Anda di halaman 1dari 7

LAB PERPAJAKAN

BAB II
PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
YANG MEMPUNYAI USAHA / PEKERJAAN BEBAS
YANG MELAKUKAN PEMBUKUAN

A. Prinsip Dasar Perhitungan PPh Orang Pribadi


 Penghasilan menurut UU PPh terdiri dari : Objek PPh dan bukan objek
PPh.
 UU PPh menentukan jenis penghasilan yang bukan objek PPh dan objek
PPh.
 Objek PPh akan terutang PPh, dan bukan objek PPh tidak akan terutang
PPh.
 Objek PPh atas jenis penghasilan tertentu dikenakan PPh Final dengan
perhitungan PPh terutang sebesar tarif ditentukan ( X ) jumlah bruto.
 Objek PPh atas jenis penghasilan lainnya dikenakan PPh atas dasar
jumlah penghasilan netto setahun dan bersifat non final. PPh terutang
sebesar tarif Pasal 17 UU PPh ( X ) Penghasilan Kena Pajak (Penghasilan
Bruto – (Biaya Fiskal + Kompensasi Kerugian + Penghasilan Tidak Kena
Pajak).
UU PPh menentukan biaya pengurang penghasilan (biaya fiskal), biaya non
fiskal (bukan pengurang penghasilan), termasuk menentukan metode
penyusutan / amortisasi dan penilaian persediaan.

B. Pembukuan / Pencatatan
1. Pasal 28 ayat (1) UU No.6 Tahun 1983 dan UU N.28 Tahun 2007
menegaskan WPOP yang wajib menyelenggarakan pembukuan adalah
orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha / pekerjaan bebas.
2. Pasal 28 ayat (2) UU KUP, menegaskan WP dikecualikan dari kewajiban
pembukuan namun wajib melakukan pencatatan adalah:
10
 WPOP yang tidak melakukan usaha / pekerjaan bebas
 WPOP yang melakukan kegiatan usaha / pekerjaan bebas yang
diperkenankan menghitung penghasilan neto dengan
mempergunakan norma penghitungan.
3. Pasal 1, point 29 UU KUP menyebutkan pembukuan adalah proses
pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan
informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan
dan biaya serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa
yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca, laporan
laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut.
4. Pasal 28 ayat (9) KUP menegaskan pencatatan merupakan pengumpulan
data secara teratur tentang peredaran atau penerimaan
bruto/penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak
yang terutang, termasuk penghasilan yang bukan objek pajak atau yang
dikenai pajak yang bersifat final.

C. Objek PPh dan Bukan Objek PPh


Pasal 4 ayat (12) dan (3) UU PPh mengatur mengenai:
1. Penghasilan yang menjadi objek PPh dan terutang PPh
2. Penghasilan yang menjadi bukan objek PPh dan tidak terutang PPh
meskipun diterima oleh Wajib pajak

D. PPh Final
1. Pasal 4 ayat (2) UU PPh dan peraturan pelaksanaannya menegaskan PPh
yangterutang atas penghasilan objek PPh tertentu adalah tarif dikalikan
dengan jumlah penghasilan bruto dan bersifat final. Jenis penghasilan dan
tarif PPh Final telah dibahas dalam PPh Badan.
2. Dividen yang diterima oleh orang pribadi dikenai PPh final sebesar 10%
sesuai pasal 17 UU PPh.

11
E. PPh Non Final
1. Pasal 16 UU PPh menyebutkan PPh yang terutang atas penghasilan objek
PPh di luar penghasilan final adalah tarif pasal 17 UU PPh dikalikan
penghasilan kena pajak.
2. Penghasilan kena pajak orang pribadi dibedakan antara orang pribadi
yang menyelenggarakan pembukuan dengan orang pribadi yang
melakukan pencatatan

F. Penghasilan Kena Pajak : Pembukuan


Pasal 16 ayat (1) UU PPh menyebutkan jumlah penghasilan kena pajak
WPOP yang menyelenggarakan pembukuan adalah : Jumlah penghasilan
bruto penghasilan non final – (biaya fiskal yang terkait dengan penghasilan
non Final + Kompensasi Kerugian Fiskal + Penghasilan tidak kena pajak
[PTKP])

G. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)


Mulai Tahun 2016 sesuai peraturan Menteri Keuangan No.
162/PMK/11/2016, besarnya penghasilan yang tidak kena pajak
disesuaikan menjadi sebagai berikut
1. Rp. 54.000.000 untuk diri WPOP
2. Rp. 4.500.000 tambahan untuk WP yang kawin
3. Rp. 54.000.000 tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya
digabung dengan penghasilan suami
4. Rp. 4.500.000 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan
keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta
anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya,
paling banyak 3 orang untuk setiap keluarga

12
H. Tarif PPh orang Pribadi
1. Pasal 17 UU PPh menyebutkan tarif PPh WPOP yaitu
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif PPh
1. S.d Rp.50.000.000 5%
2. Di atas Rp.50.000.000 s.d Rp.250.000.000 15%
3. Di atas Rp.250.000.000 s.d Rp.500.000.000 25%
4. Di atas Rp.500.000.000 30%

2. Tarif Khusus PPh OP mulai tahun 2009


 Tarif 10% atas penghasilan berupa dividen yang diterima WOP dalam
negeri dan bersifat Final yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2009 menegaskan pembayaran
PPh tersebut dipotong oleh pihak pembayar dividen.

I. Kasus
Benny Santoso adalah seorang pengusaha distributor mebel dengan merek
“Makmur” dan telah terdaftar di KPP
Identitas WP.
a. NPWP : 06.455.778.5 – 623.000
b. Alamat Tempat Tinggal : Jl. Angkasa No. 45 Surabaya
c. Alamat kantor : Jl. Garuda No. 17 Surabaya
d. Status : K/1
e. Susunan Keluarga :

No Nama Tinggal Lahir Hubungan Keterangan


Keluarga
1 Sarifah Noor 17 Oktober Istri Ibu Rumah Tangga
1972

13
2 Merlinda Sari 1 Agustus 2003 Anak Siswi SD
Data Keuangan WP Tahun 2016 :
1. Penjualan
Penjualan Rp. 7.500.000.000,-
Retur Penjualan Rp. 200.000.000,-
Penjualan Netto Rp. 7.300.000.000,-
HPP Rp. 6.100.000.000,-
Laba Bruto Usaha Rp. 1.200.000.000,-
2. Beban Umum Perusahaan dan Pengeluaran Lainnya
a. Gaji, tunjangan dan lain-lain Rp. 300.000.000,-
b. PPh Pasal 21 Rp. 20.000.000,-
c. Premi Asuransi Kebakaran Rp. 60.000.000,-
d. Premi Asuransi Kesehatan Rp. 45.000.000,-
e. Premi Asuransi Jiwa Rp. 30.000.000,-
f. Listrik dan Telpon Rp. 110.000.000,-
g. Biaya ATK Rp. 55.000.000,-
h. Biaya Perjalanan Rp. 75.000.000,-
i. Biaya Pemeliharaan Rp. 35.000.000,-
j. Biaya pinjaman usaha Rp. 25.000.000,-
k. Penyusutan Rp. 65.000.000,-
l. Pembayaran Pajak Rp. 25.000.000,-
Jumlah Beban Perusahaan Rp 845.000.000,-
3. Laba Netto Usaha Rp. 355.000.000,-
Keterangan :
a. Beban gaji, tunjangan dan lain-lain termasuk pengeluaran untuk
tunjangan transportasi Rp.50.000.000 dan tunjangan PPh Pasal 21 untuk
karyawan Rp.25.000.000
b. Premi asuransi kebakaran terdiri dari asuransi kebakaran bangunan
kantor Rp.50.000.000 dan asuransi kebakaran rumah Rp.10.000.000,-

14
c. Premi asuransi kesehatan untuk karyawan Rp.35.000.000 dan asuransi
kesehatan untuk anak dan istri Rp.10.000.000
d. Premi asuransi jiwa untuk karyawan Rp.25.000.000 dan asuransi jiwa
untuk anak istri Rp.5.000.000,-
e. Listrik dan telepon untuk kantor Rp.85.000.000 dan listrik dan telepon
untuk rumah pribadi Rp25.000.000
f. Penyusutan komersial sebesar Rp.65.000.000 dan perhitungan
penyusutan sesuai pasal 11 UU PPh sebesar Rp.55.000.000,-
g. Rincian Biaya pajak dan retribusi yaitu pengeluaran untuk :
 Angsuran Bulanan PPh Pasal tahun pajak
2016 sebesar Rp. 10.000.000
 Pajak Bumi dan Bangunan Kantor Rp. 5.000.000
 Pajak Bumi dan Bangunan Rumah Rp. 2.500.000
 Pajak Kendaraan Bermotor Rp. 5.000.000
 Retribusi Daerah untuk Perusahaan Rp. 2.500.000
h. Penghasilan Lain
 Dividen dari PT. Amburadul Rp. 100.000.000
 Bunga Deposito Rp. 5.000.000
 Hadiah Undian berupa mobil Rp. 200.000.000
i. Penghasilan istri
 Penghasilan bruto Rp. 238.800.000
 Penghasilan neto Rp. 231.600.000
 PPh Pasal 21 Rp. 26.968.000
(Istri tidak mempunyai NPWP dan ikut NPWP Suami)

15
Daftar Harta
No Jenis Harta Tahun Harga Keterangan
Perolehan Perolehan
1 Bangunan Rumah 2003 1.000.000.000 Jl. Angkasa No.
45
2 Saham 2008 1.000.000.000 PT. Amburadul
3 Bangunan Kantor 2005 1.500.000.000 Jl.Garuda No.17
4 Deposito 2009 100.000.000
5 Sedan 2010 250.000.000
6 Perabot rumah 300.000.000 Pribadi
tangga

Pertanyaan :
1. Buatlah rekonsiliasi fiskal atas laporan keuangan tersebut di atas!
2. Hitunglah PPh yang terutang dan pengkreditan pajak!
3. Susunlah SPT Tahunan PPh!

16

Anda mungkin juga menyukai