Anda di halaman 1dari 13

MODAL INTELEKTUAL SEBAGAI KOMBINASI

SUMBER DAYA SUATU ORGANISASI


Makalah ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi tugas pada
Mata Kuliah “Pengantar Bisnis”
Dosen Pengampu:
KUSTORO BUDIARTA, ME., DR
LA HANU, DRS., M.SI

DISUSUN OLEH :
NAMA : NADYA ZAFIRA NASUTION
NIM : 7213142014
KELAS : A PENDIDIKAN AKUNTANSI 2021

JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TAHUN 2022

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Modal Intelektual
Sebagai Kombinasi Sumber Daya Suatu Organisasi” ini.
Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Tidak lupa pula saya ucapkan terimakasih kepada Bapak Bapak Kustoro Budiarta, ME., Dr
dan Bapak La Hanu, Drs., M.Si selaku Dosen dalam mata kuliah Pengantar Bisnis yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya tekuni.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas pada Mata Kuliah Pengantar Bisnis Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang modal intelektual bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Akhirnya, inilah prakata saya dengan harapan semoga dengan adanya makalah
ini dapat menambah pengetahuan serta wawasan kita semua. Penulis menyadari, dalam
makalah ini masih banyak kekurangan baik bahasa maupun cara pengetikan masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Medan, 18 Mei 2022

Penulis

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. II


DAFTAR ISI.......................................................................................................................... III
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang .................................................................................................................. 4
B. Identifikasi Masalah .......................................................................................................... 4
C. Tujuan ................................................................................................................................ 4
BAB II ....................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 6
A. Pengertian Modal Intelektual ............................................................................................ 6
B. Pengklasifikasian Modal Intelektual ................................................................................. 7
BAB III.................................................................................................................................... 12
PENUTUP ............................................................................................................................... 12
A. Kesimpulan...................................................................................................................... 12
B. Rekomendasi/Saran ......................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 13

III
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring dengan berjalannya waktu, bisnis banyak mengalami perkembangan.
Begitupula yang terjadi pada ilmu pengetahuan dalam dunia bisnis khususnya manajemen.
Manajemen sendiri sangat berarti penting bagi organsisasi bisnis, Tujuan dari manajemen
bisnis yang cukup vital adalah untuk menegakkan kedisiplinan di tempat kerja dan
melakukan apa pun yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja karyawan. Sehingga dengan
adanya menajamen bisnis ini, tugas atau pekerjaan mereka dapat dilakukan secara efisien.
Salah satu wujud manajemen efektif adalah adanya modal intelektual (Intellectual Capital)
dalam bisnis.
Peranan modal intelektual sangat berpengaruh terhadap kinerja karyawan dan
dalam jangka panjang akan mempengaruhi kinerja organisasi, karena modal intelektual dapat
digunakan organisasi bisnis untuk menciptakan kinerja yang diharapkan, dan sebagai alat
evaluasi kinerja karyawan untuk menciptakan karyawan yang survive terhadap kebutuhan
organisasi ke depan. Hal itu bisa dalam bentuk aset, kemampuan, informasi, pengetahuan,
dan lain sebagainya yang dikontrol/dimiliki oleh perusahaan (Barney, 1991; Wernerfeldt,
1984). Menurut Barney (1991) yang membagi sumberdaya organisasi menjadi tiga
kategori, yaitu modal manusia (human capital), modal sosial (sosial capital), dan
modal organisasi (organizational capital).
B. Identifikasi Masalah
Dari penjelasan latar belakang diatas, timbul beberapa pertanyaan mengenai Modal
Intelektual Sebagai Kombinasi Sumber Daya Suatu Organisasi. Maka penulisan masalah
pada makalah ini sebatas dalam masalah , yaitu:
1. Seberapa penting modal intelektual bagi organisasi bisnis?
2. Apa itu modal intelektual pada organisasi bisnis?
3. Apa saja klasifikasi dari masing-masing modal intelektual dalam organisasi
bisnis?
C. Tujuan
Adapun manfaat makalah ini adalah agar penulis dapat memaparkan pemikirannya
terhadap permasalahan yang diangkat . Selain itu, juga bermanfaat untuk :

4
1. Memberikan pemahaman terkait materi modal intelektual dalam bisnis.
2. Mengetahui seberapa penting penting modal intelektual bagi organisasi bisnis.
3. Mengetahui klasifikasi dari masing-masing modal intelektual dalam organisasi
bisnis.
4. Sebagai alat bantu referensi bagi pembaca.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Modal Intelektual


Beberapa ahli memberikan definisi yang berbeda-beda tentang modal intelektual.
Stewart (1997) mendefinisikan modal intelektual sebagai materi intelektual yaitu
pengetahuan, informasi, kekayaan intelektual, pengalaman yang digunakan untuk
menciptakan kesejahteraan. Ia mengemukakan bahwa pengetahuan telah menjadi faktor
produksi yang penting dan oleh karenanya aset intelektual harus dikelola oleh perusahaan.
Mouritsen (1998) mendefinisikan modal intelektual sebagai suatu proses pengelolaan
teknologi yang mengkhususkan untuk menghitung prospek perusahaan di masa yang akan
datang, Sedangkan menurut Reilly (1992) kategori intangible asset merupakan sesuatu yang
berhubungan dengan teknologi, konsumen, kontrak, proses data, modal personal, pemasaran,
lokasi, dan goodwill. Definisi ini masih luas dan mencakup hampir semua dimensi aset
intangible. Modal intelektual mencakup semua pengetahuan karyawan, organisasi dan
kemampuan mereka untuk menciptakan nilai tambah dan menyebabkan keunggulan
kompetitif berkelanjutan.
Modal intelektual telah diidentifikasi sebagai seperangkat tak berwujud (sumber daya,
kemampuan, dan kompetensi) yang menggerakkan kinerja organisasi dan penciptaan nilai.
Menurut Steward (1998), Sveiby (1997), Saint-Onge (1996), dan Bontis (2000) dalam
Sawarjuwono dan Kadir (2003), modal intelektual terdiri dari tiga komponen utama yaitu:
Pertama, modal manusia sebagai sumber pengetahuan yang sangat berguna, keterampilan,
dan kompetensi dalam suatu organisasi atau perusahaan. Modal manusia akan meningkat jika
perusahaan mampu menggunakan pengetahuan yang dimiliki karyawannya.
Kedua, modal organisasi, merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam
memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan
untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan.
Ketiga, modal sosial, merupakan komponen modal intelektual yang memberikan nilai secara
nyata. Elemen ini merupakan hubungan yang harmonis yang dimiliki oleh perusahaan dengan
para mitranya, baik yang berasal dari para pemasok yang andal dan berkualitas, berasal dari
pelanggan yang loyal dan merasa puas akan pelayanan perusahaan yang bersangkutan,
berasal dari hubungan perusahaan dengan pemerintah maupun masyarakat sekitar.

6
B. Pengklasifikasian Modal Intelektual
Menurut Steward (1998), Sveiby (1997), Saint-Onge (1996), dan Bontis (2000) dalam
Sawarjuwono dan Kadir (2003), modal intelektual terdiri dari tiga komponen utama yaitu:
1. Modal Manusia (Human Capital)
Pada dasarnya, modal manusia ini merupakan sekumpulan aspek pengetahuan,
keahlian, kemampuan, hingga keterampilan yang mana menjadikan seorang manusia
sebagai aset di dalam perusahaan. Kontribusi yang diberikan oleh karyawan dapat
berupa pengembangan skill karyawan untuk meningkatkan produktivitas perusahaan,
pemindahan pengetahuan yang dimiliki karyawan ke perusahaan, serta perubahan
budaya yang ada di perusahaan. Dalam pengertian ini, modal mencakup peralatan,
tanah, gedung, uang, dan, tentu saja, manusia — human capital / modal manusia.
Modal manusia merupakan nilai total sumber daya manusia dari suatu organisasi
(mathis & jackson, 1999). Nilai total sumberdaya manusia tersebut melibatkan semua
staf dalam organisasi dan kemampuan mereka untuk menyelesaikan pekerjaan
mereka sehingga berhasil (wang & shieh, 2008). Modal manusia terdapat di dalam
diri manusia karyawan, kontribusi karyawan penting dalam menentukan
keberhasilan organisasi (follis, 2001). Bahkan modal manusia tersebut yang
menjadikan pekerja sebagai satu sumber daya yang unik untuk organisasi. Keunikan
tersebut telah menjadikan modal manusia sebagai sumber efisiensi dan
efektivitas organisasi, dan dianggap juga sebagai sumber daya strategis
organisasi (carmeli & tishler, 2004) .
Menurut Mayo (2000), human capital memiliki lima komponen utama, yakni
sebagai berikut:
1) Individual Capability (Kemampuan Individual),
2) Individual Motivation (Motivasi Individual),
3) Leadership (Kepemimpinan),
4) The Organizational Climate (Suasana Organisasi), dan
5) Workgroup Effectiveness (Efektivitas Kelompok Kerja).
2. Modal Sosial (Social Capital)
Faktor lain selain modal manusia adalah modal sosial, faktanya orang
sering mengabaikan pentingnya modal sosial seperti kelembagaan lokal, kearifan
lokal, norma- norma dan kebiasaan lokal. menurut Field (2010: 5) menyatakan
definisi modal sosial terdiri dari "jaringan sosial, timbal balik yang timbul, dan nilai
untuk mencapai tujuan bersama". Modal sosial (social capital) seringkali

7
diartikan secara berbeda. Beberapa periset menyatakan modal sosial
merupakan community-level attribute, meskipun periset lain memperlakukan
modal sosial sebagai pendekatan yang berorientasi pada individu. Keberagaman
definisimodal sosial muncul dari perbedaan tingkat analisis. Liet al. (2014),
Narayan dan Cassidy (2001) menganalisis pada tingkat organisasi. Modal sosial bisa
didefinisikan menjadi serangkaian nilai dan norma informal yg dimiliki beserta
diantara para anggota suatu grup warga yang memungkinkan terjadinya kerjasama
diantara mereka (Francis Fukuyama, 2016)
Modal sosial mengacu pada hubungan sosial yang menguntungkan yang
dikembangkan dari waktu ke waktu seperti Goodwill perusahaan dan
pengenalan merek, elemen kunci dari pemasaran psikologis sensorik.Social capital
berbeda dari aset manusia seperti ketenaran atau karisma, yang tidak dapat diajarkan
atau ditransfer kepada orang lain dengan cara yang dapat dilakukan oleh keterampilan
dan pengetahuan.
Suatu kelompok masyarakat tidak cukup hanya mengandalkan bantuan dari
luar untuk mengatasi kesulitan ekonomi, tetapi mereka sendiri juga harus secara
bersama-sama memikirkan dan melakukan langkah-langkah terbaik guna
mengatasi masalah tersebut dengan mengerahkan segenap potensi dan sumberdaya
yang dimiliki. Padahal, modal sosial menjadi dasar bagi orang yang bekerjasama
untuk tujuan bersama dalam kelompok. Setiap pola hubungan yang terjadi diikat oleh
kepercayaan (trust), kesaling pengertian (mutual understanding) dan nilai-nilai
bersama (shared value) yang mengikat anggota kelompok untuk membuat ke-
mungkinan aksi bersama dapat dilakukan secara efisien dan efektif. Modal sosial akan
memungkinkan manusia bekerjasama untuk menghasilkan sesuatu yang besar.
Terdapat tiga unsur, komponen, sumber daya dan elemen penting dalam
sebuah modal sosial yaitu :
a. Kepercayaan (Trust)
Kepercayaan berfungsi untuk mereduksi atau meminimalisasi bahaya yang
berasal dari aktivitas tertentu. Kepercayaan biasanya terikat bukan kepada
risiko, namun kepada berbagai kemungkinan. Kepercayaan memperbesar
kemampuan manusia untuk bekerjasama bukan didasarkan atas kalkulasi
rasional kognitif, tetapi melalui pertimbangan dari suatu ukuran penyangga
antara keinginan yang sangat dibutuhkan dan harapan secara parsial akan
mengecewakan. Kerjasama tidak mungkin terjalin kalau tidak didasarkan atas

8
adanya saling percaya di antara sesama pihak yang terlibat dan kepercayaan
dapat meningkatkan toleransi terhadap ketidakpastian (Damsar, 2009:202).
b. Nilai dan Norma (Norms)
Nilai dan norma adalah hal dasar yang terdapat pada proses interaksi sosial.
Nilai dan norma mengacu pada bagaimana seharusnya individu bertindak
dalam masyarakat. Norma merupakan bagian dari modal sosial yang
terbentuknya tidak diciptakan oleh birokrat atau pemerintah. Norma terbentuk
melalui tradisi, sejarah, tokoh karismatik yang membangun sesuatu tata cara
perilaku seseorang atau sesuatu kelompok masyarakat, didalamnya kemudian
akan timbul modal sosial secara spontan dalam kerangka menentukan tata
aturan yang dapat mengatur kepentingan pribadi dan kepentingan kelompok
(Fukuyama, 1996).
c. Jaringan Sosial (networks)
Jaringan terbentuk karena berasal dari daerah yang sama, kesamaan
kepercayaan politik atau agama, hubungan genealogis, dan lain-lain.
Pembentukan jaringan masyarakat untuk mendapatkan modal sosial perlu
diorganisasikan dalam suatu institusi dengan perlakuan khusus (Robison,
2011).
Modal sosial mempunyai fungsi sebagai berikut:
1) Alat untuk menyelesaikan konflik yang ada di dalam masyarakat.
2) Memberikan kontribusi tersendiri bagi terjadinya integrasi sosial.
3) Membentuk solidaritas sosial masyarakat dengan pilar kesukarelaan.
4) Membangun partisipasi masyarakat.
5) Sebagai pilar demokrasi.
6) Menjadi alat tawar menawar pemerintah.
Menurut Woolcock (2001), terdapat tiga jenis modal sosial yaitu sebagai berikut:
 Social bounding (perekat sosial).
Social bounding adalah, tipe modal sosial dengan karakteristik adanya ikatan
yang kuat (adanya perekat sosial) dalam suatu sistem kemasyarakatan. Social
bounding umumnya dalam bentuk nilai, kultur, persepsi, dan tradisi atau adat-
istiadat.
 Social bridging (jembatan sosial).

9
Social bridging merupakan suatu ikatan sosial yang timbul sebagai reaksi atas
berbagai macam karakteristik kelompoknya. Social bridging bisa muncul
karena adanya berbagai macam kelemahan yang ada di sekitarnya, sehingga
mereka memutuskan untuk membangun kekuatan dari kelemahan.
 Social linking (hubungan/jaringan sosial).
Merupakan hubungan sosial yang dikarakteristikkan dengan adanya hubungan
di antara beberapa level dari kekuatan sosial maupun status sosial yang ada
dalam masyarakat. Misalnya: Hubungan antara elite politik dengan masyarakat
umum.
3. Modal Organisasi (Organizational Capital)
Modal organisasi pertama kali didefinisikan oleh prescott dan visscher
pada tahun 1980 untuk pengumpulan dan penggunaan informasi pribadi untuk
meningkatkan efisiensi produksi dalam sebuah perusahaan. Modal ini dapat menjadi
sumber penting dari nilai perusahaan (carlin, et al. 2011) unsur-unsur yang
membentuk modal organisasi atau modal perusahaan yaitu budaya, struktur,
organisasi belajar, dapat menjadi sumber keunggulan kompetitif (marti-de-castro et al
2006:324). Structural capital atau organizational capital merupakan pengetahuan
dalam organisasi yang independent dari orang-orang atau dengan kata lain dapat
diartikan sebagai pengetahuan yang tetap tinggal dalam organisasi meskipun
pekerjanya meninggalkan organisasi tersebut (saleh dan gan, 2008).
Organizational Capital merupakan kemampuan organisasi atau
perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang
mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal
serta kinerja bisnis secara keseluruhan, misalnya: sistem operasional perusahaan,
proses manufacturing, budaya organisasi, filosofi manajemen dan semua bentuk
intellectual property yang dimiliki perusahaan. Seorang individu dapat memiliki
tingkat intelektualitas yang tinggi, tetapi jika organisasi memiliki sistem dan prosedur
yang buruk maka intellectual capital tidak dapat mencapai kinerja secara optimal dan
potensi yang ada tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal.
Unsur yang mempengaruhi organizational capital :
 Culture/Kebiasaan
 Leadership/Kepemimpinan
 Collaboration/Kerjasama

10
Selanjutnya, Brooking (1996, dalam Ahmad et al., 2011) mengatakan bahwa
intellectual capital terdiri atas empat jenis aktiva, yaitu:
1) Market assets, yang terdiri dari: merek, pelanggan, saluran
distribusi, dan kolaborasi bisnis.
2) Intellectual property assets, yang terdiri dari: intellectual property
assets meliputi: paten, hak cipta, dan rahasia dagang.
3) Human-centered assets, yang mencakup mencakup tingkat
pendidikan pengetahuan yang relevan dengan pekerjaan dan
kompentensi.
4) Infrastructure assests, yang mencakup mencakup proses
manajemen, jaringan kerja, dan sistem keuangan.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada prinsipnya orientasi bisnis merupakan sifat, ciri dan watak yang memiliki
kemampuan dalam mewujudkan gagasan yang inovatif ke dalam dunia nyata yang dilakukan
secara kreatif atau secara singkat dikatakan sebagai proses, dengan gaya manajemen
berorientasi aksi yang menggunakan inovasi dan perubahan sebagai fokus pemikiran dan
perilaku. Baik modal manusia, modal sosial, serta modal organisasi ketiganya adalah modal
dasar yang sangat penting agar bisnis terkelola kinerjanya dengan baik.
Human Capital yang berupa Kekuatan pemikiran karyawan yang memiliki
keterampilan, kemampuan, kompetensi, kreativitas, pendidikan dan kualifikasi berkualitas
tinggi, dan pengalaman berpotensi untuk menemukan solusi praktis untuk tuntutan
pelanggan. Structural/Organizational capital yang mengacu pada jumlah akumulasi
pengetahuan yang dihasilkan melalui nilai-nilai bersama yang dapat membentuk perusahaan
yang kolektif. Dan adanya sosial capital mempermudah hubungan organisasi bisnis dengan
semua pihak dan pemangku kepentingan terkait, termasuk kapasitas karyawan untuk
mengembangkan dan memelihara koneksi dengan pihak-pihak afiliasi seperti pelanggan dan
pemasok. Ketiganya mampu menghasilkan peningkatan nilai organisasi dan dimaksudkan
untuk membolehkan perusahaan mendapatkan keuntungan dari peluang yang ada lebih baik
dari yang didapatkan para pesaing dan memberikan peningkatan penghasilan dimasa depan.

B. Rekomendasi/Saran
Semoga Makalah yang penulis buat dapat memberikan manfaat pengetahuan tentang
Modal Intelektual Sebagai Kombinasi Sumberdaya Suatu Organisasi kepada pembaca.
Semoga Makalahini dapat membantu para pembaca untuk pembuatan makalah tentang etika
manajemen. penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu
penulis meminta saran dan kritik dari para pembaca untuk penyempurnaan makalah ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Budiarta,Kustoro.dkk.2021. Modal Sosial Dalam Pemberdayaan Masyarakat Petani Markisa


Di Sumatera Utara. Jurnal Niagawan,10(1),92-100.
Anatan, Lina. Manajemen Modal Intelektual: Strategi Memaksimalkan Nilai Modal Intelektual Dalam
Technology Driven Business. Hal 1-10
Helmiatain.2015.Optimalisasi Peran Modal Intelektual Terhadap Kinerja Karyawan. Jurnal
Etikonomi. Vol. 14 No.1 Hal 51-56
Anggraini, Fifi.dkk.Peranan Intellectual Capital Dan Orientasi Kewirausahaan Pada Usaha Kecil
Dan Menengah. Jurnal BenefitaVol 5 No.2 Hal 238-251
Muchlisisn Riadi.2018.https://www.kajianpustaka.com/2018/03/pengertian-komponen-
fungsi-dan-jenis-modal-sosial.html diakses pada 18 Mei 2022

13

Anda mungkin juga menyukai