NAMA :
NIM :
B1B121268
MANAJEMEN
KENDARI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamduillah kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya. Sehingga kelompok kami pada akhirnya bisa
menyelesaikan penulisan makalah Fiqih ibadah dengan judul Puasa. Rasa terima kasih juga
kami ucapkan kepada Ibu yang telah memberikan tugas makalah ini kepada kami.
Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna. Saya
juga menyadari bahwa makalah ini juga masih memiliki banyak kekurangan. Maka dari itu
kami mengharapkan saran serta masukan dari pada pembaca sekalian demi penyusunan
makalah dengan tema serupa yang lebih baik lagi.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................... 1
1.3 Tujuan Makalah................................................................................................... 1
1.4 Manfaat Makalah................................................................................................. 1
BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................................... 2
A. Pengertian Puasa.............................................................................................2
B. Macam-Macam puasa.....................................................................................2
C. Waktu yang diharamkan untuk berpuasa....................................................... 6
BAB III METODE PENELITIAN............................................................................ 8
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................10
B. Saran..............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...................................................... .........................................11
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Puasa merupakan suatu tindakan menghindari makan, minum, serta segala hal lain
yang dapat memuaskan hasrat-hasrat psikis maupun fisik yang dilakukan pada masa tertentu.
Makna dan tujuannya secara umum adalah untuk menahan diri dari segala hawa nafsu,
merenung, mawas diri, dan meningkatkan keimanan terhadap Allah SWT. Salah satu hikmah
puasa ialah melatih manusia untuk meningkatkan kehidupan rohani. Nafsu jasmani yang
terdapat dalam diri tiap individu harus diredam, dikendalikan, dan diarahkan dengan
sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan yang mulia. Setiap orang yang menjalankan puasa
pada hakekatnya sedang memenjarakan dirinya dari berbagai nafsu jasmani. Puasa juga
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan taraf kehidupan, baik yang duniawi maupun
akhirat. Karena puasa telah dilakukan di setiap syariat agama.
Pada sebuah hadist dikatakan bahwa “Semua amal anak adam itu untuk dirinya
sendiri, kecuali puasa. Karena puasa itu dikerjakan untuk-Ku, maka Aku-lah yang akan
member balasannya”. Puasa merupakan salah satu bentuk ritual agama yang dapat
meningkatkan kualitas spiritual manusia dan sebagai wahana pensucian diri guna
mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Pengaruh puasa bagi diri umat islam terutama ketika bulan Ramadhan dapat dirasakan
oleh fisik maupun jiwa. Hal ini dapat dilihat dari berbagai segi. Dalam segi kesehatan, justru
sangat bermanfaat. Kalaupun ada yang menemui permasalahan kesehatan pada saat berpuasa,
maka permasalahan itu muncul akibat yang bersangkutan tidak menjaga aturan kesehatan
dalam mengkonsumsi makanan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan puasa?
2. Macam-Macam Puasa(puasa wajib, Sunnah, makruh) 3. Waktu Yang
diharamkan untuk berpuasa?
C. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan kita mengenai puasa mulai dari puasa
wajib, Sunnah puasa Makruh sampai waktu-waktu yang di larang untuk berpuasa.
D. Manfaat
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca
tentang macam-macam puasa.
1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN PUASA
Pengertian puasa secara bahasa dalam Al Quran dan hadits disebut dengan kata
ashshiyam atau ash-shaum. Melansir buku '125 Masalah Puasa' terbitan Tiga Serangkai,
secara harfiah memiliki makna menahan diri dari sesuatu. Pengertian puasa menurut istilah
adalah menahan diri dari makanan, minum, hubungan seksual, dan segala yang membatalkan,
mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari, dengan niat karena Allah Taala. Sehingga,
puasa secara bahasa adalah semakna dengan apa yang ditulis di dalam kitab Tafsir Al-Manar
bahwa puasa yaitu menahan diri dari makan, minum, dan berhubungan badan suami istri,
mulai dari terbit fajar hingga Maghrib karena ridha Allah SWT. Sedangkan, pengertian puasa
dan dalilnya tertuang dalam Al Quran surah Al-Baqarah ayat 183, seperti di bawah ini َّ َت
ت
َ ِوا ُكتVۡۡ Vُا ا َّل ِذ ۡی َن ٰا َمنVVَ َّل ُكمۡ یٰٓـاَیُّ ھVب َعلَى ا َّل ِذ ۡی َن ِم ۡن قَ ۡبل ُِکمۡ لَ َع
ب َعلَ ۡی ُک ُم َ ِا ُكتVVو َۙن َک َمVۡ Vُق
الصِّ یَا ُم
Yaa ayyuhal laziina aamanuu kutiba 'alaikumus Siyaamu kamaa kutiba 'alal laziina min
qablikum la'allakum tattaquun
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.
B. MACAM-MACAM PUASA
A. Puasa Wajib
• Puasa Ramadhan
Puasa Ramadhan adalah puasa wajib yang dilakukan selama sebulan saat bulan
Ramadhan. Kewajiban ibadah puasa Ramadhan terdapat dalam Al-Qur’an surat Albaqarah
ayat 183.
• Puasa Nazar
Puasa nazar adalah puasa wajib karena sebuah janji. Karena janji adalah utang yang
harus dibayar, sehingga puasa nazar wajib hukumnya.
• Puasa Syawal
Syawal adalah nama bulan setelah bulan Ramadhan. Jadi puasa Syawal adalah
berpuasa selama enam hari di bulan Syawal. Puasa ini bisa dilakukan secara berurutan
dimulai dari hari kedua syawal ataupun bisa secara tidak berurutan.
Rasulullah bersabda: “Keutamaan puasa ramadhan yang diiringi dengan puasa syawal ialah
seperti orang yang berpuasa selama setahun (HR. Muslim).
• Puasa Dzulhijjah
Puasa Dzulhijjah adalah puasa sunnah yang dilakukan 10 hari pertama di bulan
Dzulhijjah. Nah, di hari kesepuluh bertepatan dengan pelaksanaan hari raya kurban, kita
hanya diminta berpuasa hingga selesai melaksanakan shalat hari raya. Setelahnya shalat Idul
Adha, kita tidak diperbolehkan melanjutkan puasa karena hukumnya menjadi haram.
Keutamaan puasa Dzulhijjah bisa kita temukan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan
oleh Imam Tirmidzi, “Tidak ada hari-hari yang lebih disukai Allah untuk dipakai beribadah
lebih dari sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah. Berpuasa pada siang harinya sama
dengan berpuasa selama satu tahun dan salat pada malam harinya sama nilainya dengan
mengerjakan salat pada malam lailatul qadar.”
Puasa Arafah
Puasa arafah adalah puasa sunnah yang dianjurkan bagi umat Islam yang tidak sedang
berhaji. Sedangkan bagi umat Islam yang sedang berhaji, tidak ada keutamaan puasa pada
hari arafah atau tanggal 9 Dzulhijjah. Puasa Arafah dilakukan juga untuk menyambut Idul
Adha. Puasa arafah mempunyai keistimewaan yaitu akan dihapuskan dosa-dosa pada tahun
lalu serta dosa-dosa di tahun yang akan datang (HR. Muslim). Dosa yang diampuni adalah
dosa kecil, karena dosa-dosa besar hanya bisa diampuni dengan jalan bertaubat atau taubatan
nasuha.
• Puasa Daud
Puasa Daud adalah puasa yang dilakukan secara selang-seling (sehari puasa, sehari
tidak). Puasa Daud bertujuan untuk meneladani puasanya Nabi Daud As. Karena puasa Daud
dilakukan hampir setiap hari, Rasulullah tidak menganjurkan untuk menambah puasa sunnah
lainnya.
“Maka berpuasalah engkau sehari dan berbuka sehari, inilah (yang dinamakan) puasa Daud
‘alaihissalam dan ini adalah puasa yang paling afdhal. Lalu aku berkata, sesungguhnya aku
mampu untuk puasa lebih dari itu, maka Nabi SAW berkata: “Tidak ada puasa yang lebih
afdhal dari itu, ” (HR. Bukhari: 1840)
4
• Puasa Ayyamul Bidh
Umat Islam disunnahkan berpuasa ayyamul bidh minimal tiga kali dalam sebulan.
Namun puasa lebih utama dilakukan pada ayyamul bidh, yaitu pada hari ke-13, 14, dan 15
dalam bulan Hijriyah atau bulan pada kalender Islam. Ayyamul bidh sendiri mempunyai arti
yaitu hari putih karena pada malam-malam tersebut bulan purnama bersinar dengan sinar
rembulannya yang putih.
• Puasa Sya’ban (Nisfu Sya’ban)
Tidak hanya bulan Ramadhan yang mempunyai keistimewaan, bulan Sya’ban juga
memiliki keistimewaan tersendiri. Pada bulan itu dianjurkan umat Islam mencari pahala
sebanyak-banyaknya, salah satunya dengan melakukan puasa pada awal pertengahan bulan
Sya’ban.
• Puasa Rajab
Sesuai namanya, puasa rajab adalah ibadah puasa sunnah yang dilakukan saat Bulan
Rajab. Umat islam dianjurkan dan membolehkan umat Islam memperbanyak puasa sunah di
Bulan Rajab. Kenapa boleh diperbanyak? Karena jumlah puasa rajab tidak ditentukan. Hari
pelaksanaannya pun bisa kapan saja.
Doa Puasa Rajab
NAWAITU SHOUMA SYAHRI RAJABA SUNNATAN LILLAHI TA’ALA. Artinya: Saya
berniat puasa Rajab sunah karena Allah ta'ala.
• Puasa Tasu’a
Puasa sunnah tasu'a dilakukan pada tanggal9 Muharram untuk
melengkapi puasa asyura yang dilakukan pada tanggal 10 Muharram. Ini karena di tanggal
yang sama (tanggal 10 Muharram) orang-orang Yahudi juga melakukan ibadah puasa. Doa
puasa Tasu’a
Nawaitu sauma tasu'a sunnatal lillahita'ala
Artinya: "Saya niat berpuasa hari tasua, sunnah karena Allah ta'ala."
PUASA MAKRUH
Jika Anda berpuasa pada hari jumat atau sabtu dengan tujuan untuk disengaja atau
dikhususkan maka hukum itu makruh kecuali Anda bermaksud atau ingin mengganti puasa
Ramadhan, puasa kifarat atau puasa karena nadza.
Selain hari-hari tersebut, ada pula waktu dimana umat Islam dianjurkan untuk tak berpuasa,
yaitu ketika kerabat atau sahabat yang sedang menyelenggarakan pesta syukuran atau
pernikahan. Hukum berpuasa pada hari itu bukan haram, melainkan makruh, karena Allah tak
menyukai bila seseorang hanya memikirkan kehidupan alam baka saja sementara kehidupan
sosialnya (menjaga hubungan dengan kerabat atau masyarakat) dilepaskan.
6
Sebagaimana diterangkan dalam hadits riwayat Muslim, Rasulullah SAW melarang umatnya
berpuasa di dua hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Dari Abu Sa'id Al Khudri ra, berkata:
َِّ رسولرسُو َل ﷲ
َ َّصلى َأن- ْن ﷲ علیھ وسلم
ِ ویومو َی ْو ِم الن َّحرحْ ِر ن َھى َن َھى عن َعنْ صیامصِ َی ِام یومین َی ْو َمی
َ الفطرالف ِْط ِر
ْ یوم َی ْو ِم
Artinya: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melarang berpuasa pada dua hari yaitu Idul
Fitri dan Idul Adha." (HR. Muslim).
7
BAB III
METODE PENELITIAN
Sesuai dengan tujuan penelitian ini maka metode yang digunakan adalah metode
deskriptif. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, yakni
penelitian yang memusatkan perhatiannya pada konsep-konsep yang timbul dari data lalu
kemudian dicari hubungannya untuk membentuk teori substantif yang berkaitan dengan
puasa dan kesehatan.
Data diperoleh dan dikumpulkan dari penelitian kepustakaan yaitu berbagai sumber
yang mendukung data penelitian yang bisa bersumber dari buku referensi, jurnal, artikel,
maupun dari sumber lainnya yang ada hubungannya dengan materi dan tema pengkajian.
Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan terhitung mulai dari tanggal 30 Maret
sampai dengan 30 April 2022 yang bertempat di perpustakaan IAIN KENDARI.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri. Untuk dapat
dimengerti bahwa peneliti merupakan instrument utama, maka seorang peneliti harus
memiliki syarat-syarat. Lincoln dan Cuba dalam Moleong merincikan syarat-syarat tersebut
antara lain: (1) responsif, dapat menyesuaikan diri, menekankan keutuhan, mendasarkan diri
atas perluasan pengetahuan, memproses data secepatnya dan memanfaatkan kesempatan
untuk mengklarifikasi dan mengiktisar serta memanfaatkan kesempatan untuk mencari
8
respon yang tidak lazim. (2) kualitas yang diharapkan, dan (3) meningkatkan kemampuan
peneliti sebagai instrumen.
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi:
1. Data sekunder yakni data yang diperoleh melalui bahan kepustakaan. Dari tersebut
diperoleh dari literatur-literatur penunjang seperti buku-buku yang berkaitan dengan
puasa dan kesehatan, dokumen-dokumen penting, laporan hasil penelitian, pendapat
para ahli dalam bentuk buku, makalah dan sebagainya dan sumber-sumber terpecaya
lainnya berupa internet, koran, dan lain sebagainya.
2. Data tersier yakni bahan yang memberikan pentunjuk maupun penjelasan terhadap
bahan hukum primer dan sekunder. Bahan tersier seperti Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Kamus kesehatan, dan Ensiklopedi.
1) Reduksi, yakni cara mengembangkan gagasan utama yang ditempatkan pada awal
alinea, serta pengkhususan atau perincian-perinciannya terhadap dalam kalimat-
kalimat berikutnya.
2) Deduksi, yaitu dengan menganalisis data secara langsung kemudian memberi
penilaian sesuai dengan tema untuk mencari bagian-bagian yang saling terkait agar
lebih sederhana yang dikemukakan perincian-perinciannya sehingga data tersebut
dapat disimpulkan secara umum.
9
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian dari puasa ialah : Secara umum, puasa berarti ‘menahan’ Menurut istilah
adalah menahan diri dari segala yang membatalkan puasa, sejak terbit fajar hingga terbenam
matahari dengan disertai niat.
Pembagian puasa menurut agama Islam ada empat macam, yaitu : Puasa wajib Puasa
sunat Puasa makruh. Puasa haram. Syarat puasa terbagi menjadi dua, yaitu :Syarat wajib
puasa : Berakal, orang yang gila tidak diwajibkan puasa. Baligh (Umur 15 tahun ke atas) atau
ada tanda yang lain. Anak-anak tidak wajib berpuasa. Kuat berpuasa. Orang yang tidak kuat,
misalnya karena sudah tua atau sakit, tidak wajib puasa. Syarat sah puasa Islam. Orang yang
bukan islam tidak sah puasa. Mumayiz (dapat membedakan yang baik dengan yang tidak
baik). Sudi dari darah haid (kotoran) dan nifas (darah habis melahirkan). Orang yang haid
atau nifas itu tidak sah puasa, tetapi keduanya wajib mengkhodo’ (membayar) puasa yang
tertinggal itu secukupnya.
Dalam waktu yang diperbolehkan puasa padanya. dilarang puasapada dua hari raya
dan hari tasyrik (tanggal 11,12, 13 bulan haji). Rukun puasa yaitu niat dan menahan diri dari
segala yang membatalkan puasa sejak terbit fajar hingga terbenam matahari. Cara
pelaksanaan puasa yaitu dengan niat pada malam sebelum sahur, berdoa ketika berbuka dan
berpuasa, menyegerakan berbuka, selama berpuasa hendaknya menghindari segala hal yang
dapat membatalkan puasa, memperbanyak amalan dan giat beribadah selama berpuasa.
B. Saran
1. Sebagai seorang muslim yang taat kepada ajaran Allah, sebaiknya kita mengetahui
dan memahami segala sesuatu yang berkaitan dengan puasa agar tidak keliru ketika
menjalankan puasa nantinya.
3. Ketika menjalankan ibadah puasa, sebaiknya selalu berserah diri kepada Allah dan
selalu berdoa kepada-Nya. Karena tantangan dan godaan ketika berpuasa tidaklah mudah bila
dirasakan. Serta selalu menghindari hal-hal yang dapat membatalkan puasa kita.
10
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/40949481/Macam_macam_puasa_fiqih_ibadah
11