Anda di halaman 1dari 15

MODUL + TEORI AKUNTANSI

(EBA 502)

MODUL 8
KONSEP AKTIVA

DISUSUN OLEH
ICKHSANTO WAHYUDI, S.E, M.Ak

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


2020

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 0 / 15
TUJUAN LAPORAN KEUANGAN

A. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan


Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami :
1. Memahami Konsep Aktiva
2. Memahami Konsep Aktiva Tetap
3. memahami Konsep Intangible Asset

B. Uraian dan Contoh

Konsep Aktiva
Perkiraan-perkiraan akuntansi diklasifikasikan menjadi perkiraan aktiva,
kewajiban, dan modal. Perkiraan ini seringkali disebut perkiraan laporan posisi keuangan
(neraca). Aktiva merupakan komponen yang penting untuk dinilai. Sebab, penilaian
aktiva bermanfaat dalam menentukan potensi likuiditas yang dapat digunakan perusahaan
pada masa mendatang. Bab ini akan membahas mengenai komponen aktiva, termasuk
aktiva tidak berwujud.

A. Definisi Aktiva
Menurut Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan (KKPK), aset (aktiva)
adalah sumber daya ekonomi kini yang dikendalikan oleh entitas sebagai akibat
dari peristiwa masa lalu. Adapun yang dimaksud sumber daya ekonomi ialah hak
yang memiliki potensi menghasilkan manfaat ekonomi. Sedangkan FASB
mendefinisikan Aktiva sebagai kemungkinan manfaat ekonomi masa yang akan
datang, yang diperoleh atau dikendalikan oleh kesatuan usaha tertentu sebagai
akibat transaksi atau peristiwa yang terjadi di masa yang lalu.
Berdasarkan berbagai pengertian tersebut, terdapat tiga elemen penting
dalam aktiva yang dapat ditarik sebagai karakteristik aktiva. Tiga elemen tersebut
ialah :
1. Manfaat Ekonomi di Masa yang Akan Datang
Aktiva menyimpan kemungkinan manfaat ekonomi masa yang
akan datang, secara sendiri-sendiri atau dalam kombinasi dengan aktiva
lain untuk secara langsung atau tidak langsung memberi sumbangan
pada aliran masuk kas bersih di masa depan. Hak atau manfaat ekonomi
masa depan yang sudah kadaluarsa atau mempunyai manfaat negatif
tidak dapat dimasukkan sebagai aktiva.
2. Pengendalian Oleh Kesatuan Usaha
Unit usaha tertentu dapat memperoleh manfaat atas aktiva dan
mengendalikan akses pihak lain atas aktiva. Aktiva merupakan sumber
daya di bawah kendali unit usaha.
3. Sebagai Hasil Transaksi Masa yang Lalu
Transaksi, kejadian atau peristiwa yang menimbulkan hak atau
kendali atas manfaat ekonomi yang sudah terjadi. Aktiva tidak boleh

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 1 / 15
mencakup manfaat yang akan timbul di masa depan tetapi saat ini
belum ada atau tidak berada dalam kendali unit usaha.
Adapun Vernon Kam mendefinisikan aktiva sebagai sumber-sumber
ekonomi yang mampu menyediakan manfaat ekonomi di masa yang akan datang
yang diperoleh atau dikendalikan oleh kesatuan usaha tertentu sebagai akibat
transaksi atau peristiwa di masa yang lalu. Vernon Kam menetapkan beberapa hal
berikut sebagai kriteria aktiva :
1. Andal Secara Hukum
Pengakuan terhadap aktiva sangat ditentukan oleh konsep legal dari
aktiva yang bersangkutan. Kriteria ini berhubungan dengan informasi
akuntansi yang relevan dan reliabel.
2. Penggunaan Prinsip Konservatif
Prinsip ini mensyaratkan perlunya mengantisipasi kerugian yang
akan muncul dibandingkan dengan keuntungan yang mungkin timbul.
3. Makna Ekonomi Suatu Transaksi
Apabila suatu transaksi yang memiliki manfaat ekonomi telah
terjadi, maka suatu pos dapat dicatat dan dilaporkan dalam laporan
keuangan tidak perlu terlalu memperhatikan bentuk legalitas formalnya.
4. Kemampuan Mengukur Nilai Aktiva
Apabila terdapat kesulitan dalam mengukur suatu aktiva, maka
aktiva tersebut tidak boleh dicatat.
Accounting Principles Board (APB) (1970) dalam statement No. 4
mendefinisikan aktiva sebagai sumber-sumber ekonomi perusahaan yang diakui
dan diukur sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum, termasuk beban
tangguhan tertentu yang tidak berbentuk sumber ekonomi. APB menyatakan
bahwa sumber ekonomi merupakan alat langka yang tersedia untuk membawanya
pada kegiatan-kegiatan ekonomi. Contoh yang diberikan APB mengenai sumber-
sumber ekonomi dari suatu bisnis perusahaan antara lain meliputi :
1. Sumber-sumber yang produktif
a. Bahan baku, tanah, peralatan, sumber daya alam yang disimpan, paten
dan serupa dengan harta tak berwujud, goodwill, jasa, dan sumber
daya lain yang digunakan dalam dalam produksi.
b. Hak kontraktual untuk menggunakan sumber-sumber dari unit usaha
lainnya seperti hak-hak untuk penyerahan dari bahan-bahan, tanah,
dan perlengkapan dari entitas lainnya.
2. Produk : barang-barang yang siap dijual dan barang-barang yang masih
dalam proses produksi.
3. Uang.
4. Klaim untuk menerima uang.
5. Hak pemilikan pada perusahaan lain.
Pada definisi aktiva yang diungkapkan APB, terdapat pernyataan
mengenai beban tangguhan tertentu yang tidak berbentuk sumber ekonomi
sebagai bagian dari aktiva. The Committe on Terminology sebagaimana tercantum
dalam Accounting Terminology Bulletin No. 1 Agustus tahun 1953 pada paragraf
26 menyatakan dalam definisi aktiva bahwa beban tangguhan bukan merupakan
aktiva dalam arti umum, tetapi jika beban tersebut dimasukkan untuk

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 2 / 15
ditandingkan dengan pendapatan masa depan, maka dalam struktur akuntansi,
beban tersebut dapat diklasifikasikan sebagai aktiva dalam neraca. Contoh beban
tangguhan yang melibatkan jasa masa depan yang diterima oleh perusahaan
sehingga merupakan aktiva ialah asuransi dibayar dimuka dan sewa dibayar
dimuka.
Hendriksen mensyaratkan beberapa hal berikut ini sebagai sifat dan ciri
suatu aktiva :
1. Harus ada hak tertentu atas manfaat dan jasa potensial di masa yang akan
datang. Hak-hak ini harus mempunyai manfaat positif dan apabila hak-hak
ini mempunyai manfaat lain atau negatif maka hak-hak tersenut tidak
disebut aktiva.
2. Ketidakpastian mengenai nilai kemudian atas suatu aktiva tidak menjadi
dasar untuk dikeluarkan dari pengertian aktiva, karena walaupun
ketidakpastian mempengaruhi penilaian tetapi hal ini tidak mengubah sifat
dari aktiva.
3. Hak tersebut harus dapat diperoleh atau dikendalikan oleh orang atau
kesatuan usaha tertentu.
4. Harus ada klaim yang dapat dipaksakan secara legal atas hak atau jasa atau
bukti lain bahwa bukti penerimaan manfaat di masa yang akan datang
adalah mungkin.
5. Manfaat ekonomi tersebut haruslah sebagai akibat atau peristiwa yang
telah terjadi.

B. Klasifikasi Aktiva
Pada laporan posisi keuangan (neraca), aktiva telah disajikan dengan
klasifikasi sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku. Klasifikasi
aktiva tersebut terdiri dari aktiva lancar (current asset) dan aktiva tidak lancar
(non current asset) berikut ini :
a. Aktiva Lancar (Current Asset)
Merupakan aktiva yang diharapkan dapat direalisasikan dalam waktu satu
tahun atau kurang atau dalam siklus operasi normal perusahaan. PSAK 1
tentang Penyajian Laporan Keuangan paragraf 66 menyatakan bahwa
perusahaan mengklasifikasikan aset sebagai aset lancar, jika :
1. Entitas memperkirakan akan merealisasikan aset, memiliki intensi
untuk menjual atau menggunakannya, dalam siklus operasio normal.
2. Entitas memiliki aset untuk tujuan diperdagangkan.
3. Entitas memperkirakan akan merealisasi aset dalam jangka waktu dua
belas bulan setelah periode pelaporan.
4. Aset merupakan kas atau setara kas (sesuai definisi dalam PSAK 2 :
Laporan Arus Kas), kecuali aset tersebut dibatasi pertukaran atau
penggunannya untuk menyelesaikan liabilitas sekurang-kurangnya dua
belas bulan setelah periode pelaporan.
Aktiva (aset) yang tidak termasuk dalam kriteria di atas diklasifikasikan
sebagai aset tidak lancar (aset tetap). Adapun aktiva lancar terdiri dari :
i. Kas dan Bank.
ii. Surat Berharga (marketable securities).
iii. Deposito Jangka Pendek.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 3 / 15
iv. Wesel Tagih (note receivable) yang jatuh tempo dalam waktu satu
tahun.
v. Piutang Jangka Pendek (short term receivable) yang terdiri dari
piutang usaha dan piutang lain-lain yang tergolong lancar.
vi. Persediaan.
vii. Pembayaran uang muka untuk pembelian aktiva lancar.
viii. Pembayaran pajak di muka.
ix. Biaya dibayar di muka.

b. Aktiva tidak lancar (non current asset)


Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 16 tentang Aset Tetap
pada paragraf 06 mendefinisikan istilah aset (aktiva) tetap sebagai aset berwujud
yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa,
untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif, serta
diperkirakan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Aset tidak lancar
dapat dikelompokkan dalam :
1. Investasi atau Penyertaan (Investment)
Investasi yang dimaksud adalah investasi jangka panjang. Investasi
meliputi :
a. Investasi Dagang, merupakan investasi yang ditujukan untuk
mempermudah atau mempertahankan bisnis atau hubungan
perdagangan, guna memperoleh sumber dana kas tambahan dalam
bentuk capital gain atau deviden.
b. Investasi Properti, merupakan investasi pada tanah atau bangunan
yang tidak digunakan untuk dioperasikan perusahaan, tetapi
dimaksudkan untuk dimiliki selama beberapa tahun untuk
mendapatkan penghasilan.

2. Aktiva Tetap (fixed asset) atau Plant and Equipment


Adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau
dengan dibangun terlebih dahulu yang digunakan untuk operasi
perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan
perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
Temasuk dalam aktiva ini antara lain tanah, gedung, bangunan, mesin
dan peralatan, kendaraan, serta inventaris kantor.
3. Aktiva Tidak Berwujud (Intangible Asset)
Aktiva tidak berwujud merupakan aktiva tidak lancar dan tidak
berbentuk yang memberikan memberikan hak ekonomi dan hukum
kepada pemiliknya dan dalam laporan keuangan tidak dicakup secara
terpisah dalam klasifikasi aktiva yang lain. Karakteristik jenis aktiva ini
adalah tingkat ketidakpastian mengenai nilai dan manfaat di masa
depan. Aktiva jenis ini antara lain meliputi hak paten, hak cipta,
franchise, merek dagang, dan goodwill.
5. Aktiva lain-lain (Other Investment)
Aktiva lain-lain terdiri dari pos-pos yang tidak dapat secara layak
digolongkan dalam aktiva yang telah disebut sebelumnya. Contoh
aktiva ini ialah :
a. Aktiva yang tidak digunakan untuk operasi.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 4 / 15
b. Piutang kepada pemegang saham.
c. Beban yang ditangguhkan.
d. Aktiva jangka pendek yang tidak termasuk dalam aktiva lancar.

C. Pengakuan Aktiva
Suatu aktiva diakui dalam laporan posisi keuangan (neraca) apabila
terdapat manfaat ekonomi masa depan yang akan diperoleh perusahaan dan aktiva
tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur keandalannya. Manfaat
ekonomi tersebut mengandung ketidakpastian (uncertainty), tetapi dapat
diekspektasikan dan dipercaya secara logis atas dasar bukti yang ada. Selain itu,
aktiva tidak diukur dalam laporan posisi keuangan (neraca) apabila
pengeluarannya telah terjadi dan manfaat ekonominya dipandang tidak mungkin
mengalir ke dalam perusahaan setelah periode akuntansi berjalan. Sebagai
alternatif, perlakuan pengeluaran semacam ini dimasukkan ke dalam pengakuan
beban dan akan disajikan ke laporan laba rugi.
Kriteria dasar pengakuan aktiva terdiri dari :
1. Definisi, memiliki makna bahwa suatu hasil transaksi akan masuk dalam
struktur yang selanjutnya dilaporkan dalam laporan keuangan jika
memenuhi definisi elemen laporan keuangan.
2. Measurability, dapat diartikan bahwa kejadian atau pos tertentu harus
mempunyai makna tertentu yang dapat diukur jumlah rupiahnya dengan
tingkat keandalan yang cukup tinggi.
3. Relevance, artinya informasi yang terkandung dalam kejadian atau pos
mempunyai daya untuk membuat suatu perbedaan dalam keputusan
pemakai informasi.
4. Reliability, bahwa suatu informasi hendaknya menggambarkan keadaan
yang dipresentasikan secara tepat, teruji (verifiable) dan netral.
Berkaitan dengan pengakuan aset tetap, secara khusus sebagaimana
tercantum dalam PSAK 16 Aset Tetap Paragraf 07 tentang pengakuan,
menyatakan bahwa biaya perolehan aset tetap diakui sebagai aset jika dan hanya
jika :
a. Kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomi masa
depan dari aset tersebut.
b. Biaya perolehannya dapat diukur secara andal.

D. Pengukuran Aktiva
Pengukuran artinya memberi nilai-nilai numerical (kuantifikasi) dalam
satuan moneter atas aktiva, bukan pengukuran dalam satuan fisik, walaupun
pengukuran secara umum dapat dilakukan dalam satuan fisik dan dapat pula
dalam satuan moneter. Adapun tujuan dilakukannya penilaian aktiva adalah :
a. Sebagai salah satu langkah dalam pengukuran laba.
b. Sebagai salah satu langkah dalam proses penyajian posisi keuangan.
c. Memenuhi kebutuhan informasi yang ingin dicapai dalam pelaporan
keuangan.
d. Memenuhi kebutuhan informasi khusus yang memerlukan penilaian untuk
kepentingan manajemen.
Pengukuran aktiva pada dasarnya ditentukan berdasarkan nilai-nilai yang
membentuknya atau nilai pasar pertukaran aktiva tersebut yang berlaku secara

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 5 / 15
umum dalam lingkup ekonomi yang lebih luas seperti negara atau bahkan antar
negara. Pengukuran atas aktiva dalam akuntansi terdiri dari dua nilai berikut :
1. Nilai-Nilai Pertukaran (exchange value), merupakan nilai-nilai yang
berlaku di pasar karena adanya transaksi jual beli.
2. Nilai Perubahan (conversion values) adalah nilai-nilai yang terbentuk
karena faktor-faktor produksi.
Sebagai entitas yang berpartisipasi dalam struktur ekonomi negara,
perusahaan tidak dapat berdiri sendiri tetapi selalu dipengaruhi oleh faktor luar
yang membentuk nilai aset-aset perusahaan. Suatu perusahaan pada dasarnya
berada dalam 2 pasar, yaitu :
1. Pasar dimana perusahaan membeli faktor produksi atau pasar tempat
aktiva diperoleh. Pada pasar ini terjadi nilai-nilai masukan dan input (entry
value).
2. Pasar dimana perusahaan menjual produk atau tempat aktiva tersebut
dilepaskan. Pada pasar ini terjadi nilai-nilai keluaran (output value).
Terdapat kesepakatan umum bahwa aktiva dicatat pada waktu perolehan
sebesar harga perolehan (entry value) dan dikeluarkan dengan harga pelepasan
(exit value).
PSAK 16 yang secara khusus membahas mengenai aset tetap, dalam
paragraf 15 mengenai pengukuran saat pengakuan menyatakan bahwa aset tetap
yang memenuhi kualifikasi pengakuan sebagai aset diukur pada biaya perolehan.
Adapun biaya perolehan aset tetap meliputi :
1. Harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak
dapat dikreditkan setelah dikurangi diskon dan potongan lain.
2. Setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa
aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan supaya aset tersebut siap
digunakan sesuai dengan intensi manajemen.
3. Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan
restorasi lokasi aset tetap, kewajiban tersebut timbul ketika aset tetap
diperoleh atau sebagai konsekuensi penggunaan aset tetap selama periode
tertentu untuk tujuan selain untuk memproduksi persediaan selama periode
tertentu.

E. Metode Pengukuran Aktiva


Pengukuran aktiva dapat digolongkan dalam aktiva moneter dan non
moneter. Hal ini dilihat berdasarkan tingkat likuiditas aset tersebut untuk
dikonversi menjadi sejumlah uang. Kedua golongan aktiva tersebut dijelaskan
sebagai berikut :
1. Aktiva Moneter, adalah pos-pos aktiva yang besaran nilainya ditentukan
oleh kontrak sehingga tidak terpengaruh oleh perubahan nilai uang. Sebab
aktiva ini memang telah berada dalam bentuk yang paling likuid dan dapat
segera digunakan oleh perusahaan dalam waktu cepat. Contoh aktiva
moneter ialah kas, tabungan, deposito, dan piutang dagang.
2. Aktiva Non Moneter, adalah pos-pos aktiva yang besaran nilainya
terpengaruh oleh perubahan nilai uang. Aktiva ini memerlukan tingkat
waktu tertentu untuk dapat diubah menjadi sejumlah uang yang dapat
digunakan perusahaan. Contohnya antara lain surat berharga, persediaan,
dan aktiva tetap.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 6 / 15
Suatu aktiva diharapkan dapat diukur sehingga memiliki nilai masa depan
tertentu yang diharapkan dapat digunakan oleh perusahaan. Metode pengukuran
aktiva secara garis besar terdiri dari tiga metode yaitu excgange output value (exit
value), exchange input value, dan lower cost or market valuation. Ketiga metode
tersebut masing-masing memiliki turunan lagi yang secara detail dijelaskan
sebagai berikut :
1. Exchange Output Value (Exit Value)
Metode ini mendasarkan pengukuran pada nilai keluaran artinya atas jumlah
kas (rupiah) atau penghargaan lainnya (non kas) yang diterima suatu unit usaha
apabila suatu aktiva atau potensi jasa yang keluar dari perusahaan karena
penjualan atau suatu pertukaran. Beberapa nilai keluaran tersebut adalah :
a. Discounted Future Cash Receipt or Service Potentials, yaitu penerimaan kas
atau potensi jasa masa depan yang didiskontokan. Metode ini dapat digunakan
apabila harapan tentang kepastian penerimaan kas atau setaranya cukup tinggi
dan tenggang waktu sampai penerimaan cukup panjang tetapi waktu atau
tanggal penerimaannya pasti. Pos yang dapat menggunakan metode ini adalah
investasi dalam obligasi, deposito berjangka, piutang wesel.
Kelemahan dalam metode ini adalah :
i. Arus kas atau service potentials sifatnya subyektif dan sulit
dibuktikan (not verifiable).
ii. Sulit menentukan tingkat diskonto yang tepat.
iii. Bila ada dua atau lebih faktor-faktor yang mempengaruhi aliran
kas perlu pertimbangan mengenai alokasi yang logis dari faktor-
faktor tersebut.
iv. Jumlah present value dari masing-masing aktiva tidak sama
dengan nilai perusahaan.
b. Current Output Price (COP), yaitu harga keluaran sekarang. Metode ini dapat
digunakan apabila harga jual pada saat pelaporan mencerminkan harga di masa
yang akan datang bila pos yang bersangkutan keluar dari perusahaan.
Penggunaan metode ini ialah untuk surat berharga dan beberapa jenis
persediaan. Menurut metode ini persediaan harus diukur dengan harga jualnya
sebagai ukuran harga keluaran bukan biaya perolehannya.
Proses pengukuran dalam metode ini dilakukan dengan :
i. Pada pasar yang teratur, harga pasar saat ini merupakan taksiran yang
layak dari harga pasar masa yang akan datang.
ii. Current price merupakan pengganti discounted expected cash receipt
price dari persediaan yang sudah siap dijual.
iii. Bagi perusahaan yang belum akan dijual dalam waktu dekat menurut COP
harga jual persediaan di masa depan didiskontokan.
iv. Biaya tambahan untuk produksi dan penjualan perlu dikurangkan sehingga
didapatkan net realizable value.
Metode Current Output Price (COP) memiliki beberapa kelemahan
berikut :
i. Hanya berlaku bagi aktiva yang dimaksudkan untuk dijual.
ii. COP untuk sebagian besar aktiva menjadi harga di masa yang akan datang
dengan asumsi ceteris paribus.
iii. Diperlukan metode pengganti apabila ada aktiva yang tidak mempunyai
harga pasar atau harga jual sekarang.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 7 / 15
c. Current Cash Equivalent (CCE), Setara Kas Masa Berjalan. Konsep ini
merupakan konsep pengukuran tunggal untuk semua aktiva yang menunjukkan
harga yang dapat direalisasikan sekarang (present realization price). Konsep
ini menunjukkan jumlah kas atau daya beli umum yang dapat diperoleh dengan
menjual aktiva menurut kondisi perusahaan yang wajar (dalam arti harga pasar
barang sejenis dalam kondisi normal). Kelebihan metode ini adalah setelah
semua aktiva dinilai dengan setara kas masa berjalan maka jumlah yang
tercantum mempunyai sifat additive. Kesulitan utama konsep ini adalah bahwa
tidak semua aktiva mempunyai harga pasar, sehingga dalam penafsiran sempit
sepertinya metode ini membenarkan untuk mengeluarkan pos-pos yang tidak
mempunyai nilai pasar dari laporan posisi keuangan (neraca).
d. Liquidation Value, merupakan dasar pengukuran yang serupa dengan COP atau
CCE yaitu penilaian dengan menggunakan harga keluaran, yang berbeda
adalah dalam hal kondisi pasarnya, yaitu menggunakan harga penjualan dalam
keadaan likuidasi. Metode nilai likuidasi mengasumsikan bahwa suatu
penjualan yang dipaksakan sehingga harganya diturunkan atau harga keluaran
lebih rendah umumnya harga pasar dalam kondisi normal. Penerapan nilai
likuidasi biasanya menyebabkan diturunkannya penilaian aktiva serta
diakuinya kerugian. Metode ini hanya dapat diterapkan dalam kondisi :
i. Aktiva yang bersangkutan telah kehilangan kegunaan yang lazim atau
usang atau telah kehilangan pasar dalam kondisi normal.
ii. Nilai likuidasi diterapkan bila ada maksud menghentikan perusahaan
dalam waktu dekat, sehingga tidak mampu menjual dalam pasar yang
normal.
2. Exchange Input Value
Dasar pengukuran metode ini terletak pada ukuran masukan, yang
menunjukkan jumlah kas atau nilai imbalan lainnya yang dibayarkan ketika aktiva
atau manfaat yang diperoleh perusahaan dalam suatu pertukaran.
Beberapa pengukuran dengan metode ini adalah :
a. Historical cost, diukur dengan pembayaran yang dilakukan di masa lalu
atau yang harus dilakukan di masa yang akan datang untuk memperoleh
barang atau jasa atau pembayaran yang harus dilakukan untuk
memperoleh atau memproduksi suatu barang termasuk didalamnya semua
jasa yang diperlukan untuk mendapatkan aktiva sampai dalam kondisi siap
digunakan. Kelebihan metode ini adalah :
i. Paling banyak digunakan dalam akuntansi konvensional karena
mudah dan praktis berdasarkan transaksi yang telah terjadi.
ii. Umumnya merupakan harga pertukaran barang dan jasa pada saat
perolehan, sehingga merupakan realitas.
iii. Keuntungan utama adalah sifat verifiable atau dapat diuji
kebenarannya.
Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah :
i. Akan kehilangan makna jika nilai aktiva berubah-ubah dari waktu ke
waktu. Setelah waktu yang panjang maka angka historical cost tidak
mempunyai makna sebagai manfaat di masa yang akan datang.
ii. Tidak memungkinkan pengakuan gains (laba) atau losses ( rugi)
dalam proses terjadinya, karena umumnya pengakuan laba atau rugi
dilakukan pada saat adanya penjualan.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 8 / 15
iii. Ditinjau dari relevansi informasi untuk pengambilan keputusan
historical cost menjadi kurang keandalannya.
b. Current Input Cost (Biaya Masa Berjalan), merupakan harga pertukaran
yang harus dikeluarkan saat ini untuk memperoleh aktiva yang sama dan
pertukarannya. Harga ini merupakan harga yang diperoleh dari pasar
tempat perusahaan membeli barang atau jasa (pasar input) bukan tempat
menjual (pasar output). Keuntungan penggunaan metode current input
cost adalah :
i. Ukuran terbaik mengenai nilai input yang disesuaikan (matching)
terhadap pendapatan.
ii. Saat melakukan penyesuaian (matching) memungkinkan pemisahan
holding gains dan/atau holding losses dan pengakuan laba atau rugi
operasional.
ii. Biaya masa berjalan telah menjadi dasar penilaian paling penting
dalam akuntansi khususnya untuk menyajikan informasi mengenai
dampak inflasi pada aktiva perusahaan.

Sedangkan kelemahan metode current input cost ini adalah :


i. Seringkali kurang obyektif karena tidak tersedianya harga pertukaran
untuk aktiva tertentu di masa kini, khususnya barang musiman.
ii. Perubahan dalam biaya kini tidak selalu mencerminkan perubahan
harga jual masa berjalan, nilai tidak mesti berubah karena adanya
perubahan biaya.
c. Discounted future input cost, yaitu biaya masukan masa depan yang
didiskontokan. Merupakan nilai sekarang pengorbanan ekonomi di masa
yang akan datang seandainya potensi aktiva tersebut tidak diperoleh di
masa sekarang. Contohnya pada fasilitas fisik dari sewa beli. Kelemahan
dari metode ini adalah serupa sebagaimana kelemahan dalam historical
cost.
d. Standard Cost, yaitu dengan dasar berapa biaya yang seharusnya menurut
asumsi tertentu, berdasarkan biaya standar yang diterapkan dalam keadaan
produksi pada tingkat efisiensi dan kapasitas tertentu.
3. Lower Cost or Market Valuation (LOCOM – Nilai terendah antara biaya dan
pasar). Istilah pasar disini mengacu pada harga keluaran dan harga masukan,
dan merupakan replacement cost (ukuran masukan). Contohnya persediaan
barang.

F. Aktiva Tidak Berwujud


Pembahasan mengenai aset tak berwujud secara khusus diatur dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 19 tentang Aset Tak Berwujud.
Pada paragraf 08 mengenai definisi, aset tak berwujud adalah aset nonmoneter
teridentifikasi tanpa wujud fisik. Entitas (perusahaan) seringkali mengeluarkan
sumber daya maupun menimbulkan liabilitas dalam perolehan, pengembangan,
pemeliharaan atau peningkatan sumber daya takberwujud, seperti ilmu
pengetahuan atau teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru,
lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar dan merek dagang

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 9 / 15
(termasuk merek produk dan judul publisitas). Contoh aset tak berwujud antara
lain : piranti lunak komputer, paten, hak cipta, film, daftar pelanggan, hak
pelayanan jaminan, izin penangkapan ikan, kuota impor, waralaba, hubungan
dengan pemasok atau pelanggan, loyalitas pelanggan, pangsa pasar, dan hak
pemasaran.
Aset tak berwujud hendaknya memenuhi tiga unsur keteridentifikasian,
pengendalian atas sumber daya, dan adanya manfaat ekonomi masa depan. Jika
tidak memenuhi ketiga unsur tersebut dalam definisi aset tak berwujud, maka
pengeluaran untuk memperoleh atau menciptakan aset tersebut (secara internal)
diakui sebagai beban pada saat terjadinya. Akan tetapi, jika unsur tersebut
diperoleh dalam dalam suatu kombinasi bisnis, maka unsur tersebut diperlakukan
sebagai bagian dari goodwill. Goodwill dalam suatu kombinasi bisnis diakui
sebagai aset yang merepresentasikan manfaat ekonomi masa depan yang muncul
dari aset lain yang diakuisisi dalam kombinasi bisnis yang tidak diidentifikasikan
secara individual dan diakui secara terpisah.
Ketiga unsur aset tak berwujud dijelaskan sebagai berikut :
1. Keteridentifikasian, suatu aset disebut teridentifikasi apabila :
a. Dapat dipisahkan, yaitu dapat dipisahkan atau dibedakan dari entitas dan
dijual, dialihkan, dilisensikan, disewakan atau ditukarkan, baik secara
individual atau bersama dengan kontrak terkait, aset teridentifikasi, atau
liabilitas teridentifikasi, terlepas apakah entitas memiliki intensi untuk
melakukan hal tersebut.
b. Timbul dari hak kontraktual atau hak hukum lain, terlepas apakah hak
tersebut dapat dialihkan atau dipisahkan dari entitas atau dari hak dan
kewajiban lain.
2. Pengendalian atas Sumber Daya, artinya bahwa entitas (perusahaan) memiliki
kemampuan untuk memperoleh manfaat ekonomi masa depan yang timbul dari
aset dan membatasi akses pihak lain dalam memperoleh manfaat ekonomi
tersebut. Kemampuan mengendalikan tersebut biasanya timbul dari hak hukum
yang dapat dipaksakan dalam pengendalian.
3. Adanya Manfaat Ekonomi Masa Depan, manfaat ekonomi yang timbul dari
aset tak berwujud dapat mencakup pendapatan dari penjualan barang atau jasa,
penghematan biaya, atau manfaat lain yang berasal dari penggunaan aset oleh
entitas.
Sebagaimana penyusutan dalam aktiva tetap, dalam aktiva tak berwujud
dilakukan amortisasi. Amortisasi adalah alokasi sistematis jumlah tersusutkan aset
tak berwujud selama umur manfaatnya. Amortisasi aset tak berwujud dengan
umur manfaat terbatas dialokasikan secara sistematis selama umur manfaatnya.
Amortisasi dimulai ketika aset tersedia untuk digunakan, yaitu ketika aset berada
pada lokasi dan dalam kondisi siap beroperasi sesuai dengan cara yang
diintensikan oleh perusahaan. Adapun aset tak berwujud dengan umur manfaat
tidak terbatas tidak dilakukan amortisasi.
Paragraf 112 PSAK 19 menyatakan bahwa aset tak berwujud dihentikan
pengakuannya jika :
a. Dilepas.
b. Ketika tidak terdapat lagi manfaat ekonomi masa depan yang
diperkirakan dari penggunaan atau pelepasannya.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 10 / 15
Keuntungan atau kerugian yang muncul dari penghentian pengakuan aset
tak berwujud ditentukan sebagai selisih antara hasil neto pelepasan (jika ada) dan
jumlah tercatat aset. Keuntungan atau kerugian diakui dalam laba rugi ketika aset
tersebut dihentikan pengakuannya (kecuali dalam jual dan sewa balik).
Keuntungan tidak diakui sebagai pendapatan.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 11 / 15
C. LATIHAN

1. Manakah dari berikut ini yang benar?

A. Aset tetap dibeli dengan tujuan untuk dijual kembali


B. Aset tetap cenderung berubah secara konstan dalam jumlah dan komposisinya
C. Istilah aset tetap tidak dapat diterapkan pada barang yang dapat dipindahkan
D. Aset tetap biasanya digunakan dalam bisnis dalam jangka panjang

2. Sepotong mesin yang disimpan untuk digunakan secara berkelanjutan dalam bisnis
biasanya akan dinyatakan dalam neraca senilai:

A. Nilai buku bersihnya (biaya historis dikurangi penyusutan)


B. Biaya penggantiannya saat ini
C. Nilai bekas atau sisa yang realistis
D. Nilainya saat ini pada bisnis

3. Untuk tujuan akuntansi, aset pada dasarnya adalah sumber daya yang dimiliki oleh
bisnis yang memiliki karakteristik tertentu. Manakah dari berikut ini yang bukan
merupakan karakteristik wajib dari suatu aset?

A. Harus memiliki substansi fisik dan bisa disentuh


B. Ada manfaat masa depan yang mungkin terjadi
C. Bisnis memiliki hak eksklusif untuk mengontrol keuntungan
D. Manfaat harus muncul dari beberapa transaksi atau peristiwa masa lalu

4. Manakah dari berikut ini yang akan menjadi aset tetap untuk dealer mobil?

A. Tunai
B. Debitur
C. Kendaraan bermotor untuk dijual di halaman depan
D.Peralatan Kantor

5. Manakah dari berikut ini yang tidak mendefinisikan "aset"?

A. Sumber daya yang dikendalikan oleh entitas sebagai akibat dari peristiwa masa lalu
B. Sumber daya yang nilainya digunakan melebihi biaya historisnya
C. Sumber daya dari mana manfaat ekonomi masa depan diharapkan mengalir ke
entitas
D. Semuanya Salah

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 12 / 15
D. KUNCI JAWABAN

1. D
2. A
3. A
4. D
5. B

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 13 / 15
E. DAFTAR PUSTAKA

Ikhsan, Suprasto. 2008. Teori Akuntansi & Riset Multiparadigma. Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Wolk, Dodd, Tearney. 2004. Accounting Theory. Conceptual Issues in a political and
economic Environment. Thomson – South western, United States of America.
Suwardjono. 2016. Bab 1 Pengertian Teori Akuntansi. Power Point Slide.
Donleavy. 2016. An Introduction to Accounting Theory. Bookboon.com.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 14 / 15

Anda mungkin juga menyukai