Anda di halaman 1dari 11

PERMASALAHAN EMOSI, SOSIAL

DAN PSIKOLOGIS PADA PASIEN


DAN KELUARGA DALAM
PERAWATAN PALIATIF

Kelompok
Kelompok 22
Kelas
Kelas D D
1.
1.Ainun
AinunAsri
AsriAMZ
AMZ Badu
Badu
2.
2. Dela
Dela Puspita
Puspita BB Hasan
Hasan
3.
3. Nurul
Nurul Pratiwi
Pratiwi Thalib
Thalib
4.
4. Nur Fajriatika Lihawa
Nur Fajriatika Lihawa
5.
5. Rini
Rini Rahim
Rahim
6.
6. Supriadi
Supriadi Djafar
Djafar
7.
7. Waode Febrita
Waode Febrita
8.
8. Yullya
Yullya Sinta
Sinta Pandju
Pandju
Defenisi Grieving

Berduka atau grieving merupakan proses memecahkan masalah


karena berduka keadaan normal terkait kematian. Untuk
menentukan kesehatan jiwa individu, karena memberi kesempatan
individu untuk melakukan koping terhadap kehilangan secara
bertahap sehingga dapat menerima kehilangan (Saputra, lyndon.
2015).
Jenis Jenis Berduka
1. Berduka normal : Misalnya, kesedihan, kemarahan, menangis, kesepian, dan menarik
diri dari aktivitas untuk sementara
2. Berduka antisipatif : Proses ”melepaskan diri” yang muncul sebelum kehilangan
atau kematian yang sesungguhnya terjadi
3. Berduka yang rumit : . Masa berkabung seolah-olah tidak kunjung berakhir dan dapat
mengancam hubungan orang yang bersangkutan dengan orang lain
4. Berduka tertutup : kedudukan akibat kehilangan yang tidak dapat diakui secara terbuka
5. Berduka disfungsional : Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau
Fase fase Grieving
Tahap Depression
( Depresi ). Pada tahap
Tahap Anger
ini pasien sering
( Kemarahan ). Pada
menunjukkan sikap
tahap ini individu
menarik diri, kadang –
menolak kehilangan.
kadang bersikap sangat
menunjukkan perilaku
menurut, tidak mau
agresif, berbicara kasar,
bicara, menyatakan
menyerang orang lain,
keputusan, rasa tidak
menolak pengobatan,
berharga, bahkan bisa
bahkan menuduh
muncul keinginan
dokter atau perawat
A tidak berkompeten. C bunuh diri E
Tahap Denial B Tahap Bargaining D Tahap Acceptance
( Penyangkalan ). Reaksi ( Tawar Menawar ). ( Penerimaan ). Tahap
pertama individu yang Individu mungkin ini berkaitan dengan
mengalami kehilangan berupaya untuk reorganisasi perasaan
adalah syok, tidak melakukan tawar- kehilangan. Pikiran yang
percaya, atau menawar dengan selalu berpusat pada
mengingkari kenyataan memohon kemurahan objek yang hilang akan
bahwa kehilangan Tuhan. mulai berkurang atau
benar – benar terjadi. bahkan hilang.
Respon Normal &
Abnormal Grieving
Berduka normal adalah suatu status yang merupakan Berduka abnormal adalah suatu status yang
pengalaman individu dalam merespon kehilangan yang merupakan pengalaman individu yang responnya
aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan / dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara
kedekatan, objek atau ketidak mampuan fungsional aktual maupun potensial, hubungan, objek dan
sebelum terjadinya kehilangan. ketidakmampuan fungsional

• Seperti : ungkapan kehilangan, • Seperti : mengingkari kenyataan


menangis, gangguan tidur, kehilngan terjadi dalam waktu
kehilangan nafsu makan, sulit yang lama, sedih berkepanjangan,
berkonsentrasi adanya gejala fisik yang berat,
menyakiti diri sendiri, menarik
diri bahkan keinginan untuk
bunuh diri ( Towmsend, 2019 ).
Respon Normal &
Abnormal Grieving

• Berdasarkan Respon klien Pada proses berduka dalam Respon yang


abnormal menurut Suliswati, 2017 terdapat bahwa :
Respon
kognitif
Respon
sosial

Respon
afektif

Respon
perilaku

Respon
fisiologis
Tanda-Tanda Terjadinya Permasalahan Emosional

• Menurut Kindergarten & Intelligence, 2019 Tanda-


Tanda Terjadinya Permasalahan Emosional Yaitu : 2. Marah
(Anger)
1. Takut
(Fear) Amarah adalah salah satu bentuk emosi yang di
dalamnya meliputi brutal, mengamuk, benci,
marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu,
rasa pahit, tersinggung, bermusuhan, tindak
Rasa takut adalah salah satu kekerasan, dan kebencian patologis.
bentuk emosi yang di dalamnya Tanda-tanda dari kemarahan yang bersumber dari
adalah cemas, takut, gugup, dalam diri :
khawatir, was-was, ngeri, kecut, 1. Depresi
panik, dan fobia. Adapun bentuk 2. Adiksi atau kecanduan
ketakutan 3. Salah tempat dan orang
1. Takut terhadap kedekatan 4. Perilaku serampangan
2. Takut terhadap penolakan 5. Pengorbanan,
3. Takut terhadap kegagalan 6. Canggung
7. Manisfestasi fisik,
8. Degradasi Perilaku,
4. Despair
3.Perasaan (Putus
Bersalah Asa)
(Guilt)
Keputusasaan adalah suatu kondisi yang sangat umum
dialami oleh setiap orang dalam hidupnya, Pada komponen
Perasaan bersalah adalah perasaan kognitif, seseorang yang putus asa cara berpikirnya
tidak nyaman/gundah atau malu pada akan terganggu. Ia mengalami kesulitan untuk
merealisasikan rencana-rencana yang telah disusun dan U nc e 6 .
saat seseorang melakukan r
(Ket tainty
kesalahan, keburukan atau amoral kesulitan dalam menyadari cara-cara alternatif untuk i dak
Tipe-tipe Perasaan Bersalah : mengatasi masalahnya tian pas
)
1. Kesalahan Psikologi
2. Kesalahan Sosial, family caregiver juga harus bekerja untuk
3. Kesalahan Agama, diri mereka sendiri, mencakup menghadapi
5. Sadness dan melakukan koping terhadap keadaan
emosional mereka sendiri, mengatasi
(kesedihan ketidakpastian, berjuang dalam menerima penyakit
dan kompensasi terhadap waktu personal. Family
) caregiver juga harus menunjukkan kemampuan
interpersonal dan tugas sosial lain seperti
kesedihan adalah salah satu bentuk emosi yang di berinteraksi dengan profesional medis, rapat
dalamnya meliputi pedih, sedih, muram, suram, kebutuhan dengan anggota keluarga lain,
melankolis, mengasihani diri, kesepian, ditolak, berinteraksi dengan ahliahli lainnya, mengelola
putus asa, dan depresi finansial, dan tugas-tugas lainnya.
Metode Komunikasi Yang Responsive, Sensitive Dan Supportive Pada
Pasien Dan Keluarga Yang Mengalami Masalah Psikologis

• Metode komunikasi yag digunakan adalah komunikasi terapeutik. Komunikasi


terapeutik sendiri merupakan bagian dari komunikasi interpersonal dalam dunia
kesehatan khususnya bidang keperawatan yang membutuhkan rasa percaya /
kepercayaan (trust), sikap suportif (supportiveness), dan sikap terbuka (open
mindedness) dari masing-masing pihak. (Afnuhazi, 2015. Dalam Fasya Hannika &
Lucy, Pujasari Supratman, 2018).

Selama komunikasi terapeutik berlangsung, perawat berusaha terus melakukan interaksi yang
komunikatif guna membentuk sikap saling membangun kepercayaan, pemecahan masalah dengan koping
konstruktif, memahami kondisi klien, memberikan apresiasi, dan penggunaan komunikasi yaitu
dengan cara :
1. Membangun Kepercayaan
2. Pemecahan Masalah Dengan Koping Kontruktif
3. Memahami Kondisi Klien
4. Memberikan Apresiasi
5. Penggunaan Komunikasi Verbal & Non Verbal
Metode Komunikasi Yang Responsive,
Sensitive Dan Supportive Pada Pasien
Dan Keluarga Yang Mengalami Masalah
Psikologis

Menurut Anjaswarni Tri (2016),

1. Menerapkan komunikasi pada tahap pengkajian klien dengan gangguan kejiwaan (kecemasan)
Contoh : “Saya lihat ibu tampak gelisah, jelaskan apa yang menyebabkan ibu merasatidak tenang!”
“Apakah yang biasa ibu lakukan jika menghadapi masalah yang demikian?”

2. Menerapkan komunikasi pada tahap diagnosis keperawatan klien dengan gangguan kejiwaan (kecemasan)
Contoh : Perawat:“Berdasarkan data dan analisis, diketahui bahwa ibu mengalami cemas berat.”
3. Menerapkan komunikasi pada tahap perencanaan klien dengan gangguan kejiwaan (kecemasan)
Contoh : Perawat “Untuk membantu menurunkan kecemasan yang terjadi, saya akan mengajarkan teknik relaksasi yang dapat ibu lakukan
setiap saat jika merasa cemas.”
4. Menerapkan komunikasi pada tahap implementasi klien dengan gangguan kejiwaan (kecemasan)
contoh : “Mulailah dengan menajamkan mata, tenangkan pikiran anda, buat tubuh anda serileks mungkin.”
“Tarik napas melalui hidung dan keluarkan secara perlahan-lahan melalui mulut.”
5. Menerapkan komunikasi pada tahap evaluasi klien dengan gangguan kejiwaan(kecemasan)
Contoh : “Bagaimanakah perasaan ibu setelah melakukan latihan relaksasi napasdalam?”
“Sebutkan tanda-tanda kecemasan yang sudah berkurang setelah melakukan latihan teratur.”
Intervensi Terhadap Distress Psikologis


First Line Phychological Intervention (Hanlon et al., 2014).

Psychological First Aid (Hanlon et al., 2014).

Psikoedukasi (Hanlon et al., 2014).


Structured, Brief Psychological Therapie (Hanlon et al., 2014).

Cognitive Behavior Therapy (CBT) (Hanlon et al., 2014).

Interpersonal Psychotherapy (IPT) (Hanlon et al., 2014)

Creative Therapy (Terapi Art/Kreativitas) (Holt & Kaiser dalam Ayu Eka, dkk. 2017).

Problem Solving Therapy ) (Hanlon et al., 2014)


Relaxation Therapy ) (Hanlon et al., 2014)


Group Activity Therapy ( Terapi Aktivitas Kelompok) (Keliat dalam Wahidyanti, dkk. 2016)

Imagery Therapy (Terapi Imajinasi Terbimbing (Issrahli, dkk.2018)



Thank
you

Anda mungkin juga menyukai