Disusun oleh:
Bayu Hadi Suseno
130421604890
130421604908
Rosalina Prahesti
130421604910
130421604860
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
Rahmat dan Karunia-Nya makalah yang berjudul Perhitungan Harga Pokok
Produksi menggunakan Variable Costing (Biaya Langsung) dapat terselesaikan
tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi
Biaya yang dibina oleh Ibu Setya Ayu Rahmawati.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu
penulisan ini terutama Ibu Setya Ayu Rahmawati yang membina dan membimbing
kami dalam penyusunan makalah ini. Segala upaya telah dilakukan dalam
penyusunan makalah ini, kami menyampaikan bahwa isi yang disampaikan jauh
dikatakan sempurna. Oleh karena itu, saran dan komentar yang membangun
sangat diharapkan penulis untuk makalah yang penulis susun. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat untuk semua
Malang, 03 September 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di dalam membebankan harga pokok kepada produk dapat digunakan
salah satu dari dua metode pembebanan harga pokok produk. Yang pertama
yaitu metode penentuan harga pokok penuh (full costing) atau juga sering
disebut dengan metode penentuan harga pokok diserap (absorption costing).
Yang kedua yaitu metode penentuan harga pokok variabel (variable costing)
atau bisa juga disebut dengan metode penentuan harga pokok langsung (direct
costing) atau juga bisa disebut dengan metode penentuan harga pokok batas
(marginal costing). Perusahaan bisa menentukan metode mana yang akan
digunakan, sesuai dengan kepentingan dari manajemen.
Metode penentuan harga pokok penuh (full costing) akan membebankan
semua unsur biaya produksi, baik unsur biaya produksi yang bersifat tetap
maupun yang bersifat variabel ke dalam penentuan harga pokok produksi.
Oleh karena itu, unsur biaya produksi pada metode penentuan harga pokok
penuh meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead pabrik. Akan tetapi data biaya yang disajikan oleh metode
penentuan harga pokok penuh seringkali tidak relevan untuk tujuan
managerial control di dalam jangka pendek. Misalnya untuk perencanaan
laba, untuk pengambilan keputusan jangka pendek, dan untuk menganalisa
perubahan biaya volume laba jangka pendek, dalam kapasitas produksi
normal yang dimiliki oleh perusahaan diperlukan pendekatan yang
memusatkan perhatian pada unsur biaya variabel, yaitu biaya relevan yang
berubah susuai dengan tingkat volume kegiatan dalam jangka pendek.
Pendekatan yang dimaksud tersebut adalah metode variabel. Yaitu sebuah
metode penghitungan harga pokok produksi yang tidak memperhitungkan
semua biaya produksi sebagai komponen harga pokok produksi. Metode
perhitungan harga pokok produksi ini hanya memperhitungkan biaya
produksi variabel saja di dalam penentuan harga pokok produksi. Metode
variable costing ini akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan manajemen
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengantar Pembahasan
Penentuan harga pokok produksi dapat dilakukan dengan cara
memasukkan seluruh biaya produksi atau hanya memasukkan unsur biaya
produksi variabel saja. Oleh karena itu, penentuan harga pokok produksi
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan metode full costing/Absortion
costing dan Variable costing/direct costing.
Full
costing
adalah
penentuan
harga
pokok
produksi
dengan
Full Costing
Rp 20
Rp 10
Langsung
Biaya Overhead variabel
Biaya Overhead Tetap
Biaya Produksi / unit
Rp 4
Rp 8
Rp 42
Sedangkan
pada
harga
pokok
variabel
tidak
dengan
perubahan
volume
kegiatan,
yang
tertentu
untuk
memproduksi dan
pabrik
tetap,
biaya
pemasaran
tetap,
Biaya
adalah
laba/rugi
bersih
usaha.
Selanjutnya,
tetap atau biaya periode, baik produksi maupun nonproduksi, selisihnya adalah laba bersih
c) Besarnya laba bersih
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada full
costing, apabila masih ada persediaan barang yang masih
belum terjual, maka dalam harga pokok persediaan tersebut
melekat biaya overhead pabrik tetap. Sedangkan pada
metode harga pokok produk, biaya overhead pabrik tetap
tidak
melekat
pada
harga
pokok
persediaan.
Dengan
PT EL SARI
LAPORAN LABA RUGI
Yang berakhir pada bulan Januari
Full Costing
Harga Pokok Variabel
Volume penjualan
190
Volume penjualan
190
(unit)
Penjualan
Rp
(unit)
Penjualan
19.000
Harga Pokok
Rp
19.000
Harga Pokok
Penjualan
Persediaan awal
Rp
Pejualan
Persediaan awal
Rp
1.260
Rp
1.260
Rp
4.000
Rp
4.000
Rp
2.000
Rp
Biaya Overhead
2.000
Rp 800
Variabel
Biaya Overhead Pabrik
800
Rp
Tetap
Harga Pokok Produk
1.600
Rp
Rp
siap jual
Persediaan akhir
9.660
Rp
siap jual
Persediaan akhir
7.820
Rp
Hg.Pk.Penj. sebelum
1.680
Rp
Harga Pokok
1.360
Rp
Penjualan variabel
Biaya Adm. & Umum
6.460
Rp 570
Variabel
Biaya pemasaran
Rp
Variabel
Total Biaya Variabel
1.900
Rp
Laba Kontribusi
8.930
Rp
disesuaikan
Biaya Overhead Pabrik
7.980
Kurang dibebankan
Rp 100
Harga Pokok Penjualan Rp
8.080
Laba Bruto
Rp
Pabrik Variabel
10.920
Biaya Komersial
Biaya Administrasi &
Umum
Variabel
Rp 570
10.070
Biaya tetap
Biaya Overhead
Rp
Pabrik tetap
Biaya Adm & Um.
1.700
Rp 400
Tetap
Tetap
Rp 400
Biaya Pemasaran
Variabel
Biaya pemasaran
Rp
tetap
1.000
Rp
Laba Bersih
3.100
Rp
Rp
1.900
Rp
Tetap
Jumlah Biaya
1.000
Rp
Komersial
Laba Bersih
3.870
Rp
7.050
6.970
Perusahaan ABC pada tahun 2010 memiliki kapasitas produksi dan penjualan
maksimal sebesar 10.000 kilogram produk dalam satu tahun. Besarnya anggaran
harga jual satuan adalah Rp 10,00 per kilogram. Anggaran biaya variabel adalah
Rp 6,00 per kilogram, yang terdiri atas biaya produksi variabel Rp 4,00 per
kilogram dan biaya pemasaran Rp 2,00 per kilogram. Anggaran biaya tetap total
adalah sebesar Rp 20.000,00 yang terdiri atas biaya produksi tetap yaitu Rp
10.000,00 dan biaya pemasaran tetap Rp 10.000,00. Dalam tahun 2010
perusahaan merencanakan dapat menjual sebanyak 8.000 kilogram produk.
Diminta:
1) Menghitung tingkat penjualan produk pada break even
2) Menghitung besarnya laba perusahaan pada penjualan dianggarkan
(sebesar 8.000 kilogram)
3) Menghitung tingkat penjualan apabila perusahaan menginginkan laba
sebesar Rp 10.000,00
Penyelesaian:
1) Tingkat penjualan pada break even
Penjualan pada break even
(dalam satuan)
Biaya Tetap
Harga Jual Satuan Biaya Variabel/ kilogram
=Rp 20.000
Rp10 Rp 6
= 5.000 kg
Biaya Tetap
(dalam rupiah)
Rp 20.000
1Rp 6
Rp 10
= Rp 20.000
= Rp 50.000
0,4
Laba = Penjualan
Laba
Rp 20.000 + Rp 10.000
Rp 10 Rp 6
= 7.500 kg
Atau dalam rupiah
= 7.500 x Rp 10
= Rp 75.000
Rp 300.000
Rp
40.000 satuan
Laba Dianggarkan
Rp 200.000
25
Diminta:
Menghitung besarnya harga jual setiap satuan dianggarkan pada kuantitas
penjualan dianggarkan.
Penyelesaian:
x.p = a + bx + L
Keterangan:
x
= kuantitas penjualan
p
= harga jual satuan
a
= total biaya tetap
b
= biaya variabel satuan
L
= laba
40.000 p = Rp 300.000 + (Rp 25 x 40.000) + Rp 200.000
40.000 p = Rp 1.500.000
P
= Rp 1.500.000
40.000
= Rp 37,50
Jadi, harga jual satuan agar diperoleh laba Rp 200.000,00 adalah Rp 37,50 setiap
satuan.
Penentuan harga pokok variabel dapat pula dipakai oleh manajemen dalam
rangka menentukan harga jual minimal atas pesanan-pesanan khusus yang
( 80.000 @ Rp 10)
= Rp 800.000
Biaya Variabel
( 80.000 @ Rp 6)
= Rp 480.000
= Rp 320.000
Biaya Tetap
= Rp 120.000
Laba
= Rp 200.000
Apabila dalam tahun 2001 di samping penjualan yang biasa diterima pesanan
khusus sebesar 20.000 satuan produk, berapa harga jual minimal dari pesanan
khusus tersebut ?
Penyelesaian:
Pesanan khusus tersebut akan dilayani apabila harga jual minimalnya setiap
satuan sebesar biaya variabel setiap satuan. Dalam hal ini apabila :
Harga jual satuan < biaya variabel
pesanan khusus
satuan
Besarnya kenaikan laba dari pesanan khusus adalah sebesar batas kontribusi dari
pesanan khususyang bersangkutan.
Bukti
Misalnya harga jual pesanan khusus sebesar Rp 5,00 per satuan, jadi lebih kecil
dibanding biaya variabel satuan, anggaran rugi laba adalah
Keterangan
Penjualan
Biaya
Variabel
Batas
Kontribusi
Biaya Tetap
Laba Bersih
Awal
Rp
800.000
Rp
480.000
Rp
320.000
Rp
120.000
Rp
200.000
Pesanan khusus
20.000 x Rp 5 = Rp
100.000
20.000 x Rp 6
= Rp
120.000
20.000 x (Rp 5-Rp 6)
=(Rp20.000)
=
(Rp 20.000)
Jumlah
Rp
900.000
Rp
600.000
Rp
300.000
Rp
120.000
Rp
180.000
Awal
Rp
800.000
Rp
480.000
Rp
320.000
Rp
120.000
Rp
200.000
Pesanan khusus
Jumlah
20.000 x Rp 6
= Rp Rp
120.000
920.000
20.000 x Rp 6
= Rp Rp
120.000
600.000
20.000 x (Rp 6 Rp Rp
6)= 0
320.000
Rp
120.000
Rp
200.000
Misalnya harga jual pesanan khusus Rp 8 sebuah, atau lebih besar dibanding biaya
variabel satuan, maka laba perusahaan akan lebih besar jumlahnya, yaitu:
Keterangan
Penjualan
Biaya
Variabel
Batas
Awal
Rp
800.000
Rp
480.000
Pesanan khusus
20.000 x Rp 8
=
160.000
20.000 x Rp 6
=
120.000
Jumlah
Rp Rp
960.000
Rp Rp
600.000
Kontribusi
Biaya Tetap
Laba Bersih
Rp
20.000 x(Rp 8 Rp 6) =
320.000 Rp 40.000
Rp
120.000
Rp
Rp 40.000
200.000
c. Pengambilan Keputusan
Variable costing menyajikan data yang bermanfaat
Rp
360.000
Rp
120.000
Rp
240.000
untuk pembuatan
Bahan baku
Rp 10
Rp 50.000
Rp 16
Rp 80.000
Rp 8
Rp 40.000
Dapat dihindari
Rp 1
Rp 5.000
Rp 5
Rp 25.000
Rp 40
Rp 200.000
Jumlah
Penawaran yang diterima dari supplier apabila suku cadang A dibeli dari pihak
luar dengan harga faktur Rp 36,00 per buah dan biaya pembelian yang
diperkirakan terjadi sebesar Rp 2,00 untuk setiap buah suku cadang A yang
dibeli.
Diminta:
Biaya satuan
Biaya total
Rp 10
Rp 16
Rp 8
Rp 1
Rp 35
Rp 50.000
Rp 80.000
Rp 40.000
Rp 5.000
Rp 175.000
Rp 36
Rp 180.000
Rp 2
Rp 38
Rp 3
Dari perbandingan biaya tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa:
Biaya yang dihindarkan apabila perusahaan tidak memproduksi besarnya
Rp 10.000
Rp 190.000
Rp 15.000
Rp
35,00 per buah atau total Rp 175.000,00, jumlahnya lebih kecil dibandingkan
dengan biaya yang timbul apabila membeli yaitu sebesar Rp 38,00 per buah atau
total Rp 190.000,00. Jadi bagi perusahaan lebih menguntungkan apabila suku
cadang A diproduksi sendiri
d. Pengendalian Biaya
Variabel costing menyediakan informasi yang lebih baik untuk
mengendalikan biaya overhead tetap dibandingkan informasi yang dihasilkan
oleh full costing. Dalam full costing, biaya overhead pabrik dibebankan
harga
diklasifikasikan
hubungannya
pokok
variabel
berdasarkan
dengan
menghendaki
perilakunya
perubahan
volume
biaya
dalam
kegiatan,
Rp
penggunaan
metode
harga
pokok
variabel
adalah
sebagai berikut.
PT Eliona melakukan produksi berdasarkan pesanan dari langganan dan harga
pokok produksinya dilakukan dengan metode harga pokok variabel. Pada awal
bulan Januari 20x1, persediaan produk dalam proses Rp 847.500,- dengan rincian
sebagai berikut.
Pesanan
#101
Biaya Bahan Baku
150.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung 130.000
Biaya Overhead Pabrik Variabel 65.000
Biaya Total
345.000
Pesanan
#102
125.000
100.000
50.000
275.000
Pesanan
#103
115.000
75.000
37.500
227.500
Total
365.000
330.000
152.500
847.500
Rp
575.000
3. Pencatatan pembebanan biaya overhead pabrik variabel
kepada produk.
Pembebanan dilakukan berdasarkan tarif biaya
overhead Rp 500 per jam tenaga kerja langsung. (260
jam x Rp 500 = Rp 130.000)
Barang Dalam Proses Biaya Overhead Pabrik Variabel Rp
130.000
Biaya Overhead Pabrik Variabel yg Dibebankan Rp
130.000
4. Pencatatan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya
terjadi.
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
Berbagai Rekening Yang Dikredit
192.000
Rp 192.000
Rp
Rp
130.000
Biaya Overhead Pabrik Tetap Sesungguhnya Rp 125.000
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
Rp
255.000
6. Pencatatan Harga Pokok Produk Jadi
Dari kartu harga pokok produk, dapat diketahui bahwa
pesanan yang diselesaikan memiliki harga pokok produk
Rp 1.197.500. Sehingga, dijurnal sebagai berikut.
Persediaan Produk Jadi
Rp 1.197.500
BDP Biaya Bahan Baku
Rp 500.000
BDP Biaya Tenaga Kerja Langsung
Rp 465.000
BDP Biaya Overhead Pabrik Variabel
Rp 232.500
7. Pencatatan penutupan rekening biaya overhead pabrik
variabel yang dibebankan
Rp 125.000
Rp 140.000
Rp
265.000
Pemisahan biaya non-produksi menurut perilakunya
dicatat dengan jurnal :
Biaya Pemasarann Variabel
Biaya Pemasaran Tetap
Biaya Administrasi & Umum Variabel
Biaya Administrasi & Umum Tetap
Biaya Pemasaran
Biaya Administrasi & Umum
Rp
Rp
Rp
Rp
75.000
50.000
100.000
40.000
Rp 125.000
Rp
140.000
9. Pencatatan penyerahan produk pada pemesan 102 dan
103
Kas/Piutang
Penjualan
Rp 1.400.000
Rp
1.400.000
Harga Pokok Penjualan
Rp 867.500
Rp 867.500
PT X
Data Produksi, Biaya Produksi, dan Biaya Non Produksi
Bulan Januari 20X1
Data Produksi
Dep 1
Dep 2
Produk dalam proses awal
BBB 100%, BKV 40 %
4.000 kg
BTK 20 %, BOPV 60%
6.000 kg
Dimasukkan dalam proses periode
40.000 kg
ini
Unit yang di transfer ke Dep 2/ yang
35.000 kg
35.000 kg
38.000 kg
9.000 kg
-
3.000 kg
Rp
11.150.000
BBB
Rp
BTKV
1.800.000
Rp
Rp
BOPV
1.200.000
Rp
1.152.000
Rp
1.920.000
4.140.000
Biaya Produksi
BBB
Rp
BTKV
20.200.000
Rp
Rp
BBOP V
29.775.000
Rp
37.068.000
Rp
BBOP tetap
37.315.000
Rp
44.340.000
Rp
22.000.000
33.000.000
Rp
10.200.000
Rp
15.000.000
Rp
7.000.000
Rp
12.000.000
Data Penjualan
Jumah Produk yang di jual
Penjualan
30.000 kg
Rp
240.000.00
0
BTKV/unit
BBOPV/unit
Unit Ekuivalensi
Data Produksi
BBB
35.000 + (100% x
Jumlah unit
44.000
BTKV
9.000)
35.000 + (70% x
41.300
BBOPV
9.000)
35.000 + (70% x
41.300
9.000)
Jumlah
Harga Pokok Produksi Variabel/unit
Elemen
Yang
Periode
biaya
melekat
sekarang
126.600
Total Biaya
pada BDP
Unit
Biaya/un
Ekuivale
it
nsi
awal
BBB
Rp
Rp
Rp
1.800.000
20.200.00
22.000.00
44.000
Rp 500
BTKV
BBOPV
Jumlah
Rp
0
Rp
0
Rp
1.200.000
29.775.00
30.975.00
Rp
0
Rp
0
Rp
1.920.000
37.315.00
39.235.00
Rp
0
Rp
0
Rp
4.920.000
87.290.00
92.210.00
41.300
Rp 750
41.300
Rp 950
126.600
Rp
2.200
0
0
Perhitungan Harga Pokok produksi Variabel
Harga Pokok Produk selesai yang ditransfer ke departemen 2
35.000 x Rp 2.200
Rp
77.000.00
0
Harga Pokok BDP akhir
BBB
(100% x 9.000x Rp Rp
500)
BTKV
4.500.000
(70% x 9.000x Rp Rp
750)
BBOPV
(70%x
9.000x
4.725.000
Rp Rp
950)
5.985.000
Rp
15.210.00
Jumlah
biaya
produksi
departemen 1
variabel
0
Rp
92.210.00
0
35.000 kg
2
Produk selesai dalam proses akhir
Jumlah produk yang dihasilkan
Biaya yang dibebankan dalam
Total
9.000 kg
44.000 kg
Per Unit
dept 1
Biaya Bahan Baku
Rp
Rp 500
22.000.00
Biaya tenaga Kerja Variabel
0
Rp
Rp 750
30.975.00
Biaya Overhead pabrik Variabel
0
Rp
Rp 950
39.235.00
Jumlah
biaya
variabel
0
yang Rp
Rp 2.200
92.210.00
0
Perhitungan Biaya
Harga Pokok Produk selesai yang
ditransfer ke departemen 2
35.000 @ Rp 2.200
Rp
77.000.00
0
4.500.000
(70% x 9.000x Rp Rp
750)
BBOPV
4.725.000
(70%x 9.000x Rp Rp
950)
5.985.000
Rp
15.210.00
0
Perhitungan Harga Pokok Produksi Variabel dalam Departemen 1
Rumus perhitungan biaya produksi variabel per unit
Harga pokok produk/satuan
= HP awal + HP yang ditransfer
dari departemen 1
BDP awal +produk transfer
BBB/unit
= BBB awal + BBB dikeluarkan periode sekarang
Unit ekuivalensi
BTKV/unit
= BTKV awal + BTKV dikeluarkan periode sekarang
Unit ekuivalensi
BBOPV/unit
= BBOPV awal + BBOPV dikeluarkan periode sekarang
Unit ekuivalensi
Unit Ekuivalensi
Data Produksi
HP dari Dept 1
BTKV
6.000 + 35.000
38.000 + (40% x
Jumlah unit
41.000
39.200
BBOPV
3.000)
38.000 + (80% x
40.400
3.000)
Jumlah
Harga Pokok Produksi Variabel/unit
Elemen
Yang
Periode
biaya
melekat
sekarang
12.400
Total Biaya
Unit
Biaya/un
Ekuival
it
pada BDP
ensi
awal
HP dari
dept 1
Rp
Rp
Rp
11.150.00
77.000.000
88.150.000
BTKV
0
Rp
Rp
Rp
BBOPV
1.152.000
Rp
37.068.000
Rp
38.330.000
Rp
40.400 Rp
4.140.000
Rp
44.340.000
Rp158.408.
48.480.000
Rp
1.200
120.60 Rp
16.442.00
000
174.850.00
0 4.325
Jumlah
0
Perhitungan Harga Pokok produksi Variabel
41.000 Rp
2.150
39200 RP 975
2.150)
6.450.000
BTKV (40% x 3.000x Rp Rp
975)
BBOPV(40%x
3.000x
1.170.000
Rp Rp
1.200)
2.880.000
Rp
Jumlah
biaya
10.500.000
Rp
produksi
variabel departemen 2
174.850.00
0
3.000 kg
akhir
Jumlah produk yang dihasilkan
Biaya
yang
dibebanlan
Total
41.000 kg
Per Unit
dalam dept 2
HP dari dept 1
Rp
Rp 2.150
BTKV
88.150.000
Rp
RP 975
BBOPV
38.330.000
Rp
Rp 1.200
48.480.000
Jumlah biaya variabel yang Rp
Rp 4.325
174.850.00
0
Perhitungan Biaya
Harga pokok produk selesai
ditransfer ke gudang
kg
kg
kg
kg
38.000 @ Rp 4.325
Rp
164.350.000
Rp
BTKV
6.450.000
Rp
BOPV
1.170.000
Rp
2.880.000
Rp
10.500.000
Rp
dibebankan departemen 2
174.850.000
BDP-BBB Dept 2
Rp 81.700.000
BDP-BTK Dept 2
Rp 37.050.000
BDP-BOP Variabel Dept 2
Rp 45.600.000
7. Mencatat Harga Pokok Produksi BDP akhir Dept 2
Persediaan BDP Dep 2
Rp 10.500.000
BDP-BBB Dept 2
Rp 6.450.000
BDP-BTK Dept 2
Rp 1.170.000
BDP-BOP Variabel Dept 2
Rp 2.880.000
8. Mencatat Penjualan
Piutang Dagang
Rp 240.000.000
Penjualan
Rp 240.000.000
Harga Pokok Penjualan
Rp 129.750.000
Persediaan Barang Jadi
Rp 129.750.000
9. Pencatatan Biaya Komersial
Biaya pemasaran
Rp 25.200.000
Biaya Administrasi & Umum
Rp 19.000.000
Berbagai rekening yang dikredit
Rp 44.200.000
Biaya Pemasaran Variabel
Rp 10.200.000
Biaya Pemasaran tetap
Rp 15.000.000
Biaya Adm. & Umum variabel
Rp 7.000.000
Biaya Adm. & Umum Tetap
Rp 12.000.000
Biaya Pemasaran
Rp 25.200.000
Biaya Adm. & Umum
Rp 19.000.000
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Dari uraian pembahasan makalah di atas, dapat disimpulkan:
a. Harga pokok variabel (variable costing) adalah penentuan harga pokok
produksi yang hanya memasukkan biaya produksi variabel sebagai
elemen harga pokok produk.
b. Pemilihan penggunaan metode full costing dan harga pokok variabel akan
mempengaruhi besarnya harga pokok produk, besarnya harga pokok
persediaan, pelaporan laba rugi, dan besarnya laba bersih yang dihasilkan.
c. Manfaat dari harga pokok variabel antara lain perencanaan laba jangka
pendek, penetapan harga jual produk, pengambilan keputusan,
pengendalian biaya, dan evaluasi profitabilitas dari multiproduk.
d. Penentuan harga pokok produk dengan metode harga pokok variabel bisa
diterapkan pada perusahaan yang menggunakan harga pokok pesanan dan
harga pokok proses.