BAB 5
OLEH :
B1B121224
KELAS D
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2022
RINGKASAN MATERI AKUNTANSI BIAYA EDISI 5
BAB 5
VARIABEL COSTING
Metode full costing maupun variable costing merupakan metode penentuan harga
pokok produksi. Perbedaan pokok yang ada diantaranya kedua metode tersebut adalah
terletak pada perlakuan terhadap biaya produksi yang berperilaku tetap. Adanya
perbedaan perlakuan terhadap biaya produksi tetap ini akan mempunyai akibat pada: (1)
perhitungan harga pokok produksi dan (2) penyajian laporan laba rugi.
Perbedaan Metode Full Costing dengan Metode Variable Costing Ditinjau dari Sudut
Penentuan Harga Pokok Produksi
Full costing atau sering pula disebut absorptin atau conventional costing adalah
metode penentuan harga pokok produksi, yang membebankan seluruh biaya produksi,
baik yang berperilaku tetap maupun variable kepada produk. Harga pokok produksi
menurut metode full costingterdiri dari:
Dalam metode full costing, biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku tetap
maupun variable, dibebankan kepada produk yang diproduksi atas dasar tarif yang
ditentukan di muka pada kapasitas normal atau dasar biaya overhead pabrik
sesungguhnya. Oleh karena itu, biaya overhead pabrik tetap akan melekat pada harga
pokok persediaan produk dalam proses dan persediaan produk jadi yang belum laku dijual,
baru dianggap sebagai biaya (unsur harga pokok penjualan) apabila produk jadi tersebut
telah terjual.
Karena biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang
ditentukan di muka pada kapasitas normal, maka jika dalam suatu periode biaya overhead
pabrik sesungguhnya berbeda dengan yang dibebankan tersebut, akan terjadi pembebanan
overhead lebih (overapplied factory overhead) atau pembebanan biaya overhead pabrik
kurang ( underappled factory overhead). Jika semua produk yang diolah dalam periode
tersebut belum laku dijual maka pemebebanan biaya overhead pabrik lebih atau kurang
tersebut digunakan untuk mengurangi atau menambah harga pokok yang masih dalam
persediaan tersebut (baik yang berupa persediaan produk dalam proses maupun produk
jadi).
Variable costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang hanya
membebankan biaya-biaya produksi variable saja ke dalam harga pokok produk. Harga
pokok produk menurut metode variable costing terdiri dari:
Metode variavle costing ini dikenal dengan nama direct costing. Istilah direct costing
sebenarnya sama sekali tidak berhubungan dengan istilah direct cost (biaya langsung)..
Dalam hubungannya dengan produk, biaya langsung (direct cost) adalah biaya yang mudah
diidentifikasikan (atau diperhitungkan) secara langsung kepada produk. Apabila pabrik
hanya memproduksi satu jenis produk, maka semua biaya produksi adalah merupakan
biaya langsung dalam hubungannya dengan produk. Oleh karena itu tidak selalu biaya
langsung dalam hubungannya dengan produk merupakan biaya variable. Oleh karena itu
sebenarnya istilah direct costing adalah tidak tepat, karena metode ini berhubungan
dengan penentuan harga pokok produk yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang
berperilaku variable, dan bukan biaya langsung (direct cost) saja. Istilah yang paling tepat
untuk metode direct cost adalah variable costing.
Metode full costing menunda pembebanan biaya overhead pabrik tetap sebagai
biaya sampai saat produk yang bersangkutan dijual. Jadi biaya overhead pabrik yang
terjadi, baik yang berperilaku tetap maupun yamg variable,masih dianggap sebagai aktiva
(karena melekat pada persediaan) sebelum persediaan tersebut terjual. Sebaliknya metode
variable costing tidak menyetujui penundaan pembebanan biaya overhead pabrik tetap
tersebut (atau dengan kata lain tidak menyetujui pembebanan biaya overhead tetap kepada
produk).
Biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik yang telah dikonsumsikan di dalam
pengolahan 100Kg produk tersebut baru dapat menyelesaikan 45%-nya, sedangkan bahan
baku Rp 5.000 tersebut akan dapat menyelesaikan 100 Kg produk tersebut menjadi produk
selesai.
Biaya bahan baku sebesar Rp 5.000 tersebut dibebankan sebagai harga pokok
produk dalam proses dan melekat pada harga pokok persediaan yang dicantumkan dalam
neraca per 31 Desember 20X1. Biaya bahan baku tersebut tidak dibebankan sebagai biaya
dalam tahun 20X1,tetapi ditunda pembebanannya dan pada tanggal 31 Desember 20X1
dianggap sebagai aktiva. Dalam tahun 20X2 perusahaan tidak akan mengeluarkan biaya
bahan baku untuk 100 Kg persediaan yang pada tanggal 31 Desember 20X1 masih dalam
proses tersebut. Penundaan pembebanan biaya bahan baku tersebut memang bermanfaat,
karena penundaan biaya tersebut dapat menghindarikan dikeluarkan biaya bahan baku
untuk 100 Kg produk dalam proses tersebut dalam tahun 20X2. Begitu pula biaya tenaga
kerja dan biaya overhead pabrik variabel.
Biaya overhead pabrik tetap merupakan biaya yang dalam jangka pendek tidak
berubah dalam hubungannya dengan perubahan volume produksi. Biaya tetap ini
merupakan fungsi waktu dan bukan merupakan fungsi produksi. Ada atau tidak ada
produksi, biaya ini tetap terjadi. Jadi penundaan pembebanan biaya overhead pabrik tetap
tersebut dan memperlakukan biaya tersebut sebagai aktiva tidak bermanfaat, jika dalam
periode yang akan datang biaya overhead pabrik tetap tersebut akan tetap terjadi. Sebagai
contoh, jika biaya depresiasi mesin (yang dihitung dengan metode garis lurus )
diperhitungkan ke dalam harga pokok produksi, maka sebelum produk tersebut laku
dijual,biaya depresiasi ini masih melekat sebagai harga pokok persediaan. Padahal dalam
bulan berikutnya tetap akan diperhitungkan biaya depresiasi, sehingga menurut metode
variabel costing penundaan pembebanan biaya depresiasi ini ( biaya tetap) tidak
mempunyai manfaat, karena tidak dapat menghindari pengeluaran biaya sama dalam
periode yang akan datang.
Dimuka telah disinggung bahwa dalam metode variabel costing biaya overhead
pabrik tetap dieprlakukan sebagai period cost, yaitu biaya yang dibebankan di dalam
periode terjadinya. Pengertian period cost di dalam metode full costing dengan variabel
costing adalah berbeda. Full costing mengadakan pemisahan antara biaya produksi
dengan period cost. Biaya produksi adalah biaya yang dapat diidentifikasikan dengan
produk yang dihasilkan, sedangkan perid cost adalah biaya-biaya yang tidak ada
hubungannya dengan produksi dan dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya.
Biaya yang termasuk dalam period cost menurut full costing adalah : biaya pemasaran dan
biaya administrasi dan umum ( baik yang berperilaku tetap maupun variabel).
Pengertian period cost dalam metode variabel costing berbeda dengan metode full
costing. Menurut metode variabel costing, periode cost adalah biaya untuk
mempertahankan tingkat kapasitas tertentu guna memproduksi dan menjual produk.
Dalam metode variabel costing , period costs meliputi seluruh biaya tetap atau seluruh
biaya kapasitas (capacity cost). Dengan demikian perid cost menurut pengertian variabel
costing adalah biaya yang dalam jangka pendek tidak berubah dalam hubungannya dengan
perubahan volume kegiatan, yamg meliputi : biaya overhead pabrik tetap, biaya
pemasaran tetap, biaya administrasi dan umum tetap.
Ditinjau dari penyajian laporan laba rugi, perbedaan pokok antara metode variabel
costing dengan full costing adalah terletak pada klasifikasi pos-pos yang disajikan dalam
laporan laba rugi tersebut. Laporan laba rugi yang disusun dengan metode full costing
menitik beratkan pada penyajian unsur-unsur biaya menurut hubungan biaya dengan
fungsi-fungsi pokok yang ada dalam perusahaan (functional-cost classification). Dengan
demikian laporan laba rugi metode full costing tampak pada gambar 5.1
Gambar 5.1 laporan laba rugi full costing
Di lain pihak laporan laba rugi metode variabel costing lebih menitikberatkan pada
penyajian biaya sesuai dengan perilakunya dalam hubunagannya dengan perubahan
volume kegiatan (classification by cost beharior). Sehingga laporan laba rugi metode
variabel costing tampak pada gambar 5.2
230.000
Tarik biaya overhead pabrik dibebankan kepada produksi atas dasar kapasitas
produksi normal per bulan sebanyak 200 Kg dengan taksiran biaya overhead pabrik
variabel sebesar
Rp 800 dan biaya overhead pabrik tetap sebesar Rp 1.600 sebulan. Tarif standar biaya
overhead pabrik tersebut berasal dari perhitungan berikut ini:
Biaya produksi per unit menurut metode full costing dan variabel costing dihitung
seperti disajikan pada gambar 5.4
Gambar 5.4 pokok per unit produk menurut metode full costing dan variabel
costing
1. Perbedaan pokok antara metode full costing dengan variabel costing adalah
terletak pada perlakuan terhadap biaya overhead pabrik tetap jika misalnya:
a= volume penjualan dalam satuan kuantitas
b= volume produksi dalam satuan kuantitas
c= biaya overhead pabrik tetap per periode
rugi yang dihitung menurut metode full costing dan variabel costing dihitung dengan
rumus berikut ini:
Selisih laba rugi menurut full costing dengan variabel costing c/b(a-b)*
a. jika volume penjualan sama dengan volume produksi (a=b) maka c/b (a-b)
hasilnya sama dengan 0. Dengan demikian laba atau rugi yang dihitung dengan full costing
sama dengan laba atau rugi yang dihitung dengan metode variabel costing. Biaya overhead
pabrik tetap yang dibebankan kepada persediaan awal dan persediaan akhir dalam metode
full costing mempunyai akibat terhadap perhitungan laba rugi bulan maret sebagai
berikut:
Selisih Laba bersih metode full costing dengan metode variabel costing 0
Jadi jika persediaan akhir sama dengan persediaan awal maka laba bersih menurut
metode full costing akan sama dengan laba bersih menurut metode variabel costing,
karena sebagian period costs (biaya overhead pabrik tetap) yang melekat pada persediaan
awal yang dibebankan sebagai biaya dalam periode sekarang sama dengan sebagian period
costs yang ditunda pembebanannya dalam periode sekarang.
b. jika volume penjualan lebih besar dari volume produksi (a>b), maka rumus c/b
(a-b) hasilnya positif, yang berarti metode full costing mebebankan biaya overhead
pabrik tetap lebih besar jika dibandingkan dengan yang dibebankan dengan metode
variabel costing, yang mengakibatkan laba full costing lebih rendah dibandingkan dengan
laba variabel costing. Dengan demikian jika volume penjualan lebih besar dari volume
produksi, metode full costing akan menghasilkan perhitungan laba lebih rendah jika
dibandingkan dengan jika dihitung dengan metode variabel costing.
c. jika volume perjualan lebih kecil dari volume produksi (a<b), maka rumus c/b (a-
b) hasilnya negatif, yang berarti metode full costing membebankan biaya overhead pabrik
tetap lebih kecil jika dibandingkan dengan yang dibebankan dengan metode variabel
costing yang mengakibatkan laba full costing akan menghasilkan perhitungan laba lebih
tinggi dibandingkan dengan menggunakan metode variabel costing. Perbedaan jumlah
biaya overhead pabrik tetap yang dibebankan sebagai biaya bulan januari dalam masing-
masing metode tersebut adalah sebagai berikut:
Oleh karena full costing menunda pembebanan biaya overhead pabrik tetap sebagai
biaya dalam bulan januari, maka akibatnya adalah laba bersih bulan januari menurut full
costing lebih tinggi Rp 80 (Rp 7.050- Rp 6.970). jadi jika persediaan akhir lebih besar dari
persediaan awal maka laba bersih menurut metode full costing akan lebih besar
dibandingkan dengan laba bersih menurut metode variabel costin, karena sebagian period
costs yang melekat pada persediaan awal yang dibebankan sebagai biaya dalam periode
sekarang lebih kecil bila dibandingkan dengan sebagian period costs yang melekat pada
persediaaan akhir yang ditunda pembebenannya dalam periode sekarang.
2. Menurut metode full costing dalam bulan Januari terjadi pembebanan kurang biaya
overhead pabrik sebesar Rp. 100 yang dihitung sebagai berikut.
Tetap 1.700
Rp. 2.500
Biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk
2.400
Dalam bulan Februari 20X1 terjadi pembebanan kurang biaya overhead pabrik sebesar Rp. 380
yang dihitung sebagai berikut :
Tetap 1.770
Rp. 2. 360
1. 980
Dalam bulan Maret 20X1 terjadi pembangunan kurang biaya overhead pabrik sebesar Rp. 380 yang
dihitung sebagai berikut :
Tetap 1.770
Rp. 2. 360
1. 980
4. Bila volume produksi konstan, kedua metode tersebut akan menunjukkan lampau yang
berubah sesuai dengan penjualannya, yaitu bila volume penjualan naik, maka laba akan naik dan
sebaliknya apabila volume penjualan turun, maka laba akan turun. Tetapi perubahan laba dalam
kedua macam metode tersebut tidak sama karena didalam full costing perubahannya dipengaruhi
oleh persediaan.
Menurut perilaku dalam hubungannya dengan perubahan kegiatan, biaya dapat dibagi menjadi
tiga golongan yaitu:
Biaya tetap
Biaya tetap adalah biaya yang dalam kisah perubahan kegiatan tertentu Tidak berubah dengan
adanya perubahan volume kegiatan.
Biaya variabel
Biaya variabel adalah biaya yang berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
Biaya Semivariabel
Biaya semi variabel adalah biaya yang mengandung unsur tetap dan unsur variabel, yang berubah
tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
Oleh karena itu jika metode variable costing diterapkan dalam akuntansi biaya, di dalam buku
besar perlu disediakan rekening rekening kontrol sebagai berikut:
Biaya Overhead Pabrik Biaya Overhead Pabrik Biaya Overhead Pabrik Barang Dalam Proses
Sesungguhnya Variabel Sesungguhnya Variabel Yang Di Biaya Overhead Pabrik
Bebankan
Untuk mengubah laporan laba rugi metode variabel costing ke dalam laporan laba
rugi full costing, diperlukan tiga langkah perubahan berikut ini:
Langkah pertama. Persediaan awal produk dalam proses dan persediaan awal
produk jadi ditambah harga pokoknya dengan biaya overhead pabrik tetap. Untuk itu
perlu diketahui jumlah biaya overhead pabrik sesungguhnya yang terjadi dalam periode
akuntansi sebelumnya. Jumlah ini dibagi dengan dasar pembebanan akan diperoleh biaya
overhead pabrik tetap per unit dasar pembebanan. Biaya overhead pabrik tetap per unit ini
dikalikan dengan kuantitas dasar pembebanan yang terdapat dalam persediaan awal akan
diperoleh tambahan harga pokok persediaan awal.
Langkah kedua. Biaya produksi menurut metode variabel costing yang semula
hanya membebankan biaya produksi variabel saja perlu di-adjust dengan menambahkan
biaya overhead pabrik tetap sesungguhnya sebesar Rp49.000
Langkah ketiga. Persediaan akhir produk dalam proses persediaan akhir produk.
Jadi ditambah harga pokoknya dengan biaya overhead pabrik tetap.
Perhitungan Harga Pokok Persediaan Produk Dalam Proses dan Persediaan Produk Jadi
Biaya produksi variabel yang melekat pada persediaan produk dalam proses akhir Rp25.800
Tambahan biaya overhead pabrik tetap 196% x Rp6.600 (biaya tenaga kerja langsung) 12.936
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir menurut metode full costing Rp38.736
Biaya produksi variabel yang melekat pada persediaan produk jadi akhir Rp19.000
Tambahan biaya overhead pabrik tetap 196% x Rp5.000 (biaya tenaga kerja langsung) 9.800
Harga pokok persediaan produk jadi akhir menurut metode full costing Rp28.800
Perbedaan laba metode variabel costing dengan laba metode full costing sebesar
Rp19.574 (Rp73.874-Rp54.300) dapat dijelaskan sebagai berikut:
Biaya overhead pabrik tetap yang melekat pada persediaan produk dalam
Produk jadi akhir (menambah laba bersih): 196% xRp 5.000 =Rp9.800
Rp22.736
Dalam jangka pendek,biaya tetap tidak berubah dengan adanya perubahan volume
kegiatan, sehingga hanya biaya variable yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen
dalam pengambilan keputusannya. Oleh karena itu, metode variable costing yang
menghasilkan laporan laba rugi yang menyajikan informasi biaya variabel yang terpisah
dari informasi biaya tetap dapat memenuhi kebutuhan manajemen untuk perencanaan
laba jangka pendek. Laporan laba rugi variable costing menyajikan dua ukuran penting: (1)
laba kontribusi dan (2) operating leverage.
Perencanaan laba jangka pendek dilakukan oleh manajemen pada saat penyusunan
anggaran. Dalam proses penyusunan nggaran tersebut manajemen berkepentingan untuk
menguji dampak etiap alternatif yang akan dipilih terhadap laba perusahaan.
Dengan Danya pemisahan biaya tetap dan biaya variable dalam laporan laba rugi
metode variable costing hal ini memungkinkan manajemen melakukananalisis hubungan
antara biaya,volume dan laba.
Jumlah Rp810
Rata- rata pemakaian suku cadang tersebut perbulan adalah sebanyak 60.000
satuan. Dalam suatu rapat penyusunan anggaran,bagian pembelian mengajukan usul agar
perusahaan membeli aja suku cadang tersebut dari pemasok untuk kepentingan
penghematan biaya. Bagian pembelian menyatakan pada jumlah pembelian sebanyak rata-
rata kebutuhan selama sebulan suku cadang tersebut dapat dibeli dengan harga Rp700
persatuan. Jika uku cadang tersebut dibeli dari pemasok luar, tidak diperlukan peralatan
tambahan tetapi hanya menaikkan biaya administrasi an umum sebesar Rp100.000
perbulan dan tambahan biaya pergudangan sebesar Rp25 per satuan. Fasilitas produksi
yang semula digunakan untuk memproduksi suku cadang tersebut masih dapat digunakan
untuk memproduksi suku cadang yang lain. Kepala bagian produksi melaporkan bahwa
jika produksi suku cadang tersebut dihentikan tidak kan berakibat pada biaya overhead
pabrik tetap.
2. Metode variable costing dianggap tidak esuai dengan prinsip akuntansi yang lazim,
sehingga laporan keuangan untuk kepentingan pajak dan masyarakat umum harus dibuat
atas dasar metode full costing.
4. Tidak diperhitungkan ya biaya overhead pabrik tetap alam persediaan dan harga
pokok persediaan akan mengakibatkan nilai persediaan lebih rendah, sehingga akan
mengurangi modal kerja yang dilaporkan untuk tujuan-tujuan analisis keuangan.
JAWABAN ESSAY DAN PILIHAN GANDA
1. Perbedaan full costing dan variabel costing ditinjau dari penentuan harga produk
yaitu :
Full costing atau absorption atau conventional costing adalah metode penentuan
hargaseluruh biaya produksi baik yang berperilaku tetap maupun variabel kepada
produk.
Variable costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang hanya
membebankan kedalam harga pokok produk.
a) Perbedaan nya
Dalam metode variable costing biaya overhead pabrik tetap diberlakukan
sebagai period cost dan bukan sebagai unsur harga pokok produk, sehingga
biaya overhead produk tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode
terjadinya.
Untuk metode full costing biaya overhead pabrik tetap akan melekat pada
harga pokok persediaan dalam proses dan persediaan produk jadi yang
belum laku dijual, dan baru dianggap sebagai biaya (unsur harga pokok
penjualan) apabila produk jadi tersebut telah terjual.
b) Dasar pikiran yang melandasi perlakuan terhadap biaya overhead pabrik tetap oleh
metode variable costing yaitu :
Biaya overhead pabrik tetap merupakan biaya yang dalam jangka pendek tidak berubah
dalam hubungannya dengan perubahan volume produksi, biaya tetap ini merupakan fungsi
waktu waktu, bukan fungsi produksi. Ada atau tidaknya produksi, biaya ini tetap terjadi. Jadi,
penundaan pembebanan biaya overhead pabrik tetap tersebut dan memperlakukan biaya
bagai aktiva tidak bermanfaat, jika dalam periode yang akan datang biaya overhead pabrik
tetap tersebut akan tetap terjadi, sehingga menurut metode variable costing penundaan
pembebanan biaya tetap tidak mempunyai manfaat, karena tidak dapat menghindari
pengeluaran biaya yang sama dalam periode yang akan datang.
Saya kurang setuju dengan pernyataan tersebut, karena sebenarnya istilah direct
costing tidak tepat, metode ini berhubungan dengan penentuan harga pokok produk
yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel dan bukan
biaya langsung atau direct cost, tetapi istilah yang tepat untuk metode direct costing
adalah variable costing.
4. “Pengertian period cost menurut variabel costing dengan full costing adalah sama.”
Saya tidak setuju dengan pernyataan tersebut, karena pengertian period cost di
dalam metode full costing dengan variable costing adalah berbeda. Full costing
mengadakan pemisahan antara biaya produksi dengan periode cost. Menurut
metode variable costing. Period cost adalah biaya untuk mempertahankan tingkat
kapasitas tertentu guna memproduksi dan menjual produk.
5. Jika volume penjualan sama dengan volume produksi, laba metode variabel costing
akan lebih tinggi dari laba full costing, maka :
Jika volume penjualan sama dengan volume produksi maka hasil selisih laba rugi
menurut full costing dan variable costing sama dengan nol, yang berarti laba atau
rugi yang dihitung dengan metode full costing dan variable costing sama. Hal
tersebut dikarenakan beban biaya overhead pabrik tetap yang dihasilkan menurut
full costing dan variable costing sama. Jika Persediaan akhir sama dengan
persediaan awal maka laba bersih menurut metode full costing akan sama dengan
laba bersih menurut metode variable costing, karena sebagian.e biaya overhead
pabrik tetap yang melekat pada persediaan awal yang bebankan sebagai biaya
dalam periode sekarang sama dengan sebagian.
6. “Jika volume penjualan lebih besar dari volume produksi, laba metode variabel
costing akan lebih tinggi dari laba full costing”
Saya setuju dengan pernyataan tersebut , karena Metode full costing
membebankan biaya overhead pabrik tetap lebih besar jika dibandingkan dengan
yang dibebankan dengan metode Variabel costing, yang mengakibatkan laba full
costing lebih rendah dibandingkan dengan laba Variabel costing. Dengan demikian
jika volume penjualan lebih besar dari volume produksi metode full costing akan
menghasilkan perhitungan laba lebih rendah jika dibandingkan dengan jika dihitung
dengan metode variable costing.
7. “Jika volume penjualan lebih rendah dari volume produksi, laba metode variabel
costing akan lebih tinggi dari laba full costing.”
Saya tidak setuju dengan pernyataan tersebut, karena metode full costing
membebankan biaya overhead pabrik tetap lebih kecil jika dibandingkan dengan
yang dibebankan dengan metode variable costing yang mengakibatkan laba full
costing lebih tinggi dibanding dengan laba Variabel costing. Jika volume penjualan
lebih besar dari volume produksi metode full costing akan menghasilkan
perhitungan laba lebih tinggi dengan menggunakan metode variable costing. Full
costing membebankan biaya overhead pabrik tetap sebagai biaya apabila
produknya telah terjual, sedangkan metode variable costing dibebankan biaya
tersebut sebagai biaya dalam periode terjadinya. Oleh karena itu perbedaan pokok
antara full costing dan variable costing adalah terletak pada saat pengakuan biaya
overhead pabrik tetap sebagai biaya.
8. Saya setuju jika dalam jangka waktu dua periode akuntansi volume penjualan
konstan, laba metode variabel costing untuk jangka waktu tersebut tidak akan
mengalami perubahan, karena laba / rugi variabel costing tidak di pengaruhi oleh
perubahan persediaan.
11. Ada tiga langkah yang harus ditempuh untuk mengubah laporan laba rugi variabel
costing ke laporan laba rugi full costing, yaitu :
a) Langkah Pertama
Harga pokok persediaan barang dalam proses awal dan harga pokok persediaan
barang jadi awal ditambah dengan biaya overhead pabrik tetap.
b) Langkah Kedua
Biaya produksi menurut variabel costing perlu disesuaikan dengan
menambahkan biaya overhead pabrik tetap sesungguhnya.
c) Langkah Ketiga
Harga pokok persediaan barang dalam proses akhir dan harga pokok persediaan
barang jadi akhir ditambah dengan biaya overhead pabrik tetap.
1. Perbedaan laba yang dihitung menurut metode variabel costing dengan laba yang
dihitung menurut full costing terletak pada
C. Perbedaan biaya overhead pabrik tetap yang melekat pada persediaan
produk dalam proses dan persediaan produk jadi, baik persediaan awal
maupun persediaan akhir
2. Laba yang dihitung menurut metode full costing akan lebih tinggi dari laba yang
dihitung menurut metode variabel costing jika
D. Volume produksi lebih kecil dari volume penjualan
3. Laba yang dihitung menurut metode full costing akan lebih rendah dari laba yang
dihitung menurut metode variabel costing jika
C. Volume produksi lebih kecil dari volume penjualan
4. Laba yang dihitung menurut metode full costing akan sama dengan laba yang
dihitung menurut metode variabel costing jika
B. Volume produksi sama dengan volume penjualan
5. Jika volume penjualan dalam bulan ini konstan dibandingkan dengan volume
penjualan bulan sebelumnya sedangkan volume produksi bulan sekarang
mengalami kenaikan dibanding dengan volume produksi bulan yang lalu maka
variabel costing akan menyajikan laba bulan ini
Data produksi dan penjualan tahun 20X1 s/d 20X3 adalah sebagai berikut:
D. Biaya overhead pabrik tetap yang dibebankan kepada laba menurut full
costing lebih rendah dari yang dibebankan menurut Variabel costing