Anda di halaman 1dari 6

SEJARAH AKUNTANSI DAN KONTRIBUSI PERADABAN ISLAM

A. Perspektif Pembelajaran Sejarah Akuntansi


Pada hakikatnya, akuntansi merupakan sebuah pencatatan dari berbagai transaksi
keuangan yang terjadi pada mekanisme pasar global. Seiring perkembangannya,
akuntansi diuraikan secara lebih detail. Sebuah kutipan dari buku akuntansi berjudul
American Accounting Association yang dikeluarkan pada tahun 1966 menjelaskan bahwa
akuntasi juga berperan penting dalam memberikan berbagai informasi kuantitatif,
terutama dalam sektor data keuangan yang bersifat memiliki kebenaran absolut, maka
setiap penemuan metode baru dalam akuntansi akan menambah dan memperkaya ilmu
akuntansi tersebut. Bahkan pemikir akuntansi seperti Luca Paciolli dan Musa Al-
khawarizmy .
Akuntansi dalam islam merupakan alat (tool) untuk melaksanakan perintah Allah
SWT, dalam (QS. 2:282) untuk melakukan pencatatan dalam melakukan transaksi usaha.
Lebih jauh lagi digunakan untuk keperluan terhadap suatu sistem pencatatan tentang hak
dan kewajiban, pelaporan yang terpadu dan komperhensif. Islam memandang akuntansi
tidak sekedar ilmu yang bebas nilai untuk melakukan pencatatan dan pelaporan saja,
tetapi juga sebagai alat untuk menjalankan nilai-nilai islam sesuai ketentuan syariah.
Perkembangan akuntansi dengan domain “aritchmatic quality”, sangat ditunjang
oleh ilmu lain, khususnya arithmetic, algebra, mathematic, alghorithm pada abad ke-9 M.
Ilmu penting ini ternyata dikembangkan oleh filosofi islam yang terkenal, yaitu Abu
Yusuf Ya’kub bin Ishaq Al Kindi yang lahir tahun 801 M, Al Karki (1020) dan Al-
Khawarizmy yang berasal kata dari algorithm. Algebra juga berasal dari kata Arab yaitu
“al jabr “. Demikian juga penemu Al-Khawarizmy berupa sistem nomor, decimal, dan
angka “0” (zero,sifr,kosong,nol) yang disebut dengan angka arab sudah dikenal sejak 830
M dan sudah diakui oleh Hendriksen, penulis buku “Accounting Theory” merupakan
sumbangan Arab Islam terhadap akuntansi.
Sebenarnya sudah banyak para ahli akuntan yang mengakui keberadaan akuntansi
islam, misalnya RE Gambling, Wiliam Roget, Hayashidari Jepang , dan lain-lain. Seperti
Paciolli dalam memperkenalkan system double entry melalui ilmu matematika. Sistem
akuntansi dibangun dari dasar kesamaan akuntansi Aset = Liabilitas + Ekuitas (A = L+E).
Karena aljabar ditemukan pertama oleh ilmuan muslim di zaman keemasan islam, maka
sangat logis jika ilmu akuntansi juga telah berkembang pesat di zaman itu.
B. Sejarah Akuntansi Sebelum Islam

Paciolli seorang ilmuwan dan pengajar dari beberapa universitas yang lahir di Tuscany –
Italia pada tahun 1445, merupakan orang yang dianggap menemukan persamaan akuntansi untuk
pertama kali pada tahun 1494 dengan bukunya :Summa de Arithmatica Gometria et
Proportionalita (A Review of Arithmetic, Gometry dan Proportions). Dalam buku tersebut,
beliau menerangkan mengenai double entry  book keeping sebagai dasar perhitungan akuntansi
modern, bahkan hampir juga seluruh kegiatan rutin akuntansi yang kita kenal saat ini seperti
penggunaan jurnal, buku besar (ledger)dan memorandum. Pada penjelasan mengenai buku besar
telah termasuk mengenai aset, utang, modal, pendapatan dan beban.Ia juga telah menjelaskan
tentang penutup (closing entries) dan menggunakan neraca saldo (trial balance)  untuk
mengetahui samdo buku besar (ledger). Penjelasan ini memberikan dasar yang memakai untuk
akuntasi, etika dan juga akuntansi biaya.
Sebenarnya Luca Paciolli bukanlah orang yang menemukan double entry book
keeping system, mengingat system tersebut telah dilakukan sejak adanya perdagangan antara
venice dan Genoa pada awal ke- 13M setelah terbukanya jalur perdagangan antara Timur Tengah
dan kawasan Mediterania. Bahkan tahun 1340 Bendahara kota Massri telah melakukan
pencatatan dalam bentuk doble entry. Hal ini pun diakui oleh Luca Paciolli bahwa apa yang
dituliskannya berdasarkan apa yang telah terjadi di Venice sejak tahun abad sebelumnya.
Menurut sejarahnya kita mengetahui bahwa system pembukuan double entry muncul di
italia pada abad ke-13. Itulah catatan yang paling tua yang kita miliki mengenai system
akuntansi “double entry”sejak akhir abad ke-13 itu. Namun adalah mungkin system double
entry sudah ada sebelmnya.”
Mengingat bahwa Paciolli telah mengakui bahwa akuntansi telah dilakukan satu abad 
sebelumnya dan Venice sendiri telah menjadi salah satu pusat perdagangan terbuka, maka sangat
terbuka kemungkinan bahwa telah terjadi pertukaran informasi dengan para pedagang muslim
yang telah mengembangkan hasil pemikiran dari ilmuwan muslim. Lieber (dalam Boydoun,
1968) menyatakan bahwa para pemikir di Italia memiliki pengetahuan  tentng bisnis yang baik
disebabkan hubungannya dengan rekan bisnis muslimnya. Bahkan, Have (1976) mengatakan
bahwa Italia meminjam konsep double entry dan Arab.
Transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi pada masyarakat Arab
menarik sejumlah kalangan ilmuwan dari Eropa seperti Leonardo Fibonacci da Pisa yang
melakukan perjalanan ilmiahnya ke Timur Tengah

Bangsa Arab yang berprofesi sebagai saudagar dalam negeri maupun luar negeri,
tercermin di dalam Alquran pada surah ke 106 (Quraisy), yang menceritakan kebiasaan
perjalanan dagang orang Quraisy ke negeri Syam pada musim panas dan ke Negeri
Yaman pada musim dingin, (saat ini wilayah itu dinamakan Syria, Libanon, Yordania dan
Palestina).
Kemajuan dalam bidang perdagangan, industri, keuangan, dan jasa di belahan
dunia Arab memastikan adanya sarana untuk mencatat transaksi dikalangan mereka.
Mahmud Syakir dalam Tarikhul-Islami sebagaimana dikutip oleh Zaid, menjelaskan
bahwa orangorang Arab-lah yang menemukan tulisan pada tahun 3200 SM.
Penemuan ini mendorong kemajuan besar bagi kehidupan manusia dalam
mencatat dan menukil pengetahuan serta pemikiran-pemikiran. Chatfield dalam bukunya
Contemporary Studies in the Evaluation of Accounting Thought, juga dikutip oleh Zaid,
menegaskan bahwa manusia berhutang budi kepada penduduk antara dua sungai di Mesir
(Negeri Rafidin), karena mereka telah menemukan tulisan.
Penemuan tulisan berimplikasi pada penemuan akuntansi yang terjadi di wilayah
Rafidin maupun di wilayah lain di dunia Arab. Tujuan Penggunaan Akuntansi di
kalangan Arab pra Islam adalah untuk menghitung keuntungan. Keuntungan dihitung dari
perubahan modal pada satu siklus perjalanan dagang, misalnya satu siklus keuntungan
pada saat perjalanan ke Yaman dan satu siklus keuntungan pada perjalanan dagang ke
Syam. Sangat disayangkan bangsa Arab pra Islam tidak mencatat dengan baik penemuan
maupun perkembangan kehidupan mereka. Mereka lebih banyak menyebarkan
pengetahuan secara lisan dan sangat mengandalkan kekuatan daya ingat (hafalan), ini
terjadi sampai dengan masa awal Islam.
C. Turunnya Al-Quran, Kenabian, dan Sahabat
D. Periode Kekhalifahan (kontribusi peradaban Islam : angka Arab, angka 0. Dan akuntansi
berpasangan)
Pada Pemerintahan Abu Bakar, Pengelolaan Baitul Maal masih sangat sederhana
dimana penerimaan dan pengeluaran dilakukan secara seimbang sehingga hampir tidak
pernah ada sisa.
Perubahan sistem administrasi yang cukup signifikan dilakukan di era
kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab dengan meperkenalkan istilah Diwan oleh
Sa’ad bin Abi Waqqas (636 M). Asal kata Diwan dari bahasa Arab yang merupakan
bentuk kata benda dari Dawwana yang berarti penulisan. Diwan dapat diartikan sebagai
tempat dimana pelaksana duduk, bekerja dan dimana akuntansi dicatat dan disimpan.
Diwan ini berfungsi untuk mengurusi pembayaran gaji.
Khalifah Umar menunjuk beberapa orang pengelola dan pencatat dari persia
untuk mengawasi pembukuan Baitul Maal. Pendirian Diwan ini berasal dari usulan
Homozan. Homozan merupakan seorang tahanan Persia dan menerima Islam dengan
menjelaskan tentang sistem administrasi yang dilakukan oleh Raja perang Sa’ad bin Abi
Waqqas, Al Wahid bin Mughirah yang juga sahabat nabi mengusulkan agar ada
pencatatan untuk penerimaan dan pengeluaran negara.
Hal ini kembali menunjukkan bahwa akuntasi berkembang dari suatu lokasi ke
lokasi lain sebagai akibat hubungan antar masyarakat. Selain itu, Baitul Maal juga sudah
tidak terpusat lagi di Madinah tetapi juga di daerah- daerah taklukan Islam. Diwan yang
dibentuk oleh Khalifah Umar bin Khattab memiliki 14 departemen dan 17 kelompok,
dimana pembagian departemen tersebut menunjukkan adanya pembagian tugas dalam
sistem keuangan dan pelaporan keuangan yang baik. Pada masa itu istilah awal
pembukuan dikenal dengan Jarridah atau menjadi istilah Journal dalam bahasa Inggris
yang berarti berita. Di Venice istilah ini dikenal dengan sebutan Zournal.
Fungsi akuntansi telah dilakukan oleh berbagai pihak dalam Islam seperti: Al-
Amil, Mubashor, Al-Katib, namun yang paling terkenal adalah Al-Katib yang
menunjukkan orang yang bertanggung jawab untuk menuliskan dan mencatat informasi
baik keuangan maupun non keuangan. Sedangkan untuk khusus akuntan dikenal juga
dengan nama Muhasabah/Muhtasib yang menunjukkan orang yang bertanggung jawab
melakukan perhitungan.
Akuntansi sangat terbantu sekali dengan penyebaran angka arab dan penemuan
angka 0.1al ini disebabkan, angka 0 membuat pencatatan transaksi menjadi lebih
sederhana. Sebelum ditemukan angka 0, manusia masih menggunakan sistem angka yang
rumit."ara ilmuwan menggunakan semacam da2tar yang membedakan satuan,
puluhan,ratusan, ribuan, dan seterus nya. Daftar yang dikenal sebagai abakus itu
berfungsi menjaga setiap angka dalam bilangan agar tidak saling tertukar dari tempat atau
posisimereka dalam hitungan. Sistem tersebut berlaku hingga abad ke 12 M, ketika para
ilmuwan Barat mulai memilih menggunakan raqm al-binji. Angka Arab dalam sistem
bilangan mereka. Raqm albinji menggunakan angka nol yang diadopsi dari angka India,
menghadirkan system penomoran desimal yang belum pernah digunakan sebelumnya.
Angka 0 sendiri ditemukan oleh Abu Ja’far Muhammad bin Musa al-Khawari'mi. Ia lahir
di Khawari'mi, sekarang Khiva, Uzbekistan, pada 194 H/ 780 M
Angka Arab adalah sebutan untuk sepuluh buah digit (yaitu: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,
8, 9). Angka-angka adalah keturunan dari angka India dan sistem angka Hindu-Arab yang
dikembangkan oleh matematikawan India. Angka India kemudian diadopsi
oleh matematikawan Persia di India, dan diteruskan lebih lanjut kepada orang-orang Arab
di sebelah barat. Bentuk angka-angka itu dimodifikasi di saat mereka diteruskan, dan
mencapai bentuk Eropanya (bentuk yang sekarang) pada saat mencapai Afrika Utara.
Dari sana, penggunaan mereka menyebar ke Eropa pada Abad Pertengahan. Penggunaan
Angka Arab tersebar ke seluruh dunia melalui perdagangan, buku
dan kolonialisme Eropa. Saat ini, Angka Arab adalah simbol representasi angka yang
paling umum digunakan di dunia. Angka-angka (0,1,2,3,4,5,6,7,8,9) juga dikenal
sebagai Angka Hindu atau Angka Hindu-Arab. Alasan mereka lebih dikenal sebagai
“Angka Arab” di Eropa dan Amerika adalah karena mereka diperkenalkan ke Eropa pada
abad kesepuluh melalui bangsa Arab di Afrika Utara. Dahulu (dan sampai sekarang)
digit-digit tersebut masih dipergunakan oleh orang Arab barat semenjak dari Libya
hingga ke Maroko. Di sisi lain, orang-orang Arab menyebut sistem tersebut dengan nama
“Angka Hindu”,  yang mengacu pada asal mereka di India. Namun demikian, angka ini
tidak boleh dirancukan dengan “Angka Hindu” yang dipergunakan orang-orang Arab
di Timur Tengah (٠.١.٢.٣.٤.٥.٦.٧.٨.٩), yang disebut dengan nama lain Angka Arab
Timur; atau dengan angka-angka lain yang saat ini dipergunakan di India (misalnya
angka Dewanagari: ०.१.२.३.४.५.६.७.८.९).
Dalam bahasa Inggris, dengan demikian istilah Angka Arab dapat menjadi
bermakna ganda. Ia paling sering digunakan untuk merujuk pada sistem bilangan
digunakan secara luas di Eropa dan Amerika. Dalam hal ini, Angka Arab adalah nama
konvensional untuk seluruh keluarga sistem angka Arab dan India. Kemungkinan lainnya
ialah ia dimaksudkan untuk angka-angka yang digunakan oleh orang Arab, dalam hal ini
umumnya mengacu pada Angka Arab Timur.
Sistem desimal Angka Hindu-Arab ditemukan di India sekitar 500 Masehi. Sistem
ini revolusioner dalam hal ia memiliki angka nol dan notasi posisional. Hal tersebut
dianggap sebagai tonggak penting dalam pengembangan matematika. Seseorang dapat
membedakan antara sistem posisi ini, yang identik seluruh keluarga angka Hindu-Arab,
dan bentuk penulisan (glyph) tertentu yang digunakan untuk menulis angka, yang
bervariasi secara regional. Glyph yang paling umum yang digunakan bersama-sama
dengan Abjad Latin sejak Abad Modern Awal adalah 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9.
Pembukuan berpasangan adalah praktik standar untuk sebuah pencatatan
transaksi keuangan yang kemudian menjadi cikal bakal akuntansi.[1] Proses dari
pembukuan umumnya hanya meliputi pencatatan transaksi-transaksi ke dalam
berbagai jurnal dan pemberian klasifikasi kode perkiraan buku besar (yaitu pengumpulan
data keuangan yang mentah). Hal ini akan menjadi dasar untuk sistem akuntansi yang
mengumpulkan dan mengorganisir data mentah tersebut menjadi informasi yang lebih
berguna.
E. Perkembangan Mukhtahir Akuntansi Islam

Pendeklarasian negara Islam di Madinah didasari oleh konsep bahwa seluruh muslim
adalahbersaudara tanpa memandang ras, suku warna kulit dan golongan, sehingga seluruh
kegiatan kenegaraan dilakukan secara bersama dan gotong royong di kalangan para muslimin.
Hal ini dimungkinkan karena negara yang baru saja berdiri tersebut hampir tidak memiliki
pemasukan ataupun pengeluaran. Muhammad Rasulullah SAW bertindak sebagai seorang kepala
negara yang juga merangkap sebagai ketua Mahkamah Agung, Mufti besar, dan panglima perang
tertinggi juga penanggung jawab administrasi negara. Bentuk sekretariat negara masih sangat
sederhana dan baru didirikan pada akhir tahun ke-6 hijriah.
            Telah menjadi tradisi, bahwa bangsa arab melakukan 2kali perjalanan khafilah
perdagangan, yaitu musim dingin dengan tujuan perdagangan ke Yaman dan musim panas
dengan tujuan ke Assyam. Perdagangan tersebut pada akhirnya berkembang hingga ke
Eropaterutama setelah penaklukan Mekah.
            Dalam perkembangan selanjutnya, ketika ada kewajiban zakat dan ushr (pajak pertanian
dari muslim) dan perluasan wilayah sehingga dikenal dengan adanya jizyah (pajak perlindungan
dari nonmuslim) dan kharaj (pajak hasil pertanian dari nonmuslim), maka Rasul mendirikan
Baitul Maal pada awalabad ke-7. Konsep ini cukup majupada zaman tersebut dimana seluruh
penerimaan dikumpulkan secara terpisah dengan pemimpin negara dan baru akan dikeluarkan
untuk kepentingan negara. Walaupun disebutkan pengelolaan Baitul Maal masih sederhana,
tetapi Nabi telah menunjukan petugas qadi, ditambah para sekretarisdan pencatat administrasi
pemerintahan. Mereka ini berjumlah 42 orang dan dibagi dalam empat bagian yaitu: sekretaris
pernyataan, sekretaris hubungan dan pencatatan tanah, sekretaris perjanjian dan sekretaris
peperangan

Anda mungkin juga menyukai