Disusun Oleh:
Kelompok 9
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2019
Titik Tolak
Diakhir abad ke-20 perkembangan entitas bisnis lebih dititik beratkan pada governance
perusahaan terbuka (listed companies), namun berbagai konsep dan prinsip yang berkembang
juga relevan untuk perusahaan tertutup (not listed), perusahaan perseorangan serta berbagai
bentuk entitas korporasi lainnya. Memasuki abad ke-21 konsep dan implementasi CG
memperlihatkan perkembangan yang berarti di berbagai belahan dunia. Pedoman dan prinsip
implementasi atau praktik yang dehat (best practices) dalam bidang CG, khususnya untuk
perusahaan terbuka atau go public, dianggap menjadi lokomotif rangkaian perkembangan
tersebut. Dampaknya pada pihak yang berkepentingan semakin sadar dan mengakui pentinya
implementasi CG secara sehat untuk setiap korporasi. Kondisi tersebut juga didorong oleh
kenyataan bahwa pasar modal memberikan apresiasi berupa kesediaan untuk membayar lebih
mahal (premium offered) terhadap perusahaan yang memiliki CG andal.
Dibalik perkembangan CG tersebut, pada awal abad ke-21 sejarah bisnis dunia juga ditandai
dengan berbagai skandal yang mengarah kepada bencana yang menimpa perusahaan. salah satu
diantaranya adalah kasus fenomenal Ernon sebagai sebuah perusahaan besar Amerika yang di
kolaps karena memiliki hutang dalam jumlah besar, tidak dilaporkan secara jelas, serta perilaku
para eksekutif mereka tidak sesuai dengan prinsip CG.
Terdapat dua sisi perkembangan CG hingga awal abad ke-21, semakin didasarinya manfaat
keberadaan CG disatu sisi semnetara terdapat berbagai kasus kegagalan perusahaan yang
dikaitkan dengan buruknya implementasi CG di sisi lainnya. Dua sisi perkembangan tersebut
1
perlu mendapat perhatian secara berimbang dan proporsional, tidak hanya oleh para akademisi
namun juga oleh para praktisi bisnis. Tegasnya kondisi dimaksud merupakan wake up call bahwa
masih terdapat berbagai aspek terkait CG yang memerlukan focus perhatian, perbaikan, serta
perkembangan di masa depan. Tricker (2009) mengidentifikasi beberapa hal yang menonjol
untuk mendapat perhatian: transparansi keuangan (financial transparency), dan proses
governance (the governance processes) di berbagai perusahaan. namun demikian hal yang paling
signifikan adalah seperti dewan komisaris dan direksi sebagai pihak yang menerima amanah dari
pemilik perusahaan. dampak buruk dengan diabaikannya identifikasi faktor utama CG di masa
depan dapat mengakibatkan semakin berkurangnya kepercayaan terhadap pasar keuangan di
berbagai negara, sehingga akan mempengaruhi perekonomian nasional di negara tersebut.
Tracker (2009) mengidentifikasi terdapat dua kelompok besar teori yang mendominasi
perkembangannya: the agency theory dan the stewardship theory. Kedua teori ini memiliki
kesamaan berdasarkan asumsi rasionalitas manusia yang terbatas (bounded models of reality)
namun memiliki perbedaan subtansial. The agency theory dibangun berdasarkan perspektif
ekonomi (economic perspective) sementara the stewardship theory berdasrkan perspektif legal
atau hukum (legal perspective). Kedua perpektif tersebut selain memiliki keunggulan juga
memiliki kelemahan sehingga menjadi suatu keterbatasan karena memandang suatu fenomena
yang sama dari sudut pandang yang berbeda.
Pada tahun 1990-an perhatian akademisi terkait isu CG semakin besar namun berbagai penelitian
yang dilakukan hingga akhir abad ke-20 belum mampu memberikan penjelasan menyeluruh dan
meyakinkan tentang operasionalisasi konsepsi CG. Kelemahan ini mempengaruhi efektivitas
implementasi CG sehingga mampu memberikan kontribusi besar dalam praktik.
2
Peran Dewan Komisaris Perubahan: Ekspetasi Msyarakat
Pada era korporasi modern ekpetasi terhadap peran BOD dan anggotanya semakin meningkat.
Terutama berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab secara formal, terencana dan
memiliki agenda yang jelas dibandingkan dengan sebelumnya. Cakupan tugas perangkat
corporate governance entitas korporasi pada era modern ini semakin rumit, kompleks serta
tantangannya semakin terbuka. Dengan demikian maka tugas dan tanggung jawab BOD semakin
krusial dan menantang, sehingga menjanjikan reward yang sepadan dengan aktivitas dan risiko
yang akan dihadapinya.
Pada pola korporasi kepemilikan tersebar ini tidak lagi memiliki hubungan langsung dan intens
dengan pengurus perseroan. Dimana dengan demikian mengakibatkan adanya perpindahan
kepemilikan saham melalui mekanisme pasar modal, sehingga posisi BOD semakin menonjol
dan krusial karena memiliki posisi tawar menawar yang kuat. Hal ini disebabkan karena para
shareholder berharap bahwa BOD nantinya mampu meningkatkan nilai perusahan dan nilai
shareholder. Peranan ini harus dilakukan BOD seuai dengan aturan main dan etika bisnis, tidak
dengan cara distorsi akuntansi dan penyampaian informasi keuangan yang salah yang nantinya
akan menyesatkan pembacanya.
Selain itu dampak dari keterbukaan ini juga akan memunculkan potensi semakin besar tindakan
legal terhadap korporasi, institusi BOD dan Individu anggota BOD, sehingga menghadapkan
perusahaan pada masalah eksposur risiko keuangan secara lebih terbuka
Konsep kepercayaan mrupakan posisi titik tolak awal yang baik sehingga memiliki dasar yang
kuat dalam melakukan paradigma baru bagi CG. Sehingga lebih eksplisit dalam konteks ini
Clarke (2008) menjelaskan bahwa “trust was at the center of social and economic activity since
the birth of civilization and before”. Dalam kaitan ini terdapat dua sisi trust yang harus dipahami
yaitu kepercayaan terhadap pihak yang memberi amanah dan kepercayaan dari yang menerima
amanah, konsep trust ini juga berhubungan denga sikap seseorang dalam melalukan bisnisnya.
Dari sudut CG, keprcayaan berhubungan dengan perilaku korporasi serta perilaku pengurus
perseroan baik sebai BOD maupun direksi.
3
Peranan konsep trust dalam CG ini perlu perhatian terutama dalam hal akuntantabilitas dalam
korporasi modern. Amanah yang diberi oleh pemegang saham untuk mengawasi menejmene
dalam menjalankan perusahaan yaitu berada dalam tangan BOD. Sehingga BOD ini harus
memiliki sikap amanah yang baik.
4
terjadi reorientasi kerangka teori menuju pendekatan stakeholders dengan cakupan lebih
luas, bahkan berbagai penelitian telah menggunakan pendekatan analisis yang berbeda
terhadap mekanisme CG. Misalnya, penelitian terkait aspek tanggung jawab sosial
tentang transparansi melalui riset yang berhubungan dengan social, environmental and
sustainability reporting and assurance, dengan penekanan kepada upaya untuk
meningkatkan akuntabilitas korporasi dengan cakupan lebih luas terhadap berbagai pihak
yang berkepentingan dengan korporasi.
c. Perkembangan Pendekatan Metodologis
Perkembangan penelitian dalam bentuk CG menjadi semakin luas dari dimensi
pendekatan metodologi penelitian serta berbagai teknik analisis yang semakin variatif.
Hal ini dibuktikan dengan penggunaan teknik analisis yang tidak lagi sebatas pendekatan
postifistik, ekonometrika, dan uji hipotesis, namun berbagai riset telah menggunakan
metodologi berbasis interpretatif dan subjektifistik.
d. Perkembangan Penelitian untuk Sektor dan Konteks Berbeda
Di samping berbagai penelitian CG dalam konteks upaya mengembangkan mekanisme
yang lebih efektif, berbagai penelitian terbaru juga telah dilakukan untuk
mengidentifikasi kegagalan CG (governance failures) dan berbagai kecurangan (fraud)
yang dilakukan korporasi. Penelitian lainnya dalam konteks berbeda, khususnya
dilakukan terhadap isu going public, privatisasi, pengambilalihan perusahaan (take
overs), manager dan akuisis serta penutupan bisnis perusahaan, dari perspektif CG
semakin mendapat perhatian pada beberapa tahun terakhir. Berbagai penelitian tersebut
menghubungkan fenomena baru dalam perkembangan bisnis sehingga memberikan sudut
pandang yang memperkaya pemahaman terhadap CG. Penelitian lain juga dilakukan
dalam kaitan antara efektivitas mekanisme CG jika dihubungkan dengan firm lif cycles,
disamping berbagai penelitian yang berhubungan dengan terkait isu universlitas atau
konvergensi konsepsi CG.
e. Perkembangan Corporate Governance Terkait Globalisasi
Dalam beberapa waktu terakhir para peneliti mulai mengarahkan perhatian mereka
implementasi CG pada berbagai negara ekonomi berkembang. Dengan demikian maka
model CG yang teruju keandalannya, diaplikasikan dan di uji pada konteks negara
5
ekonomi maju, mulai diimplementasikan pada berbagai negara dengan ekonomi
berkembang.
Penelitian dalam upaya mengembangkan CG di negara ekonomi maju cenderung untuk
membuka berbagai batasan konsep dan implementasi governance untuk diinterprtasikan
dan didesain ulang sehingga sesuai untuk kondisi penerapan negara berkembang.
Referensi: