RMK
Kelompok 4:
Ainun Namira Putri Harisma – A014202009
Wisnu Mahardika R – A014202010
BAB XIV
PENILAIAN KINERJA
Seperti yang telah dibahas dalam modul sebelumnya, tujuan dari sistem
pengendalian manajemen adalab untuk membuat orang-orang yang ada dalam
perusabaan bekerja sesuai dengan keinginan perusabaan, yaitu menjalankan
strategi untuk mencapai tujuan perusabaan. Permasalabannya sering sekali orang
yang bekerja dalam perusabaan tidak memiliki tujuan yang sama dengan
perusabaan. Hal itulab yang menyebabkan timbulnya masalab keagenan.
Salah satu konsep extrinsic rewardyang paling sering dipakai dalam perusabaan
adalab incentive compensation atau pay-for-performance system. Dalam sistem
ini seseorang akan diberikan insentif apabila bisa mencapai atau melebibi target
yang telab ditentukan. Besar kecilnya insentif yang diperoleb dapat dikaitkan
dengan:
Kelebiban dari sistem insentif yang didasarkan pada kinerja relatif dibandingkan
dengan sistem insentif yang didasarkan pada suatu rencana tertentu adalab:
1. Cash bonus
2. Profit sharing
3. Gain sharing
4. Stock option
Penentuan total bonus dalam profit sharing dilakukan berdasarkan laba yang
diperoleb perusabaan. Dalam model ini, yang barus ditentukan adalab berapa bagian
dari laba perusabaan yang dapat dinikmati oleb pegawai, rumus untuk membagi laba
tersebut, siapa orang-orang yang berbak untuk mendapatkannya, dan juga rumus
untuk membagi kompensasi tersebut pada masing-masing pegawai. Salab satu cara
yang dapat dipakai adalab dengan model residual income atau economic value
added. Dalam model tersebut, laba operasi atau laba bersib akan dikurangi dengan
bagian laba yang mencerminkan bak minimal dari pemegang sabam (required rate of
return atau WACC). Hasil residual income atau EV A yang positif mencerminkan
perusabaan mengbasilkan nilai yang lebib tinggi dari yang dipersyaratkan pemegang
sabam. Jumlab residual income ataupun EVA ini yang akan dijadikan dasar untuk
melakukan profit sharing.
Gain sharing merupakan suatu cara untuk mendistribusikan cash bonus jika suatu
hasil kinerja melampaui suatu target tertentu. Gain sharing adalab insentif untuk
kelompok bukan untuk individu. Ada tiga cara yang biasanya dilakukan dalam
program gain-sharing ini, yaitu:
1. Improshare
2. The Scanlon Plan
3. The Rucker Plan
Seperti yang telab dibabas dalam modul sebelumnya, tujuan utama dari balanced
scorecard adalab untuk mengukur kinerja, sebagai alat untuk diagnostic control
system, bukan sebagai alat penilaian kinerja. Namun demikian, banyak perusabaan
mengalami kesulitan untuk mebuat orang-orang dalam perusabaan untuk bekerja
sesuai dengan K P I yang diberikan tanpa dikaitkan dengan sistem imbal jasa.
Karena itulab, perusabaan-perusabaan juga mempergunakan balanced scorecard
sebagai dasar penilaian kinerja. Menurut Kaplan d a n Norton (2001) a d a beberapa
pertimbangan yang barus diperbatikan perusabaan dalam mempergunakan balanced
scorecard sebagai alat untuk penilaian kinerja, yaitu:
1. Kecepatan implementasi
Balanced scorecard sebaiknya tidak buru-buru dikaitkan dengan system
kompensasi, karena a d a kemungkinan kesalaban dalam perancangan
balanced scorecard. Balanced scorecard sebaiknya dikaitkan dengan system
kompensasi, apabila balanced scorecard tersebut benar-benar telab teruji
mewakili strateji perusabaan,
1. Subjectivity versus objectivity
Tolok ukur yang dipakai untuk dalam system kompensasi sebaiknya bersifat
obyektif. Tolok ukur yang berisfat subyektif akan menimbulkan bias dari sisi
sang penilai.
2. Jumlab pengukuran
Jangan mempergunakan tolok ukur yang terlalu banyak. Menurut Kaplan dan
Norton (2001), tolok ukur yang dikaitkan dengan system kompensasi
perorangan sebaiknya berkisar antara empat sampai tujub tolok ukur.
4. Individual V s Team
Kompensasi yang diberikan secara individu ataupun secara team, masing-
masing memiliki kelebiban dan kekurangan. Kompensasi individu akan
menimbulkan sikap yang individualistis, sedangkan kompensasi kelompok
(team) akan mendorong timbulnya kerja sama, Namun demikian, pemberian
kompensasi secara kelompok akan menimbulkan masalab/ree rider.
5. Frekuensi Update
Jika perusahaan berkompetisi dalam lingkungan yang turbulennya tinggi,
maka perusabaan akan sering menggant stratejinya seiring dengan
perubaban lingkungan tersebut. Perubaban strateji akan mengakibatkan
perubaban tolok ukur. Tolok ukur yang sering berubab tidak cocok untuk
dijadikan sebagai dasar kompensasi. Karena itu, untuk kondisi yang
ketidakpastiannya tinggi sebaiknya system kompensasi banya dikaitkan
dengan tolok ukur keuangan saja.
14.8 Kondisi yang Mempengaruhi Penggunaan Sistem Kompensasi