Anda di halaman 1dari 22

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas segala rahmat
dan hidayah-Nya sehingga modul ini dapat tersusun hingga selesai. Shalawat serta salam
tidak lupa juga dihanturkan untuk junjungan Nabi agung, yaitu Nabi Muhammad yang telah
menyampaikan petunjuk Allah untuk seluruh alam.

Tidak lupa pula kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Drs. Muhammad
Ashari, SE.Ak.,M.SA.,CA. selaku dosen kami dalam mata kuliah Pengauditan II yang
senantiasa memberikan dukungan serta ilmunya sehinga kami dapat mentelesaikan tugas ini.

Dalam menyusun modul ini, penulis diberi bantuan yang bermanfaat dari berbagai
pihak baik itu berupa ide maupun bantuan materi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada pihak-pihak yang telah memberi bantuan.

Penulis juga menyadari masih banyaknya kekurangan dalam penyusunan modul ini
meskipun telah mendapatkan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak agar kedepannya
penulis dapat menyusun modul ini lebih baik lagi. Akhir kata, penulis berharap modul
pembelajaran ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan khususnya kepada penulis
sendiri.

Makassar, 14 Maret 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………..3
BAGIAN I - TINJAUAN MATA KULIAH………………………………………….4
BAGIAN II – PENDAHULUAN……………………………………………………...6
BAGIAN III – MATERI PEMBELAJARAN…………………………………………8
BAGIAN IV – LATIHAN………………………………..…………………………20
BAGIAN V – RANGKUMAN……………………………………………………....21
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..22

3
BAGIAN I

TINJAUAN MATA KULIAH

A. DESKRIPSI MATA KULIAH

Mata kuliah ini merupakan mata kuliah wajib Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
khususnya bagi mahasiswa jurusan Akuntansi dengan bobot 3 SKS. Sebagaimana
tercantum dalam RPS, mata kuliah ini mempelajari tentang Audit siklus Pendapatan,
Audit siklus pengeluaran, Audit Siklus produksi, Audit siklus jasa personalia, Audit
siklus investasi, Audit siklus pembiayaan, Audit saldo kas, Penyelesaian audit dan
tanggungjawab pasca audit, Penyusunan laporan audit atas laporan keuangan yang
telah diaudit, Jasa-jasa lain akuntan dan pelaporannya, dan BAPEPAM dan Akuntan
Publik

B. KEGUNAAN MATA KULIAH


Kegunaan mata kuliah Pengauditan II ini bagi Mahasiswa adalah diharapkan mampu
memahami materi berikut :
1. Audit siklus pendapatan
2. Audit siklus pengeluaran
3. Audit Siklus produksi
4. Audit siklus jasa personalia
5. Audit siklus investasi
6. Audit siklus pembiayaan
7. Audit saldo kas
8. Penyelesaian audit dan tanggungjawab pasca audit
9. Penyusunan laporan audit atas laporan keuangan yang telah diaudit
10. Jasa-jasa lain akuntan dan pelaporannya
11. BAPEPAM dan Akuntan Publik

C. SASARAN PEMBELAJARAN
1. Menguasai konsep integritas akademik secara umum dan kerangka konseptual
auditing II
2. Mampu memahami Audit siklus Pendapatan
3. Mampu memahami Audit siklus pengeluaran

4
4. Mampu memahami Audit Siklus produksi
5. Mampu memahami Audit siklus jasa personalia
6. Mampu melakukan tindak lanjut atas materi yang diajarkan
7. Mampu memahami Audit siklus investasi
8. Mampu memahami Audit siklus pembiayaan
9. Mampu memahami Audit saldo kas
10. Mampu memahami Penyelesaian audit dan tanggungjawab pasca audit
11. Mampu memahami Penyusunan laporan audit atas laporan keuangan yang telah
diaudit
12. Mampu memahami Jasa-jasa lain akuntan dan pelaporannya
13. Mampu memahami BAPEPAM dan Akuntan Publik

5
BAGIAN II

PENDAHULUAN

A. SASARAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti perkulihan, mahasiswa diharapkan mampu untuk :
1. Mampu mengaplikasikan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif dalam
pengambilan keputusan bisnis
2. Mampu berkomunikasi secara lisan maupun tulisan di bidang keahlian
akuntansinya
3. Mampu menyusun laporan audit entitas bisnis, islam dan sector public
4. Mampu melaksanakan proses pengauditan internal dan peyusunan laporan
audit internal secara professional serta mengkomunikasikan kepada
stakeholder

B. RUANG LINGKUP BAHAN MODUL


Modul pembelajaran ini membahas mengenai Penentuan Risiko Deteksi Untuk
Pengujian Rincian, Perancangan Pengujian Substantif, Prosedur Awal, Prosedur
Analitis, Pengujian Rincian Transaksi, Pengujian Rincian Saldo, Perbandingan
Penyajian Laporan Dengan GAAP

C. MANFAAT MEMPELAJARI MODUL


Manfaat yang diperoleh mahasiswa setelah mempelajari modul ini adalah :
Mahasiswa mampu :
1. Mampu mengaplikasikan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif dalam
pengambilan keputusan bisnis
2. Mampu berkomunikasi secara lisan maupun tulisan di bidang keahlian
akuntansinya
3. Mampu menyusun laporan audit entitas bisnis, island an sector public
4. Mampu melaksanakan proses pengauditan internal dan peyusunan laporan
audit internal secara professional serta mengkomunikasikan kepada
stakeholder.

6
D. URUTAN PEMBAHASAN
1. Penentuan Risiko Deteksi Untuk Pengujian Rincian
2. Perancangan Pengujian Substantif
3. Prosedur Awal
4. Prosedur Analitis
5. Pengujian Rincian Transaksi
6. Pengujian Rincian Saldo
7. Perbandingan Penyajian Laporan Dengan GAAP

7
BAGIAN III

MATERI PEMBELAJARAN

Deskripsi Utang Usaha

Hutang usaha termasuk sebagai unsur utang lancar. Hutang lancar meliputi semua
kewajiban yang akan dilunasi dalam periode jangka pendek (satu tahun atau kurang dari
tanggal neraca atau dalam siklus kegiatan normal perusahaan).

Seperti halnya dengan piutang usaha, hutang usaha biasanya juga dipengaruhi oleh
volume transaksi yang tinggi dan karenanya sangat rentan terhadap salah saji. Akan tetapi,
bila dibandingkan dengan audit atas saldo aktiva, audit atas hutang usaha lebih ditekankan
pada asersi kelengkapan daripada asersi eksistensi atau kejadian. Alasannya adalah bahwa
jika manajemen termotivasi untuk memanipulasi hutang, maka ia cenderung menetapkan
hutang terlalu rendah agar dapat melaporkan posisi keuangan yang lebih menguntungkan.

A. PENENTUAN RISIKO DETEKSI UNTUK PENGUJIAN RINCIAN

Hutang usaha dipengaruhi baik oleh transaksi pembelian yang menambah saldo maupun
oleh transaksi pengeluaran kas yang menurunkan saldo tersebut. Jadi, risiko pengujian rincian
untuk asersi hutang usaha dipengaruhi oleh risiko inheren, risiko prosedur analitis, dan
faktor-faktor risiko pengendalian yang berkaitan dengan kedua kelompok transaksi tersebut.
Auditor menggunakan metodologi untuk menghubungkan penilaian risko pengendalian yang
tepat atas asersi kelompok transaksi guna mencapai penilaian risiko pengendalian untuk
asersi-asersi saldo akun hutang usaha. Metodologi tersebut meliputi matriks risiko deteksi
yang dapat diterima pada tahap pengujian rincian. Penerapan proses ini untuk hutang usaha
diikhtisarkan pada Gambar 15-9. Tingkat risiko spesifik dalam matriks ini hanya bersifat
ilustratif dan akan, karenanya bervariasi menurut situasi yang dihadapi klien.

Gambar 15-9: Korelasi Komponen risiko-Asersi hutang Usaha

Eksistensi Penilaian
atau Hak dan atau Penyajian dan
Komponen Risiko Kejadian Kelengkapan Kewajiban Alokasi Pengungkapan
Risiko Audit Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah
Risiko Inheren Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Tinggi

8
Risiko Prosedur Sedang Tinggi Sedang Sedang Tinggi
Analitis
Risiko Pengendalian- Rendah Tinggi Sedang Tinggi Sedang
Transaksi Pembelian
Risiko Pengendalian-
Transaksi Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah
Pengeluaran Kas
Risiko Pengendalian Sedang Tinggi Sedang Tinggi Sedang
Gabungan
Risiko Pengujian Sedang Sangat Rendah Sedang Sedang Sangat Rendah
Rincian yang Dapat
Diterima

B. PERANCANGAN PENGUJIAN SUBSTANTIF

Tingkat risiko deteksi yang dapat diterima untuk setiap asersi laporan keuangan yang
signifikan dicapai dengan mengumpulkan bukti dan pengujian rincian. Kerangka kerja umum
untuk mengembangkan program audit atas pengujian substantif dapat digunakan dalam
merencanakan pengujian substantif untuk hutang usaha. Daftar pengujian substantif yang
mungkin, dimasukkan dalam program audit yang dikembangkan atas dasar ini disajikan pada
Gambar 15-10. Pengujian dalam gambar tersebut diarahkan pada satu atau lebih tujuan audit
atas saldo akun spesifik untuk hutang usaha. Juga perlu diperhatikan bahwa pengujian
berganda diarahkan ke setiap tujuan audit atas saldo akun.

Gambar 15-10: Pengujian yang Mungkin atas Asersi Hutang usaha

Tujuan Audit Saldo Akun


Kategori Pengujian Substantif EO3 C3 RO3 VA# PD#
Prosedur Awal 1. Mendapatkan pemahaman tentang ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
bisnis dan industri serta menentukan:
a. Signifikasi pembelian dan hutang
usaha bagi perusahaan.
b. Pemicu ekonomi penting yang
mempengaruhi pembelian
perusahaan dan hutang usaha.
c. Termin perdagangan standar

9
dalam industri, termasuk tanggal
perdagangan dan sebagainya.
d. Luas konsentrasi aktivitas dengan
pemasok dan komitmen pembelian
yang berkaitan.
2. Melaksanakan prosedur awal atas ✓ ✓ 3 ✓ 5
saldo hutang usaha dan catatan yang
akan diuji lebih lanjut.
a. Menelusuri saldo awal hutang
usaha ke kertas kerja tahun
sebelumnya.
b. Mereview aktivitas dalam akun
buku besar hutang usaha dan
menyelidiki ayat jurnal yang
tampak tidak biasa dari segi
jumlah atau sumbernya.
c. Mendapatkan daftar hutang usaha
pada tanggal neraca dan
menentukan bahwa hal tersebut
mencerminkan secara akurat
catatan akuntansi yang
mendasarinya dengan cara:
i. Menjumlahkan daftar dan
menentukan kesesuaiannya
dengan (1) total file voucher
yang belum dibayar, buku
pembantu, atau file induk
hutang usaha, dan (2) saldo
akun pengendali buku besar.
ii. Menguji kecocokan pemasok
dan saldo dalam daftar dengan
yang terdapat dalam catatan
akuntansi yang mendasarinya.
Prosedur 3. Melaksanakan prosedur analitis: ✓ ✓ ✓ 3.4
Analitis a. Mengembangkan akspektasi atau
hutang usaha dengan perusahaan,

10
termin perdagangan normal dan
sejarah perputaran hutang usaha.
b. Menghitung rasio-rasio:
i. Perputaran hutang usaha
(pembelian + hutang usaha)
ii. Hutang usaha terhadap total
kewajiban lancar.
c. Menganalisis hasil rasio
dibandingkan dengan ekspektasi
berdasarkan data tahun
sebelumnya, data industri, jumlah
yang dianggarkan, dan data
lainnya.
d. Membandingkan saldo beban
dengan tahun sebelumnya atau
jumlah yang dianggarkan untuk
menyelidiki kemungkinan kurang
saji yang berkaitan dengan hutang
yang tidak dicatat.
Pengujian 4. Menelusuri sampel catatan transaksi ✓ ✓ ✓ 3 ✓ 3,4
Rincian hutang usaha ke dokumentasi
Transaksi pendukungnya.
a. Menelusuri kredit ke voucher
pendukung faktur penjual laporan
penerimaan, pesanan pembelian,
serta invormasi pendukung
lainnya.
b. Menelusuri debet ke pengeluaran
kas atau memo retur pembelian
5. Melaksanakan pengujian pisah batas
✓ ✓
pembelian.
a. Memilih sampel transaksi
pembelian yang dicatat dalam
beberapa hari sebelum dan
sesudah akhir tahun serta
memeriksa voucher pendukung

11
faktur penjual dan laporan
penerimaan untuk menentukan
bahwa pembelian telah dicatat
pada periode yang tepat.
b. Mengobservasi nomor laporan
penerimaan terakhir yang
diterbitkan pada hari terakhir
bisnis selama periode audit dan
menelusuri sampel laporan
penerimaan bernomor lebih kecil
dan lebih besar ke dokumen
pembelian terkait serta
menentukan bahwa transaksi telah
dicatat pada periode yang tepat.
6. Melaksanakan pengujian pisah batas
pengeluaran kas. ✓

a. Mengobservasi nomor acak
terakhir yang diterbitkan dan
dikirimkan pada hari terakhir
periode audit dan menelusuri ke
catatan akuntansi untuk
memverifikasi kekurangan pisah
batas, atau
b. Menelusuri tanggal pembayaran
cek yang dikembalikan dengan
laporan pisah batas bank akhir
tahun ke tanggal yang telah
dicatat.
7. Melaksanakan pencarian kewajiban
yang belum tercatat.
a. Memeriksa pembayaran

berikutnya antara tanggal neraca
dan akhir pekerjaan lapangan,
serta apabila dokumen yang
bersangkutan menunjukkan bahwa
pembayaran dilakukan untuk

12
kewajiban yang ada pada tanggal
neraca, maka telusurilah ke daftar
hutang usaha.
b. Memeriksa dokumentasi hutang
yang dicatat pada akhir tahun yang
masih belum dibayar sampai akhir
pekerjaan lapangan.
c. Menyelidiki pesanan pembelian,
laporan penerimaan, faktur
penjual yang tidak sesuai pada
akhir tahun.
d. Melakukan tanya jawab dengan
personil bagian akuntansi dan
pembelian mengenai hutang yang
belum dicatat.
e. Mereview anggaran modal,
perintah kerja, dan kontrak
konstruksi sebagai bukti atas
hutang yang belum dicatat.
Pengujian 8. Mengkonfirmasi hutang usaha ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ 3,45

Rincian Saldo a. Mengidentifikasi pemasok utama


dengan mereview register voucher
atau buku pembantu atau file
induk hutang usaha dan
mengirimkan permintaan
konfirmasi kepada pemasok
dengan saldo yang besar, aktivitas
yang tidak biasa, bersaldo kecil
atau nol, dan bersaldo debet.
b. Menyelidiki dan merekonsiliasi
perbedaan.
9. Merekonsiliasi hutang yang belum
dikonfirmasi dengan laporan bulanan ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ 3,45

yang diterima klien dari pemasok.

Penyajian dan 10. Membandingkan penyajian laporan ✓ ✓3,45

13
Pengungkapan dengan GAAP.
a. Menentukan bahwa hutang telah
diidentifikasi dan diklasifikasikan
secara tepat menurut jenis serta
periode pembayaran yang
diperkirakan.
b. Menentukan apakah ada saldo
debet yang signifikan secara
keseluruhan sehingga harus
diidentifikasi.
c. Menentukan ketetapan
pengungkapan yang berkaitan
dengan pihak yang mempunyai
hubungan istimewa atau hutang
yang dijamin.
d. Mengajukan pembayaran kepada
manajemen tentang ekstensi
komitmen yang belum
diungkapkan atau kewajiban
kontinjensi.

C. PROSEDUR AWAL

Titik awal bagi setiap pengujian audit adalah mendapatkan pemahaman tentang bisnis
dan industri klien. Pemahaman tentang signifikan siklus pembelian dalam perusahaan
menyediakan konteks untuk penilaian risiko yang penting. Pemahaman atas pemicu dan
penggerak ekonomi perusahaan, termin perdagangan standar, dan seberapa luas konsentrasi
bisnis dengan pemasok tertentu menyediakan konteks untuk mengevaluasi hasil prosedur
analitis, pengujian pengendalian, dan pengujian substantif.

Prosedur awal lainnya untuk pengujian substantif atas hutang usaha adalah menelusuri
saldo awal kertas kerja tahun sebelumnya, dan menggunakan perangkat lunak audit
tergeneralisasi dalam memeriksa akun buku besar untuk melihat setiap ayat jurnal yang tidak
biasa, serta untuk mengembangkan daftar jumlah yang terutang pada tanggal neraca.

14
Biasanya klien mempunyai daftar file voucher yang belum dibayar, buku pembantu hutang
usaha, atau file induk dalam bentuk elektronik. Auditor juga dapat menggunakan perangkat
lunak audit tergeneralisasi untuk menentukan ketetapan matematis dari daftar tersebut dengan
cara menjumlah ulang total dan dengan memverifikasi bahwa jumlahnya telah sesuai dengan
akun saldo buku besar.

D. PROSEDUR ANALITIS
Pada tahap awal pengujian substantive terhadap utangusaha, pengujian analitis
dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami bisnis klien dan menemukan yang
memerlukan audit lebih intensif.

Selain itu, tujuan auditor menerapkan prosedur analitis adalah untuk mengembangkan
ekspektasi atas saldo akun hutang dan hubungan antar hutang usaha dengan akun-akun kunci
seperti pembelian atau persediaan. Beberapa prosedur analitis yang dapat dilakukan untuk
mendapatkan bukti mengenai hutang usaha. Suatu penurunan yang abnormal atas rasio lancar
dapat menjadi indikator bahwa kewajiban telah ditetapkan terlalu rendah. Prosedur analitis
akan dilakukan pada tahap akhir penugasan untuk memastikan bahwa bukti yang dievaluasi
dalam pengujian rincian telah konsisten dengan gambaran menyeluruh yang dilaporkan
dalam laporan keuangan.

E. PENGUJIAN RINCIAN TRANSAKSI

Tujuan pengujian saldo akun utang rinci adalah untuk memverifikasi:

• Keberadaan dan keterjadian


• Kelengkapan
• Kewajiban
• Penyajian dan pengungkapan

Keberadaan, kelengkapan, kewajiban serta penyajian dan pengungkapan utang usaha di


neraca di buktikan oleh auditor dengan mengirimkan surat konfirmasi kepada debitor dan
rekonsiliasi utang usaha yang tidak dikonfirmasi penyataan piutang bulanan yang diterima
oleh klien dari kreditur.

Dalam melaksanakan pengujian rincian transaksi, auditor terutama akan menitikberatkan


pada pendeteksian kurang saji hutang yang dicatat serta hutang yang belum tercatat. Seberapa

15
luas setiap pengujian tersebut dilakukan akan bervariasi menurut tingkat risiko deteksi
spesifik yang diterima untuk asersi-asersi terkait.

Menelusuri Hutang yang Dicatat ke Dokumentasi Pendukung

Dalam pengujian ini, ayat jurnal kredit pada hutang usaha akan ditelusuri ke
dokumentasi pendukung dalam file klien, seperti voucher, faktur penjualan, laporan
penerimaan, dan pesanan pembelian. Pendebetannya akan ditelusuri ke dokumen transaksi
pengeluaran kas, seperti buku pengeluaran cek, atau memo dari penjual menyangkut retur
pembelian dan pengurangan harga. Beberapa penelusuran mungkin telah dilakukan selama
pekerjaan interim, yaitu sebagai bagian dari dokumen sumber ke catatan akuntansi. Luas
penelusuran (vouching) ini berhubungan langsung dengan kesimpulan auditor mengenai
risiko inheren, risiko prosedur analitis, dan risiko pengendalian. Pengujian ini terutama akan
menghasilkan bukti untuk tujuan audit spesifik yang berkaitan dengan empat dari lima asersi,
terkecuali asersi kelengkapan. Aplikabilitas dari pengujian ini terhadap asersi kelengkapan
adalah terbatas karena pengujian ini tidak dapat mendeteksi hutang yang tidak pernah dicatat.

Melaksanakan Pengujian Pisah Batas Pembelian

Pengujian pisah batas pembelian (purchases cutoff) mencakup penentuan bahwa


transaksi pembelian yang terjadi mendekati tanggal neraca telah dicatat pada periode yang
tepat. Hal ini dapat dilakukan dengan menelusuri tanggal-tanggal laporan penerimaan ke ayat
jurnal register pendukungnya. Pengujian ini biasanya mencakup periode antara lima sampai
sepuluh hari bisnis sebelum dan sesudah tanggal neraca. Buku yang diperoleh dari pengujian
ini berkaitan dengan asersi eksistensi atau kejadian dan kelengkapan untuk hutang usaha.

Dalam memeriksa dokumentasi sebagai bagian dari pengujian ini, pertimbangan khusus
harus diberikan atas barang yang masih dalam perjalanan per tanggal neraca. Barang yang
dikirimkan dengan syarat FOB (free on board) shipping point harus dimasukkan dalam
persediaan penjual serta dikeluarkan dari persediaan dan hutang usaha pembeli hingga
barang tersebut tiba di departemen penerimaan pembeli. Dalam melakukan pengujian ini,
auditor harus menentukan bahwa pisah batas yang tepat telah dicapai ketika melakukan
perhitugan fisik persediaan.

Melaksanakan Pengujian Pisah Batas Pengeluaran Kas

16
Pisah batas yang tepat atas transaksi pengeluaran kas pada akhir tahun adalah sangat
penting untuk penyajian kas dan hutang usaha yang benar pada tanggal neraca. Bukti tentang
pengujian pisah batas pengeluaran kas (cash disbursement cutoff test) dapat diperoleh melalui
observasi langsung dan review atas dokumentasi internal.

Apabila auditor dapat menyajikan pada tanggal neraca, maka ia secara langsung dapat
menyaksikan lembar cek terakhir yang ditarik klien. Penelusuran selanjutnya atas bukti ini ke
catatan akuntansi akan dapat memverifikasi keakuratan pisah batas. Selain itu, auditor juga
dapat menelusuri cek-cek yang dibayar dalam periode beberapa hari sebelum dan sesudah
tanggal neraca ke tanggal cek tersebut dicatat. Bukti yang diperoleh dari pengujian ini juga
berkaitan dengan asersi eksistensi atau kejadian dan kelengkapan untuk hutang usaha.

Melakukan Pencarian Hutang yang Belum Tercatat

Pencarian hutang usaha yang belum tercatat (search for unrecorded accountans payable)
terdiri dari prosedur terdiri dari prosedur-prosedur yang dirancang secara khusus untuk
mendeteksi kewajiban signifikan yang belum dicacat pada tanggal neraca. Dengan demikian,
prosedur ini berkaitan dengan asersi kelengkapan untuk hutang usaha.

PEMBAYARAN KEMUDIAN. Pemeriksaan atas pembayaran kemudian (subsequent


payments) terdiri dari pemeriksaan dokumentasi untuk cek-cek yang diterbitkan atau voucher
yang dibayar setelah tanggal neraca. Apabila dokumentasi ini menunjukkan behwa
pembayaran tersebut adalah untuk membayar kewajiban yang ada pada tanggal neraca, maka
auditor harus menelusuri ke daftar hutang usaha guna menentukan apakah hal tersebut sudah
termasuk dalam daftar hutang usaha guna menentukan apakah hal tersebut sudah termasuk
dalam daftar hutang usaha. Pengujian ini dilakukan hingga akhir pekerjaan lapangan untuk
memperbesar peluang memperoleh bukti tentang hutang yang secara sengaja atau karena
kurang teliti tidak dimasukkan dalam daftar hutang pada tanggal laporan keuangan. Dengan
demikian, pengujian ini melebihi periode yang digunakan dalam pengujian pisah batas yang
telah diuraikan sebelumnya.

Biasanya penjual akan meminta pembayaran, walaupun kewajiban itu tidak dicatat
pada tanggal neraca oleh pembeli. Oleh karena itu, pembayaran kemudian dapat menjadi cara
yang efektif untuk mencari periode selanjutnya ini dengan melihat lebih saji pembayaran
kemudian dan memusatkan perhatikan pada transaksi yang bernilai besar.

17
PROSEDUR LAINNYA. Dokumentasi pendukung hutang yang telah dicatat, tetapi masih
belum dibayar sampai tanggal terakhir pekerjaan lapangan, juga harus diperiksa atas dasar
pengujian. Hal ini juga dapat mengungkapkan kewajiban yang ada tetapi belum dicatat pada
tanggal neraca. Prosedur lainnya yang dapat mengungkapkan hutang yang belum dicacat
meliputi: (1) menginvestigasi pesanan pembelian, laporan penerimaan, dan faktur penjualan
yang tidak sesuai pada akhir tahun, (2) mengajukan pertanyaan kepada personil akuntansi dan
pembelian tentang hutang yang belum dicatat, serta (3) mereview anggaran modal, perintah
kerja, dan kontrak konstruksi untuk mencari bukti adanya hutang yang belum dicatat.

F. PENGUJIAN RINCIAN SALDO

Dua pengujian yang termasuk dalam kategori ini adalah (1) konfirmasi hutang usaha, dan
(2) rekonsiliasi hutang yang belum dikonfirmasi dengan laporan bulanan yang diterima oleh
klien dari penjual atau pemasok.

Konfirmasi Hutang Usaha

Tidak seperti konfirmasi piutang usaha, tidak ada anggapan yang dibuat mengenai
konfirmasi hutang usaha. Prosedur ini bersifat oposional karena (1) konfirmasi ini tidak dapat
menjamin bahwa hutang yang belum dicatat akan dapat ditemukan, dan (2) bukti eksternal
berupa faktur dan laporan bulanan penjual harus tersedia untuk mendukung saldonya.
Konfirmasi hutang usaha direkomendasikan apabila risiko deteksi rendah, terdapat kreditor
individual dengan saldo yang relatif besar, atau perusahaan mengalami kesulitan dalam
memenuhi kewajibannya. Seperti dalam kasus konfirmasi piutang usaha, auditor harus
mengendalikan pembuatan dan pengiriman permintaan konfirmasi serta harus meminta
jawaban langsung dari respondensi.

Apabila konfirmasi akan dilakukan, maka akun dengan saldo nol atau kecil harus ada
di antara pilihan untuk konfirmasi karena saldo yang mungkin ditetapkan terlalu rendah
daripada akun dengan saldo yang besar. Selain itu, konfirmasi juga harus dikirimkan kepada
pemasok utama yang (1) telah digunakan pada tahun sebelumnya, tetapi tidak dalam tahun
berjalan, dan (2) tidak mengirimkan laporan bulanan. Dapat diobservasi bahwa firmasi tidak
menyebutkan jumlah hutang yang harus dibayar. Dalam mengkonfirmasi hutang usaha,
auditor menghendaki agar kreditor menyebutkan jumlah yang terutang karena jumlah itu
akan direkonsiliasi dengan catatn klien. Perhatikan bahwa informasi juga diminta mengenai
komitmen pembelian dari klien dan setiap jaminan atas hutang tersebut.

18
Pengujian ini dapat memberikan bukti untuk semua asersi hutang usaha. Akan tetapi,
bukti yang tersedia untuk asersi kelengkapan bersifat dan mengirim permintaan konfirmasi
kepada pemasok yang tidak mencatat kewajiban klien.

Merekonsiliasi Hutang yang Belum Dikonfirmasi dengan Laporan Pemasok

Dalam banyak kasus, para pemasok biasanya mengirimkan laporan bulanan yang bisa
dijumpai dalam file klien. Dalam kasus ini, jumlah yang terutang kepada pemasok menurut
daftar hutang klien dapat direkomendasikan dengan laporan tersebut.

Bukti yang diperoleh dari prosedur ini juga berlaku untuk asersi yang sama seperti
konfirmasi, tetapi kurang dapat diandalkan karena laporan pemasok telah dikirimkan kepada
klien, dan bukan langsung kepada auditor. Selain itu, laporan ini mungkin tidak tersedia dari
pemasok tertentu.

G. PERBANDINGAN PENYAJIAN LAPORAN DENGAN GAAP

Hutang usaha harus diidentifikasikan secara tepat sebagai kewajiban lancar. Jika saldo
hutang mencakup pembayaran dimuka yang material kepada beberapa pemasok untuk
pengiriman barang dan jasa di masa depan, maka jumlah semacam itu harus diklasifikasi
sebagai uang muka kepada pemasok dan dicatat sebagai aktiva. Selain itu, pengukuran juga
perlu dilakukan atas penjaminan dan serta kewajiban kontinjensi. Jadi, penyajian dan
pengungkapan manajemen harus dibandingkan dengan persyaratan GAAP.

JASA BERNILAI TAMBAH

Standar audit yang berlaku umum tidak mensyaratkan bahwa auditor harus melakukan
jasa bernilai tambah. Meskipun demikian, apabila auditor telah menyelesaikan suatu audit,
maka biasanya mereka sangat mengetahui tentang bisnis dan praktek bisnis klien, hasil
operasi dan arus kasnya, serta pengendalian internal perusahaan. Manajemen dan dewan
komisaris biasanya ingin secara penuh memanfaatkan pengetahuan auditor itu.

19
BAGIAN IV

LATIHAN

A. Jawablah Latihan Soal Dibawah Ini Sesuai Petunjuk!


1. Utang lancar digolongkan menjadi enam kelompok, jelaskan!
2. Jelaskan Perbedaan Karakteristik Utang Lancar dengan Karakteristik Aktiva
Lancar!
3. Jelaskan Perbedaan Pengujian Substantif terhadap Utang Lancar dengan
Pengujian Substantif terhadap Aktiva Lancar!
4. Apa sajakah Prinsip Akuntansi Berterima Umum dalam Penyajian Utang Lancar
di Neraca?
5. Tuliskan Tujuan Pengujian Substantif terhadap Utang Usaha!
6. Apa saja Program Pengujian Substantif terhadap Utang Usaha?
7. Pengujian rincian saldo ada dua jenis, jelaskan!
8.

B. Petunjuk Latihan
Untuk menjawab latihan soal diatas, silahkan membaca pembhasan yang terdapat
dalam modul pembelajaran ini.

20
BAGIAN V

RANGKUMAN

Utang lancar memiliki karakteristik yang berbeda dengan karakteristik aktiva lancar,
yang berdampak terhadap pengujian substantif terhadap utang lancar. Dalam menyajikan
utang lancar, klien berkecenderungan umum untuk menyajikan utang tersebut lebih rendah
dari jumlah yang senyatanya. Oleh karena itu, pengujian substantif terhadap utang lancar
ditujukan untuk menemukan adanya penyajian utang lancar yang lebih rendah dari jumlah
yang seharusnya.

Pengujian substantif terhadap utang usaha ditujukan untuk memperoleh keyakinan


tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan utang usaha, membuktikan
keberadaan utang usaha dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan utang usaha yang
dicantumkan di neraca, membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan
akuntansi dan kelengkapan saldo utang usaha yang disajikan di neraca, membuktikan
kewajiban klien yang dicantumkan di neraca, membuktikan kewajaran penyajian dan
pengungkapan utang usaha di neraca.

21
DAFTAR PUSTAKA

Boynton, Johnson, Kell (Modern Auditting, Seventh Edition), Erlangga 2003. Di akses 19
Maret 2021 pada https://pdf.wecabrio.com/modern-auditing-edisi-7-jilid-1-
boynton.pdf

Riski Nahriati. Makalah Pengujian Substantif Terhadap Saldo Utang Usaha. Di akses 19
Maret 2021 pada
https://www.academia.edu/24005739/PENGUJIAN_SUBSTANTIF_ATAS_SALDO
_HUTANG_USAHA

Makalah Pengujian Substatif Terhadap Saldo Utang Usaha. Di Akses 19 Maret 2021 pada
https://www.academia.edu/36507074/makalah_PENGUJIAN_SUBSTANTIF_ATAS
_SALDO_HUTANG_USAHA

22

Anda mungkin juga menyukai