meningkatkan kontinuitas perawatan, meningkatkan kualitas perawatan dan memaksimalkan manfaat sumber pelayanan kesehatan. Discharge Planning dapat mengurangi hari rawatan pasien, mencegah kekambuhan, meningkatkan perkembangan kondisi kesehatan pasien dan menurunkan beban perawatan pada keluarga dapat dilakukan melalui Discharge Planning. Discharge planning ini menempatkan perawat pada posisi yang penting dalam proses pengobatan pasien dan dalam team discharge planner rumah sakit, pengetahuan dan kemampuan perawat dalam proses keperawatan dapat memberikan kontinuitas perawatan melalui proses discharge planning Menurut Mamon et al (1992), pemberian discharge planning dapat meningkatkan kemajuan pasien, membantu pasien untuk mencapai kualitas hidup optimum sebelum dipulangkan. Beberapa penelitian bahkan menyatakan bahwa discharge planning memberikan efek yang penting dalam menurunkan komplikasi penyakit, pencegahan kekambuhan dan menurunkan angka mortalitas dan morbiditas (Leimnetzer et al,1993: Hester, 1996). Seorang Discharge Planners bertugas membuat rencana, mengkoordinasikan dan memonitor dan memberikan tindakan dan proses kelanjutan perawatan (Powell,1996). Perawat dianggap sebagai seseorang yang memiliki kompetensi lebih danpunya keahlian dalam melakukan pengkajian secara akurat, mengelola dan memiliki komunikasi yang baik dan menyadari setiap kondisi dalam masyarakat. (Harper, 1998 ).
3. Manfaat Discharge Planning
a. Bagi Pasien : 1) Dapat memenuhi kebutuhan pasien. 2) Merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari proses perawatan sebagai bagian yang aktif dan bukan objek yang tidak berdaya. 3) Menyadari haknya untuk dipenuhi segala kebutuhannya. 4) Merasa nyaman untuk kelanjutan perawatannya dan memperoleh support sebelum timbulnya masalah. 5) Dapat memilih prosedur perawatannya. 6) Mengerti apa yang terjadi pada dirinya dan mengetahui siapa yang dapat dihubunginya. 7) Menurunkan jumlah kekambuhan, penurunan kembali di rumah sakit, dan kunjungan ke ruangan kedaruratan yang tidak perlu kecuali untuk beberapa diagnose. 8) Membantu klien untuk memahami kebutuhan setelah perawatan dan biaya pengobatan. b. Bagi Perawat : 1) Merasakan bahwa keahliannya di terima dan dapat di gunakan. 2) Menerima informasi kunci setiap waktu. 3) Memahami perannya dalam sistem. 4) Dapat mengembangkan ketrampilan dalam prosedur baru. 5) Memiliki kesempatan untuk bekerja dalam setting yang berbeda dan cara yang berbeda. 6) Bekerja dalam suatu sistem dengan efektif. 7) Sebagai bahan pendokumentasian dalam keperawatan.
4. Prinsip Discharge Planning
a. Kordinasi (saling berhubungan). b. Interdisiplin (saling menjaga, disiplin ilmu,keterampilan sesuai standar keperawatan). c. Pengenalan secara dini mungkin (penjelasan tentang apa yang kita informasi). d. Perencanaan secara hati-hati. e. Melibatkan klien dan keluarga dalam memberikan perawatan.
a. Kurang pengetahuan tentang pengobatan. b. Isolasi sosial. c. Diagnosa baru penyakit kronik. d. Operasi besar. e. Perpanjangan operasi besar. f. Orang labil. g. Penatalaksanaan dirumah secara kompleks. h. Kesulitan finansial. i. Ketidakmampuan menggunakan sumber rujukan /fasilitas pelayanan kesehatan dan Penyakit terminal. Prioritas klien yang mendapatkan discharge planning a. Umur diatas 70 tahun b. Maltipe diagnosis c. Resiko kematian yang tinggi d. Terbatas mobilitas fisik e. Keterbatasan merawat diri sendiri f. Penurunan status kognisi/kognitif g. Resiko terjadi cedera h. Tunawisma i. Fakir miskin j. Penyakit kronis k. Pasien diagnosis baru l. Penyalahgunaan zat m. Sering keluar masuk emergency
5. Komponen Discharge Planning
1) Jadwal kontrol dan menjelaskan pentingnya melakukan kontrol. 2) Perawatan di rumah 3) Meliputi pemberian pengajaran atau pendidikan kesehatan (health education) mengenai : diet, mobilisasi, waktu kontrol dan tempat kontrol. Pemberian pembelajaran disesuaikan dengan tingkat pemahaman pasien dan keluarga. mengenai perawatan selama pasien di rumah nanti. 4) Obat-obatan yang masih diminum dan jumlahnya Pada pasien yang akan pulang dijelaskan obat-obatan yang masih diminum, dosis, cara pemberian, dan waktu yang tepat minum obat. 5) Obat-obatan yang dihentikan Meskipun ada obat-obatan yang tidak diminum lagi oleh pasien, obat- obatan tersebut tetap dibawakan ke pasien. 6) Hasil pemeriksaan Hasil pemeriksaan luar sebelum MRS dan hasil pemeriksaan selama MRS dibawakan ke pasien waktu pulang 7) Surat-surat seperti : surat keterangan sakit, surat kontrol dan lain-lain.
6. Tahap-tahap Discharge Planning
1. Pengkajian Pengkajian mencakup pengumpulan dan pengorganisasian data tentang klien. Ketika melakukan pengkajian kepada klien, keluarga merupakan bagian dari unit perawatan. Klien dan keluarga harus aktif dilibatkan dalam proses discharge agar transisi dari rumah sakit ke rumah dapat efektif. Elemen penting dari pengkajian discharge planning adalah : a. Data kesehatan b. Data pribadi c. Pemberi perawatan d. Lingkungan e. Keuangan dan pelayanan yang dapat mendukung 2. Diagnosa Diagnosa keperawatan didasarkan pada pengkajian discharge planning, dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan klien dan keluarga. Keluarga sebagai unit perawatan memberi dampak terhadap anggota keluarga yang membutuhkan perawatan. Keluarga penting untuk menentukan apakah masalah tersebut aktual atau potensial. 3. Perencanaaan : Hasil yang diharapkan Menurut Luverne & Barbara (1988), perencanaan pemulangan pasien membutuhkan identifikasi kebutuhan spesifik klien. Kelompok perawat berfokus pada kebutuhan rencana pengajaran yang baik untuk persiapan pulang klien, yang disingkat dengan METHOD, yaitu: 1. Medication (obat) Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus dilanjutkan setelah pulang. 2. Environment (Lingkungan) Lingkungan tempat klien akan pulang dari rumah sakit sebaiknya aman. Pasien juga sebaiknya memiliki fasilitas pelayanan yang dibutuhkan untuk kontinuitas perawatannya. 3. Treatrment (pengobatan) Perawat harus memastikan bahwa pengobatan dapat berlanjut setelah klien pulang, yang dilakukan oleh klien atau anggota keluarga. Jika hal ini tidak memungkinkan, perencanaan harus dibuat sehingga seseorang dapat berkunjung ke rumah untuk memberikan keterampilan perawatan. 4. Health Teaching (Pengajaran Kesehatan) Klien yang akan pulang sebaiknya diberitahu bagaimana mempertahankan kesehatan. Termasuk tanda dan gejala yang mengindikasikan kebutuhan pearwatan kesehatan tambahan. 5. Outpatient referral Klien sebaiknya mengenal pelayanan dari rumah sakit atau agen komunitas lain yang dapat meningkatan perawatan yang kontinu. 6. Diet Klien sebaiknya diberitahu tentang pembatasan pada dietnya. Ia sebaiknya mampu memilih diet yang sesuai untuk dirinya. 4. Implementasi Implementasi adalah pelaksanaan rencana pengajaran dan referral. Seluruh pengajaran yang diberikan harus didokumentasikan pada catatan perawat dan ringkasan pulang (Discharge summary). Instruksi tertulis diberikan kepada klien. Demonstrasi ulang menjadi harus memuaskan. Klien dan pemberi perawatan harus memiliki keterbukaan dan melakukannya dengan alat yang akan digunakan di rumah. Penyerahan homecare dibuat sebelum klien pulang. Informasi tentang klien dan perawatannya diberikan kepada agen tersebut. Seperti informasi tentang jenis pembedahan, pengobatan (termasuk kebutuhan terapi cairan IV di rumah), status fisik dan mental klien, faktor sosial yang penting (misalnya kurangnya pemberi perawatan, atau tidak ada pemberi perawatan) dan kebutuhan yang diharapkan oleh klien. Transportasi harus tersedia pada saat ini. 5. Evaluasi Evaluasi terhadap discharge planning adalah penting dalam membuat kerja proses discharge planning. Perencanaan dan penyerahan harus diteliti dengan cermat untuk menjamin kualitas dan pelayanan yang sesuai. Evaluasi berjalan terus-menerus dan membutuhkan revisi dan juga perubahan. Evaluasi lanjut dari proses pemulangan biasanya dilakukan seminggu setelah klien berada di rumah. Ini dapat dilakukan melalui telepon, kuisioner atau kunjungan rumah (homevisit). Keberhasilan program rencana pemulangan tergantung pada enam variabel : a. Derajat penyakit b. Hasil yang diharapkan dari perawatan c. Durasi perawatan yang dibutuhkan d. Jenis-jenis pelayanan yang diperlukan e. Komplikasi tambahan f. Ketersediaan sumber-sumber 7. Alur atau Mekanisme Discharge Planning