PENDEKATAN-PENDEKATAN PERISTIWA
Kelompok Nilai
Kelompok nilai yang juga disebut sebagai kelompok kebutuhan dari para
pengguna telah cukup diketahui untuk memungkinkan dilakukannya pengambilan
suatu teori akuntansi yang memberikan input optimal bagi model-model keputusan
tertentu. Model akuntansi konvensional yang didasarkan atas pendekatan nilai
memiliki kelemahan-kelemahan, antara lain:
1
membutuhkan tingkat jumlah, pengumpulan dan fokus yang berbeda-beda,
tergantung kepada kepribadian, gaya-gaya keputusan dan struktur-struktur
konseptual mereka sendiri. Oleh sebab itu, informasiyang berkaitan dengan
peristiwa-peristiwa dan objek-objek ekonomi sebaiknya disimpan dalam
bentuk sesederhana mungkin untuk kemudian diagregasikan oleh pengguna
akhirnya.
Terlalu terbatasinya tingkat integrasi dengan area-area fungsional yang lain
dari sebuah perusahaan. Informasi yang berhubungan dengan seperangkat
fenomena yang sama akan sering kali dipelihara secara terpisah oleh akuntan
dan nonakuntan, yang akibatnya mengarah pada ketidakkonsistenan sekaligus
adanya banyak celah dan tumpah-tindihnya informasi.
Pendekatan Peristiwa
“Peristiwa” mengacu pada semua tindakan yang dapat digambarkan oleh satu
atau lebih dimensi-dimensi atau atribut dasar. Menurut Johnson, “peristiwa” berarti
pengamatan yang mungkin dari karakteristik-karakteristik tertentu dari sebuah
tindakan dimana seorang reporter dapat mengatakan saya meramalkannya dan
melihatnya terjadi dengan ata kepala saya sendiri.
Jadi, karakteristik dari suatu peristiwa dapat diamati secara langsung dan
memiliki arti ekonomi yang signifikan bagi pengguna. Karakteristik dari peristiwa
yang tidak menggunakan nilai moneter mungkin harus di ungkapkan. Pendekatan
2
peristiwa juga mengasumsikan bahwa tingkat pengumpulan dan evaluasi dari data
akuntansi akan ditentukan oleh pengguna, mengingat fungsi kerugian dari para
pengguna. Jika pengguna mengumpulkan dan mengevaluasi data berdasarkan
peristiwa pasa saat ini, maka kesalahan-kesalahan pengukuran, bias dan kerugian
informasi yang dihasilkan oleh usaha-usaha yang dilakukan akuntan untuk menyamai,
membagikan beban, menciptakan nilai-nilai dan informasi agregat ke dalam laporan
keuangan dapat dihindari.
Dalam pendekatan nilai, neraca dianggap sebagai suatu indikator dari posisi
keuangan perusahaan pada satu titik tertentu di satu waktu. Dalam pendekatan
peristiwa, neraca dianggap sebagai suatu komunikasi tidak langsung dari seluruh
peristiwa-peristiwa akuntansi yang relevan bagi perusahaan sejak ia dibentuk. Sorter
mengusulkan definisi operasional berikut ini dalam pembuatan suatu neraca ketika
pendekatan peristiwa dipergunakan: “Suatu neraca hendaknya dibuat sedemikian rupa
sehingga dapat memaksimalkan kemungkinan penyusunan kembali peristiwa-
peristiwa yang akan dikumpulkan. “Definisi Sorter memiliki arti bahwa seluruh
angka-angka agregat di dalam neraca dapat dipilah-pilah untuk menunjukkan seluruh
peristiwa yang telah terjadi sejak pendirian perusahaan.
Dalam pendekatan nilai, laporan laba rugi dianggap sebagai suatu indikator
bagi kinerja keuangan dari sebuah perusahaan pada satu periode tertentu. Dalam
pendekatan peristiwa, laporan laba rugi dianggap sebagai komunikasi langsung
mengenai peristiwa-peristiwa operasional yang terjadi selama periode tersebut. Sorter
mengusulkan aturan operasional berikut ini ketika diterapkan pendekatan peristiwa:
“Tiap peristiwa hendaknya diuraikan dalam sebuah acar yang memfasilitasi
peramalan dari peristiwa yang sama di periode waktu yang akan datang mengingat
adanya perubahan-perubahan eksogenus.
Dalam pendekatan nilai, laporan arus kas dianggap sebagai suatu penyajian
mengenai perubahan kas. Dalam pendekatan peristiwa, laporan arus kas dianggap
3
sebagai suatu penyajian peristiwa-peristiwa keuangan dan investasi. Dengan kata lain,
relevasi peristiwa menentukan pelaporan dari suatu peristiwa di dalam laporan arus
kas dari pada autputnya pada arus kas.
Teori peristiwa normatif dari akuntansi secara tentatif dirangkum sebagai berikut:
Jadi, Tujuan dari teori peristiwa normatif dari akuntansi adalah untuk
maksimalkan keakuratan peramalan laporan-laporan akuntansi dengan berfokus pada
atribut-atribut yang paling relevan dari peristiwa-peristiwa yang sangat penting bagi
pengguna. Teori ini meminta adanya:
Satu cara untuk memenuhi tujuan dari teori peristiwa normatif dari akuntansi
adalah dengan mengintegrasikan pendekatan peristiwa dengan pendekatan basis data
pada manajemen informasi yang mengansumsikan bahwa suatu perusahaan membuat
sebuah database yang dikelola secara terpusat dan dibagi diantara rentang pengguna
4
yang luas dan dengan kebutuhan yang sangat beragam. Sistem akuntansi seperti itu
meliputi model-model hierarkis, model-model jaringan, model-model relasional,
model-model hubungan entitas, dan model akuntansi REA.
5
a. Mengindentifikasikan (1) Perangkat-perangkat entitas, seperti kelas-kelas
objek, agen, dan peristiwa yang ada di dalam dunia konseptual, dan (2)
perangkat-perangkat hubungan yang menghubungkan entitas-entitas
tersebut.
b. Membuat suatu diagram hubungan entitas (entity-relationship-E-R) yang
menunjukkan sifat sematik dari hungan yang telha diidentifikasi.
c. Mendefinisikan karakteristik-karakteristik dari perangkat-perangkat entitas
dan hubungan yang akan menjadi perhatian dari para pengguna suatu
sistem tertentu, dan menetapkan pemetaan yang akan mengindentifik
karakteristik-karakteristik tersebut.
d. Menyusun hasil dari langkah-langkah (a), (b), dan (c) ke dalam sebuah
tabel hubungan entitas, dan mengidentifikasikan karakteristik kunci (unik)
dari masing-masing perangkat hubungan entitas
5. Model akuntansi REA adalah suatu penyajian hubungan entitas umum dari
fenomena akuntansi dengan kompenen yang terdiri atas perangkat-perangkat
yang mewakili sumber daya ekonomi, peristiwa ekonomi, dan agen-agen
ekonomi.
6
database (pendekatan peristiwa) lebih disukai oleh para pengambil
keputusan yang tidak begitu analitis.
2. Dapat terjadi kelebihan informasi dari usaha percobaan untuk mengukur
karakteristik-karakteristik yang relevan dari seluruh peristiwa-peristiwa
penting yang memengaruhi perusahaan.
3. Kriteria yang memadai untuk pemilihan peristiwa-peristiwa yang penting
belum dikembangkan.
4. Mengukur seluruh karakteristik dari suatu pendekatan peristiwa mungkin
terbukti sulit untuk dilakukan, melihat kondisi seni akuntansi saat ini.
5. Mungkin dibutuhkan lebih banyak penelitian untuk memeriksa dampak
dari rancangan pendekatan yang berdeda-beda terhadap teori pendekatan
peristiwa, seperti model-model hierarkis, jaringan, relasional, hubungan
entitas,dan REA
Kini marilah kita menengok pada . . . reaksi psikologis dari mereka yang
mengonsumsi output akuntansi atau terperankap dalam jalur pengendaliannya.
Secara berimbang, tampaknya adil untuk disimpulkan bahwa para akuntan
sepertinya telah menjalani hubungan mereka dalam jaringan psikologis yang
ruwet dari aktivitas manusia dengan kekasaran yang tidak dapat dipercaya.
Beberapa kekasaran mungkin dimaafkan dalam suatu disiplin ilu baru, namun
ketidak mampuan untuk mengenali apa yang dianggap sebagai teori akuntansi
dengan asumsi-asumsi perilaku yang tidak memiliki dasar pemdukung adalah
sesuatu yang tidak dapat dimaafkan.
7
komunikasi) dan perilaku individu dan kelompok yang ditimbulkan oleh komunikasi
informasi (orientasi pengambil keputusan). Akuntansi diasumsikan berorientasi pada
tindakan, tujuannya adalah untuk mempengaruhi tindakan secara langsung melalui
muatan informasional dari pesan yang disampaikan dan secara tidak langsung melalui
perilaku para akuntan. Karena akuntansi dianggap sebagai suatu proses perilaku.
Pendekatan perilaku terhadap formulasi teori akuntansi akan menerapkan ilmu
perilaku. Committee on Behavioral Science Content of the Accounting Curriculum
(Komite Muatan Ilmu Perilaku dari Kurikulum Akuntansi) dari American Accounting
Association menyampaikan pendapatnya berikut ini tentnag tujuan dari ilmu
keperilakuan, yang mungkin juga akan berlaku pada akuntansi keperilakuan:
Pendekatan perilaku pada formulasi dari suatu teori akuntansi memeliki kepentingan
dengan perilaku manusia, karena berhubungan dengan informasi dan masalah-
masalah akuntansi. Dalam konteks ini, pemilihan teknik akuntansi harus dievaluasi
dengan mengacu pada tujuan-tujuan perilaku dari pengguna informasi keuangan.
8
mendukung masalah-masalah atau hipotesis-hipotesis yang hendak diuji. Sebaliknya,
studi-studi seperti ini dapat memberikan pemahaman mengenai lingkungan
keperilakuan dari akuntansi yang selajutnya dapat memberikan pedoman dalam
memformulasikan suatu teori akuntansi. Kita akan melihat masing-masing kelompok
studi dan selanjutnya mengevaluasi pendekatan akuntansi keperilakuan ini.
Informasi akuntansi, dilihat dari segi isi dan formatnya mungkin dapat memberikan
dampak bagi masing-masing pengambilan keputusan. Maka dari itu, studi-studi
penelitian diarea ini telah memeriksa model-model pelaporan dan praktik
pengungkapan untuk menilai pilihan yang tersedia dilihat dari segi relevansi dan
dampaknya pada perilaku. Akan tetapi, karena suatu kerangka kerja teoretis umum
masih belum ditentukan, mengklasifikasikan studi-studi ini merupakan suatu
pekerjaan yang sulit untuk dilakukan. Beberapa penulis mencoba untuk
menyampaikan rencana-rencana usula klasifikasi. Percobaan terbaru dan mendalam
oleh Dyckman, Gibbins, dan Swieringa akan digunakan dalam bagian ini untuk
menggambarkan hakikat dari studi mengenai dampak perilaku dari informasi
akuntansi.
1 Kecukupan pengungkapan,
2 Kegunaan dari data laporan keuangan,
3 Sikap dari praktik-praktik pelaporan perusahaan,
4 Pertimbangan materialitas, dan
5 Berbagai dampak keputusan dari prosedur-prosedur akuntansi alternatif.30
9
diungkap dalam laporan tahunan dan faktor tertentu dari perbedaan-perbedaan
yang signifikan dalam kecukupan pengungkapan keuangan antar perusahaan.33
Penelitian mengenai kecukupan dan kegunaan pengungkapan menunjukkan
adanya suatu penerimaan umum dari kecukupan laporan-laporan keuangan
yang tersedia, pemahaman dan pengertian umum dari laporan-laporan
keuangan tersebut, dan pengakuan bahwa perbedaan-perbedaan yang terjadi
dalam kecukupan pengungkapan di antara laporan keuangan adalah karena
variabel-variabel seperti ukuran perusahaan, profitabilitas, serta ukuran dan
status di bursa dari kantor akuntan publik.
10
mencoba untuk menentukan tingkat perbedaan yang diminta dalam data akuntansi
sebelum perbedaan tersebut dianggap ebagai material.40 Studi-studi ini
mengindikasikan bahwa beberapa faktor memengaruhi pertimbangan materialitas dan
bahwa pertimbangan ini berbeda untuk setiap individu.
11
Para pengguna yang memiliki aturan akuntansi cenderung akan
membedakan gaya dan penekanan manajerial daripada mereka yang tidak
memilikinya.
Teknik-teknik akuntansi dapat cenderung memfasilitasi atau menjadikan
lebih sulit beragam perilaku-perilaku manajerial dari pihak pengguna.44
Dalil-dalil diatas telah di uji dan diverifikasi secara empiris dalam dua studi yang
menekankan pada dua arti dari pertimbangan-pertimbangan linguistik dalam
penggunaan informasi akuntansi dan dalam pembuatan standar internasional.45,46
Fiksasi fungsional diawali sebagai satu konsep dalam psikologi yang berasal
dari investigasi mengenai dampak dari pengalaman masa lalu pada perilaku manusia.
Dunker memperkenalkan konsep fiksasi fungsional ini untuk menggambarkan peran
negatif dari pengalaman masa lalu. Ia menginvestigasikan hipotesis bahwa
penggunaan sebelumnya suatu objek oleh individu dalam fungsi yang berbeda dengan
yang diminta oleh masalah saat ini akan mengarah pada penemuan suatu penggunaan
yang tepat dan baru dari objek tersebut. Hasil ini mendukung hipotesis fiksasi
fungsional bagi beberapa benda-benda umum, seperti misalnya kontak, tang,
timbangan, dan klip kertas.
12
· Hipotesis pengondisian: Mungkin dinyatakan bahwa subjek dari
percobaan, yang kebanyakan mahasiswa akuntansi, telah dikondisikan untuk
bereaksi terhadap semacam output akuntasi dan telah gagal untuk
menyesuaikan proses-proses pengambilan keputusannya sebagai respons
terhadap sebuah perubahan akuntansi “yang diungkapkan dengan baik”.
Fenomena pengondisian ini menghalangi subjek untuk menerapkan perilaku
yang benar, yaitu melakukan penyesuaian berdasarkan atas perubahan
akuntansi, dan telah menggiring mereka untuk bertindak seperti jika meraka
telah dikondisikan untuk bertindak sesuai dengan perilaku atai sedi sosiolisasi
mereka sebelumnya. Jadi fenomena pengondisian adalah satu bentuk fiksasi
fungsional, karena subjek tidak lagi dapat melakukan pembedaan.
Perilaku seorang individu dipengaruhi oleh informasi dalam dua cara, yaitu:
13
Meskipun dampak dari penggunaan informasi umumnya telah diketahui dan
diterima sebagai bagian dari paradigma stimulus respons, fenomena yang lebih baru
mengenai induksi informasi atau induksi sederhana, yang diperkenalkan dalam
akuntansi oleh Prakash dan Rappaport, adalah dimaksudkan untuk mengacu kepada
proses yang kompleks dimana perilaku seorang individu akan dipengaruhi oleh
informasi yang diharuskan untuk ia komunikasikan. Induksi informasi berasal dari
kecenderungan pengirimnya dalam mengantisipasi kemungkinan penggunaan dari
informasi, konsekuensi dari penggunaan tadi, reaksi individu terhadap konsekuensi.
Seperti yang dinyatakan Prakash dan Rappaport:
14
· pengubahan-pengubahan yang terjadi pada seperangkat pilihan yang terbuka
bagi pengirim informasi.
Terdapat tiga komponen utama dari model pemrosesan informasi, yaitu input,
proses, dan output. Study dari perangkat input informasi berfokus pada variabel-
variabel yang kemungkinan besar akan mempengaruhi bagaimana cara seseorang
memroses informasi untuk pengambilan keputusan.
15
1. karakteristik dari pertimbangan
2. karakteristik dati aturan-aturan keputusan
16
1. studi-studi pencatatan kebijakan, yang melihat arti penting secara relatif dari
isyarat-isyarat yang berbeda dalam proses pertimbangan dan konsensus
diantara para pengambil keputusan.
2. keakuratan dari pertimbangan yang dibuat dengan basis isyarat-
isyaratakuntansi.
3. dampak dari karakteristik pekerjaan terhadap pencapaian dan pembelajaran
Keakuratan pertimbangan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi para
akuntan. Penelitian tidak hanya berfokus pada keakuratan pertimbangan namun
juga pada konsensus konsistensi pertimbangan, dan kemungkinan untuk
meramalkan. Masalah-masalah pengambilan keputusan persediaan dan peramalan
harga.
17
probabilitas, yang dikenal sebagai Teoremam Bayes, digunakan sebagai model
deskriptif dari pemrosesan informasi manusia.
18
masalah yang dikembangkan oleh Newell dan Simon, yang berpendapat bahwa
manusia memiliki ingatan jangka pendek dengan kapasitas yang terbatas dan ingatan
jangka panjang yang sepertinya tidak terbatas.
• Pergerakan mata
1. Sangat banyaknya jumlah kumpulan data dari studi-studi seperti itu yang
membatasi jumlah subjek yang dapat dipelajari.
Ada lima pendekatan yang diketahui dari studi mengenai gaya kognitif dalam
psikologi, antara lain:
1. Otoriterianisme. Muncul dari fokus oleh Adorno dan peneliti yang lainnya
pada hubungan antara kepribadian, sikap-sikap antidemokratis, dan perilaku.
Peneliti-peneliti ini terutama tertarik pada individu-individu yang cara
berpikirnya membuat mereka mudah terpengaruh oleh pro[aganda
19
antidekmokratis. Dua perilaku yang memiliki korelasi pada otoriterianisme-
kelakuan dan ketidaktoleran pada ambiguitas-adalah pencerminan dari gaya
kognitif yang mendasarinya.
2. Dogmatisme tumbuh dari usaha-usaha yang dilakukan oleh Rekeach dalam
mengembangkan ukuran yang memiliki dasar terstrukur bagi otoriterianisme
untuk menggantikan ukuran berdasarkan atas isi yang dikembangkan oleh
Adorno dan rekan-rekannya.
3. Kompleksitas kognitif, seperti yang diperkenalkan oleh Kelly dan Bieri,
berfokus pada dimensi-dimensi psikologis yang digunakan oleh individu-
individu untuk menstrukturisasi lingkungan mereka dan untuk menbedakan
perilaku-perilaku orang lain. Berdasarkan atas istilah yang digunakan
Huysman ini, mereka dapat didefinisikan sebagai berikut:
a. Pengambilan keputusan analisis memperkecil situasi-situai bermasalah
menjadi model, sering kali kuantitatif, yang lebig atau kurang eksplisit,
yang menjadi dasar keputusan meraka
b. Pengambilan keputusan heuritis sebagai gantinya mengacu pada pikiran
sehat, intuisim dan perasaan-perasaan yang tidak dapat dikuantifisasi
mengenai perkembangan masa datang seperti yang diterapkan pada
totalitas dari situasi sebagai suatu organik utuh dari pada bagian bagian
yang dapat dipisahkan dengan jelas.
4. Kompleksitas integratif, seperti yang disajikan oleh Harvey dkk. Dan
selanjutnya diperlukan oleh Schroeder dkk. Berasal dari pandangan bahwa
seseorang melakukan dua aktivitas dalm memproses input yang berasal dari
indra perasa: diferensiasi dan intregrasi. Diferensiasi adalah kemampuan
individu untuk menempatkan stimuli sepanjang dimensi-dimensi. Intregasi
mengacu pada kemampuan individu dalam menerapkan aturan-aturan yang
kompleks untuk menggabungkan dimensi-dimensi tersebut.
5. Ketergantungan pada bidang, seperti yang disajikan oleh Witkni dan rekan-
rekannya, adalah suatu ukuran dari sampai sejauh mana sdiferensiasi dalam
era persepsi. Individu yang memiliki ketergantungan pada bidang cenderung
untuk merasakan organisasi secara keseluruhan dari suatu bidang dan relatif
tidak mampu merasakan bagian dari bidang sebagai sesuatu yang berlainan.
Sedangkan, individu yang tidak tergantung pada bidang, cenderung merasakan
20
bagian-bagian dari suatu bidang berlainan dari organisasi bidang tersebut
secara keseluruhan, dan bukannya bersatu dengannya.
21
tentang operasi-operasi psikologis dari pertimbagan profesional dalam lingkungan
“alami” sehari-hari yang dirasakan oleh para akuntan publik. Pertimbangan
profesional dalam akuntan publik digambarkan sebagai proses yang memiliki lima
komponen.
22
Relativisme kultural mengendalikan bahwa kebudayaan membentuk fungsi
kognitif dari individu-individu yang berhadapan dengan suatu fenomena akuntansi
atau audit.
23
Diterapkan pada akuntansi, kebudayaan dapat dipandang sebagai medium
akuntansi. Kebudayaan pada intinya menentukan proses pertimbangan/keputusan
dalam akuntansi. Model mengendalikan kebudayaan melalui komponen-komponen,
elemen-elemen dan dimensi-dimensi, menentukan struktur organisasional yang
dipergunakan, perilaku mikro-organisasional, dan fungsi kognitif dari individu
sedemikian rupa sehingga pada akhirnya memengaruhi proses
pertimbangan/keputusan mereka ketika mereka berhadapan dengan suatu fenomena
akuntansi dan/atau audit.
24
4. Maskulinitas versus feminitas adalah suatu dimensi yang menggambarkan
sifat pembagian sosial dari peran-peran yang berdasarkan atas jenis
kelamin. Peran maskulin secara tidak langsung diartikan sebagai preferensi
terhadap pencapaian, ketegasan, mencetak uang, simpati bagi kaum yang
kuat, dan sejenisnya
Akan tetapi sasaran implisit ini belum tercapai karena kebanyakan penelitian
eksperimentak dan survei dalam perilaku akuntansi menderita kekurang tegasan
teoretis dan metodologis.
5. KESIMPULAN
25
Bab ini telah menguraikan dengan panjang lebar arti dan temuan-temuan
penting dari peristiwa, perilaku, dan pemrosesan informasi manusia ke
perumusan suatu teori akuntansi. Masing-masing pendekatan ini bergantung
pada asumsi-asumsi yang berbeda dan pada metodologi-metodologi baru dan
cara-cara yang unik dalam memandang masalah-masalah akuntansi dan
pertanyaan-pertanyaan penelitian. Setiap pendekatan mulai menggunakan
atribut-artribut dari paragdima khusus, karenanya menyebabkan akuntansi
menjadi suatu ilmu pengetahuan peradigma yang saling bersaing berusaha
untuk mendapat dominasi.
DAFTAR PUSTAKA
26