Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya. sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas individu untuk mata kuliah Audit Komputerisasi I, dengan judul: “Etika
Profesi”.

Saya menyadari bahwa dalam kepenulisan makalah ini tidak terlepas dari banyak sumber
yang menjadi acuan saya. Untuk itu, saya haturkan terimakasih yang sebesar-besarnya.

Terlepas dari semua itu, Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah ini berguna pembaca.

Xxx, Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI ...........................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH..........................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................................1
C. TUJUAN...................................................................................................................1

BAB 2 PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ETIKA PROFESI ..............................................................................2
B. INDEPENDENSI AUDITOR......................................................................................2
C. FAKTOR-FAKTOR INDEPENDENSI AKUNTAN PUBLIK...................................2
D. ASAS KERAHASIAAN .............................................................................................3
E. FEE AKUNTAN PUBLIK ..........................................................................................4
F. KEBIJAKAN PENENTUAN IMBALAN JASA......................................................5
G. DASAR MENENTUKAN FEE AUDIT......................................................................5
H. FAKTOR-FAKTOR PENENTU FEE AUDIT............................................................6
I. IKLAN DALAM KODE ETIK AKUNTANSI............................................................6

BAB 3 PENUTUP
A. KESIMPULAN ...........................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Etika profesi adalah sikap etis sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam
menjalankan kehidupan sebagai pengemban profesi. Etika profesi adalah cabang
filsafat yang mempelajari penerapan prinsip-prinsip moral dasar atau norma-norma
etis umum pada bidang-bidang khusus (profesi) kehidupan manusia. Akuntan Publik
adalah seorang akuntan yang mendapatkan ijin dari Menteri Keuangan guna
memberikan layanan jasa akuntan publik di Indonesia. Ketentuan ini telah diatur
didalam UU No 5 th 2011 tentang Akuntan Publik dan juga Permenkeu No
17/PMK01/2008 mengenai Jasa Akuntan. Jadi pengertian dari etika profesional
akuntan publik itu sendiri adalah etika yang digunakan dalam menjalankan tugasnya
sebagai seorang akuntan publik tersebut.
Profesi akuntan publik bertanggung jawab untuk menaikkan tingkat keandalan
laporan keuangan perusahaan-perusahaan, sehingga masyarakat keuangan
memperoleh informasi keuangan yang handal sebagai dasar untuk memutuskan
alokasi sumber-sumber ekonomi. Sehubungan dengan perkembangan yang terjadi
dalam tatanan global dan tuntutan transparansi dan akuntabilitas yang lebih besar atas
penyajian Laporan Keuangan, IAPI merasa adanya suatu kebutuhan untuk melakukan
percepatan atas proses pengembangan dan pemutakhiran standar profesi yang ada
melalui penyerapan Standar Profesi International.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian Etika Profesi?
2. Bagaimana Independensi Akuntan Publik?
3. Bagaimana Asas Kerahasiaan Akuntan Publik?
4. Bagaimana Fee & Iklan Akuntan Publik?

C. TUJUAN
Tujuan penelitian ini tidak terlepas dari permasalahan yang telah dirumuskan
sebelumnya. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian Etika Profesi
2. Untuk mengetahui bagaimana Independensi Akuntan Publik
3. Untuk mengetahui Asas Kerahasiaan Akuntan Publik
4. Untuk mengetahui bagaimana Fee & Iklan Akuntan Publik

1
BAB 2
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ETIKA PROFESI


Secara umum, pengertian etika profesi adalah suatu sikap etis yang dimiliki
seorang profesional sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam mengembang
tugasnya serta menerapkan norma-norma etis umum pada bidang-bidang khusus
(profesi) dalam kehidupan manusia.
Etika profesi adalah cabang filsafat yang mempelajari penerapan prinsip-
prinsip moral dasar atau norma-norma etis umum pada bidang-bidang khusus
(profesi) kehidupan manusia. Akuntan Publik adalah seorang akuntan yang
mendapatkan ijin dari Menteri Keuangan guna memberikan layanan jasa akuntan
publik di Indonesia. Ketentuan ini telah diatur didalam UU No 5 th 2011 tentang
Akuntan Publik dan juga Permenkeu No 17/PMK01/2008 mengenai Jasa Akuntan.
Jadi pengertian dari etika profesional akuntan publik itu sendiri adalah etika yang
digunakan dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang akuntan publik tersebut.

B. INDEPENDENSI AUDITOR
Dalam menjalankan tugasnya anggota KAP harus selalu mempertahankan
sikap mental independen di dalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur
dalam Standar Profesional Akuntan Publik yang ditetapkan oleh IAI. Sikap mental
independen tersebut harus meliputi:
1. Independensi dalam fakta
Auditor benar-benar mempertahankan perilaku yang tidak bias (independen)
disepanjang audit.
2. Independensi dalam penampilan
Pandangan pihak lain terhadap diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan
audit.

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEPENDENSI AKUNTAN


PUBLIK
1. Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien
Akuntan publik harus bebas dari ikatan keuangan dan hubungan usaha
dengan klien yang diperiksa, jika tidak akan mengakibatkan rusaknya
independensi akuntan publik. Akuntan publik dapat kehilangan
independensinya apabila mereka mempunyai kepentingan keuangan dan
hubungan usaha dengan klien yang diauditnya, beberapa jenis ikatan keuangan
dan hubungan usaha tersebut di antaranya selama periode kerja atau saat
menyatakan opininya, akuntan publik atau kantornya memiliki kepentingan
keuangan langsung atau tidak langsung yang material di dalam perusahaan
yang menjadi kliennya, sebagai eksekutor atau administrator atas satu atau
beberapa “estate” yang memiliki kepentingan keuangan langsung atau tidak

2
langsung, memiliki utang piutang pada perusahaan yang diauditnya, dan lain
sebagainya.

2. Ukuran Kantor Akuntan Publik


Kantor akuntan publik yang lebih besar independensinya dibandingkan
dengan kantor akuntan publik yang lebih kecil karena kantor akuntan publik
besar tidak begitu tergantung pada salah satu klien saja sehingga hilangnya
satu klien tidak begitu mempengaruhi pendapatan.

3. Lamanya Hubungan Audit Dengan Klien


Lamanya penugasan audit digolongkan menjadi dua, yaitu : (1) Lima
tahun atau kurang, (2) Lebih lama dari lima tahun. Perusahaan lebih dari lima
tahun dianggap dapat mempengaruhi Independensi akuntan publik secara
negative karena jangka waktu tersebut dianggap terlalu lama.

4. Persaingan antar kantor akuntan publik


Persaingan yang begitu ketat antar kantor akuntan publik kemungkinan
mempunyai pengaruh yang besar terhadap independensi akuntan publik.
Persaingan yang ketat dapat berakibat solidaritas professional akuntan publik
menurun, sehingga untuk mempertahankan klien agar tidak berpindah ke
kantor akuntan publik lain, kantor akuntan cenderung tunduk pada tekanan
klien.

5. Audit fee
Biaya jasa audit yang diterima oleh akuntan publik. Biaya yang besar
berhubungan dengan makin tingginya risiko melemahnya independensi
auditor. Independensi akuntan publik akan diragukan apabila ia menerima fee
selain yang telah ditentukan di dalam kontrak kerja, adanya fee bersyarat dan
menerima fee yang jumlahnya besar dari seorang klien yang diaudit.

D. ASAS KERAHASIAAN
Seorang akuntan dalam melaksanakan tugasnya dapat memperoleh informasi
tentang atau dari kliennnya. Seringkali informasi yang diperoleh ini tidak boleh
diketahui (rahasia) oleh pihak lain, karena dapat merugikan kepentingan kliennya.
Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang
berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat panduan
mengenai sifat sifat dan luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai
keadaan di mana informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional
dapat atau perlu diungkapkan.
Seorang akuntan harus menyadari mengenai tugas menjaga kerahasiaan
tersebut, dan tidak memanfaatkan informasi yang bersangkutan bagi kepentingan
pribadinya maupun pihak lain. Akuntan harus menghormati kerahasiaan
informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh

3
memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila
ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.
Akuntan mempunyai kewajiban untuk memastikan staf di bawah
pengawasannya dan orang-orang yang diminta nasihat dan bantuannya
menghormati prinsip kerahasiaan. Kerahasiaan tidaklah semata-mata masalah
pengungkapan informasi. Kerahasiaan juga mengharuskan staf yang memperoleh
informasi selama melakukan jasa profesional tidak menggunakan atau terlihat
menggunakan informasi tersebut untuk keuntungan pribadi atau keuntungan
pihak ketiga
Akuntan mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi
klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang
diberikannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antar
anggota dan klien pemberi kerja berakhir. Akuntan yang mempunyai akses
terhadap informasi rahasia tentang penerima jasa tidak boleh mengungkapkannya
kepada publik. Karena itu akuntan tidak boleh membuat pengungkapan yang
tidak disetujui (unauthorized disclosure) kepada orang lain. Hal ini tidak berlaku
untuk pengngkapan informasi dengan tujuan memenuhi tanggung jawab
berdasarkan standar profesional.
Contoh hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan sejauh mana
informasi rahasia dapat diungkapkan :
1. Apabila pengungkapan dijinkan. Jika persetujuan untuk
mengungkapkan diberikan oleh penerima jasa, kepentingan semua pihak
termasuk pihak ketida yang kepentingannnya dapat terpengaruh harus
dipertimbangkan.
2. Pengungkapan diharuskan oleh hukum, misal untuk menghasilkan
dokumen atau memberikan bukti dalam proses hukum dan untuk mengungkapkan
adanya pelanggaran hukum kepada publik
3. Ketika ada kewajiban atau hak profesional untuk mengungkapkannya.
Misal :m untuik mematuhi standar teknis dan aturan etika, melindungi
kepentingan profesioanl anggota dalam persidangan, mentaati penelaahan mutuiu
atau penelaahan sejawat IAI atau bada profesioanl lainnya, menanggapi
permintaan atau investigasi oleh IAI atau badan pengatur.

E. FEE AKUNTAN PUBLIK


1. Besaran fee
Besarnya fee anggota dapat bervariasi tergantung antara lain : resiko
penugasan , kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang
diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang
bersangkutan dan pertimbangan profesional lainnya. Anggota KAP tidak
diperkenankan mendapatkan klien dengan cara menawarkan fee yang dapat
merusak citra profesi

4
2. Fee Kontinjen
Fee kontinjen adalah fee yang ditetaokan untuk pelaksanaan suatu jasa
profesional tanpa adanya fee yang akan dibebankan, kecuali ada temuan atau
hasil tertentu dimana jumlah fee tergantung pada temuan atau hasil tertentu
tersebut. Fee dianggap tidak kontinjen jika ditetapkan oleh pengadilan atau
badan pengatur atau dalam hal perpajakan, jika dasar penetapan adalah hasil
penyelesaian hukum atau temuan badan pengatur.
Anggota Kap tidak diperkenankan untuk menetapkan fee kontinjen apabila
penetapan tersebut dapat mengurangi independensi

F. KEBIJAKAN PENENTUAN IMBALAN JASA


1. Setiap anggota yang bertindak sebagai pemimpin rekan dan atau rekan
akuntan publik pada KAP haru menetapkan kebijakan sebagai dasar untuk
menghitung besarnya imbalan jasa.
2. Kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mencakup:
1. Besaran tarif imbalan jasa standar per jam (hourly charge out rate)
untuk masing-masing tingkatan staf auditor
2. Kebijakan penentuan harga untuk penentuan harga yang berbeda
dari tarif imbalan jasa standar, dan
3. Metode penentuan jumlah keseluruhan imbalan jasa yang akan
ditagihkan kepada entitas yang dituangkan dalam suatu surat
perikatan.
3. Metode penentuan jumlah keseluruhan imbalan jasa sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf c dapat menggunakan:
1. Jumlah keseluruhan yang bersifat lumpsum
2. Jumlah yang ditentukan berdasarkan realisasi penggunaan jam kerja
personil atau komposit tim perikatan atau
3. Jumlah yang ditentukan berdasarkan realisasi penggunaan jam kerja
personil atau komposit tim perikatan dengan ditentukan jumlah
minimal dan/atau maksimal sesuai pagu anggaran dari entitas klien

G. DASAR MENENTUKAN FEE AUDIT


Ada beberapa cara dalam penentuan atau penetapan fee audit, cara tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Per jam basis
Pada cara ini fee audit ditentukan dengan dasar waktu yang digunakan
oleh tim auditor. Pertama kali fee per jam ditentukan, kemudian dikalikan
dengan jumlah waktu/jam yang dihabiskan oleh tim. Tarif fee per jam untuk
tiap tingkatan staf tentu dapat berbeda-beda.

5
2. Flat atau kontrak basis
Pada cara ini fee audit dihitung sekaligus secara borongan tanpa
memperhatikan waktu audit yang dihabiskan. Yang penting pekerjaan
terselesaikan sesuai dengan aturan dan perjanjian.
3. Maksimum fee basis
Cara ini merupakan gabungan dari kedua cara diatas. Pertama kali
ditentukan tarif per jam kemudian dikalikan dengan jumlah waktu tertentu
tetapi dengan batasan maksimum. Hal ini dilakukan agar auditor tidak
mengulur-ulur waktu sehingga menambah jam/waktu kerja.

H. FAKTOR-FAKTOR PENENTU FEE AUDIT


Besarnya fee audit ditentukan banyak faktor. Namun demikian pada dasarnya
ada 4 faktor dominan yang menentukan besarnya fee audit, yaitu:
1. Karakteristik keuangan, seperti tingkat penghasilan, laba, aktiva, modal, dan
lain-lain.
2. Lingkungan, seperti persaingan, pasar tenaga profesional, dan lain-lain.
3. Karakteristik Operasi, seperti jenis industri, jumlah lokasi perusahaan, jumlah
lini produk, dan lain-lain.
4. Kegiatan eksternal auditor seperti pengalaman, tingkat kordinasi dengan
internal auditor, dan lain-lain.

I. IKLAN DALAM KODE ETIK AKUNTANSI


Sebagian besar kaum professional menganggap advertensi sebagai aktivitas
yang tabu sebab mereka berpendapat bahwa advertensi merupakan aktivitas yang
tidak profesional. Advertensi dipersepsikan dapat menurunkan kualitas jasa profesi,
namun sebagian professional berpendapat bahwa advertensi yang baik justru akan
meningkatkan rasa tanggung jawab sehingga kualitas jasa profesi tetap terjaga.
Dalam lingkup khusus yaitu profesi akuntan publik, akuntan terikat pada kode
etik yang merupakan etika yang telah disepakati bersama oleh anggota suatu profesi.
Kode etik ini berhubungan dengan kebebasandisiplin pribadi dan integritas moral dan
profesi. Adanya pelarangan iklan dalam profesi menurut FTC merupakan suatu
pembatasan dalam perdagangan yang seharusnya didasarkan atas sistem perdagangan
bebas. Pada bulan Juni 1971, Court Case menyatakan bahwa aturan-aturan dari
profesi yang melarang periklanan merupakan suatu hal yang tidak konstitusional,
karena pelarangan periklanan dianggap sebagi suatu hal yang melanggar kebebasan
berbicara yang diatur dalam amandemen pertama.

6
SEKSI 250 PEMASARAN JASA PROFESIONAL
250.1 Ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etikan profesi dapat
terjadi ketikan praktisi mendapatkan suatu perikatan melalui iklan atau bentuk
pemasaran lainnya. Sebagai contoh ancaman kepentingan pribadi terhadap kepatuhan
pada prilaku professional dapa terjadi ketika jasa professional, hasil pekerjaan atau
produk yang ditawarkan tidak sesuai dengan prinsip professional.
250.2 Setiap praktisi tidak boleh mendiskreditkan profesi dalam memasarkan
jasa profesionalnya. Setiap praktisi harus bersikap jujur dan tidak boleh melakukan
tindakan-tindakan sebagai berikut: (a) membuat pernyataan yang berlebihan
mengenai jasa professional yang dapat diberikan kualifiasi yang dimiliki atau
pengalaman yang telah diperoleh; atau (b) membuat pernyataan yang merendahkan
atau melakukan perbandingan yang tidak didukung bukti terhadap hasil pekerjaan
praktisi lain.
Contoh-contoh iklan dan bentuk-bentuk palsu, menipu atau menyesatkan
antara lain:
1. Seorang akuntan publik memberikan janji-janji muluk
2. Menggambarkan seolah-olah dapat mempengaruhi keputusan pejabat
pengadilan, instansi pengatur atau badan/instansi lain yang serupa
3. Membuat pernyataan yang tidak didukung oleh fakta yang dapat dibuktikan
kebenarannya
4. Membuat perbandingan dengan akuntan publik lainnya yang tidak didasarkan
pada fakta yang dapat diverifikasi
5. Membuat pernyataan bahwa jasa professional spesifik sedang/akan diberikan
dengan upah tertentu yang bias naik & calon kliennya tidak diberitahu
kemungkinan ini
6. Membuat pernyataan yang dapat mengakibatkan orang lain tertipu atau salah
menafsirkannya
7. Akuntan publik tidak diperbolehkan menawarkan jasanya secara tertulis
kepada calon klien, kecuali atas permintaan calon klien yang bersangkutan.

Contoh-contoh iklan yang diperbolehkan yang sifatnya pemberitahuan antara


lain
1. Pemberitahuan pindah alamat,telepon,fax dan telex
2. Merekrut pegawai dan staf baik u/ kantornya sendiri maupun langganannya
3. Memasang iklan untuk penjualan perusahaan atau asset langganan akuntan
publik dalam kapsitas profesinya yang bertindak sebagai likuidator
4. Memasang iklan untuk seminar dan penataran bagi masyarakat umum,
kecuali yang diselenggarakan secara gratis
7
5. Pemberian kartu ucapan kepada klien kantor akuntan publik yang tidak
diperkenankan anatara lain , penyebaran kartu nama yang mencantumkan
jasa yang tidak ada hubungannya dengan profesi

8
BAB 3
KESIMPULAN

Dalam menjalankan profesinya seorang akuntan di Indonesia diatur oleh suatu


kode etik profesi dengan nama kode etik Ikatan Akuntan Indonesia yang merupakan
tatanan etika dan prinsip moral yang memberikan pedoman kepada akuntan untuk
berhubungan dengan klien, sesama anggota profesi dan juga dengan masyarakat.
Selain itu dengan kode etik akuntan juga merupakan alat atau sarana untuk klien,
pemakai laporan keuangan atau masyarakat pada umumnya, tentang kualitas atau
mutu jasa yang diberikannya karena melalui serangkaian pertimbangan etika
sebagaimana yang diatur dalam kode etik profesi.
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dijabarkan dalam Etika Kompartemen
Akuntan Publik untuk mengatur perilaku akuntan yang menjadi anggota IAI yang
berpraktik dalam profesi akuntan publik. Kode Etik IAI dibagi menjadi empat: (1)
Prinsip Etika, (2) Aturan Etika, (3) Interpretasi Aturan Etika, (4) Tanya dan jawab.
Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik terdiri dari:
100Independensi, Integritas dan Objektivitas
200Standar Umum dan Prinsip Akuntansi
300Tanggung Jawab kepada Klien
400Tanggung Jawab kepada Rekan Seprofesi
500Tanggung Jawab dan Praktik Lain
Pada skala internasional dikenal juga kode etik yang ditetapkan oleh AICPA
(American Institute of Certified Public Accountants).
Ada 6 prinsip kode etik yang ditetapkan AICPA:
Tanggung Jawab
Kepentingan publik
Integritas
Objektivitas dan Indenpendensi
Due Care
Lingkup dan Sifat Jasa

9
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno, Auditing, Edisi 4, Jakarta: Penerbit Salemba Empat.


https://media.neliti.com/media/publications/33340-ID-analisis-faktor-faktor-yang-
mempengaruhi-independensi-akuntan-publik-dalam-pelak.pdf
https://kinantiarin.wordpress.com/prinsip-kerahasiaan-dalam-kode-etik-akuntan-
dan-perbandingannya-dengan-kode-etik-bankir/
https://iapi.or.id/Iapi/detail/692

10

Anda mungkin juga menyukai