SYARIAH
Dosen Pengampu:
Farida, S.E., M.Si.Ak, CA
Disusun Oleh :
Geulis Rahmawati P. 16.0102.0076
Susmita Zaen 16.0102.0096
Rahma Maarifah 16.0102.0126
Pengendalian dalam pandangan Islam dilakukan untuk meluruskan yang tidak lurus,
mengoreksi yang salah, dan membenarkan yang hak. Pengawasan (control) dalam ajaran
Islam terbagi menjadi dua hal. Pertama, control yang berasal dari diri sendiri, yang
bersumber dari tauhid dan keimanan kepada Allah SWT. Seorang yang yakin bahwa Allah
pasti mengawasi hamba-Nya, ia akan bertindak hati-hati.Kedua, pengawasan akan lebih
efektif jika sistem pengawasan itu dapat terdiri atas mekanisme pengawasan dari pemimpin
yang berkaitan dengan penyelesaian tugas yang telah didelegasikan, kesesuaian antara
penyelesaian tugas dan perencanaan tugas.
Pengendalian yang baik adalah yang telah built in ketika menyusun sebuah
program. Dalam menyusun program, harus ada control di dalamnya. Tujuannya adalah
seseorang yang melakukan sebuah pekerjaan merasa bahwa pekerjaanya itu diperhatikan
oleh atasan, bukan pekerjaan yang tidak diacuhkan atau yang dianggap enteng. Oleh karena
itu, pengawasan terbaik adalah pengawasan yang dibangun dari dalam diri orang yang
diawasi dan dari sistem pengawasan yang baik. Sistem pengendalian yang baik tidak lepas
dari punishment dan reward.
Opini Pengawasan
Sebagaimana audit yang dilakukan oleh para auditor atau akuntan publik selalu
memberikan opini atas hasil auditnya. Opini tersebut dinyatakan dalam bentuk pernyataan
atas kewajaran laporan hasil audit yang telah dilakukannya. Audit syariah dilakukan DPS
da SKAI dapat memberikan opini atas kepatuhan syariah LKS. Menurut (IAI., 2002),
Stanndar Profesional Akuntan (PSA21), Opini terdiri dari Lima Jenis Yaitu:
a. Opini Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)
1. Bukti Audit yang dibutuhkan telah terkumpul secara mencukupi dan auditor telah
menjalankannya sedemikian rupa, sehingga ia dapat memastikan kerja lapangan
telah ditaati.
2. Ketiga standar umum telah diikuti sepenuhnya dalam perikatan kerja.
3. Laporan keuangan yang diaudit disajikan dengan prinsip akuntansi yang lazim yang
berlaku di Indonesia yang ditetapkan secara konsisten pada laporan - laporan
sebelumnya.
4. Tidak terdapat ketidakpastian yang berarti mengenai perkembangan di masa yang
akan datang yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya atau dipecahkan secara
memuaskan.
b. Opini Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan
1. Karena belum adanya aturan yang jelas, maka laporan keuangan dibuat
menyimpang dari SAK
2. Laporan dipengaruhi oleh ketidakpastian peristiwa masa yang akan datang hasilnya
dapat diperkirakan pada tanggal laporan audit.
3. Terdapat keraguan yang besar terhadap kemampuan satuan usaha dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya.
4. Diantara dua periode akuntansi terdapat perubahan yang material dalam penerapan
prinsip akuntansi
5. Data keuangan tertentu yang diharuskan ada oleh BAPEPAM namun tidak
disajikan.
c. Opini Wajar dengan Pengecualian
1. Bukti kurang cukup.
2. Adanya pembatasan ruang lingkup.
3. Terdapat penyimpangan dalam penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum
(SAK).
d. Opini Tidak wajar
Adalah pendapat yang diverikan ketika laporan keseluruhan ini dapat terjadi apabila
auditor harus memberi tambahan paragraf untuk menjelaskan ketidak wajaran atas
laporan keuangan, disertai dengan dampak dari akibat ketidakwajaran tersebut, pada
laporan auditnya.
e. Opini tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion)
Adalah pendapat yang diberikan ketika ruang lingkup pemeriksaan yang dibatasi,
sehingga auditor yidak melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan standar auditing yang
ditetapkan IAI.
Materialitas
Dalam melakukan pengawasan, auditor melakukan pertimbangan awal tentang
tingkat materialitas dalam perencanaan auditnya yang disebut materialitas perencanaan,
mungkin dapat berbeda dengan tingkat materialitas yang digunakan pada saat pengambilan
kesimpulan audit dan dalam mengevaluasi temuan audit karena keadaan yang melingkup
berubah dan informasi tambahan tentang klien dapat diperoleh selama berlangsungnya
audit. Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas (Mulyadi, 2002)
yaitu:
1. Auditor menggunakan materialitas dalam perencanaan audit, dengan membuat
estimasi materialitas karena terdapat hubungan terbalik antara jumlah dalam laporan
keuangan yang dipandang material oleh auditor dengan jumlah pekerjaan audit yang
diperlukan untuk menyaakan kewajaran laporan keuangan.
2. Pada saat mengevaluasi bukti audit dalam pelaksanaan audit.
AUDIT SYARIAH
Bagian ini sering juga disebut sebagai verificator, yaitu pemeriksa seluruh
transaksi yang terjadi, di mana salah satu produknya adalah program zero
defect, yaitu suatu program audit yang memberikan peringatan kepada
pelaksana atas kesalahan-kesalahan pembukuan yang terjadi. Dengan
demikian, secara bertahap, kesalahan yang ada dapat terus ditekan dan
mengarah pada kesalahan nol (tidak ada kesalahan lagi).
Di samping itu, bagian pengawasan data ini juga melaksanakan audit
keuangan atas laporan keuangan, khususnya melakukan pembuktian
kebenaran material setiap pos yang ada, yaitu dengan melakukan cash count,
stock opname, rekonsiliasi bank/RAK, proofing, dan lain-lain.
b. Auditor Wilayah (Resident Auditor) dan Inspektur Pengawasan
Kedua pengawas ini berfungsi melakukan operasional audit, di samping audit
keuangan. Titik berat audit yang dilakukan adalah pengujian secara menyeluruh
atas berjalannya SPIN (Sistem Pengendalian Internal) antara lain meliputi :
aspek organisasi, memadai tidaknya sumber daya insani, praktik bank yang
sehat, dan unsur SPIN lainnya.
4. Eksternal Audit
Pengauditan eksternal memberikan masukan kepada manajemen bank mengenai
kondisi bank yang bersangkutan. Dari audit eksternal diharapkan adanya suatu
penilaian yang sangat netral terhadap objek-objek yang diperiksa. Audit eksternal
yang melakukan pemeriksaan antara lain Bank Indonesia, akuntan publik, maupun
pihak lainnya.
Landasan Audit (Al-Qur’an dan Al Hadits)
1. Al-Qur’an
Banyak sekali pesan tentang audit dan kontrol dalam ajaran Islam. Berikut ini
adalah beberapa nash Al-Qur’an dan hadits yang dapat dijadikan renungan oleh para
bankir dan praktisi keuangan.
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil . . .” (Q.S. Al-
Maidah : 8)
“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, dan nasihat-menasihati
supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.” (Al-
Ashr : 1-3)
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu
berita, periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada
suatu kaum tanpa mengetahui keadannya yang menyebabkan kamu menyesal atas
perbuatanmu itu.” (Al-Hujuraat : 6)
2. Al-Hadits
“Katakanlah kebenaran itu sekalipun pahit.” (Al-Hadits)
“Barangsiapa di antaramu melihat kemungkinan, hendaklah ia mengubahnya dengan
tangan (kekuasaan)-Nya. Apabila tidak sanggup, dengan ucapannya apabila tidak
sanggup, dengan hatinya, dan itulah selemah-lemahnya iman.” (Al-Hadits).
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syariah : Dari Teori Ke Praktik. Jakarta: Gema
Insani Pers.
Susilo, Edi. 2018. Pengawasan Syariah pada Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta:
UPP STIM YKPN.