Anda di halaman 1dari 9

SESI I

1. Persamaan dan Perbedaan rerangka konseptual Standar Akuntansi Entitas Umum, Etap,
Pemerintah, dan Syariah
Persamaan:

Persamaan yang terdapat pada standar akuntansi entitas umum, etap. Pemerintahan, dan
syariah ada pada asumsi yang mendasari dalam pembuatan pelaporan keuangan. Asumsi tersebut
adalah akrual dan going concern. Setiap entitas harus melakukan pencatatan berbasis akrual, dan
bukan cash basis. Entitas pemerintah mulai menerapkan akrual basis pada tahun 2015, dimana
sebelumnya entitas pemerintahan masih menggunakan cash basis menuju akrual. Asumsi yang
kedua adalah perusahaan di asumsikan mampu melanjutkan kehidupan dimasa depannya dan tidak
didirikan dengan tujuan untuk dilikuidasi.

Selain itu, persamaan yang kedua adalah terletak pada tujuan dibuatnya laporan keuangan.
Tujuan dibuatnya LK adalah untuk sebagai alat ukur kinerja entitas, ataupun manajer dan juga
sebagai alat bagi perusahaan untuk melihat perkembangan entitas secara kuantitatif. Entitas juga
bisa menggunakan LK sebagai sarana untuk mencari modal tambahan, baik dari kreditur, investor,
maupun pemerintah sebagai pemodal entitas pemerintahan.
Perbedaan:

Terdapat banyak perbedaan antara SAK yang ada di Indonesia, perbedaan yang mendasar
terdapat pada tujuan tiap SAK tersebut, Dimana SAK umum ditujukan pada entitas yang memiliki
akuntabilitas publik (baik yang terdaftar, maupun yang akan go publik). SAK ETAP di tujukan
untuk entitas yang tidak terdaftar pada BEI, sedangkan SAP ditujukan khusus untuk entitas
pemerintah, dan SAK syariah ditujukan untuk entitas yang memiliki transaksi syariah.

Perbedaan yang kedua terletak pada pengguna laporan keuangan, LK SAK Umum
digunakan oleh investor, kreditur, serta masyarakat yang membutuhkan dll, LK ini juga dapat di
download dari situs resmi BEI. LK SAK ETAP digunakan oleh pihak yang bersangkutan dengan
aktivitas perusahaan, dan tidak disebarluaskan. SAP digunakan oleh masyarakat dan pihak
pemerintah. SAK Syariah digunakan oleh Pemilik dana qardh, pemilik dana mudharabah, pemilik dana
titipan, pembayar dan penerima zakat, infak, sedekah, dan wakaf, pengawas syariah, karyawan, pemasok
dan mitra usaha lainnya pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaganya dan masyarakat.

Perbedaan yang ketiga terletak pada unsur-unsur yang terdapat pada LK, dimana dalam
menyajikan LK tiap badan usaha yang berbeda memliki perbedaan juga dalam penyajiannya.
Selain itu mungkin juga terdapat perbedaan dalam hal pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan
informasi ke dalam LK.
SAK SAK-ETAP SAP SAK-Syariah

Tujuan Sebagai dasar-dasar bagi Untuk digunakan oleh Sebagai acuan bagi : Untuk mengatur penyajian dan
Rerangka penyajian laporan keuangan entitas tanpa akuntabilitas pengungkapan laporan keuangan
- Penyusun standar
Konseptual bertujuan umum agar dapat publik. Entitas tanpa untuk tujuan umum untuk entitas
dalam melaksanakan
dibandingkan baik dengan akuntabilitas publik syariah agar dapat dibandingkan
tugasnya
laporan keuangan periode adalah entitas yang: dengan laporan keuangan entitas
- Penyusun laporan
sebelumnya maupun dengan syariah periode sebelumnya
- Tidak memiliki keuangan dalam
laporan keuangan entitas lain maupun dengan laporan keuangan
akuntabilitas publik menanggulangi
entitas syariah lainnya.
signifikan masalah akuntansi
- Menerbitkan laporan yang belum diatur
keuangan untuk dalam standar
tujuan umum bagi - Pemeriksa dalam
pengguna eksternal memberikan pendapat
mengenai apakah
laporan keuangan
disusun sesuai dengan
standar
- Para pengguna laporan
keuangan dalam
menafsirkan informasi
yang disajikan pada
laporan keuangan yang
disusun sesuai dengan
standar
Pengguna Investor, karyawan, pemberi Pemilik yang tidak terlibat Masyarakat, wakil rakyat, Pemilik dana qardh, pemilik dana
Laporan pinjaman, pemasok dan langsung dalam lembaga pengawas, mudharabah, pemilik dana
Keuangan kreditur usaha lainnya, pengelolaan usaha, lembaga pemeriksa, pihak titipan, pembayar dan penerima
pelanggan, pemerintah, dan kreditur dan lembaga yang memberi atau zakat, infak, sedekah, dan wakaf,
masyarakat pemeringkat kredit. berperan dalam proses pengawas syariah, karyawan,
donasi, investasi, dan pemasok dan mitra usaha lainnya
pinjaman dan pemerintah pelanggan, pemerintah serta
lembaga-lembaganya dan
masyarakat

Tujuan Memberikan informasi Menyediakan informasi Untuk menyediakan Memberikan informasi tentang
Laporan mengenai posisi keuangan, posisi keuangan, kinerja informasi yang relevan posisi keuangan, kinerja dan arus
Keuangan kinerja keuangan, dan arus keuangan, dan laporan mengenai posisi keuangan kas entitas syariah yang
kas entitas yang bermanfaat arus kas suatu entitas yang dan seluruh transaksi yang bermanfaat bagi sebagaian besar
bagi sebagian besar kalangan bermanfaat bagi sejumlah dilakukan oleh suatu kalangan pengguna laporan
pengguna laporan keuangan besar pengguna dalam entitas pelaporan selama keuangan dalam rangka membuat
dalam pembuatan keputusan pengambilan keputusan satu periode pelaporan. keputusan-keputusan ekonomi
ekonomi. ekonomi oleh siapapun.

Asumsi Dasar Akrual dan kelangsungan Akrual Kemandirian entitas, Akrual dan kelangsungan usaha
usaha kesinambungan entitas,
keterukuran dalam satuan
uang

Karakteristik Dapat dipahami, relevan, Dapat dipahami, relevan, Relevan, andal, dapat Dapat dipahami, relevan,
kualitatif materialitas, keandalan, materialitas, keandalan, dibandingkan, dapat materialitas, keandalan, penyajian
informasi penyajian jujur, substansi substansi mengungguli dipahami jujur, substansi mengungguli
yang relevan mengungguli bentuk, bentuk, pertimbangan, bentuk, netralitas, pertimbangan
netralitas, pertimbangan sehat, kelengkapan, dapat sehat, kelengkapan, dapat
kelengkapan, dapat dibandingkan, tepat dibandingkan, tepat waktu,
dibandingkan, tepat waktu, waktu, keseimbangan keseimbangan antara biaya dan
keseimbangan anra biaya dan antara biaya dan manfaat manfaat, keseimbangan di antara
manfaat, keseimbangan di karakteristik kualitatif, penyajian
antara karakteristik kualitatif, wajar,
penyajian wajar
Unsur-unsur - Posisi keuangan terdiri - Posisi keuangan - Laporan Pelaksanaan: - Komponen laporan keuangan
laporan dari aset, kewajiban, dan terdiri dari aset, LRA dan Laporan yang mencerminakan
keuangan ekuitas pada waktu kewajiban, dan Perubahan SAL kegiatan komersial
tertentu ekuitas pada waktu - Laporan Finansial: - Komponen laporan keuangan
- Kinerja keuangan terdiri tertentu Neraca, LO, LPE, yang mencerminkan kegiatan
hubungan antara - Kinerja keuangan LAK sosial
penghasilan dan beban terdiri hubungan - CaLK - Komponen laporan keungan
dari ekuitas antara penghasilan lainnya yang mencerminkan
dan beban dari ekuitas kegiatan dan tanggung jawab
khusus entitas syariah tersebut
2. Mengapa terdapat perbedaan Rerangka Konseptual pada Standar Akuntansi yang berbeda?

Karena SAK dibuat berdasarkan lingkungan bisnis entitas yang berbeda, seharusnya setiap
entitas menggunakan SAK yang sama, akan tetapi SAK umum tidak dapat diterapkan ke setiap
jenis entitas di Indonesia, sehingga harus dibuat turunan dari SAK tersebut, yang terbagi menjadi
5, yaitu: SAK Umum untuk entitas publik, SAK Etap untuk entitas non publik, SAP untuk entitas
pemerintah, SAK Syariah untuk entitas yang memiliki transaksi syariah, dan SAK EMKM untuk
entitas Mikro Kecil Menengah.
3. Informasi utama yang termuat dalam rerangka konseptual dibagi menjadi tiga level, yaitu :

Level pertama : Tujuan dasar


Informasi pada laporan keuangan yang disajikan menjelaskan tujuan pelaporan keuangan
dan cakupan laporan keuangan yang membantu pengguna, untuk :
 Memberikan informasi yang bermanfaat bagi investor, kreditor dan pemakai lainnya dalam
mengambil keputusan investasi, kredit dan yang serupa secara rasional.
 Memberikan informasi terkait jumlah, pengakuan dan ketidakpastian tentang penerimaan
kas bersih.
 Memberikan informasi tentang sumber-sumber ekonomi perusahaan serta klaim terhadap
sumber-sumber tersebut.
 Menyediakan informasi hasil usaha perusahaan selama satu periode.
 Menyediakan informasi terkait pembelanjaan kas, transaksi modal, termasuk deviden.
 Menyediakan informasi tentang pertanggungjawaban mamajer.
Level kedua : Karakteristik kualitatif
Informasi akuntansi yang tersaji harus relevan dan reliable. Agar informasi tersebut dapat
mempengaruhi dalam pengambilan keputusan dan memberikan feedback untuk mengkoreksi
kesalahan dimasa lalu.
Kemudian informasi tersebut memiliki nilai prediktif untuk memprediksi apa yang akan
terjadi di masa yang akan datang dan juga dapat dipahami, dipercaya, wajar, serta netral.
Level ketiga : Asumsi
Pada level ini, kerangka konseptual dipakai untuk mengimplementasikan tujuan dasar level
pertama. Bagaimana laporan keuangan tersebut diakui, diukur, serta dilaporkan oleh sistem
akuntansi. Asumsi dasar akuntansi yang digunakan adalah :
 Economy entity : dimana perusahaan merupakan unit yang terpisah dengan pemilik dan
pihak lainnya.
 Going concern : diasumsikan perusahaan akan memiliki keberlangsungan hidup yang
panjang. Sehingga laporan keuangan yang ada harus dapat di evaluasi secara terus menerus
dalam periode tertentu.
 Monetary unit : informasi yang disajikan dinyatakan dalam bentuk unit moneter.
 Periodicity : perusahaan dapat membagi aktivitas ekonomi dalma suatu periode waktu.
 Historical cost : ukuran yang digunakan untuk menrefleksikan pertukaran. Seperti kas yang
dibayarkan, saham yang dikeluarkan, barang atau jasa yang diterima, dll.
 Revenue recognition : penentuan kapan pendapatan dapat dicatat dalam laporan keuangan
sehingga mempengaruhi posisi keuangan perusahaan.
 Matching : menandingkan pendapatan dan biaya yang keluar dalam satu periode.
 Full disclosure : menyediakan informasi penting dan akurat yang berpengaruh dalam
pengambilan keputusan bagi investor dan tidak menyesatkan, seperti : catatan laporan
keuangan, informasi tambahan,dll.
SESI II
1. Proses Transformasi PT Jamsostek Menjadi BPJS Ketenagakerjaan
PT Jamsostek (Persero) merupakan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja untuk
melindungi tenaga kerja dan keluarganya yang masih bersifat sebagai badan hukum privat. Artinya
program Jaminan Sosial yang diselenggarakan secara terbatas hanya bagi tenaga kerja swasta dan pegawai
negeri. PT Jamsostek hanya memberikan perlindungan Jaminan Sosial untuk sebagian masyarakat belum
mencakup keseluruhan masyarakat.
Peraturan yang mengatur tentang jaminan social bagi tenaga kerja swasta diatur dalam UU No. 3
Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang mencakup program jaminan pemeliharaan
kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, dan jaminan kematian. Untuk pegawai negeri sipil
diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 26 Tahun 1981 tentang program tabungan dan asuransi
pegawai negeri dan PP No. 69 Tahun 1991 tentang program asuransi kesehatan.
Setelah melalui proses yang sangat panjang maka transformasi PT Jamsostek (Persero) menjadi
BPJS ketenagakerjaan diatur dalam UU No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU
SJSN) dan UU No. 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (UU BPJS).
Diterbitkannya UU SJSN berhubungan dengan adanya Amandemen UU Dasar 1945 tentang perubahan
pasal 34 ayat 2 “Negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial bagi seluruh rakyat dan memperdayakan
masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan”. Dengan adanya jaminan
social ini dapat memberikan jaminan rasa aman bagi para pekerja dalam melakukan pekerjaan sehingga
dapat lebih fokus untuk meningkatkan produktivitas kerja.
Dalam proses transformasi dari PT Jamsostek (Persero) menjadi BPJS Ketenagakerjaan dilakukan
dalam 2 tahap. Tahap pertama yaitu tahap peralihan yang berlangsung selama 2 bulan, mulai tanggal 25
November 2011 sampai dengan 31 Desember 2013. Tahap kedua tanggal 1 januari 2014 ditetapkan secara
resmi berdirinya BPJS Ketenagakerjaan dan berubah menjadi badan hukum publik. Sehingga pada tahap
kedua ini dilakukan persiapan untuk melakukan peubahan pengeoperasian secara menyeluruh yang
berhubungan dengan BPJS Ketenagakerjaan sesuai UU SJSN yang meliputi jaminan hari tua, jaminan
pensiun, jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian.
Dengan adanya transformasi menjadi BPJS Ketenagakerjaan pada tanggal 1 januari 2014 maka PT
Jamsostek (Persero) dinyatakan bubar tanpa adanya likuidasi, serta semua asset dan liabilitas, hak dan
kewajiban hukum PT Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan. Transformasi PT Jamsosterk menjadi
BPJS Ketenagakerjaan dapat dilihat pada table dibawah ini:
No PT JAMSOSTEK (PERSERO) BPJS KETENAGAKERJAAN
1. PT yang diberntuk berdasarkan Akte Badan Hukum Publik yang dibentuk
Notaris berdasarkan Undang-Undang
2. Bertanggung jawab ke pemegang saham Bertanggung jawab kepada presiden
(Menteri Negeri BUMN)
3. RUPS
4. Dewan Komisaris Dewan Pengawas
5. Iuran peserta dan pemberi kerja Iuran peserta, pemberi kerja dan atau
Pemerintah
6. Pemeriksa 1. Laporan ke Presiden tembusan DJSN
1. KAP 2. Pemeriksa/Pengawas
2. BPK a. Sesuai UU BPJS, Pemeriksaan oleh
KAP
b. Sebagai lembaga Negara,
pemeriksaan oleh BPK
c. Atas produk keuangan non
perbankan, pengawas dilakukan
oleh OJK.
Sumber: Laporan Tahunan BPJS 2014

2. Bagaimana pengaruh transformasi tersebut terhadap penerapan SAK dalam penyusunan laporan
keuangan ?
Pengaruhnya terhadap adanya transformasi BPJS Ketenagakerjaan dalam penyusunan laporan
keuangan tidak dapat mengacu pada SAP. Hal ini diatur dalam UU No. 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, dimana dana jaminan social yang dikelolah oleh BPJS Ketenagakerjaan tidak
termasuk dalam lingkup keuangan negara. Menurut UU SJSN mengatakan bahwa Dana jaminan sosial
merupakan milik peserta jaminan sosial dan dana jaminan tersebut harus dipisahkan dengan dana
BPJS. Dengan demikian maka dalam proses penyusunan laporan keuangan BPJS Ketenagakerjaan
harus mengacu pada SAK Umum (SAK Non-ETAP) karena sifat BPJS Ketenagakerjaan merupakan
entitas yang memiliki akuntabilitas public yang signifikan sebagai pengelola dana jaminan sosial
ketenagakerjaan.
Perlukah DSAK menyusun PSAK khusus ?
Menurut kelompok kami, DSAK tidak perlu menyusun PSAK khusus karena ketika tidak terdapat
suatu keunikan atas transaksi jaminan ketenagakerjaan dan penyelenggaraannya maka tidak ada alasan
yang kuat untuk pembuatan SAK khusus untuk jaminan sosial. SAK yang ada masih sangat memadai
untuk digunakan dalam program-program BPJS Ketenagakerjaan.
3. Bagaimana penyajian laporan keuangan program jaminan ketenagakerjaan dan BPJS
Ketenagakerjaan?
Dalam mengevaluasi bentuk penyajian laporan keuangan dari program jaminan ketenagakerjaan
dan BPJS Ketenagakerjaan mesti mempertimbangkan faktor berikut:
• Entitas pelaporan untuk program jaminan ketenagakerjaan. Jika program jaminan
ketenagakerjaan bukan sebagai entitas pelaporan, maka dilakukan evaluasi mengenai keberadaan aset
dan liabilitas dari program jaminan ketenagakerjaan dalam laporan keuangan BPJS Ketenagakerjaan
secara on balance sheet atau off balance sheet.
• Ketika program jaminan ketenagakerjaan merupakan entitas pelaporan, maka dilakukan evaluasi
mengenai keberadaan pengendalian BPJS Ketenagakerjaan atas program jaminan ketenagakerjaan.
Apakah perlu membuat laporan konsolidasian?
Perlu berdasarkan pada PSAP No. 11 yang menyatakan bahwa setiap badan layanan umum yang
mendapatkan dana dar pemerintah harus mencantumkan laporan konsolidasian .

4. Perbedaan laporan tahunan PT. Jamsostek dan NPJS Ketenagakerjaan


Jamsostek BPJS Ketenagakerjaan
Struktur Dewan komisaris ( ditunjuk Dewan Pengawas ( ditunjuk
di RUPS ) Presiden )
Tanggung jawab Publik Presiden
Standar pelaporan SAK Umum : SAP
1.Neraca 1.Laporan Aktivitas
2.L/R 2.Neraca
3.Ekuitas 3.Arus Kas
4.Arus Kas 4.CALK
5.CALK
Modal Iuran, peserta, pemberi kerja Iuran, peserta, pemberi kerja
dan pemerintah

Sumber:
1. Modul CA – Pelaporan Korporat
2. www.bpjsketenagakerjaan.go.id. Annual Report BPJS Ketenagakerjaan 2013 – 2014

Anda mungkin juga menyukai