Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEPEMIMPINAN KRISIS

(Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kepemimpinan Yang Diampuh Oleh
Dr. Arifin Suking, S.pd, M.pd)

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 9
KELAS D
1. ALIEF RAHMAN AHMAD
2. MEYLIEN E. HASAN
3. NURFAJRIATIKA LIHAWA
4. RINI RAHIM
5. YULLYA SINTA PANDJU

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2019

1
Kata Pengantar

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang masih
memberikan kita kesehatan, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas pembuatan
makalah ini dengan judul “Kepemimpinan Krisis”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan. Dalam makalah ini mengulas tentang defenisi Kepemimpinan
Krisis (Crisis Leadership), Pendekatan Situasional Dan Kepemimpinan Krisis,
Model Kepemimpinan Krisis, Faktor-faktor Pengaruh Eksternal, Pillar-pilar
Kepemimpinan Krisis, Pondasi Kepemimpinan Krisis, Strategi Kepemimpinan Di
Saat Krisis.

Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak


yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini. Penulis juga berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang konstruktif sangat kami
harapkan dari para pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki
pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Gorontalo, Februari 2020

Kelompok 1

i
Daftar Isi

Kata pengantar .....................................................................................................i


Daftar isi .............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................2
1.3 Tujuan ...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Kepemimpinan Krisis (Crisis Leadership),.....................................3


2.2 Pendekatan Situasional Dan Kepemimpinan Krisis......................................4
2.3 Model Kepemimpinan Krisis........................................................................5
2.4 Faktor-faktor Pengaruh Eksternal..................................................................6
2.5 Pillar-pilar Kepemimpinan Krisis..................................................................7
2.6 Pondasi Kepemimpinan Krisis......................................................................7
2.7 Strategi Kepemimpinan Di Saat Krisis........................................................11

BAB III PENUTUP

Kesimpulan .......................................................................................................16

Daftar Pustaka...................................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Organisasi modern saat ini akan selalu berhadapan dengan ketidakpastian
dalam operasinya. Ketidakpastian ini akan menuntut organisasi untuk terus
menyesuaikan diri agar tetap survive. Bentuk adaptasi yang dilakukan antara
lain dengan perubahan visi, misi dan Strategi, penyempurnaan bisnis proses,
pengimplementasian emergency disaster plan atau perubahan gaya
kepemimpinan.
.Adaptasi yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi dampak negatif
atau untuk mengambil kesempatan dari keadaan yang tidak pasti tersebut.
Ketidakpastian tersebut tidak akan menjadi permasalahan saat
mendatangkan keuntungan atau kesempatan bagi organisasi. Hal yang menjadi
permasalahan adalah ketika ketidakpastian tersebut berdampak negatif dan
tidak dapat diprediksi sebelumnya.
Ketidakpastian seperti inilah yang dikategorikan sebagai krisis. Contoh
yang nyata krisis yang terjadi adalah krisis moneter pada tahun 1998 dan
2008, adanya serangan teroris di beberapa tempat di dunia dan adanya
bencana alam yang luar biasa yang mempropogandakan semuanya ( tsunami
di Aceh, gempa bumi di haiti, lumpur di Sidoarjo, dsb.) Oleh sebab itu, para
ahli berpendapat bahwa perencanaan untuk mengantisipasi datangnya krisis
penting dilakukan untuk membantu organisasi mengantisipasi dan
merumuskan strategi untuk mengatasi dampak dari krisis tersebut (Stocker,
1997).
Akan tetapi, menurut Allan Schoenberg (2004) dalam penelitiannya yang
berjudul  What it Means to Lead During a Crisis: An Exploratory
Examination of Crisis Leadership, menyatakan bahwa persiapan bukanlah
satu-satunya kunci untuk menangani krisis. Organisasi seharusnya juga fokus
pada pengembangan kepempimpinan dan komunikasi untuk mengidentifikasi
kepemimpinan seperti apa yang efektif di saat krisis dan menetapkannnya

1
pada perencanaan organisasi. Salah satu teori yang mendukung pernyataan ini
dikemukakan oleh Augustine (1995) yang menyatakan bahwa para pemimpin
cenderung apatis terhadap crisisplanning karena mereka terlalu asyik
berkonsentrasi pada harga saham dan performa finansial lainnya.
Oleh sebab itu, penelitian dan diskusi tentang karakter dan kualitas
pemimpin yang diperlukan pada saat krisis terus berkembang.Untuk
memahami konsep tentang crisis leadership, dibutuhkan pemahaman
tentang crisis management maupun konsep seputar kepemimpinan terlebih
dahulu. Makalah ini akan membahas bagaimanaciri, karakter dan kualitas dari
pemimpin yang diperlukan organisasi untuk mengatasi dan mengelola krisis
dengan baik berdasarkan pendekatan situasional dan teori crisis
leadership lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana defenisi Kepemimpinan Krisis (Crisis Leadership) ?
2. Bagaimana Pendekatan Situasional Dan Kepemimpinan Krisis ?
3. Bagaimana Model Kepemimpinan Krisis ?
4. Bagaimana Faktor-faktor Pengaruh Eksternal ?
5. Apa saja Pillar-pilar Kepemimpinan Krisis ?
6. Apa saja yang menjadi Pondasi Kepemimpinan Krisis ?
7. Bagaimana Strategi Kepemimpinan Di Saat Krisis ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui defenisi Kepemimpinan Krisis (Crisis Leadership)
2. Untuk mengetahui Pendekatan Situasional Dan Kepemimpinan Krisis
3. Untuk mengetahui Model Kepemimpinan Krisis
4. Untuk mengetahui Faktor-faktor Pengaruh Eksternal
5. Untuk mengetahui Pillar-pilar Kepemimpinan Krisis
6. Untuk mengetahui Pondasi Kepemimpinan Krisis
7. Untuk mengetahui Strategi Kepemimpinan Di Saat Krisis

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kepemimpinan Krisis (Crisis Leadership)


Kepemimpinan di masa krisis merupakan suatu hal yang sangat sulit dan
menantang. Pemimpin yang pernah menjalani crisis leadership akan
mendapatkan pengalaman yang sangat berharga sebagai tolak ukur dan
pembangunan karir mereka. Definisi crisis leadership telah begitu banyak
diungkapkan oleh para ahli manajemen.Crisis leadership terdiri dari dua kata,
yaitu crisis dan leadership.Definisi tentang crisis telah dijelaskan pada
bagian sebelumnya.
Menurut Center For Creative Leadership dalam Genn Klann
(2003), leadership definisikan sebagai “process of influence in which
managers interact with direct reports and others in the organization in
collective pursuit of a common goal. Given the emotionally volatile
environment that surrounds a crisis situation, and that can contribute to
ineffective or even counterproductive behavior, a useful working definition of
crisis leadership may simply be this ability to influence others.”.Dari definisi
tersebut dapat disimpulkan bahwa unsur terpenting dalam
sebuah leadership adalah pengaruh yaitu merupakan kemampuan membujuk,
meyakinkan, memotivasi, menginspirasi serta menggunakan kekuasaan
dengan benar untuk mengubah orang lain.
Kepemimpinan di saat krisis berbeda dengan kepemimpinan di saat
keadaan normal. Walaupun keduanya sama-sama menggunakan pengaruh,
tetapi kepemimpinan di saat krisis melibatkan aspek emosional yang lebih
besar dari sang pemimpin. Selain itu juga menuntut pengambilan keputusan
secara cepat dan tepat. Menurut Allan L. Schoenberg, pemimpin diperlukan
pada saat krisis untuk mengkomunikasikan visi secara jelas, menenangkan
ketakutan internal dan meyakinkan pihak lain. Pemimpin juga harus meng-
update secara sering apa yang sedang, telah dan akan terjadi, mendapatkan
kepercayaan pemegang saham, disamping menyeimbangkan strategi jangka

3
organisasi dengan kebutuhan jangka pendek. Ketika krisis terjadi, diperlukan
perhatian yang cepat. Kemampuan dan kepemimpinan harus digabungkan ke
dalam perencanaan krisis dan teknik manajemen krisis untuk
menyeimbangkan antara pelaksanaan manajemen krisis tersebut dengan
membangun hubungan dengan pihak lain.
Tujuan crisis leadership adalah untuk memperbaiki dan mempertahankan
sebuah organisasi. Kesuksesan kepemimpinannya diawali dengan adanya
kepercayaan pihak internal (anggota, karyawan, rakyat) maupun pihak
eksternal (komunitas, pelanggan, suplier, rekanan, dll) terhadap organisasi.
Kepercayaan akan mendukung organisasi untuk bisa kembali ke kondisi
normal dan penting dalam mendukung keberlangsungan kehidupan
organisasi. Untuk menggapainya dibutuhkan Kebenaran (Authenticity) dan
Pengaruh (Influence) dari seorang Pemimpin Krisis. Tanpa kedua
karakteristik tersebut, seorang pemimpin akan kehilangan dukungan dari
dalam dan luar organisasi. Kedua karakter tersebut adalah pilar-pilar
kepemimpinan krisis.Oleh karena itu seorang pemimpin yang tidak memiliki
salah satu atau bahkan kedua karakteristik tersebut, walaupun mungkin
memiliki karekteristik kepemimpinan yang lain, kecenderungan untuk gagal
besar.
2.2 Pendekatan Situasional Dan Kepemimpinan Krisis
Ide utama pendekatan situasional mengenai kepemimpinan adalah tidak
ada suatu karakter tertentu yang berlaku umum bagi setiap pemimpin yang
efektif dan tidak ada pula satu gaya kepemimpinan yang efektif untuk semua
situasi. Salah satu gagasan dalam pendekatan situasional dikembangkan oleh
Fred E. Fiedler yang berpendapat bahwa gaya kepemimpinan yang berbeda
akan memadai untuk situasi yang berbeda karena tidak ada satu gaya
kepemimpinan yang paling baik untuk semua situasi, ancangan ini kemudian
dikenal dengan nama Fiedler Contingency Model yang menggunakan asumsi
bahwa kontribusi pemimpin terhadap keberhasilan kinerja kelompoknya
ditentukan oleh karakteristik dari pemimpin tersebut dan situasi.  Selain itu
Fiedler juga berasumsi bahwa kepemimpinan seseorang adalah tetap,

4
sehingga apabila suatu pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang tidak
sesuai dengan situasi yang dihadapi, maka pemimpin tersebut harus diganti
demi tercapainya efektivitas.
Sedangkan gagasan yang lain dikembangkan oleh Vroom dan Yetton,
bahwa gaya kepemimpinan disesuaikan dengan jawaban-jawaban  atas 
situasi  tertentu. Untuk mengetahui karakteristik yang dimiliki oleh seorang
pemimpin Fiedler menggunakan kuesioner least preferred cowerker yang
bertujuan untuk mengukur apakah seorang pemimpin tersebut berorientasi
pada pekerjaan atau relasi. Pemimpin yang berpersepsi bahwa rekan kerja
tersebut tidak baik  (negative  terms atau berarti low LPC leader) berarti
mempunyai orientasi pekerjaan, sedangkan high LPC leader berarti lebih
menyukai terbentuknya hubungan yang baik dengan bawahan.
Pada saat organisasi mengalami krisis atau perubahan, seorang pemimpin
harus memiliki kemampuan dan karakteristik tertentu yang diperlukan dalam
mengatasi krisis. Menurut Allan Schoenberg, situasi juga kadang-kadang
menentukan seorang pemimpin. Setiap krisis memerlukan respon yang
berbeda dari pemimpin. Seorang crisis leader mungkin pada suatu saat
menjadi follower pada situasi yang lain. Dengan berubahnya situasi, seorang
pemimpin diharapkan untuk menggunakan kemampuannya untuk mengubah
gaya komunikasi, tujuan organisasi dan pendekatan dalam menanggapi
informasi baru. Oleh karena itu, ketika menghadapi krisis, seorang pemimpin
harus berpikir dan mempertimbangkan untuk menentukan siapa yang
dihadapi, tujuan mereka, dan bagaimana setiap tindakan mereka akan
berakibat pada situasi sekarang dan menciptakan konsekuensi baru.
2.3 Model Kepemimpinan Krisis
Selanjutnya Allan L Schoenberg membuat model tentang teori
Kepemimpinan Krisis. Model tersebut menunjukkan pentingnya
kepemimpinan krisis bagi organisasi dan mengilustrasikan bagaimana
seseorang bisa menjadi pemimpin krisis yang efektif dan memperoleh hasil
yang diinginkan. Namun perlu dipahami bahwa tentu saja kepemimpinan
krisis adalah sesuatu yang sangat kompleks, maka model tersebut masih bisa

5
dikembangkan lagi. Tujuan dari crisis leadership adalah membangun dan
mempertahankan kepercayaan, kredibilatas diantara pekerja, komunitas,
pelanggan, partner, suppliers, investor dan pihak-pihak lain yang memeiliki
ketergantungan dengan organisasi melalui komunikasi dua arah.Kepercayaan
dapat diraih dengan adanya pengaruh dan karakter dari sorang
pemimpin.Tanpa adanya dua faktor ini, seorang pemimpin tidak dapat
memperoleh dukungan saat menghadapi krisis.Karakteristik bawaan ini
merupakan pilar dari crisis leadership.
Model crisis leadership ini menggambarkan karakteristik individual yang
diperlukan dalam membentuk pemimpin di saat krisis dan mencapai hasil
yang diharapkan. Model ini dibuat tidak untuk menyederhanakan proses
kepemimpinan di saat krisis karena hal tersebut merupakan proses yang rumit
yang tidak hanya melibatkan pikiran tetapi juga emosi atau perasaan (not only
leading from the mind but also leading from the heart).
2.4 Faktor-faktor Pengaruh Eksternal
Merupakan faktor-faktor yang tidak terkait langsung dengan krisis, tetapi
dapat membantu mengembalikan organisasi ke kondisi normal:
1. Informasi
Selama masa krisis, pemimpin harus memiliki akses informasi
untuk memahami situasi dan kondisi dan selanjutnya bisa membuat
keputusan yang bisa membawa organisasi ke arah yang lebih baik.Sonder
informasi, seorang pemimpin krisis tidak mampu membuat keputusan
yang efektif.
2. Nasihat dari Luar (External Conscience).
Seorang pemimpin krisis memerlukan seseorang di luar organisasi
yang berperan sebagai penasehat. Bisa dari alim ulama, konsultan, mentor
atau sahabat yang bisa dipercaya. Orang-orang ini diharapkan bisa
memberikan panduan, bukan jawaban, dalam menyelesaikan krisis.
3. Persiapan
Seharusnya seorang pemimpin krisis memperoleh pelatihan-
pelatihan yang akan membantunya menghadapi hal-hal yang tidak

6
diharapkan dan mengkomunikasikan hasilnya. Pelatihan dapat berupa
manajemen resiko atau yang diadakan konsultan eksternal.
4. Pengalaman
Pengalaman adalah guru terbaik. Pengalaman akan membantu
seorang pemimpin dalam menentukan langkah-langkah apa yang harus
diambilnya apabila krisis yang sama atau serupa terjadi lagi.
2.5 Pillar-pilar Kepemimpinan Krisis
1. Kebenaran (Authenticity)
Dalam hal ini, seorang pemimpin dituntut untuk mampu
mengkomunikasikan ralita krisis yang dialami organisasi dan
kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi dengan jujur.Selanjutnya
pemimpin juga harus mampu menjamin kesesuaian perkataan dengan
tindakannya, dan langkah yang diambil tersebut tidak melanggar
peraturan dan berguna dalam mengatasi krisis.
2. Pengaruh (Influence)
Pengaruh adalah usaha untuk mengendalikan pesan dan
mempengaruhi situasi. Kemampuan memberi pengaruh positif terhadap
organisasi selama krisis akan menimbulkan reaksi yang diharapkan dan
respon yang akan membantu  mengendalikan situasi dan orang-orang
yang terlibat.
2.6 Pondasi Kepemimpinan Krisis
1. Komunikasi
Biasanya seorang pemimpin krisis menjadi juru bicara
organisasi.Oleh karena itu dia harus memiliki kemampuan untuk
menyampaikan berita dan berkomunikasi secara konstan dengan semua
audiens.Bentuk komunikasi dua arah seharusnya yang diterapkan, artinya
dia harus mampu untuk mendengar dan memberikan jawaban serta untuk
memperhatikan dan memberi umpan balik kepada komunikan.
2. Attribut Personal / Nilai
Unsur ini adalah kombinasi dari karakteristik bawaan (traits) yang
seharusnya dimiliki pemimpin krisis.Mungkin bagian ini adalah yang

7
paling sering diperdebatkan oleh para peneliti teori kepemimpinan.
Namun apapun itu, pada intinya pemimpin krisis yang efektif akan
menggunakannya untuk mengadaptasi kebutuhan dan reaksi dari pihak-
pihak yang terkait dengannya.
Menurut Gene Klann (2003), ada beberapa leadership
skills dan traits yang penting pada saat sebelum krisis, saat menghadapi
krisis dan setelah krisis berlangsung. Tiga skills  teratas adalah terpenting
diantara skills  lainnya.
1. Komunikasi
Komunikasi disini tidak hanya membutuhkan strategi komunikasi
yang baik tetapi juga adanya keahlian berkomunikasi (communication
skills) yang dimiliki oleh seorang pemimpin.Keahlian berkomunikasi
tersebut meliputi artikulasi yang jelas, pengaturan nada bicara untuk
mendapatkan verbal expression yang mendalam, pemilihan kata yang
tepat serta tempo bicara yang sesuai. Selain itu, keahlian
berkomunikasi juga ditunjukkan dengan kemampuan mendengarkan
yang baik, eye contact dan body gesture  yang sesuai serta
kemampuan membuat orang lain paham tentang apa yang kita
bicarakan. Contoh pemimpin yang memiliki keahlian berkomunikasi
yang baik adalah Winston Churchill.Pada saat Perang Dunia II, dia
berhasil menjaga dan bahkan membakar semangat para tentara dan
penduduk London dengan kemampuan oratornya.
2. Kejelasan Visi dan Nilai
Visi dan sistem nilai yang jelas akan berfungsi sebagai alat untuk
mendapatkan pengaruh selama krisis sebelum, saat dan setelah krisis
berlangsung. Hal ini akan efektif bila terdapat sistem nilai yang
menjelaskan apa yang penting bagai organisasi dan apa yang tidak.
Selama masa krisis, pemimpin dapat memanfaatkan visi dan sistem
nilai serta menggunakannya sebagai alat untuk mengarahkan dan
memberikan stabilitas kepada pegawai.Contohnya adalah
kepemimpinan Lee Iacocca saat menjadi CEO di Chrysler.

8
3. Kepedulian
Kepedulian yang tulus terhadap orang lain akan bermanfaat
sebagai pemenuhan emotional needs bagi orang yang sedang
mengalami krisis. Ketulusan dan kepedulian seorang pemimpinn
terhadap bawahannya akan menghasilkan loyalitas sebagai timbal
baliknya. Hal ini bahkan dapat mendorong kreativitas dan inovasi para
pekerja untuk segera keluar dari krisis.
4. Keteladanan
Semua orang cenderung untuk meniru tingkah laku dari orang yang
mereka hormati tanpa mempertimbangkan posisi orang tersebut.
Pemimpin yang efektif memanfaatkan keteladanan ini dengan
memperhatikan dampak setiap tingkah laku dan perkataan mereka
terhadap orang lain. Dengan adanya keteladanan dari seorang
pemimpin, setiap elemen organisasi akan secara sadar memberikan
timbal balik yag positif terhadap apa yang diinginkan oleh pemimpin
tersebut.
5. Character
Karakter ini cenderung dikaitkan dengan integritas. Integritas
merupakan perilaku moral yang menunjukkan pribadi sesungguhnya
dari seseorang ketika tidak ada seorang pun yang mengawasi dia.
Secara lebih sederhana, karakter ini diwujudkan dengan mengatakan
kebenaran, konsisten antara perkataan dan perbuatan, memperlakukan
orang lain dengan hormat, dan memiliki kontrol diri yang baik.
Menurut Horatio Alger, karakter seorang pemimpin lebih penting dari
latar belakang sosial, pendidikan atau keahliannya karena karakter
yang buruk dari seseorang akan memberikan dampak negatif terhadap
karakternya baiknya yang lain.
6. Kompetensi
Kompetensi merupakan hal yang tidak perlu diperdebatkan lagi
ketika membahas karakteristik pemimpin yang baik.Pemimpin yang
berkompeten dapat lebih memberikan keyakinan dan mengurangi

9
kecemasan karyawannya di saat krisis.Para pemimpin yang kompeten
menanamkan kepercayaan dan menghapus keraguan serta ketakutan
sehingga dapat meningkatkan kekuatan serta menopang kelemahan
bawahannya untuk memastikan bahwa para bawahan dapat melakukan
tugasnya dengan baik.
7. Keberanian
Dibutuhkan keberanian yang tinggi dari seorang pemimpin untuk
memberitahukan bawahannya bahwa organisasi sedang dalam masa
yang sulit.Keberanian juga dibutuhkan dalam pengambilan keputusan
dan menjawab pertanyaan yang sulit, menghadapi orang-orang yang
marah serta dalam menerima tanggung jawab.Hal inilah yang
sesungguhnya dituntut dari seorang pemimpin pada saat krisis. Para
bawahan tentunya ingin mengetahui bahwa pemimpinnya akan
berjuang untuk mereka terlepas dari apapun konsekuensinya.
Pemimpin yang tidak memiliki keberanian akan membawa bencana
saat krisis terjadi. Untuk menumbuhkan keberanian dalam dirinya,
seorang pemimpin harus membangun nilai-nilai, etika dan standar
yang jelas dalam dirinya.Hal ini kelihatannya mudah tetapi inilah hal
tersulit yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin karena dia harus
mengalahkan rasa takutnya terhadap reputasi dan masa depannya.
8. Tegas dalam pengambilan keputusan
Krisis adalah saat dimana pemimpin dituntut untuk tegas dalam
mengambil keputusan karena keputusan yang salah pun lebih baik
daripada tidak melakukan apa-apa. Pengambilan keputusan yang baik
dilakukan dengan mengumpulkan informasi dan rekomendasi dari
orang lain sesegera mungkin, menyadari apabila informasi tersebut
tidak tersedia, menyadari risiko yang dihadapi, mendengarkan insting-
nya sebagai pemimpin dan menentukan sebuah keputusan di saat yang
dibutuhkan.

10
2.6 Strategi Kepemimpinan Di Saat Krisis
Penelitian yang dilakukan oleh John P. Powell, dkk dari USAF
merumuskan tujuh strategi yang dapat dilakukan oleh seorang pemimpin saat
dirinya dan organisasinya menghadapi krisis. Strategi ini dirumuskan melalui
penelitian terhadap kesuksesan penerapan crisis leadership pada masa lalu.
Tidak semua strategi dapat diterapkan untuk suatu krisis. Kekuatan setiap
strategi tersebut bervariasi sesuai krisis yang terjadi. Juga tidak menutup
kemungkinan untuk menerapkan strategi tersebut secara khusus pada fase-
fase dalam crisis lifecycle model. Setiap strategi dapat dipandang sebagai
anak panah yang melesat ke suatu sasaran.Yang menjadi perhatian bukan
meleset tidaknya anak panah.
Pada pembahasan mengenai crisis lifecycle model sebelumnya, telah
dijelaskan bagaimana sumbu vertikal dari grafik tersebut dibagi menjadi tiga
zona yang menggambarkan tingkat stress atau krisis (disequilibrium) yang
dialami oleh organisasi.
Seorang pemimpin dapat menggunakan technical maupun adaptive
techniques  dalam mengatur tingkat disequilibrium pada organisasinya.
Pemimpin harus dapat merumuskan solusi teknik yang tepat yang dibutuhkan
untuk mengurangi disequilibrium dalam organisasi tetapi masih cukup
mampu untuk mendorong proses pembelajaran dalam organisasi tersebut.

Pada bagian ini akan dibahas terlebih dahulu bagaimana setiap strategi
berperan selama periode krisis. Seperti halnya sumbu Y, sumbu X crisis lifecycle
model di bawah ini, juga dibagi menjadi tiga zona yang menggambarkan fase
(waktu) berlangsungnya krisis, yaitu fase persiapan (preparation phase), fase
darurat (emergency phase) serta fase adaptasi (adiptive phase).

1. Preparation Phase.
Fase pertama dari sebuah krisis adalah fase persiapan krisis. Pada fase ini,
organisasi biasanya berada pada comfort zone sehingga sulit bagi pemimpin
untuk menggerakkan organisasi keluar dari comfort zone-nya dan melakukan
proses pembelajaran guna menghadapi krisis. Pemimpin harus dapat menjaga

11
keseimbangan perubahan dalam organisasinya sehingga dapat mendorong
organisasi untuk berubah dan keluar dari status quo tanpa menimbulkan
krisis. Oleh sebab itu, agar pemimpin dapat memfasilitasi perubahan dan
adaptasi sebelum krisis terjadi, maka pemimpin harus membangun
kredibilatas dan iklim yang perubahan yang dapat memungkinkan setiap
orang melakukan perubahan dengan ‘aman’. Cara lain untuk mempersiapkan
organsasi dalam menghadapi krisis adalah dengan mendorong,
memprioritaskan dan membudayakan kesadaran untuk berubah. Setiap
elemen organisasi harus paham dan fokus pada tujuan inti dari organisasi
tersebut. Strategi ini dibutuhkan untuk memberikan pemahaman  bahwa salah
satu nilai dalam organisasi adalah lingkungan yang terus berubah.
2. Emergency Phase
Fase darurat in dimulai ketika krisis mulai terjadi. Faktor terpenting pada
fase ini adalah bagaimana mengatasi hambatan dan
mengurangi disequilibrium level  ke tingkat yang aman. Inilah saatnya dimana
pemimpin harus menggunakan quick-technical techniques untuk
mengurangi disequilibrium level.Pengambilan keputusan secara tapat waktu
adalah kuncinya.Tetapi pemimpin dihadapkan dengan adanya ketidakpastian
yang terjadi selama krisis. Selama fase ini, pemimpin hanya memiliki
kesempatan yang sempit dan terbatas untuk mengurangi disequilibrium
level dan menjaga stabilitas organisasi.
Keterbatasan utama yang terjadi adalah pemimpin hanya memiliki
informasi yang terbatas tentang ketidakpastian yang terjadi.Oleh sebab itu,
pemimpin harus fokus pada tujuan utama organisasi.Dalam memformulasikan
respon awal terhadap krisis, pemimpin tidak boleh dikuasai oleh krisis itu
sendiri.Ia harus melangkah mundur dan membuat guiding principle baru
berdasarkan guiding principle yang sudah ada. Pemimpin juga harus
mensosialisasikan fakta tentang situasi yang terjadi serta langkah yang akan
ia ambil kepada para bawahannya. Dengan kata lain, pemimpin
harus “ground zero” untuk memberikan perhatian lebih kepada bawahannya
saat krisis berlangsung. Para bawahan akan lebih tenang menghadapi krisis

12
ketika mereka memiliki pemimpin yang juga tenang dalam menghadapi
krisis. Tujuh strategi yang dapat diterapkan pada saat krisis menurut John P.
Powell. Ketujuh strategi tersebut adalah :
1. Leading from the front.
Selama krisis berlangsung, masyarakat membutuhkan seorang
pemimpin yang kuat.Sayangnya, justru pada saat krisis para pemimpin
tidak berani menampakkan wajahnya dan berlindung di balik pengacara
atau bahkan menyalahkan media dan bawahannya.Pemimpin di saat krisis
harus mampu menampilkan dirinya dengan sifat tenang, berani,
berkomitmen dan penuh perhatian.Ia harus mengerti bahwa masyarakat
atau bawahannya perlu melihat dirinya untuk menciptakan ketenangan.
Selain itu, ia perlu menciptakan kesempatan dan menggunakan
kekuatannya untuk memberikan jaminan bagi masyarakat untuk keadaan
yang lebih baik.
2. Focus on the core purpose.
Ketika sesorang memahami dan mengejar apa suatu tujuan yang
sangat berati bagi hidupnya, dia akan dapat mengalahkan hambatan
apapun. Hal ini menunjukkan pentingnya kita memahami tujuan utama
dari organisasi kita. Beberapa hal yang dilakukan dalam strategi ini adalah
memahami tujuan utama organisasi, menanamkan nilai-nilai dan
menyesuaikannya dengan realita yang ada, menyatakan visi secara jelas
dan mewujudkan nilai-nilai, meng-adjust tujuan secara konsisten dan
berkesinambungan sesuai dengan keadaan.
3. Build the team.
“You can’t move people to action unless you first move them with
emotion.  The heart comes before the head.” —John Maxwell
Kata-kata bijak dari John Maxwell tersebut menekankan bahwa
diperlukan suatu kerjasama untuk mengubah suatu keadaan dalam
organisasi.Pada setiap perusahaan-perusahaan yang masuk dalam
kategori Fortune All Stars, teamwork selalu menjadi kata kunci untuk
sebuah keberhasilan.Hal ini tentunya bukan merupakan suatu kejutan

13
mengingat tidak ada seorangpun pemimpin di dunia ini yang cukup
kompeten untuk menangani krisis yang dihadapinya seorang diri. Ketika
krisis menerpa, seorang pemimpin akan sukses dan organisasinya akan
menjadi kuat apabila dia mengandalkan tidak hanya kemampuan
bawahannya tetapi juga tim dan jaringannya. Oleh sebab itu penting bagi
seorang pemimpin untuk membangun suatu jaringan dan memperlakukan
bawahannya sebagai tim.
4. Conduct Continuous Planning.
Menurut Roberto Giuliani,  perencanaan merupakan kunci
terpenting untuk mencapai sukses. Perencanaan juga mencakup bagaimana
kita mengantisipasi permasalahan yang akan terjadi. Tidak ada organisasi
yang kebal terhadap krisis.Dalam bukunya, Steven Flink menyatakan
bahwa setiap pemimpin harus membuat perencanaan untuk menghadapi
krisis yang tidak terhindarkan. Perencanaan ini tidak didasarkan pada
ketakutan tetapi pada keyakinan bahwa organisasi akan memiliki kekuatan
pada saat krisis ketika sudah ada perencanaan yang matang. Menghindari
krisis tidak menjamin suatu organisasi tidak terkena dampak dari krisis
yang terjadi.Oleh sebab itu, pemimpin harus mengarahkan organisasinya
untuk melaksanakan contingency planning.Contingency planning  adalah
kegiatan untuk mengorganisasikan dan merumuskan alternatif keputusan
sebanyak mungkin sebelum krisis terjadi.
5. Mitigate the Threat.
Ketika terjadi, krisis menjadikan keadaan yang buruk menjadi
lebih buruk karena seorang pemimpin gagal melakukan tindakannya.
Ketika krisis baru muncul, pemimpin harus mengambil keputusan sesegera
mungkin, sekalipun itu sulit.Penanganan krisis yang sukses membutuhkan
ketepatan waktu dalam pengambilan keputusan dan tindakan.
6. Tell the Story.
Seorang pemimpin dituntut untuk berkomunikasi secara efektif
dengan memanfaatkan segala bentuk komunikasi untuk memastikan
bahwa seluruh elemen organisasi menerima apa yang dia sampaikan.

14
Kegagalan dalam komunikasi akan menimbulkan misinformasi di
masyarakat yang apabila berlanjut terus akan menghancurkan organisasi
tersebut. Oleh sebab itu, kesuksesan seorang pemimpin dalam melalui
krisis ditentukan dengan caranya berkomunikasi. Jika pemimpin dianggap
sebagai orang yang terbuka, dapat dipercaya, apa adanya serta memiliki
keyakinan terhadap masa depan organisasi, maka pemimpin lebih dekat
dalam mencapai keberhasilan.
7. Profit from the Crisis
Pemimpin selalu diburu oleh waktu.Semakin lama krisis
berlangsung maka semakin parah pula dampaknya terhadap
organisasi.Ketika krisis telah selesai, pemimpin harus mengumumkannya
secara jelas. Hal ini akan mengubah paradigma dan mindset setiap elemen
organisasi yang semula berorientasi pada penganggulangan krisis menjadi
berorientasi untuk mencari peluang. Pemimpin harus menjelaskan kepada
organisasinya apa yang telah terjadi dan mengapa hal itu terjadi. Dan yang
terpenting, organisasi harus mampu belajar dari krisis yang pernah terjadi
untuk perbaikan di masa yang akan datang.

15
BAB III
KESIMPULAN
Beberapa hal yang menjadi syarat utama agar para pemimpin dapat berhasil
dalam  menghadapi situasi kritis tertentu, antara lain:

1. Kemampuan membaca situasi dan memilah-milah kebutuhan berdasarkan


skala prioritas.
2. Pemimpin harus bertindak cepat mengambil keputusan.
3. Pendelegasian wewenang yang memadai.
4. Kemampuan mempengaruhi orang untuk bersatu menghadapi krisis.
5. Kemampuan koordinasi antar pihak dengan baik.
6. Kemampuan mengesampingkan emosi pribadi demi kepentingan
penanganan krisis.
7. Pemimpin harus bisa mempengaruhi orang lain

16
DAFTAR PUSTAKA

Basalamah, Anies S.M. Perilaku Organisasi. Depok: Usaha Kami, 2004

Gaufin, Joyce. Key Principles for Effective Crisis Leadership.ppt.Utah, 2006.

Schoenberg, Allan L. What it Means to Lead During a Crisis: An Exploratory


Examination of Crisis Leadership. New York, 2004.

Schoenberg, Allan L.Do crisis plans matter? A new perspective on leading during
a crisis. : PRSA Newsletter, 2005.

Powell, John P., Crisis – A Leadership Opportunity. Harvard University, 2005.

_____, Research Focus : Effective Leadership in Recession. The Leadership


Trust, 2009.

Boin, Arjen &Paul ‘t Hart. Public Leader in Times of Crisis : A Mission


Impossible?. Public Administration Review Ed. September / October Vol.63
No.5, 2003.

Klann, Gene. Crisis Leadership—Using Military Lessons, Organizational


Experiences, and the Power of Influence to Lessen the Impact of Chaos on
the People You Lead. Center For Creative Leadership Press, 2003.

17

Anda mungkin juga menyukai