Anda di halaman 1dari 12

Manajemen Perpajakan

RMK #14

Wisnu Mahardika R - A014202010

BAB XII
PERENCANAAN PAJAK DENGAN PEMANFAATAN BERAGAM FASILITAS
PERPAJAKAN

Perencanaan pajak adalah langkah awal dalam manajemen pajak dimana dalam
tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan,
dengan maksud dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang dilakukan.

12.1 Fasilitas Pajak Penghasilan (PPh)

Fasilitas PPh dapat dibagi atas:

1. Fasilitas PPh untuk WP Badan yang berlaku umum


Berupa pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif Pasal 17 Undang-undang PPh.
Pasal 31 F ayat (1) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan sebagaimana terakhir diubah dengan Undang-undang Nomor 36
Tahun 2008 (selanjutnya disebut Undang-undang PPh) memberikan fasilitas
sebagai sebagai berikut:

Wajib Pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan
Rp50.000.000.000 (lima puluh miliar rupiah) mendapat fasilitas berupa
pengurangan tarif sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang dikenakan atas
Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan
Rp4.800.000.000 (empat miliar delapan ratus juta rupiah). Fasilitas pengurangan
tarif 50% dari tarif pasal 17 Undang-undang PPh ini berlaku umum untuk:
Semua W P Badan dalam negeri yang memiliki peredaran bruto kurang dari atau
sampai dengan Rp50.000.000.000 (lima puluh miliar Rupiah) setahun, dengan
syarat:

a. Atas peredaran brutonya tidak dikenakan PPh Final.


b. Pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif pasal 17 ayat (1) huruf b
Undang-undang PPh dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari
bagian peredaran bruto sampai dengan Rp4.800.000.000.

2. Fasilitas PPh untuk W P Badan yang berlaku khusus untuk kondisi, wilayah,
dan/atau industri tertentu.

a. Fasilitas pengurangan tarif 5% lebih rendah dari tarif umum PPh Pasal 17
ayat (1) b U U PPh untuk WP Badan dalam negeri yang berbentuk perseroan
terbuka yang paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari jumlah
keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di bursa efek di Indonesia
dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya.

Fasilitas ini didasarkan pada Pasal 17 ayat (2b) Undang-undang PPh yang
menyatakan:
Wajib Pajak badan dalam negeri yang berbentuk perseroan terbuka yang
paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari jumlah keseluruhan saham yang
disetor diperdagangkan di bursa efek di Indonesia dan memenuhi
persyaratan tertentu lainnya dapat memperoleh tarif sebesar 5% (lima
persen) lebih rendah daripada tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b dan ayat (2a) yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah

Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanaan Pasal 17 ayat (2b)UU PPh


adalah PPNo. 77 Tahun 2013 Pasal 2 ayat (1) dan (2) PP No. 77 Tahun 2013
menyatakan:
1) Wajib Pajak badan dalam negeri yang berbentuk Perseroan Terbuka dapat
memperoleh penurunan tarif Pajak Penghasilan sebesar 5% (lima persen)
lebih rendah dari tarif Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan dalam negeri.
2) Penurunan tarif Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan kepada Wajib Pajak Badan dalam negeri yang berbentuk Perseroan
Terbuka setelah memenuhi persyaratan:
a) Paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari jumlah keseluruhan saham
yang disetor dicatat untuk diperdagangkan d i bursa efek d i Indonesia dan
masuk dalam penitipan JcoJektif di Jembaga penyimpanan dan
penyelesaian;
b)  Saham sebagaimana dimaksud dalam huruf a harus dimiliki oleh paling
sedikit 300 Pihak;

c)  masing-masing Pihak sebagaimana dimaksud dalam huruf b hanya boleh


memiliki saham kurang dari 5% (lima persen) dari keseluruhan saham yang
ditempatkau dan disetor penuh; dan

d)  Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c


harus dipenuhi dalam waktu paling singkat 183 (seratus delapan puluh tiga)
hari kalender dalam jangka waktu 1 (satu) Tahun Pajak.

PasaL 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:

1. Penanaman modal adalah investasi berupa aktiva tetap berwujud termasuk


tanah yang digunakan untuk kegiatan utama usaha, baik untuk penanaman
modal baru maupun perluasan dari usaha yang telah ada.

2. Aktiva tetap berwujud adalah aktiva berwujud yang mempunyai masa


manfaat lebih dari 1 (satu) tahun yang diperoleh dalam bentuk siap pakai
atau dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak
dimaksudkan untuk diperjualbelikan atau dipindahtangankan.

3. Perluasan dari usaha yang telah ada adalah suatu kegiatan dalam rangka
peningkatan kuantitas/kualitas produk, diversifikasi produk, atau perluasan
wilayah operasi dalam rangka pengembangan kegiatan dan produksi
perusahaan.

4. Bidang-bidang usaha tertentu adalah bidang usaha di sektor kegiatan


ekonomi yang mendapat prioritas tinggi dalam skala nasional.

5. Daerah-daerah tertentu adalah daerah yang secara ekonomis mempunyai


potensi yang layak dikembangkan.

Pasal 2 ayat (1)

Kepada Wajib Pajak badan dalam negeri berbentuk perseroan terbatas dan koperasi
yang melakukan penanaman modal pada:
a. Bidang-bidang usaha tertentu sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran I
Peraturan Pemerintah ini; atau

b. Bidang-bidang usaha tertentu dan daerah-daerah tertentu sebagaimana


ditetapkan dalam Lampiran I I Peraturan Pemerintah ini, dapat diberikan
fasilitas Pajak Penghasilan.

Pasal 2 ayat (2)

Fasilitas Pajak Pengliasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. Pengurangan penghasilan neto sebesar 30% (tiga puluh persen) dari jumlah
penanaman modal, dibebankan selama 6 (enam) tahun masing-masing sebesar
5% (lima persen) per tahun;
b. Penyusutan dan amortisasi yang dipercepat, sebagai berikut:

c. Pengenaan Pajak Penghasilan atas dividen yang dibayarkan kepada subjek


pajak luar negeri sebesar 10% (sepuluh persen), atau tarifyang lebih rendah
menurut Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda yang berlaku; dan

d. Kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5 (lima) tahun tetapi tidak lebih
dari 10 (sepuluh) tahun dengan ketentuan:

1. Tambahan 1 tahun: apabila penanaman modal baru pada bidang usaha yang
diatur pada ayat (1) huruf a dilakukan di kawasan industri dan kawasan
berikat;

2. Tambahan 1 tahun: apabila mempekerjakan sekurang-kurangnya 500 (lima


ratus) orang tenaga kerja Indonesia selama 5 (lima) tahun berturut-turut:

3. Tambahan 1 tahun: apabila penanaman modal baru memerlukan


investasi/pengeluaran untuk infrastruktur ekonomi dan sosial di lokasi usaha
paling sedikit sebesar RplO.000.000.000 (sepuluh miliar rupiah);

4. Tambahan 1 tahun: apabila mengeluarkan biaya penelitian dan


pengembangan di dalam negeri dalam rangka pengembangan produk atau
efisiensi produksi paling sedikit 5% (lima persen) dari investasi dalam jangka
waktu 5 (lima) tahun; dan/atau

5. Tambahan 1 tahun: apabila menggunakan bahan baku dan/atau komponen


hasil produksi dalam negeri paling sedikit 70% (tujuh puluh persen) sejak
tahun ke 4 (empat).

Pasal 2 ayat (2a) & (3)

Fasilitas Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat


dimanfaatkan setelah Wajib Pajak merealisasikan rencana penanaman modal paling
sedikit 80% (delapan puluh persen). Menteri Keuangan menerbitkan keputusan
pemberian fasilitas Pajak Penghasilan setelah mempertimbangkan usulan dari
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal.

Pasal 3

Wajib Pajak yang mendapat fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2),
sebelum lewat jangka waktu 6 (enam) tahun sejak tanggal pemberian fasilitas tidak
boleh:

1. Menggunakan aktiva tetap yang mendapatkan fasilitas untuk tujuan selain


yang diberikan fasilitas; atau

2. Mengalihkan sebagian atau seluruh aktiva tetap yang mendapatkan fasilitas


kecuali aktiva tetap yang dialihkan tersebut diganti dengan aktiva tetap baru.

Bidang-bidang usaha tertentu dan daerah tertentu yang mendapatkan fasilitas


sebagaimana dimaksud pasal 2 ayat (2): lihat lampiran i dan ii PP nomor 1 tahun
2007 sebagaimana terakhir diubah dengan PP nomor 52 tahun 2011

Tatacara untuk mendapatkan fasilitas Pasal 31A UU PPh sebagaimana diatur oleh
Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 sebagaimana terakhir diubah dengan
PP Nomor 52 Tahun 2011 adalah sebagai berikut:

1. Wajib Pajak mengajukan permohonan kepada Kepala B K P M untuk


kemudian diusulkan kepada Menteri Keuangan kepada Direktur Jenderal
Pajak paling lama 1 (satu) tahun sejak izin penanaman modal atau izin
perluasan penanaman modal diterbitkan oleh Kepala Badan Koordinasi
Penanaman Modal atau instansi lain yang berwenang.

2. Selanjutnya kepala B K P M menyampaikan usulan kepada Menteri


Keuangan melalui Direktur Jenderal Pajak dengan diiampiri dokumen berupa:

a. Fotokopi kartu Nomor Pokok Wajib Pajak;

b. Fotokopi surat permohonan Wajib Pajak kepada Kepala Badan


Koordinasi Penanaman Modal;

c. Izin penanaman modal atau izin perluasan penanaman modal yang


diterbitkan oleh Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal atau
instansi lain yang berwenang berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku; dan

d. Rincian jenis dan nilai Penanaman Modal.

3. Direktur Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan menerbitkan keputusan


persetujuan atau penolakan pemberian fasilitas Pajak Penghasilan dalam
jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak usulan dari
Kepala Badan Koordinasi Penanaman modal diterima secara lengkap.

4. Jika wajib pajak mendapat persetujuan, maka untuk dapat memanfaatkan


fasilitas Pajak Penghasilan tersebut, Wajib Pajak mengajukan permohonan
kepada Direktur Jenderal Pajak untuk memperoleh keputusan mengenai
realisasi Penanaman Modal sebesar 80% (delapan

puluh persen) dari rencana Penanaman Modal. (Peraturan Menteri Keuangan


No. 144/ PMK.03/2012)

Fasilitas Pembebasan atau Pengurangan PPh Badan dalam Rangka Penanamam


Modal berdasarkan Pasal 29 PP 94 Tahun 2010 untuk WP Badan yang melakukan
penanaman modal baru yang merupakan industri pionir, yang tidak mendapatkan
fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31A Undang-Undang Pajak
Penghasilan Pasal 29 ayat (1) dan (2) PP 94 tahun 2010 menyatakan: Kepada Wajib
Pajak yang melakukan penanaman modal baru yang merupakan industri pionir, yang
tidak mendapatkan fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31A Undang-
Undang Pajak Penghasilan dapat diberikan fasilitas pembebasan atau pengurangan
Pajak Penghasilan badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (5) Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

Industri pionir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah industri yang memiliki
keterkaitan yang luas, memberi nilai tambah dan eksternalitas yang tinggi,
memperkenalkan teknologi baru, serta memiliki nilai strategis bagi perekonomian
nasional.

Fasilitas ini diberikan kepada W P Badan yang bergerak di Industri Pionir mencakup:

a. Industrilogam dasar;

b. Industri pengilangan minyak bumi dan/atau kimia dasar organik yang


bersumber dari minyak bumi dan gas alam;

c. Industri permesinan;

d. Industri di bidang sumberdaya terbarukan; dan/atau

e. Industri peralatan komunikasi.

Dengan kriteria:

1. Mempunyai rencana penanaman modal baru yang telah mendapatkan


pengesahan dari

instansi yang berwenang paling sedikit sebesar Rp 1.000.000.000.000,00


(satu triliun rupiah);

2. Menempatkan dana di perbankan di Indonesia paling sedikit 10% (sepuluh


persen) dari total rencana penanaman modal tersebut di atas, dan tidak boleh
ditarik sebelum saat dimulainya

pelaksanaan realisasi penanaman modal; dan

3. Harus berstatus sebagai badan hukum Indonesia .

Bentuk Fasilitas:

Tahap Pertama
Pembebasan Pajak Penghasilan badan dapat diberikan untuk jangka waktu paling
lama 10 (sepuluh) Tabun Pajak dan paling singkat 5 (lima) Tabun Pajak, terhitung
sejak Tabun Pajak dimulainya produksi komersial.

Tahap Berikutnya

Setelab berakhirnya pemberian fasilitas pembebasan Pajak Pengbasiian badan


tahap pertama, Wajib Pajak diberikan pengurangan Pajak Penghasilan badan
sebesar 50% (lima puluh persen) dari Pajak Penghasilan terutang selama 2 (dua)
Tahun Pajak.

Dengan mempertimbangkan kepentingan mempertahankan daya saing industri


nasional dan nilai strategis dari kegiatan usaha tertentu, Menteri Keuangan dapat
memberikan fasilitas pembebasan atau pengurangan Pajak Penghasilan badan
dengan jangka waktu melebihi jangka waktu yang telah ditetapkan.

Tata Cara untuk Mendapatkan Fasilitas Ini

Wajib Pajak menyampaikan permohonan kepada Menteri Perindustrian atau Kepala


Badan Koordinasi Penanaman Modal.

Menteri Perindustrian atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal setelah


berkoordinasi dengan menteri terkait, menyampaikan usulan kepada Menteri
Keuangan, dengan melampirkan fotokopi:

a. Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak;

b. Surat persetujuan penanaman modal baru yang diterbitkan oleh Kepala


Badan Koordinasi Penanaman Modal, yang dilengkapi dengan rinciannya;
dan

c. Bukti penempatan dana di perbankan di Indonesia sebagaimana yang telah


disyaratkan.

Penyampaian usulan oleh Menteri Perindustrian atau Kepala Badan Koordinasi


Penanaman Modal harus disertai dengan uraian penelitian mengenai hal-hal sebagai
berikut:

a. Ketersediaan infrastruktur di lokasi investasi;


b. Penyerapan tenaga kerja domestik;

c. Kajian mengenai pemenuhan kriteria sebagai industri pionir;

d. Rencana tahapan alih teknologi yang jeias dan konkret; dan

e. Adanya ketentuan mengenai tax sparing di negara domisili.

Fasilitas PPN

Kepada Pengusaha di KawasanBerikat, untuk selanjutnya disebut PDKB, di dalam


wilayah KAPFT dapat diberikan fasilitas perpajakan berupa Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa, dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah tidak dipungut atas:

1. Impor barang modal atau peralatan lain oleh P D K B yang berhubungan


langsung dengan kegiatan produksi;

2. Impor barang dan/atau bahan untuk diolah di PDKB;

3. Pemasukan Barang Kena Pajak dari Daerah Pabean Indonesia Lainnya,


untuk selanjutnya

disebut DPIL, ke PDKB untuk diolah lebih lanjut;

4. Pengiriman barang hasil produksi P D K B ke P D K B lainnya untuk diolah


lebih lanjut;

5. Pengeluaran barang dan atau bahan dari PDKB ke perusahaan industri di


DPIL atau PDKB

lainnya dalam rangka subkontrak;

6. Penyerahan kembali Barang Kena Pajak hasill pekerjaan subkontrak oleh


Pengusaha Kena

Pajak di DPIL atau PDKB lainnya kepada Pengusaha Kena Pajak PDKB asal;

7. Peminjaman mesin dan atau peralatan pabrik dalam rangka subkontrak dari
PDKB kepada
perusahaan industri di DPIL atau PDKB lainnya dan pengembaliannya ke
PDKB asal.

Tata cara untuk memperoleh Fasilitas PPh dan PPN di kawasan KAPET
W P mengajukan Permohonan fasilitas diajukan kepada Direktur Jenderal Pajak
dengan disertai:

1. Surat Penunjukan Pelaksana Proyek dari Badan Pengelola KAPFT;

2. Surat Keterangan Persetujuan Berusaha di Kawasan Berikat dari


Penyelenggara Kawasan

Berikat, khusus untuk PDKB;

3. Daftar Barang yang dibeli/diperoleh yang telah diketahui oleh Badan


Pengelola KAPFT.

Fasilitas Bea Masuk

Bea Masuk dan Bea Masuk Tambahan yang terutang atas impor dalam rangka
pelaksanaan Proyek Pemerintah yang dibiayai dengan hibah atau dana pinjaman
luar negeri, dibebaskan.

Fasilitas PPN

Pajak Pertambalian Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang terutang
atas impor serta penyerahan Barang dan Jasa dalam rangka pelaksanaan Proyek
Pemerintah yang dibiayai dengan hibah atau dana pinjaman luar negeri, tidak
dipungut.

Tata cara untuk Memperoleh Fasilitas:

Untuk PPh dengan pembuktian penunjukan sebagai kontraktor utama dari pekerjaan
yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan proyek-proyek Pemerintah yang dibiayai
dengan dana hibah dan atau dana pinjaman luar negeri.

Untuk PPN

Daftar barang yang akan diimpor (master list) dibuat oleh Pemimpin Proyek (Pimpro)
sesuai dengan kontrak dan disyahkan oleh Pejabat Fselon I atau pejabat yang
ditunjuk yang membawahi proyek bersangkutan. Satu eksemplar kontrak beserta
Masterlist disampaikan oleh Pimpro kepada Menteri Keuangan cq. Direktur Jenderal
Bea dan Cukai. Satu eksemplar kontrak harus disampaikan kepada Kantor
Pelayanan Pajak setempat dimana Kontraktor Utama terdaftar sebagai Wajib Pajak,
apabila belum memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, maka kontrak tersebut
disampaikan kepada Kantor Pelayanan Pajak Badan dan Orang Asing.

Dasar Hukum:

1. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1995tentangBeaMasuk, Bea Masuk


Tambahan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah dan Pajak Penghasilan Dalam Rangka Pelaksanaan Proyek
Pemerintah yang Dibiayai dengan Hibah atau Dana Pinjaman Luar Negeri
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 25
Tahun 2001

2. Surat Fdaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SF-4/PJ.03/2008 tentang


Penegasan tentang Pengenaan PPh Pasal 26 ayat (4) sehubungan dengan
PPh yang Diterima atau Diperoleh B U T yang melaksanakan Proyek
Pemerintah yang Dananya berasal dari Hibah dan/atau Dana Pinjaman Luar
Negeri.

12.2 Fasilitas PPN dan Pembebasan Bea Masuk

Pada bagian muka sudah diuraikan bahwa fasilitas P P N dan Pembebasan bea
masuk diberlakukan pada:

1. Kawasan Pengembangan Fkonomi Terpadu (KAPFT)

2. Kawasan Fkonomi Khusus (KFK)

3. Impor impor serta penyerahan Barang dan Jasa dalam rangka pelaksanaan
Proyek Pemerintah yang dibiayai dengan hibah atau dana pinjaman luar
negeri mengenai dasar hukum dan tatacaranya dapat dilihat di bagian muka
modul ini.
Khusus Fasilitas P P N dan/atau P P n B M dan/atau Bea Masuk selain ketiga hal
yang sudah diuraikan dimuka, berikut diuraikan Fasilitas yang khusus berlaku untuk
PPN dan/atau PPnBM dan/atau Bea Masuk:

1. Fasilitas Pembebasan P P N untuk B K P tertentu bersifat strategis


yang impor & penyerabannya mendapat pembebasanPPN.

2. Fasilitas Pembebasan PPN untuk BKP dan/atau JKP tertentu yang


impor & penyerabannya mendapat pembebasan PPN.

3. Fasilitas untuk BKP tertentu yang impornya mendapat pembebasan


Bea Masuk dan atas PPN nya mendapat fasilitas tidak dipungut
sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 231/
KMK.03/2001 yang terakhir diubah dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 70/PMK.011/2013. B K P tertentu yang mendapat
fasilitas pembebasan P P N dan sekaligus mendapat fasilitas P P N
tidak dipungut atas impornya adalah: barang yang dipergunakan
untuk kegiatan usaha eksplorasi hulu minyak dan gas bumi serta
panas bumi.

4. Fasilitas P P N dan Kepabeanan untuk Kawasan Perdagangan Bebas


dan Pelabuhan Bebas Berdasarkan PP Nomor 10 Tahun 2012:

5. Fasilitas PPN tidak dipungut dan kepabeanan untuk Pengusaha di


Kawasan Berikat dan Pengusaha Kawasan Berikat.

Anda mungkin juga menyukai