Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS


PUBLIK

Tugas ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Topik Khusus Akuntansi
Keuangan

Disusun Oleh

Nisa Nur Aliyya (5211171078)

Nurhasna Septiawati (5211171081)

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI

2019
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur saya haturkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah
memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik tanpa ada halangan yang berarti.

Makalah ini telah saya selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu saya sampaikan banyak terima kasih kepada segenap
pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian makalah ini.

Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun
isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati , saya selaku penyusun menerima segala
kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Demikian yang bisa saya sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah khazanah
ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk masyarakat luas.

Cimahi, September 2019

Penulis
Dafsi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya tujuan didirikan sebuah perusahaan adalah untuk memperoleh profit yang
maksimal sehingga dapat mempertahankan dan menjaga kelangsungan perusahaan itu sendiri.
Oleh karena itu semua kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan selalu diarahkan dalam
pencapaian kestabilan kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan. Perekonomian yang
semakin berkembang dengan ditandainya dengan pendirian perusahaan yang semakin menjamur,
akan menimbulkan persaingan antar perusahaan yang semakin ketat, sehingga membuat bidang
keuangan harus mendapat perhatian yang lebih. Dalam bidang keuangan laporan keuangan
dibutuhkan dalam proses pengambilan keputusan ekonomis. Laporan keuangan merupakan
media informasi yang dapat membantu para pengusaha dalam mendeskripsikan keadaan
perusahaannya. Namun informasi yang terdapat pada laporan keuangan belum bisa digunakan
seutuhnya untuk menilai kinerja dari suatu perusahaan, masih dibutuhkan analisis yang tepat
terhadap laporan keuangan tersebut.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) pada tanggal 17 Juli 2009 yang lalu, telah menerbitkan
Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK–ETAP). IAI
menerbitkan standar ini adalah untuk mempermudah perusahaan kecil menengah yang
jumlahnya hampir 90% dari total perusahaan di Indonesia dalam menyusun laporan keuangan
mereka. Dengan adanya SAK ETAP ini perusahaan kecil menengah tidak perlu menyusun
laporan keuangan mereka berdasarkan SAK yang berlaku umum. Pihak-pihak yang
membutuhkan laporan keuangan perlu memahami apa arti dari angka yang ada dalam laporan
keuangan dan bagaimana menganalisis serta menafsirkan data keuangan dengan cara yang logis
dan sistematis. Namun dalam praktiknya terdapat beberapa perusahaan yang belum melakukan
pembukuan atau pencatatan keuangannya berdasarkan standar akuntansi keuangan. Hal tersebut
timbul karena pemilik perusahaan berasumsi bahwa perusahaan mereka belum terlalu besar
kegiatan operasinya. Padahal laporan keuangan adalah hal yang paling essensial bagi pemilik
perusahaan sebagai dasar untuk mengembangkan usaha mereka dalam hal pengambilan
keputusan.
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana definisi SAK ETAP?


2. Bagaimana perbedaan SAK UMUM dan SAK ETAP?
3. Apa saja laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP?
4. Bagaimana penerapan SAK ETAP?
5. Bagaimana manfaat penerapan SAK ETAP secara umum
6. Bagaimana peranan SAK ETAP bagi usaha kecil dan menengah?
7. Bagaimana contoh perusahaan yang menerapkan SAK ETAP

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui definisi SAK ETAP


2. Untuk mengetahui perbedaan SAK UMUM dan SAK ETAP
3. Untuk mengetahui laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP
4. Untuk mengetahui penerapan SAK ETAP
5. Untuk mengetahui manfaat penerapan SAK ETAP secara umum
6. Untuk mengetahui peranan SAK ETAP bagi usaha kecil dan menengah
7. Untuk mengetahui perusahaan yang menerapkan SAK ETAP
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi SAK ETAP

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah suatu kerangka dalam prosedur pembuatan
laporan keuangan agar terjadi keseragaman dalam penyajian laporan keuangan

Definisi Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP) adalah entitas yang :

1. Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan

Entitas yang tidak memiliki akuntabilitas public signifikan, yaitu entitas yang :

 Tidak tercatat di pasar modal


 Tidak sedang dalam proses untuk pengajuan pernyataan pendaftaran di pasar modal
 Bukan lembaga keuangan
 Yang melatar belakangi pengembangan SAK ETAP
 IFRS for SME yang dikelurkan IASB masih terlalu kompleks untuk ukuran perusahaan
menengah di Indonesia.

2. Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement) bagi
pengguna eksternal (pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur dan
lembaga pemeringkat kredit.)

Jadi SAK ETAP adalah Standar Akuntansi Keuangan yang bertujuan untuk
mempermudah usaha kecil dan usaha menengah atau entitas yang tidak memiliki akuntabilitas
publik signifikan; dan menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum bagi pengguna
eksternal. SAK ETAP menggunakan Acuan IFRS small medium enterprises. Pengguna
eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat langsng dalam pengelolaan usaha,kreditur, dan
lembaga pemeringkat kredit.

 Contoh yang menggunakan SAK ETAP :

- Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

- Koperasi

- Bank Perkreditan Rakyat (BPR)


SAK ETAP diterbitkan tahun 2009 berlaku efektif 1 Januari 2011 dan dapat diterapkan
lebih awal yaitu 1 Januari 2010.

 Ketentuan Transisi SAK ETAP yaitu :

1. ETAP dapat memilih tetap menggunakan PSAK – IFRS atau menggunakan SAK ETAP.

2. Seluruh entitas sampai dengan 31 Desember 2009 menggunakan satu PSAK yaitu PSAK
yang berlaku per 31 Desember 2009.

3. ETAP yang tetap memilih menggunakan PSAK – IFRS tidak boleh dikemudian hari
berubah menggunakan SAK ETAP.

4. Entitas dengan akuntabilitas publik yang kemudian telah memenuhi persyaratan sebagai
ETAP dapat menggunakan SAK ETAP.

5. ETAP yang kemudian berubah menjadi bukan ETAP maka harus menggunakan PSAK –
IFRS dan tidak boleh lagi menggunakan SAK ETAP.

SAK ETAP bertujuan untuk menciptakan fleksibilitas dalam penerapannya dan


diharapkan memberi kemudahan akses ETAP kepada pendanaan dari perbankan. SAK ETAP
merupakan SAK yang berdiri sendiri dan tidak mengacu pada SAK Umum, sebagian besar
menggunakan konsep biaya historis; mengatur transaksi yang dilakukan oleh ETAP; bentuk
pengaturan yang lebih sederhana dalam hal perlakuan akuntansi dan relatif tidak berubah selama
beberapa tahun.

2.2 Perbedaan SAK Umum dengan SAK ETAP

Menurut Martini Hadari (2011), menyebutkan bahwa perbedaan antara SAK Umum
dengan SAK ETAP diantaranya meliputi:

a. Konsep pajak penghasilan.

Dalam hal mengatur pajak penghasilan, SAK ETAP menggunakan konsep pajak terutang,
sedangkan SAK Umum menggunakan konsep pajak tangguhan. SAK ETAP mengakui beban
pajak penghasilan untuk tahun berjalan sebesar kewajiban pajak periode berjalan dan periode
sebelumnya yang belum dibayar. Jika jumlah yang telah dibayar untuk periode berjalan dan
periode sebelumnya melebihi jumlah yang terutang untuk periode tersebut, entitas harus
mengakui kelebihan tersebut sebagai aset, yaitu pph lebih bayar. Dalam SAK Umum beban
pajak penghasilan perusahaan tidak hanya berupa jumlah seluruh pajak penghasilan periode
berjalan, dan periode sebelumnya yang belum dibayar, tetapi juga termasuk pajak
tangguhan.

b. Metode Penyusunan Arus Kas.

Metode penyusunan laporan arus kas yang diatur dalam SAK Umum adalah metode
langsung dan tidak langsung. Perusahaan diberikan pilihan untuk menggunakan metode
langsung ataupun tidak langsung, sesuai dengan kebijakan perusahaan. Sedangkan SAK
ETAP hanya mengatur penyusunan laporan arus kas dengan menggunakan metode
tidak langsung. Metode tidak langsung dianggap lebih efektif bagi UMKM karena biaya
penyusunan arus kas dengan metode ini lebih murah dibandingkan dengan metode
langsung, dimana perusahaan harus memberikan rincian lebih lanjut tentang penerimaan dan
pembayaran kas operasi.

c. Metode Pencatatan Biaya Investasi.

Berdasarkan SAK Umum, investasi pada entitas asosiasi, entitas anak dan joint venture harus
dipertanggung jawabkan dengan menggunakan metode ekuitas sejak tanggal pada saat
investasi tersebut memenuhi definisi perusahaan asosiasi. Selisih antara biaya perolehan
dengan bagian investor atas nilai wajar aset netto yang dapat diidentifikasi pada tanggal akuisisi
juga harus dipertanggungjawabkan (diatur dalam PSAK No.22). SAK ETAP mengatur
metode berbeda untuk investasi pada setiap entitas. Investasi pada entitas asosiasi dan
joint venture diukur dengan menggunakan metode biaya. Investasi pada entitas anak dicatat
dengan menggunakan metode ekuitas.

d. Metode Pengukuran Aset Tetap, Aset tidak Berwujud dan Properti Investasi.

Berdasarkan SAK ETAP, aset tetap, aset tidak berwujud, dan properti investasi dicatat dan
diukur sebesar biaya perolehannya pada saat pengakuan awal. Selanjutnya, pengeluaran
setelah pengakuan awal suatu aset tetap yang memperpanjang umur manfaat atau yang
kemungkinan besar memberi manfaat ekonomi dimasa yang akan datang dalam bentuk
peningkatan kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja, harus ditambahkan
pada jumlah tercatat aset tetap tersebut. Setelah pengakuan awal, entitas harus
mengukur aset tersebut pada biaya perolehan dikurang akumulasi penyusutan atau
amortisasi dan akumulasi kerugian penurunan nilai. Pada SAK Umum, pengukuran terhadap aset
tetap, aset tidak berwujud, dan properti investasi menggunakan dua model pengukuran, yaitu
model biaya dan model nilai wajar yang harus diterapkan secara konsisten.

e. Perbedaan antara SAK ETAP dengan SAK Umum tidak hanya terletak pada kompleksitas
isinya tetapi juga pada dasar pengukuran. SAK ETAP menggunakan dasar pengukuran berbasis
historical cost sedangkan SAK Umum menggunakan basis fair value.

2.3 Laporan Keuangan Berdasarkan SAK ETAP.

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2013), laporan keuangan adalah laporan yang
menggambarkan posisi keuangan, kinerja keuangan dan laporan kas entitas. Laporan keuangan
entitas meliputi:

1. Neraca.

Laporan keuangan yang menyajikan hubungan aset, kewajiban dan ekuitas entitas pada waktu
tertentu.

2. Laporan Laba Rugi.

Laporan keuangan yang menyajikan informasi mengenai kinerja entitas selama satu
periode, yaitu hubungan penghasilan dengan beban.

3. Laporan Perubahan Ekuitas dan Laporan Laba Rugi dan Saldo Laba

Laporan keuangan yang menyajikan laba atau rugi untuk suatu periode, pos penghasilan
dan beban yang diakui secara langsung dalam ekuitas pada periode, dampak perubahan
kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan pada periode, dan (bergantung pada format laporan
perubahan ekuitas yang dipilih entitas) jumlah transaksi dengan pemilik dalam kapasitas
sebagai pemilik selama satu periode.

4. Laporan Arus Kas.

Laporan keuangan yang menyajikan informasi mengenai perubahan kas dan setara kas entitas
selama periode tertentu, menunjukkan secara terpisah perubahan dalam periode tersebut
dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.”
5. Catatan Atas Laporan Keuangan.

Catatan atas laporan keuangan berisi informasi tambahan terhadap pos-pos yang disajikan
dalam neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas. Catatan
atas laporan memberikan uraian naratif atas pemisahan pos-pos yang
diungkapkan dalam laporan keuangan, serta informasi tentang pos- pos yang tidak memenuhi
persyaratan pengakuan dalam laporan keuangan tersebut.

2.4 Penerapan SAK ETAP

Penerapan SAK ETAP direlevansikan dengan anjuran World Bank, yang menyatakan
bahwa tiap negara minimal mempunyai dua Standar Akuntansi, yaitu standar untuk perusahaan
publik dan standar untuk entitas non publik. Jadi SAK ETAP sangat dibutuhkan karena PSAK
(Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) yang mengadopsi International Financial Reporting
Standard (IFRS) terlalu kompleks jika untuk diterapkan oleh perusahaan kecil menengah (UKM)
di Indonesia

SAK yang berbasis IFRS (SAK UMUM) ditujukan bagi entitas yang mempunyai
tanggung jawab publik signifikan dan entitas yang banyak melakukan kegiatan lintas negara.
SAK UMUM tersebut rumit untuk dipahami serta diterapkan bagi sebagian besar entitas usaha di
Indonesia yang berskala kecil dan menengah.

Dalam beberapa hal SAK ETAP memberikan banyak kemudahan untuk suatu entitas
dibandingkan dengan SAK UMUM dengan ketentuan pelaporan yang lebih kompleks

Penerapan SAK ETAP menurut Ikatan Akuntan Indonesia adalah mencakup

pos-pos berikut ini :

PERKIRAAN SAK ETAP


Penyajian Laporan Keuangan Minimum pos yang harus ada di neraca lebih
sedikit. Silent terhadap pos luar biasa, laporan
laba rugi (tanpa harus menyajikan laba rugi
komprehensif), cash flow dengan metode
tidak langsung
Aset Tetap dan Properti Investasi Aset tetap, properti investasi menggunakan
metode biaya kecuali ada ketentuan
pemerintah yang mengharuskan model
revaluasi diterapkan
Aset Tidak Berwujud Aset tidak berwujud diamortisasi selama 10
tahun. Pengukuran menggunakan metode
biaya
Instrumen Keuangan Ruang lingkup; investasi pada efek tertentu.
Klasifikasi trading, held to maturity, dan
available for sale. Hal tersebut mengacu
kepada PSAK no 50 (1998). Jauh lebih
sederhana dibanding ketentuan PSAK 50 dan
PSAK 55 (revisi 2006)
Persediaan LIFO tidak diijinkan , ketentuan lainnya sama
dengan PSAK
Penurunan nilai Aset Ruang lingkup yang meliputi semua jenis aset
kecuali aset yang timbul dari manfaat
pensiun. Tidak mengatur penurunan nilai
goodwill. Ada tambahan penurunan nilai
untuk pinjaman yang diberikan dan piutang
yang menggunakan PSAK 31
Laporan Keuangan Konsolidasian Tidak diatur bila memiliki investasi atas
asosiasi maupun subsidiary menggunakan
metode ekuitas (on line consolidation)
Sewa Tidak mengatur perjanjian yang mengandung
sewa (PSAK 8). Klasifikasi sewa; kombinasi
IFRS for SMEs dan SFAS 13 (rule based).
Laporan keuangan lessee dan lessor
menggunakan PSAK 30 (1990): Akutansi
sewa
Biaya Pinjaman Biaya pinjaman langsung dibebankan
Imbalan Kerja Tidak termasuk imbalan berbasis ekuitas.
Untuk manfaat pasti menggunakan PUC dan
jika tidak bisa menggunakan metode yang
disederhanakan.
Pajak Penghasilan Menggunakan tax payable concept. Tidak ada
pengakuan dan pengukuran pajak tangguhan
2.5 Manfaat Penerapan SAK ETAP Secara Umum

SAK ETAP adalah standar keuangan yang dipergunakan bagi entitas yang tidak
memiliki akuntabilitas publik yang signifikan. Usaha-usaha kecil menengah, koperasi dan
usaha perseorangan sejak 1 Januari 2011 sudah harus mulai menerapkan SAK ETAP dalam
kegiatan operasional usahanya.

SAK ETAP diterapkan untuk penyusunan laporan keuangan yang dimulai pada atau
setelah 1 Januari 2011, penerapan dini diperkenankan. Jika SAK ETAP diterapkan dini, maka
entitas harus menerapkan SAK ETAP untuk penyusunan laporan keuangan yang dimulai pada
atau setelah 1 Januari 2010.

Diharapkan dengan adanya SAK ETAP, perusahaan kecil, menengah, mampu untuk
menyusun laporan keuangannya sendiri, dapat diaudit dan mendapatkan opini audit. Sehingga
dapat menggunakan laporan keuangannya untuk mendapatkan dana (misalnya dari bank)
untuk pengembangan usaha.

SAK ETAP lebih sederhana dibandingkan dengan PSAK – IFRS sehingga lebih mudah
dalam implementasinya tetapi tetap memberikan informasi yang handal dalam penyajian laporan
keuangan. SAK ETAP juga disusun dengan mengadopsi IFRS for SME dengan modifikasi sesuai
kondisi di Indonesia dan dibuat lebih ringkas,Menurut Aris Munandar dalam Kholmi (2011) :

“Prinsip-prinsip SAK penting diperhatikan pihak UKM agar pengelolaan bisnis lebih
efektif, efisien dan akurat, agar UKM dapat mengelola usahanya secara profesional dan
berkembang lebih besar lagi. SAK ETAP ini adalah suatu prinsip, prosedur metode atau
aturan penyusunan laporan keuangan pada Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP) yaitu,
entitas usaha yang tidak (belum) tercatat di pasar modal atau tidak dalam proses pengajuan di
pasar modal dan entitas ini bukan lembaga keuangan. Entitas usaha yang dimaksudkan disini
adalah untuk unit usaha ekonomi berskala kecil dan menengah. Dengan menerapkan SAK
ETAP pada UKM, pihak perbankan tentu akan merespon positif sehingga memudahkan
perbankan dalam menilai kelayakan bisnis UKM dalam memperoleh bantuan kredit
pengembangan usaha. Selain itu UKM memiliki laporan keuangan yang akurat dan sangat
berguna bagi UKM dalam meningkatkan produktivitasnya.”
Pada Hakikatnya sasaran pengguna SAK ETAP tidak hanya di kalangan UKM semata,
tetapi juga koperasi yang unit usahanya kecil dan juga bank perkreditan rakyat (BPR). Menurut
Ayu Nulus (2013) bahwa :

“Pemberlakuan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-


ETAP) dirasakan telah memberi manfaat bagi industri bank perkreditan rakyat (BPR). Dengan
SAK-ETAP ini, pelaporan keuangan BPR menjadi lebih transparan, komprehensif dan relevan.
Setelah menerapkan SAK-ETAP banyak manfaat yang didapat di antaranya laba menjadi lebih
stabil, pelaporan lebih transparan dan berlaku umum

SAK ETAP berlaku juga bagi koperasi yang notabene entitas kecil yang semula
menggunakan Standar Akuntansi Koperasi menjadi SAK ETAP

“Laporan keuangan koperasi menyajikan informasi yang menyangkut kondisi, kinerja


dan perubahan posisi keuangan koperasi, yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan strategis
untuk pengembangan koperasi. Pedoman ini merupakan penyempurnaan atas Pedoman Umum
Akuntansi Koperasi Indonesia sebelumnya, yang berisi praktek penerapan akuntansi pada
koperasi dengan memperhatikan perubahan pada perkembangan Standar Akuntansi Keuangan
yang mengacu pada laporan keuangan internasional (International Financial Reporting
Standard/IFRS) . Dewan Standar Akuntansi Keuangan dan Ikatan Akuantan Indonesia pada
tanggal 8 April 2011 telah menerbitkan Pernyataan Pencabutan Standar Akuntansi Keuangan 8
(PPSAK 8) atas pencabutan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 27 (PSAK 27). Standar
Akuntansi Keuangan yang mengacu pada IFRS dikelompokan menjadi 2, yaitu Standar
Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) dan Standar Akuntansi
Keuangan Umum (SAK Umum). Mengingat koperasi sejauh ini termasuk dalam entitas tanpa
akuntabilitas publik, maka memberlakukan akuntansi koperasi dengan SAK ETAP. Pedoman ini
menetapkan bentuk, isi penyajian dan pengungkapan laporan keuangan koperasi untuk
kepentingan internal koperasi maupun pihak lain selaku pengguna laporan keuangan koperasi.
Pedoman ini merupakan acuan yang harus dipatuhi oleh koperasi dan aparat dalam melakukan
pembinaan dalam meyusun laporan keuangan. Maksud dan Tujuan Pedoman Akuntansi adalah
untuk menyediakan pedoman yang standar tentang penyajian laporan keuangan koperasi,
sehingga membantu mempercepat pengurus dalam menyusun laporan pertanggungjawaban
keuangan koperasi pada rapat anggota tahunan, maupun tujuan-tujuan lain.

2.6 Peranan SAK ETAP bagi Usaha Kecil dan Menengah


Beberapa lembaga atau instansi bahkan UU memberikan definisi Usaha Kecil Menengah
(UKM), diantaranya adalah Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
(Menegkop dan UKM), Badan Pusat Statistik (BPS), Keputusan Menteri Keuangan No
316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994, dan UU No. 20 Tahun 2008. Definisi UKM yang
disampaikan berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Menurut Kementrian Menteri
Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menegkop dan UKM), bahwa yang dimaksud
dengan Usaha Kecil (UK), termasuk Usaha Mikro (UMI), adalah entitas usaha yang mempunyai
memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha, dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000. Sementara itu,
Usaha Menengah (UKM) merupakan entitas usaha milik warga negara Indonesia yang memiliki
kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000 s.d. Rp 10.000.000.000, tidak termasuk tanah
dan bangunan

Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UKM berdasarkan kuantitas tenaga
kerja. Usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 s.d 19 orang,
sedangkan usaha menengah merupakan entitias usaha yang memiliki tenaga kerja 20 s.d. 99
orang.

Pada tanggal 4 Juli 2008 telah ditetapkan Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Definisi UKM yang disampaikan oleh Undang-undang ini
juga berbeda dengan definisi di atas. Menurut UU No 20 Tahun 2008 ini, yang disebut dengan
Usaha Kecil adalah entitas yang memiliki kriteria sebagai berikut :

(1) Kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling
banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha; dan

(2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).Usaha
Menengah adalah entitas usaha yang memiliki kriteria sebagai berikut :

1. Kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling
banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha; dan

2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
Prinsip-prinsip SAK penting diperhatikan pihak UKM agar pengelolaan bsinis lebih
efektif, efisien dan akurat, agar UKM dapat mengelola usahanya secara profesional dan
berkembang lebih besar lagi. SAK ETAP ini adalah suatu prinsip, prosedur metode atau aturan
penyusunan laporan keuangan pada Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP) yaitu, entitas
usaha yang tidak (belum) tercatat di pasar modal atau tidak dalam proses pengajuan di pasar
modal dan entitas ini bukan lembaga keuangan. Entitas usaha yang dimaksudkan disini adalah
untuk unit usaha ekonomi berskala kecil dan menengah.

Apabila SAK ETAP diterapkan oleh UKM, pihak perbankan tentu akan merespon dengan
positif, karena akan memudahkan perbankan dalam menilai kelayakan bisnis UKM untuk
memperoleh bantuan kredit pengembangan usaha. Disamping itu, UKM tentu akan memiliki
data (keuangan) akurat yang amat berguna bagi pelaku UKM dalam upaya lebih meningkatkan
produktivitas, efektifitas dan efisiensi usaha. Laporan keuangan adalah proses akuntansi yang
digunakan sebagai sarana terjalinnya proses komunikasi informasi antara data keuangan dan
aktivitas perusahaan. Laporan keuangan yang baku merupakan bahan pertimbangan atau mata
rantai dalam proses pengambilan keputusan yang sangat dibutuhkan pelaku bisnis UKM tersebut,
sekaligus bisa berfungsi sebagai perwujudan pertanggungjawaban dari manajemen dalam
menjalankam usahanya secara profesional.

Penyusunan laporan keuangan, selain berguna untuk pengambilan keputusan pengusaha


UKM, juga untuk pihak-pihak ketiga seperti Bank, Kantor Pajak, Mitra Usaha dan lain-lain

2.7 Contoh perusahaan yang menerapkan SAK ETAP

UD Adhikari Mandiri merupakan UMKM yang berkecimpung dalam usaha jual beli alat
elektronik dan alat-alat kantor beserta jasa servis komputer. UD Adhikari Mandiri beralamat di
Jln Ksatrian, Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar. UD Adhikari Mandiri didirikan oleh I
Made Putra Wijanaka S.E berdiri sejak bulan januari tahun 2017. UD Adhikari Mandiri
merupakan rintisan dari UD Widya Pratama yang dahulunya juga berkecimpung pada bisnis jual
beli produk yang sama, namun karena mengalami masalah financial UD Widya Pratama tidak
mampu mempertahankan usahanya sehingga terjadi kebangkrutan permanen. UD Adhikari
Mandiri mulai beroperasi dan melakukan transaksi pada awal bulam Mei 2017.

Pada awal operasi tersebut UD Adhikari Mandiri memfokuskan pemasaran ditoko,


namun setelah berjalan satu bulan UD Adhikari Mandiri mulai mengembangkan pemasaran
produknya ke instansi pemerintahan dan kantor-kantor termasuk sekolah. Penggunaan Standar
Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) pada penyusunan laporan
keuangan UD Adhikari dikarenakan entitas ini merupakan entitas tanpa akuntabilitas publik yang
signifikan dan menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum bagi pengguna eksternal
dalam hal ini adalah pihak kreditur.

Laporan yang dibuat oleh UD Adhikari Mandiri :

A. Laporan Laba Rugi

Laporan Laba Rugi menyajikan informasi mengenai penjualan, harga pokok penjualan,
beban usaha, pendapatan lainlain dan beban lain-lain yang dihitung dan disusun untuk
mengetahui laba atau rugi perusahaan. (Endang Mulyadi, 2011. Adapun data yang dibutuhkan
dalam pembuatan laporan laba rugi antara lain: data seluruh penjualan da pendapatan dari hasil
operasional perusahaan UD Adhikari Mandiri, data semua beban dan biaya operasional yang
dikeluarkan selama menjalankan kegiatan operasional maupun non operasional, data
Pembayaran Pajak dan pajak terutang. Berikut disajikan Laporan Laba Rugi UD. Adhikari
Mandiri:
B. Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan perubahan ekuitas menyajikan laba atau rugi entitas untuk suatu periode,
pos pendapatan dan beban yang diakui secara langsung dalam ekuitas untuk periode tersebut,
pengaruh kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan yang diakui. Dalam periode tersebut, dan
(tergantung pada format laporan perubahan ekuitas yang dipilih oleh entitas) jumlah investasi
oleh, dan dividen dan distribusi lain ke, pemilik ekuitas selama periode tersebut (IAI, 2009).
Berikut disajikan Laporan Perubahan Ekuitas pada UD. Adhikari Mandiri:

C. Neraca

Neraca merupakan suatu daftar yang mencatat secara sistematis mengenai sumber kekayaan
perusahaan menggunakan/mengalokasikan sumbersumber kekayaan tersebut. (Endang Mulyadi,
2011). Neraca menyajikan aset, kewajiban dan ekuitas suatu entitas pada suatu tanggal tertentu
sampai akhir periode pelaporan (IAI, 2009). Pada neraca akan disajikan informasi mengenai total
Aktiva dan total Passiva yang dimiliki UD Adhikari Mandiri. Berikut disajikan Neraca UD.
Adhikari Mandiri:
D. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas menyajikan informasi perubahan historis atas kas dan setara kas
entitas, yang menunjukkan secara terpisah perubahan yang terjadi selama satu periode dari
aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan (IAI, 2009). Berikut disajikan
Laporan Arus Kas (Metode Langsung) UD Adhikari Mandiri. Berikut disajikan Laporan Arus
Kas pada UD. Adhikari Mandiri:
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

SAK ETAP adalah Standar Akuntansi Keuangan yang bertujuan untuk mempermudah
usaha kecil dan usaha menengah atau entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan;
dan menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum bagi pengguna eksternal. SAK ETAP
menggunakan Acuan IFRS small medium enterprises. Pengguna eksternal adalah pemilik yang
tidak terlibat langsng dalam pengelolaan usaha,kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit.

Laporan keuangan yang harus dibuat menurut SAK ETAP ada 5 yaitu :

- Laporan Laba Rugi

- Laporan Perubahan Ekuitas

-Laporan Posisi Keuangan (Neraca)

- Laporan Arus Kas

-Catatan Atas Laporan Keuangan

Contoh perusahaan yang kami ambil adalah UD Adhikari Mandiri. Penyusunan laporan
keuangan berbasis SAK ETAP pada UD Adhikari Mandiri telah diterapkan sesuai dengan SAK
ETAP mulai dari tahap penjurnalan hingga penyusunan laporan keuangan. Laporan Laba Rugi
menunjukan bahwa perusahaan mengalami Laba sejumlah Rp. 22.806.835 Neraca menunjukan
saldo Aktiva sejumlah Rp. 132.806.835 dan saldo pada Passiva menunjukan RP. 132.806.835.
Laporan arus kas menggunakan metode langsung dan telah disesuaikan sengan SAK ETAP yang
menunjukan saldo Kas sebesar Rp 38.331.267.

Anda mungkin juga menyukai