Anda di halaman 1dari 20

TUGAS KELOMPOK AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

KELOMPOK 13
PERLAKUAN PERPAJAKAN DI
ORGANISASI NIRLABA
KEWAJIBAN PEMUNGUTAN PPh
DAN PPN DI PEMERINTAHAN
(BENDAHARAWAN)
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
DOSEN PENGAMPU : Dr. Sri Rahayu, S.E., M.S.A., A.k.
=KELOMPOK 13=
: ANGGOTA :

BOBI SADLI PUAN MAHARANTI


NIM : C1C020081 NIM : C1C020082

KELAS : R-011 KELAS : R-011

NO. ABSEN : 25 NO. ABSEN : 26


DEFINISI PAJAK DAN ORGANISASI NIRLABA

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh


orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
TAX
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
Non Profit sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Menurut PSAK No.45
pengertian dari organisasi Non Profit adalah organisasi yang
memperoleh sumber daya yang berasal dari sumbangan pihak
anggota.

Menurut PSAK No.45 pengertian dari Organisasi Non Profit


(Organisasi Nirlaba) adalah organisasi yang memperoleh
sumber daya yang berasal dari sumbangan pihak anggota.
Para penyumbang ini tidak mengharapkan keuntungan yang
akan diperoleh pada saat organisasi ini berkembang. Namun
perkembangan selanjutnya, organisasi ini menerima hasil
pendapatan jasa yang diberikan publik atau dari kegiatan
investasi
CIRI-CIRI ORGANISASI NIRLABA

01
Sumber daya utamanya berasal dari penyumbang yang tidak mengharapkan
laba atau keuntungan yang sebanding dengan sumber daya yang mereka
dikorbankan.

02
Organisasi tersebut mampu menghasilkan barang dan jasa tanpa bertujuan
untuk menuntut laba atau keuntungan.

03
Di organisasi ini tidak ada kepemilikan yang jelas seperti organisasi lain. Artinya
dalam organisasi non profit ini tidak dapat dijual, dialihkan atau dikembalikan
sumbangannya.
KATEGORI LEMBAGA NON PROFIT

Organisasi Nirlaba Donasi

Organisasi Nirlaba Komersial

Organisasi Nirlaba Mutual

Organisasi Nirlaba Entrepreneurial


JENIS-JENIS LEMBAGA NON PROFIT

Yayasan Institusi

Asosiasi Atau
Perkumpulan
LANJUTAN...

JENIS-JENIS LEMBAGA NON PROFIT


Pada prinsipnya, pengakuan
penghasilan maupun pembebanan Sebuah lembaga non profit dapat
biaya pada jenis-jenis lembaga non dikenakan beban kewajiban pajak
profit sama dengan bentuk organisasi penghasilan pasal 25. Yang mana
lainnya. Dimana pada akhir periode pajak ini dikenakan atas selisih lebih
laporan keuangan akan disajikan nilai pendapatan atas biaya. Jadi pasal 25
sisa hasil usaha. Nilai sisa hasil usaha hanya akan dikenakan ketika
tersebut sebetulnya setara dengan pendapatan suatu badan lebih besar
laba atau rugi pada entitas bisnis dan dari biayanya. Istilah yang sering
usaha. Lembaga non profit tidak digunakan adalah obyek pajak. Jadi
dikecualikan dalam konteks kewajiban pendapatan seperti yang dihasilkan
pelaporan SPT Tahunan PPh Badan. dari proses akuntansi, hampir semua
Sanksi administrasi dan pidana juga merupakan pendapatan menurut
dapat dikenakan pada Wajib Pajak definisi pajak. namun, terdapat suatu
bersangkutan jika memang ada pengecualian yaitu pendapatan dari
ketentuan perpajakan yang dilanggar. sumbangan, hibah, dan wakaf. Artinya,
Selain itu, bentuk lembaga non profit pendapatan ini merupakan
juga masih dikenakan kewajiban untuk pendapatan lembaga dan dicatat oleh
bertindak sebagai pemotong atau proses akuntansi.
pemungut atas suatu transaksi yang
memuat aspek perpajakan.
SUBJEK PAJAK PENGHASILAN BADAN

Perseroan Terbatas (PT) Dana Pensiun

Perseroan Lainnya Persekutuan

Badan Usaha Milik Perkumpulan


Negara (BUMN)

Badan Usaha Milik Yayasan


Daerah (BUMD)
Organisasi Masyarakat
Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes)
Organisasi Sosial Politik
Firma
Kontrak Investasi
Kolektif (KIK)
Kongsi

Koperasi Bentuk Usaha Tetap


PAJAK PPh PASAL 25 (LEMBAGA NIRLABA)
Pajak Penghasilan Pasal 25 merupakan
pajak yang dikenakan kepada suatu badan Biaya pun demikian juga. Biaya menurut
hukum atau wajib pajak yang berbentuk proses akuntansi adalah semua pengeluaran
badan seperti Yayasan, Perkumpulan,Ormas lembaga. Sedangkan menurut UU Perpajakan
dan organisasi sejenisnya. Istilah dalam UU hanyalah biaya usaha yang diperkenankan.
Perpajakan adalah subyek pajak, jadi Jadi ada kemungkinan biaya yang sudah
lembaga nirlaba bentuk apapun merupakan dikeluarkan lembaga tidak boleh diakui
subyek pajak. sewaktu menghitung sisa lebih (ingat: sisa
lebih adalah pendapatan dikurangi biaya).
Pasal 25 dikenakan atas selisih lebih Untuk sisa lebih lembaga (surplus atau
pendapatan atas biaya. Jadi pasal 25 hanya keuntungan), UU Pajak secara khusus
akan dikenakan ketika pendapatan suatu menyebutkan bahwa sisa lebih yang diterima
badan lebih besar dari biayanya. Istilah yang atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba
sering digunakan adalah obyek pajak. Jadi yang bergerak dalam bidang pendidikan
pendapatan seperti yang dihasilkan dari dan/atau bidang penelitian dan
proses akuntansi, hampir semua merupakan pengembangan, yang telah terdaftar pada
pendapatan menurut definisi pajak. Satu- instansi yang membidanginya, yang
satunya pengecualiaan adalah pendapatan ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan
dari sumbangan/hibah/wakaf (rinciannya prasarana kegiatan pendidikan dan/atau
akan dibahas berikutnya. Artinya, pendapatan penelitian dan pengembangan, dalam jangka
ini merupakan pendapatan lembaga dan waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak
dicatat oleh proses akuntansi, namun menurut diperolehnya sisa lebih tersebut, yang
UU perpajakan pendapatan jenis ini bukanlah ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau
pendapatan. Bukan obyek pajak –demikian berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
istilahnya.
KLASIFIKASI TARIF PPh 25 BADAN
Setiap wajib pajak badan yang Klasifikasi tarif PPh pasal 25 tersebut
menjalankan suatu kegiatan usaha didasarkan pada tingkat peredaran
maka akan dikenai Pajak bruto yang dimiliki, yaitu:
Penghasilan atau PPh. Termasuk  Jika penghasilan bruto dari
dalam hal ini PPh Pasal 25 yang wajib pajak badan bersangkutan
berupa angsuran pajak setiap kurang dari Rp4,8 Miliar, maka
bulannya. Bisa dikatakan jika PPh tarif pajak yang dikenakan
pasal 25 bagi wajib pajak badan adalah 1%. Tarif tersebut
merupakan pembayaran pajak kemudian dikalikan dengan
yang dilakukan dengan cara penghasilan kotor atau
angsuran. Sehingga bisa dilakukan peredaran bruto.
untuk lebih meringankan beban  Jika penghasilan yang diperoleh
pajak bagi wajib pajak badan. wajib pajak badan lebih dari
Solusi tepat untuk mengurus Rp4,8 Miliar sampai dengan
berbagai hal terkait pajak adalah Rp50 Miliar, maka perhitungan
dengan jasa konsultan pajak tarifnya adalah 0,25. Yang
Surabaya profesional. kemudian dikalikan dengan
penghasilan kena pajak (PKP).
Dalam PPh pasal 25 terdapa tiga  Jika penghasilan yang diperoleh
klasifikasi tarif yang diberlakukan lebih dari Rp50 Miliar, maka
bagi suatu badan usaha. perhitungan tarifnya yaitu 25%
dikalikan PKP.
PERBENDAHARAAN NEGARA DI INDONESIA
Perbendaharaan Negara adalah pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara, termasuk
investasi dan kekayaan yang dipisahkan, yang ditetapkan dalam APBN dan APBD. Di Indonesia perihal
perbandaharaan negara telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara.
Dalam Undang-Undang Perbendaharaan Negara, bendahara digolongkan dalam 3 (tiga)
golongan yaitu :

BENDAHARA BENDAHARA BENDAHARA


UMUM PENERIMAAN PENGELUARAN
- NEGARA
- DAERAH
BENDAHARAWAN PEMERINTAH
 Bendaharawan pemerintah yang
Pemungutan PPN oleh bendaharawan melakukan pembayaran melalui
pemerintah diatur dalam Keputusan Menteri Kanotr Perbenharaan dan Kas Negara,
Keuangan Republik Indonesia no. wajib melaporkan Pajak Pertambahan
563/KMK.03/2003 yang secara garis besar Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang
menyatakan bahwa: Mewah yang terutang oleh Pengusaha
 Bendaharawan pemerintah adalah Kena Pajak yang telah dipungut oleh
bendaharawan atau pejabat yang Kantor Perbendaharaan dan Kas
melakukan pembayaran yang dnanya Negara.
berasal dari Anggaran Pendapatan dan  Berdasarkan dengan Undang-Undang
Belanja Negara/Anggaran Pendapatan (UU) Nomor 1 Tahun 2004 Tentang
dan Belanja Daerah yang terdiri dari Perbendaharaan Negara, Pasal 1
Bendaharawan Pemerintah Pusat dan menjelaskan bahwa bendahara
Daerah baik Propinsi, Kabupaten merupakan orang ataupun badan
ataupun Kota. yang diberikan tugas dengan
 Kantor perbendaharaan dan mengatasnamakan negara atau
bendaharawan pemerintah ditetapkan daerah untuk dapat menerima,
sebagai pemungut PPN. menyimpan, membayar, ataupun
menyerahkan uang/surat/barang-
barang berharga yang berkaitan
dengan negara atau daerah.
MEKANISME PEMUNGUTAN PAJAK OLEH BENDAHARAWAN PEMERINTAH

Bendaharawan Pemerintah yang mengelola dana yang bersumber dari APBN/APBD harus
mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi
domisili instansi tempat Bendaharawan tersebut berada.
Persyaratan untuk mendaftarkan diri sebagai WP adalah:
-Mengisi dan menandatangani formulir pendaftaran
-Fotocopy kartu identitas (KTP, SIM, Paspor)
-Fotocopy SK Penunjukan sebagai Bendahara.
Dalam hal terjadi mutasi pegawai yang mengakibatkan bendahara yang bersangkutan diganti oleh
pegawai lain, tidak perlu mendaftarkan NPWP baru, tetapi memberitahukan kepada KPP dengan
melampirkan:
-Fotocopy kartu identitas (KTP, SIM, Paspor) Bendahara baru
-Fotocopy SK Penunjukan sebagai Bendahara yang baru

Apabila Bendaharawan yang telah terdaftar sebagai Wajib Pajak tersebut ternyata institusinya
bubar, terjadi perubahan organisasi atau proyeknya telah selesai, maka dimintakan penghapusan
NPWP dengan mengajukan permohonan yang dilampiri dokumen-dokumen pendukungnya.
LANJUTAN...

MEKANISME PEMUNGUTAN PAJAK OLEH BENDAHARAWAN PEMERINTAH


Terkait dengan kewajiban bendaharawan untuk melakukan pemungutan pajak maka pajak-pajak
yang harus dipungut oleh bendaharawan baik pemerintah Pusat maupun Daerah terdiri dari Pajak
Penghasilan (PPh), Pajak pertambahan Nilai (PPN), dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).
Kewajiban Bendaharawan atas PPh
Bendaharawan berkewajiban untuk:
 memotong PPh Pasal 21 atas pembayaran gaji/honor
 memotong PPh Pasal 22 atas pengadaan barang
 memotong PPh Pasal 23 atas pengadaan jasa
 memotong PPh Pasal 26 atas imbalan jasa, pekerjaan, dan kegiatan yang diterima Wajib Pajak luar
negeri.
Bendaharawan tidak melakukan pemotongan PPh Pasal 22 atas:
 pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) dan tidak
merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
 Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, air minum/PDAM dan benda-benda
pos
 pembayaran/pencairan dana Jaring Pengaman Sosial (JPS) oleh Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara (KPPN)
LANJUTAN...

MEKANISME PEMUNGUTAN PAJAK OLEH BENDAHARAWAN PEMERINTAH

Kewajiban Bendaharawan atas PPN & PPnBM


Atas pengadaan Barang Kena Pajak (BKP) dan Jasa Kena Pajak (JKP), bendaharawan wajib
memungut PPN & PPnBM.
Bendaharawan tidak melakukan pemungutan PPN & PPnBM atas:
 Pembayaran yang tidak melebihi Rp. 1.000.000,- termasuk PPN dan PPnBM
 Untuk Pembebasan Tanah
 Pembayaran atas BKP/JKP yang menurut ketentuan perundang-undangan mendapat
fasilitas PPN Tidak Dipungut atau Dibebaskan
 BBM dan Non-BBM oleh Pertamina
 Rekening Telepon
 Jasa Angkutan Udara yang diserahkan perusahaan penerbangan
 Untuk penyerahan BKP/JKP yang menurut ketentuan perundang-undangan tidak
dikenakan PPN
LANJUTAN...

MEKANISME PEMUNGUTAN PAJAK OLEH BENDAHARAWAN PEMERINTAH

Barang dan Jasa yang mendapat fasilitas


Dibebaskan adalah:
 Beberapa BKP yang dibebaskan dari
 BKP Tertentu dan JKP Tertentu (PP Nomor 146 Bea Masuk (Keputusan Menteri
Tahun 2000 tentang Impor Dan Atau
Keuangan Nomor 231/KMK.03/2001
Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu Dan
Atau Penyerahan Jasa Kena Pajak Tertentu
tentang Perlakuan Pajak Pertambahan
Yang Dibebaskan Dari pengenaan Pajak Nilai Dan Pajak Penjualan Atas Barang
Pertambahan Nilai sebagaimana telah diubah Mewah AtasImpor Barang Kena Pajak
dengan PP Nomor 38 Tahun 2003 tentang Yang Dibebaskan Dari Pungutan Bea
Perubahan Atas Peraturan pemerintah Nomor Masuk Sebagaimana telah diubah
146 Tahun 2000 Tentang Impor Dan Atau dengan Peraturan Menteri Keuangan
Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu Dan
Nomor 616/PMK.03/2004 tentang
Atau Penyerahan Jasa Kena Pajak Tertentu
Yang Dibebaskan Dari Pengenaan Pajak
Perubahan Atas Keputusan Menteri
Pertambahan Nilai) Keuangan Nomor 231/KMK.03/2001
 BKP Strategis (PP Nomor 12 Tahun 2001 Tentang Perlakuan Pajak pertambahan
tentang Impor Dan Atau Penyerahan Barang Nilai Dan Pajak Penjualan Atas Barang
Kena Pajak Tertentu Yang Bersifat Strategis Mewah Atas impor Barang Kena Pajak
Yang Dibebaskan Dari Pengenaan Pajak Yang Dibebaskan Dari Pungutan Bea
Pertambahan Nilai sebagaimana telah diubah
Masuk).
beberapa kali terakhir dengan dengan PP
Nomor 31 Tahun 2007)
4 KEWAJIBAN PAJAK BAGI BENDAHARA

Mendaftar atau update data,

Memotong dan/atau memungut pajak,

Membayar pajak yang dipotong dan/atau


dipungut ke kas negara, dan

Melaporkan SPT Masa.


KEWAJIBAN BENDAHARA PEMERINTAH

Seperti yang telah diketahui sebelumnya, kewajiban dari seorang bendahara adalah pemotongan
atau pemungutan pajak yang berkaitan dengan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)
Setiap bendahara yang melakukan pembayaran atas beban dari APBN ini akan ditetapkan sebagai
wajib pungut pajak sesuai dengan ketentuan Undang-Undang (UU) yang berlaku.
Anggaran Pendapatan Belanja Derah (APBD)
Setiap bendahara pengeluaran yang merupakan wajib pungut Pajak Penghasilan (PPh) dan pajak
lainnya, diwajibkan untuk menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak yang dipungutnya ke
rekening kas negara melalui bank pemerintah atau bank lainnya sesuai dengan yang telah ditetapkan
oleh Menteri Keuangan sebagai bank persepsi atau pos giro dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan ketentuan Undang-Undang (UU) yang berlaku.
Sebagai pihak yang memiliki kewenangan untuk melakukan pemotongan dan pemungutan pajak,
maka bendahara juga harus mengetahui aspek-aspek perpajakan, khususnya yang berkaitan dengan
kewajiban dalam melakukan pemotongan atau pemungutan Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak
Pertambahan Nilai (PPN).
Berikut ini merupakan kewajiban yang dilakukan oleh bendahara dalam melakukan pemotongan atau pemungutan
Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) :
LANJUTAN...
 Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh)  Pemotongan Paja Penghasilan (PPh)
Pasal 21 Pasal 4 ayat (2)
Merupakan pemotongan yang dilakukan Pemotongan ini dilakukan atas
atas penghasilan yang dibayarkan penghasilan yang dibayarkan sehubungan
kepada orang pribadi sehubungan dengan adanya jasa tertentu dan sumber
dengan pekerjaan, jabatan, jasa, dan tertentu (jasa konstruksi, jasa sewa tanah
kegiatan. atau bangunan, pengalihan hak atas
 Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) tanah atau bangunan, hadiah undian, dan
Pasal 22 lain sebagainya).
Meupakan pemotongan yang dilakukan  Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
atas penghasilan yang dibayarkan Merupakan pungutan yang dilakukan atas
sehubungan dengan adanya pembelian pajak konsumsi yang dibayarkan sendiri
barang. sehubungan dengan adanya transaksi
 Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan
Pasal 23 Jasa Kena Pajak (JKP).
Pemotongan yang dilakukan atas  Bea Materai
penghasilan yang dibayarkan, yaitu Merupakan kewajiban untuk melakukan
berupa hadiah, dividen, bunga, sewa, pembayaran atas pemanfaatan dokumen-
royalti, dan jasa-jasa lainnya selain dari dokumen tertentu, contohnya seperti
objek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21. kuitansi, kontrak, dan lain sebagainya
sesuai dengan objek dari bea materai.
= KELOMPOK 13 =
== TERIMAKASIH ==

Anda mungkin juga menyukai