Disusun Oleh:
1. Baiq Aprilia Saqinah (A1C018019)
2. Fety Setyaningsih (A1C018055)
UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI REGULER PAGI
TAHUN 2021
PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
A. DEFINISI
1. Pengertian Anggaran
Mardiasmo (2005) mendefinisikan anggaran sebagai pernyataan mengenai estimasi
kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam
ukuran financial, dan penganggaran merupakan proses atau metode untuk
mempersiapkan suatu anggaran. Bastian (2006) berpendapat bahwa anggaran
merupakan paket pernyataan perkiraan penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan
akan terjadi dalam satu atau beberapa periode mendatang. Menurut Nafarin (2004)
anggaran adalah suatu rencana keuangan periodik yang disusun berdasarkan program
yang telah disahkan. Anggaran merupakan rencana tertulis mengenai suatu organisasi
yang dinyatakan secara kuantitatif dan pada umumnya dinyatakan dalam satuan uang
untuk jangka waktu tertentu. Berdasarkan defenisi diatas, anggaran dapat diartikan
sebagai suatu perencanaan yang disusun untuk periode waktu tertentu yang akan
direalisasikan dalam jangka waktu ke depan. Dengan anggapan bahwa penyusunan
anggaran akan mengambil langkah-langkah positif untuk merealisasikan rencana yang
telah disusun. Anggaran merupakan suatu alat perencanaan yang dibuat dalam bentuk
perencanaan, anngaran berisiaktifitas-aktifitas yang akan dilakukanselama priode
waktu tertentu sebagai acuan kegiatan pemerintah dan menunjukan tujuan kegiatan
operasi. Pemahaman terhadap tujuan anggaran dan informasi tentang seberapa banyak
tujuan anggaran memberi dasar bagi pembuat anggaran dalam menyusun efisiensi,
mengidentifikasi masalah, dalam hal pembiayaan.
1
Menurut Undang-Undang No. 17 Tahun 2003, pengertian anggaran berbasis kinerja
adalah suatu pendekatan dalam penyusunan anggaran yang didasarkan pada kinerja
atau prestasi kerja yang ingin dicapai. Mardiasmo (2002) menyatakan bahwa
pendekatan penyusunan anggaran berbasis kinerja disusun untuk mengatasi berbagai
kelemahan yang terdapat dalam anggaran tradisional, khususnya kelemahan yang
disebabkan oleh tidak adanya tolak ukur yang dapat digunakan untuk mengukur
kinerja dalam pencapaian tujuan dan sasaran pelayanan publik. Anggaran dengan
pendekatan kinerja sangat menekankan konsep value for money dan pengawasan atas
kinerja output.
3
hendak dicapai dengan keberadaan departemen yang bersangkutan. Selanjutnya
penganggaran yang dialokasikan untuk masing-masing departemen akan dikaitkan
dengan tujuan yang hendak dicapai.
d. Organisasi pembuat kebijakan seperti kabinet dan parlemen, berada pada posisi
yang lebih baik untuk menentukan prioritas kegiatan pemerintah yang rasional
ketika pendekatan Anggaran Berbasis Kinerja.
b. Disiplin Anggaran
Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional
yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang
dianggarkan pada setiap pos/ pasal merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja.
Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya
penerimaan dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan/
proyek yang belum/ tidak tersedia anggarannya.
4
c. Keadilan Anggaran
Pemerintah daerah wajib mengalokasikan penggunaan anggarannya secara adil agar
dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi dalam
pemberian pelayanan karena daerah pada hakikatnya diperoleh melalui peran serta
masyarakat secara keseluruhan.
5
1. Menentukan Program Dan Kegiatan Dengan Jelas.
Untuk mencapai tujuan strategis adalah harus menentukan program dan kegiatan
dengan jelas. Pembiayaan dari masing-masing program, kegiatan dan keluaran
juga harus tergambar dengan jelas. Struktur pembiayaan yang jelas akan muncul
apabila sistem akuntansi yang dipakai berdasarkan akrual.
2. Sistem Informasi Yang Memadai
Dalam rangka pengukuran kinerja yang baik diperlukan adanya sistem informasi
yang mampu menghasilkan informasi yang memadai untuk menilai pencapaian
kinerja dari masing-masing lembaga/unit kerja yang bertanggung jawab atas
suatu kegiatan.
3. Pihak Eksternal (independen)
Agar tercapai penilaian yang fair diperlukan peran dari pihak eksternal dalam
mengukur kinerja secara lebih independen. Pendekatan dalam mengukur kinerja
akan bervariasi antar lembaga/unit kerja, bergantung pada bentuk keluaran yang
dihasilkan.
4. Mengukur Kinerja Yang Strategis (key performance indicators)
Suatu sistem pengukuran kinerja sebaiknya hanya mengukur kinerja yang
strategis (key performance indicators), bukan menekankan tingkat komprehensif
dan birokratis atas kinerja yang disusun. (catatan: kinerja tidak diukur
berdasarkan jumlah surat masuk/keluar jumlah laporan yang dibuat/jumlah surat
yang ditandatangani) karena pengkuranseperti ini dapat menyesatkan.
6
3. Penahanan Atas Penerimaan Yang Diperoleh Oleh Suatu Lembaga
Selain itu dapat juga diterapkan penahanan atas penerimaan yang diperoleh oleh
suatu lembaga, hal ini dapat dilaksanakan dengan suatubentuk perjanjian antara
lembaga pusat (central agency) dengan lembaga
c. Kontrak Kinerja
Jika penganggaran berdasarkan kinerja telah dapat berkembang dengan baik, kontrak
atas kinerja dapat mulai diterapkan. Atas nama pemerintah, Departemen Keuangan
dapat melaksanakan kontrak atas pencapaian suatu kinerja dengan kementerian
negara/lembaga teknis lainnya, begitu juga antara menteri dengan unit organisasi di
bawahnya. Walaupun demikian, suatu sistem kontrak kinerja harus didukung oleh
faktor-faktor berikut ini :
1. Definisi yang jelas terhadap pelayanan yang dikontrakkan;
2. Kewenangan yang ada bagi pihak kementerian negara/lembaga untuk mengelola
sumber daya yang ada.
e. Pertanggungjawaban Manajemen
Bila sistem penganggaran yang lama menekankan pada kontrol terhadap input, maka
di dalam sistem penganggaran berbasis kinerja difokuskan pada output. Dalam sistem
ini manajer pengguna anggaran memperoleh kewenangan penuh dalam merencanakan
dan mengelola anggaran mereka.Prinsip dasar di dalam sistem ini adalah manajer
pengguna anggaran harus diberi kebebasan penuh bila akuntabilitas atas pencapaian
output yang ingin dicapai. Agar akuntabilitas dapat diwujudkan, maka sistem ini
didesain mengandung dua karakteristik dasar, yaitu :
Kontrol dilakukan pada output dan outcome. Hal ini menyebabkan manajer
bertanggung jawab terhadap output baik volume, waktu pengerjaan maupun
kualitasnya sertaoutcomeyang timbul.
Adanya kebebasan bagi manajer. Dengan adanya kebebasan bagi manajer, maka
manajer dapat melakukan dan mengekspresikan profesionalitas mereka dengan
optimal.
7
E. DASAR HUKUM PENERAPAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA DI
INDONESIA
Sejalan dengan perlunya dilakukan reformasi sektor publik, saat ini telah dikeluarkan
Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang Anggaran adalah
sebagai berikut:
1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 : Tentang Keuangan Negara
2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 :Tentang Perbendaharaan Negara
3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004:Tentang Pemerintah Daerah
4) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 : Tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.
5) Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2003 : Tentang pengendalian Jumlah
Kumulatif Defisit APBN dan APBD, serta Jumlah kumulatif Pinjaman Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah
6) Kepmendagri Nomor 29Tahun 2002, Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, dan
Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 : Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah.
8
Review Artikel Terkait Anggaran Berbasis Kinerja
A. Judul Artikel
Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Dalam Pengelolaan Keuangan Negara Untuk
Mewujudkan Good Governance
B. Nama Penulis
Henny Juliani
C. Sumber Artikel
https://ejournal.undip.ac..id
D. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Anggaran (APBN/APBD) adalah alat akuntabilitas manajemen dan kebijakan
ekonomi, yang merupakan perwujudan dari pengelolaan keuangan negara.
Pengelolaan keuangan negara tersebut menggunakan sistematika anggaran berbasis
kinerja (performance-based budgeting) yang berorientasi pada output (apa yang ingin
dicapai) sehingga tujuan kegiatan harus sudah tercantum dalam penyusunan anggaran.
2. Pengelolaan keuangan negara dengan menggunakan sistematika anggaran berbasis
kinerja dimaksudkan untuk mencapai tujuan bernegara, yaitu mewujudkan
kesejahteraan bagi rakyat Indonesia. Untuk mencapai hal tersebut digunakan prinsip-
prinsip pemerintahan yang baik (good governance), sehingga, APBN/APBD dapat
memberikan hasil untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.