DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN OLEH:
AKUNTANSI 7A
2020
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah –
Nya. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tersusunnya makalah ini tidak lepas
dari masukan dan bimbingan dari semua pihak. Atas tersusunnya makalah ini kami ucapkan
terima kasih kepada Ibu Dr. Dien Noviany Rahmatika, S.E, M.M, Ak, C.A selaku dosen
pembimbing mata kuliah Seminar Auditing.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca akan kami terima dengan
senang hati, guna penyempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
B. Rumusan Makalah................................................................................... 2
A. Kesimpulan ............................................................................................. 19
B. Saran........................................................................................................ 19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
B. RUMUSAN MASALAH
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Produk dari audit oleh KAP adalah laporan auditor independen
yang memuat pendapat auditor atas laporan keuangan yang disajikan
oleh partai politik. Partai politik dapat meminta KAP untuk
melakukan jenis audit lain yang relevan yang diperlukan oleh partai
politik terkait dengan pelaporan keuangan.
Dua hal utama yang selalu menjadi temuan BPK atas audit
laporan pertanggungjawaban dana bantuan partai politik adalah
penggunaan dana bantuan yang tidak sesuai ketentuan dan tidak
adanya bukti-bukti transaksi yang lengkap dan sah.
4
• Pembayaran honorarium (berdasarkan peraturan terbaru yaitu
Permendagri no. 24 tahun 2009 sudah tidak ada lagi alokasi biaya
untuk honorarium/gaji staf)
• Pebebanan biaya kunjungan musibah anggota partai politik yang
sakit pada biaya perjalanan dinas
• Pembebanan biaya sewa gedung pada biaya pemeliharaan
• Pembebanan biaya sewa hotel dalam rangka musyawarah cabang
luar biasa pada biaya administrasi umum
• Pembebanan biaya angsuran kendaraan bermotor
• Pengurus
• Anggota
5
• Pemerintah, Termasuk Mahkamah Agung Dan Lembaga Pengawas
Partai Politik
• Penyumbang
• Kreditur
• Publik Atau Masyarakat Luas, Terutama Konstituen Partai Politik
6
dan efektivitas dan operasi penggunaan dana bantuan pemerintah. Audit
dilaksanakan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN).
Dalam pasal 38 UU No 2 th 2011 dijelaskan bahwa hasil pemeriksaan
laporan pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran keuangan partai
politik terbuka untuk diketahui masyarakat. Hal ini mengindikasikan bahwa
seharusnya masyarakat dapat mengetahui dan mengakses atas pelaporan
keuangan partai. Namun kenyataannya masih sangat sulit untuk menerapkan
transaparansi atas keuangan partai politik. Pasal 39 dari undang-undang ini
menyatakan bahwa:
1. Pengelolaan keuangan Partai Politik dilakukan secara transparan dan
akuntabel.
2. Pengelolaan keuangan Partai Politik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diaudit oleh akuntan publik setiap 1 (satu) tahun dan diumumkan
secara periodik.
3. Partai Politik wajib membuat laporan keuangan untuk keperluan audit
dana yang meliputi:
• Laporan Realisasi Anggaran Partai Politik
• Laporan Neraca
• Laporan Arus Kas
Dalam Undang-Undang No. 31 Tahun 2002 tentang partai politik,
pasal 9 sebagai dasar hukum penyelenggaraan akuntansi bagi partai politik
yang menjelaskan bahwa:
• Partai politik diwajibkan untuk membuat pembukuan, memelihara daftar
penyumbang dan jumlah sumbangan yang diterima, serta terbuka untuk
diketahui oleh masyarakat dan pemerintah.
• Partai politik diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan dan
laporan dana kampanye pemilihan umum kepada Komisi Pemilihan
Umum.
• Partai politik diwajibkan membuat laporan keuangan secara berkala 1
(satu) tahun sekali dan memiliki rekening khusus dana kampanye
pemilihan umum serta menyerahkan laporan keuangan yang diaudit oleh
7
akuntan publik kepada Komisi pemilihan Umum paling lambat 6 (enam)
bulan setelah hari pemungutan suara.
Keputusan KPU No. 30/2004 Mengatur Audit Keuangan dan Dana
Kampanye Partai dan Calon Presiden-Wapres:
• Calon presiden dan calon wakil presiden bisa ditanya mengenai asal-usul
dana kampanye mereka apabila ditemukan ada penyumbang anonim atau
penyumbang yang tidak masuk daftar penyumbang. presiden dan wakil
presiden bisa ditanya tentang identitas sebenarnya dari penyumbang itu
serta alasan tidak dimasukkannya nama donatur. Hal itu merupakan salah
satu butir dalam Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) No. 30
Tahun 2004 Tentang Panduan Audit Laporan Keuangan Partai Politik dan
Audit Laporan Dana Kampanye Peserta Pemilihan Umum yang diterbitkan
oleh KPU 21 April lalu.
• Secara keseluruhan isi keputusan ini mencakup Juklak untuk audit laporan
dana kampanye Parpol dan calon anggota Dewan Perwakilan Daerah
(DPD) dan audit laporan dand kampanye pasangan calon presiden dan
wakil presiden. Semua ketentuan mengenai hal-hal ini diatur dalam Pasal
2, 3, dan 4 keputusan ini, yang kemudian dirinci di dalam lampirannya.
Rincian di dalam lampiran itu mencakup 3 pokok bahasan besar, yaitu
penerapan prosedur yang disepakati atas laporan dana kampanye Pemilu;
prosedur pemeriksaan atas dana kampanye calon anggota DPD; penerapan
prosedur yang disepakati atas laporan dana kampanye pasangan calon
presiden dan wakil presiden. Ketiga pokok bahasan itu masing-masing
dirinci dengan jelas dan detail mengenai bagaimana prosedur pemeriksaan
atas saldo awal, sumbangan nonkas dari partai dan para calon, dan
seterusnya. Pendek kata, ketentuan mengenai mekanisme audit di
keputusan ini sudah jelas dan rinci.
• Audit yang dimaksud dalam keputusan KPU ini adalah audit umum untuk
menyatakan pendapat (opini) akuntan atas kewajaran penyajian laporan
keuangan tahunan partai politik. Sedangkan audit atas laporan dana
kampanye peserta Pemilu adalah audit sesuai prosedur yang disepakati
8
(agreed upon procedures). Sedangkan laporan keuangan parpol adalah
laporan yang mencakup periode 1 Januari hingga 31 Desember. Selambat-
lambatnya 3 bulan setelah akhir tahun buku yang bersangkutan, parpol
menyerahkan laporan keuangan tahunan kepada kantor akuntan publik.
Peraturan Komisi Pemilihan Umum no 07 tahun 2010 tentang Pedoman
Audit laporan dana kampanye pasangan calon kepala daerah dan wakil
kepala daerah dalam pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala
daerah:
• Pasal 1 “Pedoman Audit Dana Kampanye Pasangan Calon Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah, selanjutnya disebut Pedoman Audit Laporan Dana
Kampanye, adalah untuk lebih memudahkan kantor akuntan publik dalam
melaksanakan audit laporan dana kampanye pasangan calon serta Tim
Kampanye.”
• Pasal 2 “Audit oleh kantor akuntan publik atas laporan dana kampanye
pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah audit
sesuai prosedur yang disepakati (agreed upon procedures).”
• Pasal 2 “(1) Kantor akuntan publik wajib menyelesaikan audit paling
lambat 15 (lima belas) hari sejak diterimanya laporan dana kampanye dari
KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota.” “(2) Dalam melakukan audit
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kantor akuntan publik berpedoman
pada:
• Panduan audit laporan dana kampanye pasangan calon, yang
ditetapkan oleh KPU bekerjasama dengan Institut Akuntan Publik
Indonesia yang merupakan anggota Ikatan Akuntan Indonesia.
• KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota dapat menambah prosedur
sepanjang disetujui oleh KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota
dan KAP.
Tidak memadainya laporan keuangan yang dimiliki oleh partai politik
ini disebabkan karena kemampuan pengelolaan keuangan partai yang
rendah. Selain itu, juga disebabkan tidak adanya standar akuntansi keuangan
9
yang layak dan komprehensif untuk partai politik. Standar yang dipakai saat
ini yakni PSAK No. 45 tentang Pelaporan Keuangan untuk Organisasi
Nirlaba:
• PSAK adalah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, yang dalam hal ini
adalah PSAK No 45 yaitu tentang Standar Pelaporan Keuangan Organisasi
Nirlaba yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Dalam
audit yang dikordinir oleh IAI untuk dana kampanye dan laporan keuangan
partai politik, PSAK 45 inilah yang dijadikan dasar.
• Mencermati karakteristik partai politik yang berbeda dengan organisasi
nirlaba umumnya, maka penggunaan PSAK 45 ini kurang tepat untuk
digunakan dasar sebagai standar pelaporan keuangan partai politik.
Karakteristik partai politik ini yang pertama, tujuan partai politik adalah
untuk meraih kekuasaan. Sehingga perlu aturan khusus menyangkut
keuangan sebagai bentuk upaya pencegahan praktek korupsi politik
(money politic) dan dominasi kelompok kepentingan. Kedua, adanya
agenda besar lima tahunan yaitu pemilu yang akan menyedot dana yang
besar dengan keterlibatan publik yang besar juga. Ketiga, adanya aturan-
aturan khusus menyangkut partai politik, sehingga berkaitan dengan
keuangan partai politik. Selain itu masih ada beberapa perbedaan antara
partai politik dengan organisasi nirlaba antara lain sumbangan yang
diterima dibatasi jumlahnya, wajib melaporkan daftar nama penyumbang,
hasil kegiatan berupa kekuasaan politik, dan Akuntabilitasnya berupa
bersih dari politik uang, kepatuhan hukum, janji politik kepada konstituen.
• Mengenai perbedaan karakteristik ini tidak bisa dibantah lagi, yang
menjadi persoalan kemudian apakah dengan perbedaan ini diperlukan
sebuah standar khusus untuk partai politik. Mengenai hal ini terdapat tiga
pendapat. Pertama mengatakan PSAK 45 dapat dipakai sebagai standar
akuntansi keuangan partai politik, karena secara umum karakteristik antara
organisasi nirlaba dengan partai politik adalah sama. Pendapat ini juga
menyatakan bahwa yang dibutuhkan hanya sebatas pedoman pembuatan
10
laporan keuangan berdasarkan aturan perundang-undangan yang ada untuk
melengkapi penggunaan PSAK 45 sebagai standar.
Pendapat kedua menyatakan tidak perlu membuat standar akuntansi
keuangan khusus partai politik tetapi yang diperlukan adalah
modifikasi PSAK 45 sehingga memenuhi unsur transparansi dan
akuntabilitas yang disyaratkan oleh undang-undang. Modifikasi ini
tentunya juga harus diikuti dengan pedoman pencatatan dan
pembuatan laporan keuangan. Sedangkan pendapat ketiga menyatakan
perlu dibuat standar akuntansi keuangan khusus partai politik. Seperti
telah dijelaskan, dasar pendapat ketiga ini adalah perbedaan
karakteristik yang sangat spesifik antara organisasi nirlaba pada
umumnya dengan partai politik.
Apa yang dilakukan oleh IAI saat ini adalah menggunakan PSAK 45
sebagai standar akuntansi keuangan partai politik dan menambahkannya
dengan panduan audit partai politik dan dana kampanye. Panduan audit ini
diharapkan mampu menjawab tuntutan masyarakat terhadap transparansi
dan akuntabilitas keuangan partai politik, dimana partai politik adalah
institusi publik yang tentunya harus mempertanggungjawabkan kegiatannya
khususnya menyangkut masalah keuangan kepada publik.
Panduan audit yang dibuat oleh IAI juga merupakan bagian dari
amanah UU No 31 Tahun 2002 tentang partai politik yang mensyaratkan
laporan keuangan partai politik, termasuk dana kampanye harus diaudit oleh
kantor akuntan publik sebelum disampaikan kepada KPU. Panduan ini
diharapkan dapat melengkapi PSAK 45 sebagai sebuah standar pelaporan
keuangan, agar tidak ada interpretasi yang salah atau tidak adanya
interpretasi yang sama antar kantor akuntan publik dalam mengaudit laporan
keuangan partai politik.
Interpretasi yang sama antar kantor akuntan publik ini penting
mengingat PSAK 45 tidak sepenuhnya dapat menjelaskan karakteristik
partai politik sebagai organisasi nirlaba. Dengan Interpretasi yang sama ini
11
diharapkan baik kantor akuntan publik besar maupun kecil dapat melakukan
audit sesuai dengan standar yang berlaku.
Panduan audit laporan keuangan partai politik ini juga dimaksudkan
untuk membantu auditor independen dalam mengaudit laporan keuangan
partai politik, termasuk anggota DPD dan calon pasangan capres.
Pentingnya pedoman ini agar hasil audit nantinya dapat menggambarkan
keadaan yang sebenarnya atau mendekati kebenaran potret keuangan.
Karena bagaimanapun kredibilitas kantor akuntan publik ditentukan oleh
kualitas jasa yang diberikannya. Namun sayangnya pedoman audit yang
dibuat IAI belum mampu untuk menjawab tuntutan masyarakat menyangkut
transparansi dan keuangan partai politik. Kasus penerimaan dana dari
pemerintah oleh partai politik dan pasangan capres/cawapres melalui dana
nonbujeter Departemen Kelautan dan Perikanan menjadi buktinya.
Dalam setiap proses audit yang dilaksanakan baik oleh KAP maupun oleh
BPK maka beberapa hal yang perlu disiapkan adalah:
CONTOH KASUS
Masalah Akuntabilitas Keuangan Partai Politik yang ditemukan
Sumber : Transparency International Indonesia : 2008
Untuk partai yang berkuasa, dalam hal ini Golkar, sangat sulit untuk menemukan
dan membedakan mana biaya yang ditanggung rakyat yang dipakai pejabat
pemerintah untuk kampanye Golkar. Biaya perjalanan presiden, menteri, dan
pejabat di bawahnya walaupun secara teori mereka sudah tidak boleh lagi
berkampanye, namun tetap dapat melakukan pertemuan untuk kepentingan Golkar
dalam perjalanan dinasnya. Selain itu, juga sangat sulit untuk mencegah
dipakainya dana publik untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat karitatif. Kasus
dana JPS yang disalurkan lewat partai politik yang berkuasa pada saat itu, yakni
16
Golkar, jelas-jelas telah melanggar etika dan aturan main kampanye, tetapi sangat
sulit untuk dideteksi.
Banyak penyumbang tidak melaporkan nama dan alamatnya secara jelas.
Bahkan menurut para auditor, banyak sumbangan yang hanya menerakan kata-
kata "Hamba Allah" dalam kolom nama dan alamat penyumbang. Hal ini bisa
dijadikan peluang untuk memberikan sumbangan melewati batas maksimum yang
diizinkan undang-undang dengan memberikan sumbangan lebih dari satu kali
dengan nama “Hamba Allah” tersebut. Tentu petinggi partai tahu siapa yang
memberikan sumbangan ini.
Ada pinjaman dari pribadi yang melebihi batas maksimum sumbangan
individu, namun pinjaman ini tidak dengan akta perjanjian kapan dibayar dan
untuk berapa lama. Dugaan kami ini hanya digunakan sebagai taktik untuk
menghindari batas maksimum sumbangan individu.
Tidak ada partai yang melaporkan dana kampanyenya lebih dari batas
maksimum dana kampanye yang ditetapkan KPU, yaitu sebesar Rp 110 milyar.
Partai-partai kecil pada umumnya hanya melaporkan penggunaan keuangan dari
jumlah dana kampanye yang diterima dari pemerintah yaitu sebesar Rp 150 juta
saja atau yang Rp 1 milyar saja. Mungkin mereka tidak berhasil menggalang dana
dari publik, namun ada juga yang bersikeras menyatakan bahwa kewajiban
mereka membuat audit hanyalah sebatas audit untuk dana yang mereka terima dari
pemerintah saja.
Hampir semua auditor yang mengaudit dana kampanye Pemilu 1999 tidak
dapat mengeluarkan opini mengenai pengelolaan keuangan partai politik peserta
kampanye Pemilu. Hal ini disebabkan karena partai-partai tidak mempunyai
catatan keuangan yang memadai dan memenuhi standar akuntansi yang dipakai
umum, terutama di kantor-kantor cabang dan ranting. Pencatatan yang baik hanya
ada di bendahara DPP. Ini merupakan kelemahan tetapi dapat pula dipakai sebagai
taktik untuk menghindar dari batasan-batasan yang disebutkan di atas.
Partai politik tidak menyampaikan laporan keuangan yang standar,
sebagaimana yang disampaikan ke MA dan KPU, karena:
17
• Didalam UU Partai Politik tidak ada kewajiban partai politik menyampaikan
laporan keuangan (dengan kata lain didalam UU Partai Politik tidak ada
kewajiban partai politik menyampaikan laporan keuangan sesuai standar).
• Standar akuntansi yang ada tidak cukup menjadi pedoman bagi partai politik.
18
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Terdapat tiga jenis audit partai politik, yaitu audit atas laporan
keuangan tahunan, audit Audit Atas Laporan Pertanggungjawaban Dana
Bantuan Keuangan Partai Politik dari Pemerintah, dan Audit atas Dana
Kampanye.
19
dengan keuangan Parpol hanya dapat ditemukan di dalam Pasal 39 ayat (1),
yakni “Pengelolaan keuangan Partai Politik dilakukan secara transparan dan
akuntabel”. Namun demikian apabila merujuk kepada ketentuan Pasal 1
angka (5) maka didapatkan gambaran awal apa yang dimaksud dengan
keuangan parpol tersebut. Di dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa yang
dimaksud dengan Keuangan Parpol adalah “semua hak dan kewajiban Partai
Politik yang dapat dinilai dengan uang, berupa uang, atau barang serta
segala bentuk kekayaan yang dimiliki dan menjadi tanggung jawab Partai
Politik”.
20
DAFTAR PUSTAKA
http://rifkialparisi22accounting.blogspot.com/2012/10/audit-partai-politik-
parpol.html
https://accounting.binus.ac.id/2017/06/15/rekomendasi-standar-akuntansi-
keuangan-khusus-partai-politik/
21