Anda di halaman 1dari 13

KEWARGANEGARAAN

OLEH :

MUHAMMAD AIDIL YAQIN

Nim : B1B121268

Kelas : D

MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2022
BAB 5

Variabel costing
 PERBANDINGAN METODE FULL COSTING DENGAN METODE VARIABLE COSTING
Metode full costing maupun variable costing merupkan metode penentuan harga pokok
produksi. Perbedaan pokok yang ada diantara kedua metode ini adalah terletak pada perlakuan
terhadap biaya produksi yang berperilaku tetap.Adanya perbedaan perlakuan terhadap biaya produksi
tetap ini akan mempunyai akibat pada :(1) perhitungan harga pokok dan (2) penyajian laporan raba rugi.

Full costing atau sering pula di sebut conventional costing adalah metode penentuan harga
pokok produksi, yang membebankan seluruh biaya produksi, baik yang berperilaku tetap maupun
variable pada produk.Harga pokok produksi menurut metode full costing terdiri dari :

Biaya Bahan Baku RPxx


Biaya Tenaga kerja langsung xx
Biaya overbead pabrik tetap xx
Biaya Overhead pabrik variable xx
Harga Pokok produk xx

Dalam Metode full costing, biaya overhead pabrik, baik yang perilaku tetap maupun variable,
dibebankan kepada produk yang di produksi atas dasar tariff yang sesungguhnya. Oleh karena itu, biaya
overhead pabrik tetap akan melekat pada harga dijual.

Viariable costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang hanya membebankan
biaya biaya produksi variable saja kedalam harga pokok produk. Harga pokok produk menurut metode
variable costing terdiri dari

Biaya bahan baku RPxx


Biaya tenaga Kerja xx
Biaya overhead Pabrik Variable xx
Harga pokok Produk xx

Proses, departemen, dan pusat biaya yang lain. Dalam hubungannya dengan produk,biaya
langsung (direct cost) adalah biaya yang mudah diidentifikasikan (atau diperhitungkan) secara langsung
kepada produk. Apabila pabrik hanya memproduksi satu jenis produk, maka semua biaya produksi
adalah merupakan biaya langsung dalam hubungannya dengan produk. Oleh karena itu tidak selalu
biaya langsung dalam hubungannya dengan produk merupakan biaya variabel. Sebagai contoh misalnya
suatu pabrik mori hanya menghasilkan satu jenis produk yang berupa mori saja. Upah tenaga kerja
pabrik yang dibayar bulanan dan tidak tergantung dari hasil produksinya, merupakan biaya langsung
terhadap produk mori tersebut, namun bukan merupakan biaya variabel, karena tidak berubah
sebanding dengan perubahan volume produksi. Oleh karena itu sebenarnya istilah direct costing adalah
tidak tepat, karena metode ini berhubungan dengan penentuan harga pokok produk yang hanya
memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel, dan bukan biaya langsung (direct cost) saja.
Istilah yang paling tepat untuk metode direct costing adalah variable costing.
Dalam metode variable costing, biaya overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai period costs
dan bukan sebagai unsur harga pokok produk, sehingga biaya overbead pabrik tetap dibebankan sebagai
biaya dalam periode terjadinya. Dengan demikian biaya overhead pabrik tetap di dalam metode rariable
costing tidak melekat pada persediaan produk 'yang belum laku dijual, tetapi langsung dianggap sebagai
biaya dalam periode terjadinya.

Metode full costing menunda pembebanan biaya orehead pabrik tetap sebagai biaya.sampai
saat produk yang bersangkutan dijual. Jadi biaya overhead pabrik yang terjadi, baik yang berperilaku
tetap maupun yang variabel, masih dianggap sebagai aktiva (karena melekat pada persediaan) sebelum
persediaan tersebut terjual. Sebaliknya metode variable costing tidak menyetujui penundaan
pembebanan biaya overhead pabrik tetap tersebut (atau dengan kata lain tidak menyetujui
pembebanan biaya overhead tetap kepada produk).

Menurut metode variable costing, penundaan pembebanan suatu biaya hanya bermanfaat jika
dengan penundaan tersebut diharapkan dapat dihindari terjadinya biaya yang sama dalam periode yang
akan datang. Sebagai contoh pada akhir tahun 20X1 perusahaan memiliki 100 kg produk dalam proses
yang telah menelan biaya produksi sebagai berikut:

Biaya overhead pabrik tetap merupakan biaya yang dalam jangka pendek tidak berubah dalam
hubungannya dengan perubahan volume produksi. Biaya tetap ini merupakan fungsi waktu dan bukan
merupakan fungsi produksi. Ada atau tidak ada produksi, biaya ini tetap terjadi. Jadi penundaan
pembebanan biaya orerbead pabrik tetap tersebut dan memperlakukan biaya tersebut sebagai aktiva
tidak bermanfaat, jika dalam periode yang akan datang biaya orerbead pabrik tetap tersebut akan tetap
terjadiSebagai contoh, jika biaya depresiasi mesin (yang dihitung dengan metode garis lurus)
diperhitungkan ke dalam harga pokok produk, maka sebelum produk tersebut laka dijual, biaya
depresiasi ini masih melekat sebagai harga pokok persediaan. Padahal dalam bulan berikutnya tetap
akan diperhitungkan biaya depresiasi, sehingga menurut metode variable costing penundaan
pembebanan biaya depresiasi ini (biaya tetap) tidak mempunyai manfaat, karena tidak dapat
menghindari pengeluaran biaya yang sama dalam periode yang akan datang

Di muka telah disinggung bahwa dalam metode ruriable costing biaya overlead pabrik tetap
diperlakukan sebagai period cost, yaitu biaya yang dibebankan di dalam periode terjadinya. Pengertian
period cost di dalam metode full costing dengan tarial costing adalah berbeda. Full conting mengadakan
pemisahan antara biaya produksi dengan period cost. Biaya produksi adalah biaya yang dapat
diidentifikasikan dengan produk yang dihasilkan, sedangkan period cost adalah biaya-biaya yang tidak
ada hubungannya dengan produksi dan dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya. Biaya yang
termasuk dalam period cost menurut full costing adalah: biaya pemasaran dan biaya administrasi dan
umum (baik yang berperilaku tetap maupun variabel).

Perbedaan Metode Full Costing dengan Metode Variable Costing Ditinjau dari Sudut Penyajian
Laporan Laba Rugi Ditinjau dari penyajian laporan laba rugi, perbedaan pokok antara metoda
rariablecosting dengan full costing adalah terletak pada klasifikasi pos-pos yang disajikan dalam laporan
laba rugi tersebut. Laporan laba rugi yang disusun dengan metode full costing menitikberatkan pada
penyajian unsur-unsur biaya menurut hubungan biaya dengan fungsi-fungsi pokok yang ada dalam
perusahaan (functional-cost classification).
a) Jika volume penjualan sama dengan volume produksi (a = b) maka c/b (a-b) hasilnya sama
dengan 0. Dengan demikian laba atau rugi yang dihitung dengan full costing sama dengan laba
atau rugi yang dihitung dengan metode variable costing.

Pada Gambar 5.5 laporan laba rugi full costing bulan Maret 20X1 menghasilkan laba sebesar
Rp5.645, yang sama jumlahnya dengan laba yang dilaporkan oleh metode variable costing. Biaya
overhead pabrik tetap yang dibebankan kepada persediaan awal dan persediaan akhir dalam metode
full costing mempunyai akibat terhadap perhitungan laba rugi bulan Maret sebagai berikut: Biaya
orerbead pabrik tetap yang melekat pada RP.120
persediaan awal (mengurangi laba bersih) = 15 x Rp8
Biaya overbead pabrik tetap yang melekat pada
persediaan akhir (menambah laba bersih) = 15 x Rp8
Selisih laba bersih metode full costing dengan metode variable costing

Jadi jika persediaan akhir sama dengan persediaan awal maka laba bersih menurut metode full
costing akan sama dengan laba bersih menurut metode variable costing, karena sebagian period costs
(biaya orerbead pabrik tetap) yang melekat pada persediaan awal yang dibebankan sebagai biaya dalam
periode sekarang sama dengan sebagian period costs yang ditunda pembebanannya dalam periode
sekarang,

C. Jika volume penjualan lebih besar dari volume produksi (a > b), maka rumus c/b (a - b) hasilnya positif,
yang berarti metode full costing membebankan biaya overhead pabrik tetap lebih besar jika
dibandingkan dengan yang dibebankan dengan metode variable costing, yang mengakibatkan laba full
costing lebih rendah dibandingkan dengan laba variable costing. Dengan demikian jika volume penjualan
lebih besar dari volume produksi, metode full costing akan menghasilkan perhitungan laba lebih rendah
jika dibandingkan dengan jika dihitung dengan metode variable costing.

Pada Gambar 5.5, dalam bulan Februari 20X1 metode full costing menghasilkan laba sebesar Rp6.770,
yang lebih rendah Rp200 dibandingkan dengan laba yang dihasilkan oleh metode variable costing
(Rp6.970). Hal ini disebabkan karena adanya biaya overbead pabrik tetap yang oleh metode full costing
diperhitungkan ke dalam persediaan awal dan persediaan akhir bulan Februari. Perbedaan jumlah biaya
orerbead pabrik tetap yang dibebankan kepada persediaan awal dan persediaan akhir

Pada Gambar 5.5, dalam bulan Januar 20X1 metode full costing menghasilkan laba Rp7.050, yang lebih
besar Rp80 dibandingkan dengan laba variable costing (Rp6.970).

menurut full costing lebih tinggi Rp80 (Rp7.050 - Rp6.970). Jadi jika persediaan akhir lebih besar
dari persediaan awal maka laba bersih menurut metode full costing akan lebih besar dibandingkan
dengan laba bersih menurut metode variable costing, karena sebagian period costs yang melekat pada
persediaan awal yang dibebankan sebagai biaya dalam periode sekarang lebih kecil bila dibandingkan
dengan sebagian period costs yang melekat pada persediaan akhir yang ditunda pembebanannya dalam
periode sekarang
 PENGUMPULAN BIAYA DALAM METODE VARIABLE COSTING
Menurut perilaku dalam hubungannya dengan perubahan kegiatan, biaya dapat dibag menjadi
tiga golongan: biaya tetap, biaya variabel, dan biaya semivariabel. Biaya teta adalah biaya yang dalam
kisar perubahan kegiatan tertentu tidak berubah dengan ada.perubahan volume kegiatan, sedangkan
biaya variabel adalah biaya yang berbe sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya
semivariabel adalah biaya ya mengandung unsur tetap dan unsur variabel, yang berubah tidak
sebanding deng
perubahan volume kegiatan.

Jika perusahaan menggunakan ruriable costing di dalam akuntansi biaya produks biaya produksi
dan biaya nonproduksi perlu dipisahkan menurut perilakunya dala hubungannya dengan perubahan
volume kegiatan. Dalam rekening buku besar perpula disediakan rekening-rekening kontrol untuk
menampung dan memisahkan bi
tetap dan biaya variabel.
Oleh karena itu jika metode nariable costing diterapkan dalam akuntansi biaya
dalam buku besar perlu disediakan rekening-rekening kontrol berikut ini:
Biaya Orerbead Pabrik Variabel yang Dibebankan.
Biaya Orerbead Pabrik Sesungguhnya.
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Variabel.
Biaya Orerbead Pabrik Sesungguhnya Tetap.

 PENYAJIAN LAPORAN LABA RUGI KEPADA PIHAK LUAR PERUSAHAAN


Jika perusahaan menggunakan metode variable costing dalam akuntansi biayanya, untuk
menyajikan laporan laba rugi bagi kepentingan pihak luar perlu dilakukan perubahan unsur biaya yang
diperhitungkan ke dalam harga pokok persediaan produk dalam proses, persediaan produk jadi, dan
harga pokok penjualan. Perubahan ini tidak perlu dicatat dalam catatan akuntansi, namun hanya
dilakukan untuk mengubah laporan laba rugi yang disusun menurut metode variable costing ke dalam
laporan laba rugi menurut metode full costing.

Untuk mengubah laporan laba rugi metode variable costing ke dalam laporan laba rugi full
costing, diperlukan tiga langkah perubahan berikut ini: Langkah Pertama. Persediaan awal produk dalam
proses dan persediaan awal produk jadi ditambah harga pokoknya dengan biaya overhead pabrik tetap.
Untuk in perlu diketahui jumlah biaya orerbead pabrik sesungguhnya yang terjadi dalam periode
akuntansi sebelumnya. Jumlah ini dibagi dengan dasar pembebanan akan diperoleh biaya overhead
pabrik tetap per unit dasar pembebanan. Biaya overhead pabrik tetap perrumit

Langkah kedua. Biaya produksi menurut metode variable costing yang semula hanya
membebankan biaya produksi variabel saja perlu di-adjust dengan menambahkan biaya overbead pabrik
tetap sesungguhnya sebesar Rp49.000.

Langkah ketiga. Persediaan akhir produk dalam proses dan persediaan akhir produk jadi
ditambah harga pokoknya dengan biaya orerbead pabrik tetap. Untuk itu biaya overbead pabrik tetap
sesungguhnya yang terjadi dalam periode akuntansi sekarang dibagi dengan dasar pembebanan untuk
menghitung biaya overhead pabrik tetap per unit dasar pembebanan. Biaya overbead pabrik tetap per
unit ini dikalikan dengan kuantitas dasar pembebanan yang terdapat dalam persediaan akhir akan
diperoleh tambahan harga pokok persediaan akhir. Dalam Contoh 1 di atas, total biaya overhead tetap
sesungguhnya PT Rimendi dalam bulan Januari 20X1 berjumlah Rp49.000 dan dibebankan kepada
produk atas dasar biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp25.000, maka biaya overhead pabrik.tetap
sesungguhnya adalah 196% (49.000:25.000) dari biaya tenaga kerja langsung. Dengan demikian harga
pokok persediaan produk dalam proses akhir dan persediaan produk jadi akhir dihitung harga pokoknya
menurut full costing yang disajikan pada Gambar 5.1

 Manfaat Informasi Variable Costing dalam Perencanaan Laba Jangka Pendek


Untuk kepentingan perencanaan laba jangka pendek, manajemen memerlukan informa biaya
yang dipisahkan menurut perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubaha volume kegiatan. Dalam
jangka pendek, biaya tetap tidak berubah dengan adana perubahan volume kegiatan, sehingga hanya
biaya variabel yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen dalam pengambilan keputusannya. Oleh
karena itu, metode raria costing yang menghasilkan laporan laba rugi yang menyajikan informasi biaya
varibel yang terpisah dari informasi biaya tetap dapat memenuhi kebutuhan manajemen untuk
perencanaan laba jangka pendek. Laporan laba rugi variable costing menyajikan di ukuran penting:
(1) laba kontribusi dan
(2) operating leverage.
Cara perhitungan dari ukuran tersebut disajikan pada Gambar 5.18.

Perencanaan laba jangka pendek dilakukan oleh manajemen pada saat penyusunan
anggaran. Dalam proses penyusunan anggaran tersebut manajemen berkepentingan untuk
menguji dampak setiap alternatif yang akan dipilih terhadap laba perusahaan. Karena
dalam jangka pendek biaya tetap tidak berubah, maka informasi yang relevan dengan
perencanaan laba jangka pendek adalah informasi yang berdampak terhadap hasil
penjualan dan biaya variabel, yang keduanya merupakan komponen untuk menghitung
laba kontribusi dan ratio laba kontribusi.

Misalnya dalam penyusunan anggaran, manajemen puncak mempertimbangkan


rencana untuk menaikkan harga jual produk sebesar 10% yang diperkirakan tidak akan
mengurangi kuantitas produk yang akan dijual. Jika biaya varibel dan biaya tetap tidak
mengalami perubahan, dampak kenaikan harga jual tersebut terhadap laba jangka pendek
dapat dengan mudah dihitung dengan cara mengalikan ratio laba kontribusi dengan
persentase kenaikan harga jual tersebut. Jika ratio laba kontribusi sebesar 40%, maka laba
bersih akan naik 4% (40% x 10%) dengan adanya rencana kenaikan harga jual sebesar
10% tersebut.

Dengan ratio laba kontribusi manajemen dapat dengan mudah mempertimbangkan


alternatif yang menyangkut biaya tetap. Jika misalnya ratio laba kontribusi sebesar 40%
dan manajemen puncak memperkirakan dengan menaikkan anggaran biaya iklan sebesar
Rp11.000.000 akan menaikkan hasil penjualan sebesar Rp35.000.000. Alternatif ini dapat
diuji kelayakannya dengan perhitungan berikut ini:

Rata-rata pemakaian suku cadang tersebut per bulan adalah sebanyak 60.000 satuan.
Dalam suatu rapat penyusunan anggaran, bagian pembelian mengajukan usul agar
perusahaan membeli saja suku cadang tersebut dari pemasok untuk kepentingan
penghematan biaya. Bagian pembelian menyatakan pada jumlah pembelian sebanyak
rata-rata kebutuhan selama sebulan suku cadang tersebut dapat dibeli dengan harga
Rp700 per satuan. Jika suku cadang tersebut dibeli dari pemasok luar, tidak diperlukan
peralatan tambahan tetapi hanya menaikkan biaya administrasi dan umum sebesar
Rp100.000 per bulan dan tambahan biaya pergudangan sebesar Rp25 per satuan. Fasilitas
produksi yang semula digunakan untuk memproduksi suku cadang tersebut masih dapat
digunakan untuk memproduksi suku cadang yang lain. Kepala bagian produksi
melaporkan bahwa jika produksi suku cadang tersebut dihentikan tidak akan berakibat
pada biaya overhead pabrik tetap.

Secara sepintas tampak seolah-olah dengan membeli suku cadang tersebut dari pemasok luar
akan menimbulkan penghematan biaya sebesar Rp85 per satuan (Rp810- Rp725) atau sebesar
Rp5.000.000 per bulan [(60.000 unit x Rp85) - Rp100.000]. Tetapi sesungguhnya dalam peristiwa ini
tidak ada penghematan biaya. Sebagian dari biaya standar sebesar Rp180 per satuan tersebut
merupakan biaya orerbead pabrik yang berperilaku tetap. Dengan penghentian produksi suku cadang
tersebut, tidak akan mempunyai pengaruh terhadap biaya overbead pabrik tetap tersebut. Jadi di dalam
pengambilan keputusan membeli atau membuat sendiri suku cadang tersebut, biaya overbead pabrik
tetap tersebut merupakan biaya tidak relevan. Hanya biaya-biaya variabel saja, yaitu biaya bahan baku,
tenaga kerja dan biaya overbead pabrik variabel, yang relevan dalam keputusan ini. Sehingga
pengambilan keputusan membeli atau membuat sendiri suku cadang nomor 4965 sebaiknya didasarkan
pada analisis yang disajikan pada
Gambar 5.21.

Dari perhitungan pada Gambar 5.21 dapat disimpulkan bahwa alternatif tetap
memproduksi sendiri suku cadang yang seharusnya dipilih, karena alternatif membeli
dari pemasok luar akan menimbulkan biaya tambahan setelah pajak perseroan per bulan
sebesar Rp2.550.000. Dalam informasi yang disajikan pada Gambar 5.21 tersebut telah
diperhitungkan pajak penghasilan dikenakan atas laba perusahaan dengan tarif 25%. Jika
alternatif membeli dari pemasok luar dipilih, terjadi penurunan laba sebesar Rp3.400.000
sehingga alternatif tersebut akan menimbulkan penghematan pajak (tax saring) sebesar
Rp850.000 (25% x Rp3.400.000). Dengan demikian dalam pengambilan keputusan ini,
adanya penghematan pajak sebesar Rp850.000 harus dikurangkan dari biaya tambahan
sebesar Rp3.400.000 per bulan tersebut.

 KELEMAHAN METODE VARIABLE COSTING


Setelah diuraikan manfaat informasi yang dihasilkan oleh metode variable costing, berikut
ini diuraikan kelemahan-kelemahan metode tersebut.

1. Pemisahan biaya-biaya ke dalam biaya variabel dan tetap sebenamya sulit dilaksanakan,
karena jarang sekali suatu biaya benar-benar variabel atau benar-benar tetap. Suatu
biaya digolongkan sebagai suatu biaya variabel jika asumsi berikut ini dipenuhi.

a. Bahwa harga barang atau jasa tidak berubah. Misalkan konsumsi solar untuk
diesel listrik tergantung pada kegiatan pabrik, maka biaya solar adalah biaya
variabel dengan asumsi harga belinya tidak berubah, karena apabila berubah
harganya, maka biaya bahan bakar tersebut tidak lagi berubah sebanding dengan
perubahan kegiatan produksi..
b. Bahwa metode dan prosedur produksi tidak berubah-ubah.
c. Bahwa tingkat efisiensi tidak berfluktuasi.

Sedangkan biaya tetap dapat dibagi menjadi dua kelompok:


a. .Biaya tetap yang dalam jangka pendek dapat berubah, misalnya gaji manajer
produksi, pemasaranan, keuangan, serta gaji manajer akuntansi.
b. Biaya tetap yang dalam jangka panjang konstan, misalnya biaya depresiasi dan
sewa kantor yang dikontrakkan untuk jangka panjang.

Namun perlu diketahui bahwa dalam jangka yang panjang semua biaya adalah
berperilaku variabel.

2. Metode variable costing dianggap tidak seusai dengan prinsip akuntansi yang lazim,
sehingga laporan keuangan untuk kepentingan pajak dan masyarakat umum harus dibuat
atas dasar metode full costing. Menurut pendukung full costing, jika biaya overhead
pabrik tetap tidak diperhitungkan dalam harga pokok persediaan dan harga pokok
penjualan akan menghasilkan informasi harga pokok produk yang tidak wajar. Biaya
overhead pabrik tetap, seperti halnya dengan biaya orerbead pabrik variabel
diperlukan untuk memproduksi dan oleh karena itu menurut metode full costing,
harus dibebankan sebagai biaya produksi. Metode variable costing memang lebih
ditujukan untuk memenuhi informasi bagi kepentingan intern perusahaan. Kelemahan
ini dapat diatasi dengan mudah oleh metode variable costing dengan cara mengubah
laporan laba rugi rariable costing ke dalam laporan laba rugi full costing seperti
telah diuraikan di muka.

3. Dalam metode rariable costing, naik turunnya laba dihubungkan dengan perubahan-
perubahan dalam penjualannya. Untuk perusahaan yang kegiatan usahanya bersifat
musiman, rariable costing akan menyajikan kerugian yang berlebih-lebihan dalam
periode-periode tertentu, sedangkan dalam periode lainnya akan menyajikan laba
yang tidak normal. Misalkan perusahaan jas hujan yang menjual produknya dalam
beberapa bulan menjelang atau selama musim hujan. Untuk satu atau dua bulan
menjelang atau selama musim hujan laporan laba rugi metode variable costing
akan menunjukkan laba, sedangkan bulan-bulan lain akan menunjukkan kerugian,
karena tidak ada biaya tetap yang ditunda pembebanannya sebagai harga pokok
persediaan. Dalam keadaan demikian laporan laba rugi bulanan yang disajikan
berdasarkan metode rariable costing diragukan manfaatnya bila dibandingkan
dengan laporan laba rugi yang disusun atas dasar metode full costing.

4. Tidak diperhitungkannya biaya overbead pabrik tetap dalam persediaan dan harga
pokok persediaan akan mengakibatkan nilai persediaan lebih rendah, sehingga akan
mengurangi modal kerja yang dilaporkan untuk tujuan-tujuan analisis keuangan.
SOAL LATIHAN PILIHAN GANDA

1. Perbedaan laba yang dihitung menurut metode variable costing dengan laba yang dihitung
menurut full costing terletak pada:
B. Perbedaan biaya overbead pabrik tetap yang melekat pada persediaan produk dalam proses
dan persediaan produk jadi, baik persediaan awal maupun persediaan akhir.

2. Laba yang dihitung menurut metode full costing akan lebih tinggi dari laba yang dihitung
menunut metode variable costing jika:
C.Volume produksi lebih kecil dari volume penjualan.

3. Laba yang dihitung menurut metode full costing akan lebih rendah dari laba yang dihitung
menurut metode variable costing jika:
B. Volume produksi lebih besar dari volume penjualan.

4. Laba yang dihitung menurut metode full costing akan sama dengan laba yang dihitung menurut
metode variable costing jika:
A. Volume produksi sama dengan volume penjualan.

5. Jika volume penjualan dalam bulan ini konstan dibandingkan dengan volume penjualan bulan
sebelumnya, sedangkan volume produksi bulan sekarang mengalami kenaikan dibandingkan
dengan volume produksi bulan yang lalu, maka variable costing akan menyajikan laba bulan ini:
C. Sama dengan laba bulan yang lau.

6. Dalam laporan laba rugi variable costing.


B. Biaya variabel ditandingkan dengan pendapatan dan biaya tetap diperlakukan sebagai period
costs.

7. Harga pokok produk dalam metode variable costingg meliputi:


C. Prime costs ditambah dengan biaya overbead pabrik variabel.

8. Laba kontribusi dihitung dengan cara:


A. Mengurangi pendapatan penjualan dengan biaya variabel.

9. Ratio laba kontribusi dihitung dengan rumus:


C. Laba bersih dibagi dengan aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba.

10. Operating leverage dihitung dengan rumus:


B.Laba kontribusi dibagi dengan laba bersih.
11. Menurut full costing, laba bersih yang diperoleh PT ABC tahun 20X2 lebih kecil X rupiah
dibanding dengan laba bersih yang diperoleh perusahaan tersebut dalam tahun 20X 1. X adalah:
C. Rp.200.000
12. Menurut full costing. laba bersih yang diperoleh PT ABC tahun 20X3 adalah:
B. Rp.120.000
13. Menurut variable costing, laba bersih yang diperoleh PT ABC tahun 20x2 lebih kecil X rupiah
dibanding dengan laba bersih yang diperoleh perusahaan tersebut. dalam tahun 20X1. X adalah:
A. Rp.80.000
14. Menunut variable costing, laba bersih yang diperoleh PT ABC tahun 20X2 adalah:
C. Rp.20.000o
15. Selisih laba bersih tahun 20X2 yang dihitung menurut metode full costing dengan yang dihitung
menurut metode variable costing adalah:
D. Rp. 60.000
16. Perbedaan diantara variable costing dengan absorption costing adalah:
A. Jumlah biaya yang dibebankan kepada produk di dalam metode variable costing berbeda
dengan yang dibebankan kepada produk oleh metode absonption costing.
Data berikut ini disediakan untuk mengerjakan soal nomor 17 dan 19.
Diketahui
V-Volume penjualan dalam kuantitas
P-Volume produksi dalam kuantitas
17. Jika V>P, maka:
A. Laba menurut variable costing lebih besar bila dibandingkan dengan laba menurut full
costing.
18. Jika V<P, maka:
B. Laba menurut variable costing lebih rendah bila dibandingkan dengan laba menurut full
costing.
19. Jika V-P maka:
B. Laba menurut variable costing sama dengan laba menurut full costing
SOAL LATIHAN

1. Full costing: metode penetuan harga pokok yang memperhitungkan semua unsur biaya
produksi ke dalam harga pokok produksi yang terdiri Dari biaya bahan baku , BTK BOP.baik
yang berperilaku variabel maupun tetap.
Variabel costing: perhitungan harga pokok yang hanya memperhitungkan biaya
biayaproduksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi biaya bahan
baku,BTK ,BOP. Pebedaannya adalah dari kedua metode tersebut terletak pada waktu
(timing) perlakuan fixed overhead cost.

2. a. Jika menggunakan variabel costing biaya overhead pabrik tetap di perlukan sebagai
periode cost dan bukan sebagai unsur harga pokok produk sehingga biaya overhead pabrik
tetap di bebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya.
b. Full costing biaya overhead pabrik baik yang variabel maupun tetap di kankepada produk
atas dasar tarif yang ditentukan dimuka pada kapasitas nommal atas dasar biaya overhead
yang sesungguhnya.

3. Setuju, karena sama sama memfokuskan perhatian pada produk dan biaya yang secara langsung
dapat di telusuri terhadap perubahan dalam aktifitas produksi.

4. Setuju, karena dari period cost sudah meliputi semua usur yang terkait dalam Variabel costing
dan Full costing.

5. Jika volume penjualan sama dengan volume produksi (a-b) maka cb (a-b) hasilnya sama dengan
0. Dengan demikian laba atau rugi yang dihitung dengan full costing maupun variable costing
akan menghasilkan yang sama. Jika persediaan akhir sama dengan persediaan awal maka laba
bersih menurut kedua metode adalah sama.
6. Jika volume penjualan Iebih besar dari volume produksi (a>b}maka c/b{a-b) hasilnya positif
berarti metode full costing membebankan BOP tetap lebih besar jika dibandingkan dengan yang
dibebankan dalam variabel costing, hal ini mengakibatkan laba full costing lebih rendah
dibandingkan laba variabel costing. Jika persediaan akhir lebih kecil darn persediaan awal maka
laba bersih menunut full costing akan lebih rendah dibandingkan dengan laba bersih menurut
variabel costing.
7. Volume penjualan lebih rendah dari volume produksi, laba metode variable costing akan lebih
tinggi darilaba full costing. dan saya tidak setuju karena jika volume penjualan lebih kecil dari
volume produksi(a<b), maka rumus c/b (a-b) hasilnya negatif, yang berarti metode full costing
membebankan biayaoverhead pabrik tetap lebih kecil jika dibandingkan dengan yang
dibebankan dengan metode variablecosting yang mengakibatkan laba full costing lebih tinggi
dibanding dengan laba variable costing. Dengandemikiannjika volume penjualan lebih besar dari
volume produksi, metode full costing akan menghasilkanperhitungan laba lebih tinggi
dibandingkan dengan menggunakan metode variable costing. Hal inidisebabkan karena full
costing menunda pembebanan biaya overhead pabrik tetap dengan
caramemperhitungkan biaya tersebut ke dalam persediaan akhir. Full costingmembebankan
biaya overheadpabrik tetap scbagai biaya apabila produknya telah terjual, sedangkan metode
variable costing membebankan biaya tersebut sebagai biaya dalam periode terjadinya. Oleh
karena itu perbedaan pokokantara full costing dengan variable costing adalah terletak
pada saat pengakuan biaya overhead pabriktetap sebagai biaya.

8. Dalam jangka waktu dua periode akuntansi volume penjualan konstan, laba metode variable
costing untuk jangka waktu tersebut tidak akan mengalami perubahan, dan saya tidak setuju
karena bila volumeproduksi konstan, kedua metode tersebut akan menunjukan laba yang
berubah sesuai dengan penjualannya, yaitu bila volume penjualan naik, maka laba akan naik dan
sebaliknya apabila volume penjualan turun, maka laba akan turun. Tetapi perubahan laba dalam
kedua metode tersebut tidak sama, karena di dalam full costing, perubahannya dipengaruhi
oleh perubahannya dipengaruhi oleh perubahan persediaan. Karena dalam bulan maret terjadi
penurunan volume penjualan, maka baik metode fullcosting maupun metode variable costing
menyajikan laba yang menurun dalam dua bulan tersebut, namun penurunan laba tersebut
tidak sama antara kedua metode tersebut.

9. Metode varible costing yang menghasilkan laporan laba rugi yang menyajikan informasi biaya
variableyang terpisah dari informasi biaya tetap dapat memenuhi kebutuhan manajemen untuk
perencanaan labajangka pendek.

10. Variable costing menyajikan data yang bermanfaat untuk pembuat keputusan jangka pendek.
Dalampembuatan keputusan jangka pendek yang menyangkut mengenai perubahan volume
kegiatan. Period cost tidak relevan karena tidak berubah dengan adanya perubahan volume.
Variable costing khususnyanbermanfaat untuk harga jual jangka pendek selain itu juga pihak
manajemen dengan menggunakan metode variable costing dapat menentukan keputusan misal
dalam hal pesanan khusus.

11. Ada 3 langkah yang harus ditempuh untuk mengubah laporan laba rugi variable costing ke laba
nugi full costing. yaitu :
a. Langkah pertama: Persediaan awal produk dalam proses dan persediaan awal produk
jadiditambah harga pokoknya dengan biaya overhead pabrik tetap. Untuk itu perlu
diketahui jumlah biayaoverhead pabrik sesungguhnya yang terjadi dalam periode
akuntansi sebelumnya. Jumlah ini dibagidengan dasar pembebanan akan diperoleh
biaya overhead pabrik tetap per unit dasar pembebanan. Biayaoverhead pabrik tetap
per unit ini dikalikan dengan kuantitas dasar pebebanan yang terdapat dalam
persediaan awal akan diperoleh tambahan harga pokok persediaan awal.
b. Langkah kedua: Biaya produksi menurut metode variable costing yangg semula hanya
membebankan biaya produksi variable saja perlu di- adjust dengan menambahkan biaya
overhead pabrik tetap sesungguhnya.
c. Langkah ketiga: Persediaan akhir dalam proses dan persediaan akhir produk jadi
ditambah hargapokoknya dengan biaya overhead pabrik tetap. Untuk itu biaya
overhead pabrik tetap sesungguhnya yangterjadi dalam periode akuntansi sekarang
dibagi dengan dasar pembebanan untuk menghitug biaya overhead pabnk tetap per
unit dasar pembebanan. Biaya overhead pabrik tetap per unit ini dikalikan dengan
kuantitas pembebanan yang terdapat dalam persediaan akhir akan diperoleh tambahan
harga pokok persediaan akhir.

Anda mungkin juga menyukai