Anda di halaman 1dari 15

MACAM-MACAM PUASA

(DITUJUKAN UNTUK TUGAS FINAL BAHASA INDONESIA)

NAMA :

MUHAMMAD AIDIL YAQIN

NIM :

B1B121268

MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI
2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamduillah kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya. Sehingga kelompok kami pada akhirnya bisa
menyelesaikan penulisan makalah Fiqih ibadah dengan judul Puasa. Rasa terima kasih juga
kami ucapkan kepada Ibu yang telah memberikan tugas makalah ini kepada kami.

Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna. Saya
juga menyadari bahwa makalah ini juga masih memiliki banyak kekurangan. Maka dari itu
kami mengharapkan saran serta masukan dari pada pembaca sekalian demi penyusunan
makalah dengan tema serupa yang lebih baik lagi.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................... 1
1.3 Tujuan Makalah................................................................................................... 1
1.4 Manfaat Makalah................................................................................................. 1
BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................................... 2
A. Pengertian Puasa.............................................................................................2
B. Macam-Macam puasa.....................................................................................2
C. Waktu yang diharamkan untuk berpuasa....................................................... 6
BAB III METODE PENELITIAN............................................................................ 8

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian.....................................................................8


B. Waktu dan Tempat Penelitian.........................................................................8
C. Instrumen Penelitian ......................................................................................8
D. Teknik Pengumpulan Data .............................................................................8
E. Teknik Analisis Data.......................................................................................9

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................10
B. Saran..............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...................................................... .........................................11
BAB II
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Puasa merupakan suatu tindakan menghindari makan, minum, serta segala hal lain
yang dapat memuaskan hasrat-hasrat psikis maupun fisik yang dilakukan pada masa tertentu.
Makna dan tujuannya secara umum adalah untuk menahan diri dari segala hawa nafsu,
merenung, mawas diri, dan meningkatkan keimanan terhadap Allah SWT. Salah satu hikmah
puasa ialah melatih manusia untuk meningkatkan kehidupan rohani. Nafsu jasmani yang
terdapat dalam diri tiap individu harus diredam, dikendalikan, dan diarahkan dengan
sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan yang mulia. Setiap orang yang menjalankan puasa
pada hakekatnya sedang memenjarakan dirinya dari berbagai nafsu jasmani. Puasa juga
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan taraf kehidupan, baik yang duniawi maupun
akhirat. Karena puasa telah dilakukan di setiap syariat agama.
Pada sebuah hadist dikatakan bahwa “Semua amal anak adam itu untuk dirinya
sendiri, kecuali puasa. Karena puasa itu dikerjakan untuk-Ku, maka Aku-lah yang akan
member balasannya”. Puasa merupakan salah satu bentuk ritual agama yang dapat
meningkatkan kualitas spiritual manusia dan sebagai wahana pensucian diri guna
mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Pengaruh puasa bagi diri umat islam terutama ketika bulan Ramadhan dapat dirasakan
oleh fisik maupun jiwa. Hal ini dapat dilihat dari berbagai segi. Dalam segi kesehatan, justru
sangat bermanfaat. Kalaupun ada yang menemui permasalahan kesehatan pada saat berpuasa,
maka permasalahan itu muncul akibat yang bersangkutan tidak menjaga aturan kesehatan
dalam mengkonsumsi makanan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan puasa?
2. Macam-Macam Puasa(puasa wajib, Sunnah, makruh) 3. Waktu Yang
diharamkan untuk berpuasa?

C. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan kita mengenai puasa mulai dari puasa
wajib, Sunnah puasa Makruh sampai waktu-waktu yang di larang untuk berpuasa.

D. Manfaat
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca
tentang macam-macam puasa.
1

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN PUASA

Pengertian puasa secara bahasa dalam Al Quran dan hadits disebut dengan kata
ashshiyam atau ash-shaum. Melansir buku '125 Masalah Puasa' terbitan Tiga Serangkai,
secara harfiah memiliki makna menahan diri dari sesuatu. Pengertian puasa menurut istilah
adalah menahan diri dari makanan, minum, hubungan seksual, dan segala yang membatalkan,
mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari, dengan niat karena Allah Taala. Sehingga,
puasa secara bahasa adalah semakna dengan apa yang ditulis di dalam kitab Tafsir Al-Manar
bahwa puasa yaitu menahan diri dari makan, minum, dan berhubungan badan suami istri,
mulai dari terbit fajar hingga Maghrib karena ridha Allah SWT. Sedangkan, pengertian puasa
dan dalilnya tertuang dalam Al Quran surah Al-Baqarah ayat 183, seperti di bawah ini َّ َ‫ت‬
‫ت‬
َ ِ‫وا ُكت‬Vۡۡ Vُ‫ا ا َّل ِذ ۡی َن ٰا َمن‬VVَ‫ َّل ُكمۡ یٰٓـاَیُّ ھ‬V‫ب َعلَى ا َّل ِذ ۡی َن ِم ۡن قَ ۡبل ُِکمۡ لَ َع‬
‫ب َعلَ ۡی ُک ُم‬ َ ِ‫ا ُكت‬VV‫و َۙن َک َم‬Vۡ Vُ‫ق‬
‫الصِّ یَا ُم‬
Yaa ayyuhal laziina aamanuu kutiba 'alaikumus Siyaamu kamaa kutiba 'alal laziina min
qablikum la'allakum tattaquun

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.

B. MACAM-MACAM PUASA

A. Puasa Wajib

• Puasa Ramadhan
Puasa Ramadhan adalah puasa wajib yang dilakukan selama sebulan saat bulan
Ramadhan. Kewajiban ibadah puasa Ramadhan terdapat dalam Al-Qur’an surat Albaqarah
ayat 183.

• Puasa Nazar
Puasa nazar adalah puasa wajib karena sebuah janji. Karena janji adalah utang yang
harus dibayar, sehingga puasa nazar wajib hukumnya.

• Puasa Denda atau Kifarat


Puasa denda adalah puasa wajib yang dilakukan untuk menggantikan dam atau denda
atas pelanggaran. Puasa ini bertujuan menghapus dosa yang telah dilakukan. Beberapa hal
yang membuat kamu wajib puasa kifarat antara lain, melanggar sumpah atas nama Allah,
kafarat dalam melakukan ibadah haji, kafarat karena berjima’ atau berhubungan badan suami
istri di bulan Ramadhan, sebagai pengganti puasa Ramadhan, membunuh binatang saat
sedang ihram.

Contoh niat puasa Kifarat Qadha Ramadhan


Puasa ini wajib sebagai pengganti puasa kamu yang bolong di tengah bulan Ramadan.

NAWAITU SHOUMA GHODIN 'AN QADAA'IN FARDHO ROMADHONA LILLAHI


TA'ALA Artinya: Saya niat puasa esok hari karena mengganti fardhu Ramadhan karena
Allah Ta'ala.

B. Macam-macam Puasa Sunnah


Puasa sunnah adalah puasa yang hukumnya sunnah atau tidak wajib dilakukan.
Seseorang yang menjalankan puasa sunnah akan mendapatkan pahala. Namun jika dia tidak
menjalankannya, dia tidak mendapatkan dosa. Inilah jenis puasa sunnah.

• Puasa Syawal
Syawal adalah nama bulan setelah bulan Ramadhan. Jadi puasa Syawal adalah
berpuasa selama enam hari di bulan Syawal. Puasa ini bisa dilakukan secara berurutan
dimulai dari hari kedua syawal ataupun bisa secara tidak berurutan.
Rasulullah bersabda: “Keutamaan puasa ramadhan yang diiringi dengan puasa syawal ialah
seperti orang yang berpuasa selama setahun (HR. Muslim).

• Puasa Dzulhijjah
Puasa Dzulhijjah adalah puasa sunnah yang dilakukan 10 hari pertama di bulan
Dzulhijjah. Nah, di hari kesepuluh bertepatan dengan pelaksanaan hari raya kurban, kita
hanya diminta berpuasa hingga selesai melaksanakan shalat hari raya. Setelahnya shalat Idul
Adha, kita tidak diperbolehkan melanjutkan puasa karena hukumnya menjadi haram.
Keutamaan puasa Dzulhijjah bisa kita temukan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan
oleh Imam Tirmidzi, “Tidak ada hari-hari yang lebih disukai Allah untuk dipakai beribadah
lebih dari sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah. Berpuasa pada siang harinya sama
dengan berpuasa selama satu tahun dan salat pada malam harinya sama nilainya dengan
mengerjakan salat pada malam lailatul qadar.”

Niat Puasa Dzulhijjah


"NAWAITU SHAUMA SYAHRI DHILHIJJATI SUNNATAN LILLAAHI TA’AALA"
Artinya: Aku niat puasa sunnah di bulan Dzulhijjah karena Allah Ta’ala

 Puasa Arafah
Puasa arafah adalah puasa sunnah yang dianjurkan bagi umat Islam yang tidak sedang
berhaji. Sedangkan bagi umat Islam yang sedang berhaji, tidak ada keutamaan puasa pada
hari arafah atau tanggal 9 Dzulhijjah. Puasa Arafah dilakukan juga untuk menyambut Idul
Adha. Puasa arafah mempunyai keistimewaan yaitu akan dihapuskan dosa-dosa pada tahun
lalu serta dosa-dosa di tahun yang akan datang (HR. Muslim). Dosa yang diampuni adalah
dosa kecil, karena dosa-dosa besar hanya bisa diampuni dengan jalan bertaubat atau taubatan
nasuha.

Niat Puasa Arafah 9 Dzulhijjah


"NAWAITU SHAUMA 'AROFATA SUNNATAN LILLAAHI TA’AALA" Artinya: "Aku
niat puasa sunnah Arafah karena Allah Ta’ala"
• Puasa Tarwiyah
Puasa Tarwiyah adalah puasa yang dilaksanakan pada hari tarwiyah yakni 8
Dzulhijjah. Istilah tarwiyah berasal dari kata tarawwa yang berarti membawa bekal air. Hal
tersebut dinamakan karena pada hari itu, para jamaah haji membawa banyak bekal air
zamzam untuk persiapan arafah dan menuju Mina.

• Puasa Senin dan Kamis


Jenis puasa sunnah ini mungkin yang paling banyak dilaksanakan. Puasa senin kamis
berawal ketika Nabi Muhammad SAW memerintah umatnya untuk senantiasa berpuasa di
hari senin dan kamis. Hari Senin adalah hari kelahiran beliau sedangkan hari kamis adalah
hari pertama kali Al-Qur’an diturunkan. Dan pada hari Senin Kamis juga, amal perbuatan
manusia diperiksa, sehingga beliau menginginkan ketika diperiksa dalam keadaan berpuasa.

Niat puasa sunnah di hari Senin:

NAWAITU SAUMA YAUMAL ITSNAINI SUNNATAN LILLAHI TA'ALA Artinya: Saya


niat puasa hari Senin, sunnah karena Allah ta'ala.

Niat puasa sunnah di hari Kamis

NAWAITU SAUMA YAUMAL KHOMIISI SUNNATAN LILLAHI TA’ALA Artinya:


Saya niat puasa hari Kamis, sunnah karena Allah ta'ala.

• Puasa Daud
Puasa Daud adalah puasa yang dilakukan secara selang-seling (sehari puasa, sehari
tidak). Puasa Daud bertujuan untuk meneladani puasanya Nabi Daud As. Karena puasa Daud
dilakukan hampir setiap hari, Rasulullah tidak menganjurkan untuk menambah puasa sunnah
lainnya.

“Maka berpuasalah engkau sehari dan berbuka sehari, inilah (yang dinamakan) puasa Daud
‘alaihissalam dan ini adalah puasa yang paling afdhal. Lalu aku berkata, sesungguhnya aku
mampu untuk puasa lebih dari itu, maka Nabi SAW berkata: “Tidak ada puasa yang lebih
afdhal dari itu, ” (HR. Bukhari: 1840)

• Puasa ‘Asyura atau puasa Muharram


Bulan Muharram adalah bulan yang disunnahkan untuk memperbanyak puasa, boleh
di awal bulan, pertengahan, ataupun di akhir. Namun, puasa paling utama adalah pada hari
Asyura yakni tanggal 10 bulan Muharram. Puasa ini dikenal dengan istilah Yaumul Asyura
yang artinya hari pada tanggal kesepuluh bulan Muharram.

4
• Puasa Ayyamul Bidh
Umat Islam disunnahkan berpuasa ayyamul bidh minimal tiga kali dalam sebulan.
Namun puasa lebih utama dilakukan pada ayyamul bidh, yaitu pada hari ke-13, 14, dan 15
dalam bulan Hijriyah atau bulan pada kalender Islam. Ayyamul bidh sendiri mempunyai arti
yaitu hari putih karena pada malam-malam tersebut bulan purnama bersinar dengan sinar
rembulannya yang putih.
• Puasa Sya’ban (Nisfu Sya’ban)
Tidak hanya bulan Ramadhan yang mempunyai keistimewaan, bulan Sya’ban juga
memiliki keistimewaan tersendiri. Pada bulan itu dianjurkan umat Islam mencari pahala
sebanyak-banyaknya, salah satunya dengan melakukan puasa pada awal pertengahan bulan
Sya’ban.
• Puasa Rajab
Sesuai namanya, puasa rajab adalah ibadah puasa sunnah yang dilakukan saat Bulan
Rajab. Umat islam dianjurkan dan membolehkan umat Islam memperbanyak puasa sunah di
Bulan Rajab. Kenapa boleh diperbanyak? Karena jumlah puasa rajab tidak ditentukan. Hari
pelaksanaannya pun bisa kapan saja.
Doa Puasa Rajab
NAWAITU SHOUMA SYAHRI RAJABA SUNNATAN LILLAHI TA’ALA. Artinya: Saya
berniat puasa Rajab sunah karena Allah ta'ala.
• Puasa Tasu’a
Puasa sunnah tasu'a dilakukan pada tanggal9 Muharram untuk
melengkapi puasa asyura yang dilakukan pada tanggal 10 Muharram. Ini karena di tanggal
yang sama (tanggal 10 Muharram) orang-orang Yahudi juga melakukan ibadah puasa. Doa
puasa Tasu’a
Nawaitu sauma tasu'a sunnatal lillahita'ala
Artinya: "Saya niat berpuasa hari tasua, sunnah karena Allah ta'ala."

 MANFAAT PUASA SUNNAH


Puasa sunnah adalah salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah di luar ibadah
wajib yang diperintahkan. Apalagi di saat puasa kita dianjurkan untuk menghindari hal-hal
yang dilarang dan menahan hawa nafsu. “Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua
kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan
Rabbnya. Sesungguhnya aroma mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah daripada
harum minyak kasturi.
Inilah manfaat puasa:
• Melatih Diri Mengendalikan Hawa Nafsu
Puasa adalah cara menahan diri dari segala hal yang berhubungan dengan nafsu dunia mulai
dari Subuh hingga Maghrib. Selain mengelola nafsu makan dan minum, nafsu syahwat dan
emosi juga harus dijaga.
• Melatih Hidup Sederhana
Normalnya ketika berpuasa, konsumsi makanan akan berkurang dibanding hari biasa. Ini bisa
melatih kita untuk hidup sederhana dan bercermin pada nasib orang lain yang tidak
5
seberuntung kita. Dengan puasa kita bisa lebih mudah berempat
• Menjaga Kesehatan
Puasa bisa membuat tubuh membuang racun-racun di dalamnya atau dalam istilah kerennya
detoksifikasi. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa puasa bisa membantu
menurunkan kadar gula dan kolesterol dalam darah.
• Lebih Taat Beribadah
Karena puasa sunnag hukumnya tidak wajib, maka banyak orang yang pasti merasa berat
melakukannya. Dengan ibadah sunnah, maka ibadah wajib akan menjadi semakin mudah
dilaksanakan.
• Meniru Kebiasaan Mulia Rasulullah SAW
Rasulullah adalah sebaik-baiknya suri tauladan. Saat ibadah sunnah dilakukan konsisten, ini
akan menjadikan kita pengikut Rasulullah yang beruntung.

PUASA MAKRUH
Jika Anda berpuasa pada hari jumat atau sabtu dengan tujuan untuk disengaja atau
dikhususkan maka hukum itu makruh kecuali Anda bermaksud atau ingin mengganti puasa
Ramadhan, puasa kifarat atau puasa karena nadza.

C. WAKTU YANG DIHARAMKAN UNTUK BERPUASA


Waktu haram puasa yaitu waktu di mana umat Islam dilarang berpuasa. Hikmahnya
yaitu ketika seluruh orang bergembira, seseorang itu perlu ikut bersama merayakannya.
Waktu yang diharamkan untuk berpuasa:
Berpuasa pada Hari Raya Idul Fitri ( 1 Syawal )
Berpuasa pada Hari Raya Idul Adha ( 10 Zulhijjah )
Berpuasa pada hari-hari Tasyrik ( 11, 12, dan 13 Zulhijjah )

Selain hari-hari tersebut, ada pula waktu dimana umat Islam dianjurkan untuk tak berpuasa,
yaitu ketika kerabat atau sahabat yang sedang menyelenggarakan pesta syukuran atau
pernikahan. Hukum berpuasa pada hari itu bukan haram, melainkan makruh, karena Allah tak
menyukai bila seseorang hanya memikirkan kehidupan alam baka saja sementara kehidupan
sosialnya (menjaga hubungan dengan kerabat atau masyarakat) dilepaskan.

 Hari Raya Idul Fitri


Tanggal 1 Syawal telah diputuskan sebagai hari raya sakral umat Islam. Hari itu
adalah hari kemenangan yang mesti dirayakan dengan bergembira. Karena syariat telah
mengatur bahwa di hari itu tak diperkenankan seseorang untuk berpuasa sampai pada tingkat
haram. Meski tak ada yang mampu dimakan, akan tetapi tetap tidak diperbolehkan puasa di
hari ini.

6
Sebagaimana diterangkan dalam hadits riwayat Muslim, Rasulullah SAW melarang umatnya
berpuasa di dua hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Dari Abu Sa'id Al Khudri ra, berkata:

َِّ ‫رسولرسُو َل ﷲ‬
َ َّ‫صلى َأن‬- ‫ْن ﷲ علیھ وسلم‬
ِ ‫ویومو َی ْو ِم الن َّحرحْ ِر ن َھى َن َھى عن َعنْ صیامصِ َی ِام یومین َی ْو َمی‬
َ ‫الفطرالف ِْط ِر‬
ْ ‫یوم َی ْو ِم‬

Artinya: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melarang berpuasa pada dua hari yaitu Idul
Fitri dan Idul Adha." (HR. Muslim).

• Puasa sehari saja pada hari Jumat


Puasa ini haram hukumnya bila tanpa didahului dengan hari sebelum atau sesudahnya.
Kecuali benar kaitannya dengan puasa sunnah lainnya seperti puasa sunah nabi Daud, yaitu
sehari berpuasa dan sehari tidak. Karenanya bila jatuh hari Jumat giliran untuk puasa, boleh
berpuasa. Beberapa ulama tak sampai mengharamkannya secara mutlak, namun hanya sampai
makruh saja.
• Puasa pada hari Syak
Hari syah yaitu tanggal 30 Sya‘ban bila orang-orang ragu tentang awal bulan
Ramadhan karena hilal (bulan) tak terlihat. Kala itu tak benar kejelasan apakah sudah masuk
bulan Ramadhan atau belum. Ketidak-jelasan ini disebut syak. Dan secara syar‘i umat Islam
dilarang berpuasa pada hari itu. Namun benar juga yang berpendapat tak mengharamkan
tetapi hanya memakruhkannya saja.
• Puasa Selamanya
Diharamkan untuk seseorang untuk berpuasa terus setiap hari. Meski dia sanggup
untuk mengerjakannya karena memang tubuhnya kuat. Tetapi secara syar‘i puasa seperti itu
dilarang oleh Islam. Untuk mereka yang berhasrat banyak puasa, Rasulullah SAW
menyarankan untuk berpuasa seperti puasa Nabi Daud as yaitu sehari puasa dan sehari
berbuka.
• Wanita haidh atau nifas
Wanita yang sedang merasakan haidh atau nifas diharamkan mengerjakan puasa.
Karena kondisi tubuhnya sedang dalam adanya tak suci dari hadats akbar. Apabila tetap
memperagakan puasa, karenanya berdosa hukumnya. Bukan berfaedah mereka boleh lepas
makan dan minum sepuasnya. Tetapi mesti menjaga kehormatan bulan Ramadhan dan
kewajiban menggantinya di hari lain.
• Puasa sunnah untuk wanita tanpa izin suaminya
Seorang istri bila akan mengerjakan puasa sunnah, karenanya mesti meminta izin
terlebih dahulu untuk suaminya. Bila memperoleh izin, karenanya boleh lah dia berpuasa.
Sedangkan bila tak diizinkan tetapi tetap puasa, karenanya puasanya haram secara syar‘i.
Dalam kondisi itu suami berhak untuk memaksanya berbuka puasa. Kecuali bila telah
mengetahui bahwa suaminya dalam kondisi tak membutuhkannya. Misalnya ketika suami
pergi atau dalam adanya ihram haji atau umrah atau sedang beri‘tikaf. Sabda Rasulullah SAW
Tak halal untuk wanita untuk berpuasa tanpa izin suaminya sedangkan suaminya benar
dihadapannya. Karena hak suami itu mesti ditunaikan dan yaitu fardhu untuk isteri,
sedangkan puasa itu hukumnya sunnah. Kewajiban tak boleh dilepaskan untuk mengejar yang
sunnah.

7
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian ini maka metode yang digunakan adalah metode
deskriptif. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, yakni
penelitian yang memusatkan perhatiannya pada konsep-konsep yang timbul dari data lalu
kemudian dicari hubungannya untuk membentuk teori substantif yang berkaitan dengan
puasa dan kesehatan.

Peneliti menggunakan metode study kepustakaan (library research) dengan


membaca, mempelajari dan meneliti buku yang ada hubungan dan berkaitan langsung
dengan penelitian ini. Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang identik dengan buku-
buku dan penelitian berhadapan langsung dengan teks dan bukannya dengan pengetahuan
langsung dari lapangan atau saksi mata berupa kejadian, orang atau benda-benda lain.34
Penelitian yang penulis lakukan dapat dikategorikan dengan kepenelitian pustaka karena
tidak memerlukan terjun langsung ke lapangan melalui survai maupun observasi untuk
mendapatkan data yang dicari.

Data diperoleh dan dikumpulkan dari penelitian kepustakaan yaitu berbagai sumber
yang mendukung data penelitian yang bisa bersumber dari buku referensi, jurnal, artikel,
maupun dari sumber lainnya yang ada hubungannya dengan materi dan tema pengkajian.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan terhitung mulai dari tanggal 30 Maret
sampai dengan 30 April 2022 yang bertempat di perpustakaan IAIN KENDARI.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri. Untuk dapat
dimengerti bahwa peneliti merupakan instrument utama, maka seorang peneliti harus
memiliki syarat-syarat. Lincoln dan Cuba dalam Moleong merincikan syarat-syarat tersebut
antara lain: (1) responsif, dapat menyesuaikan diri, menekankan keutuhan, mendasarkan diri
atas perluasan pengetahuan, memproses data secepatnya dan memanfaatkan kesempatan
untuk mengklarifikasi dan mengiktisar serta memanfaatkan kesempatan untuk mencari

8
respon yang tidak lazim. (2) kualitas yang diharapkan, dan (3) meningkatkan kemampuan
peneliti sebagai instrumen.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi:

1. Data sekunder yakni data yang diperoleh melalui bahan kepustakaan. Dari tersebut
diperoleh dari literatur-literatur penunjang seperti buku-buku yang berkaitan dengan
puasa dan kesehatan, dokumen-dokumen penting, laporan hasil penelitian, pendapat
para ahli dalam bentuk buku, makalah dan sebagainya dan sumber-sumber terpecaya
lainnya berupa internet, koran, dan lain sebagainya.
2. Data tersier yakni bahan yang memberikan pentunjuk maupun penjelasan terhadap
bahan hukum primer dan sekunder. Bahan tersier seperti Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Kamus kesehatan, dan Ensiklopedi.

E. Teknik Analisis Data

Data-data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis dengan menggunakan metode


analisis kualitatif, yaitu data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis, untuk
selanjutnya dianalisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang akan
dibahas.39 Selanjutnya data yang berhasil dikumpulkan akan dianalisis dengan
menggunakan teknik analisis deskriptif yang dimaksudkan untuk menggambarkan kaitan
yang terjadi dalam kajian penelitian ini dengan menggunakan dua teknik, yakni:

1) Reduksi, yakni cara mengembangkan gagasan utama yang ditempatkan pada awal
alinea, serta pengkhususan atau perincian-perinciannya terhadap dalam kalimat-
kalimat berikutnya.
2) Deduksi, yaitu dengan menganalisis data secara langsung kemudian memberi
penilaian sesuai dengan tema untuk mencari bagian-bagian yang saling terkait agar
lebih sederhana yang dikemukakan perincian-perinciannya sehingga data tersebut
dapat disimpulkan secara umum.

9
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengertian dari puasa ialah : Secara umum, puasa berarti ‘menahan’ Menurut istilah
adalah menahan diri dari segala yang membatalkan puasa, sejak terbit fajar hingga terbenam
matahari dengan disertai niat.

Pembagian puasa menurut agama Islam ada empat macam, yaitu : Puasa wajib Puasa
sunat Puasa makruh. Puasa haram. Syarat puasa terbagi menjadi dua, yaitu :Syarat wajib
puasa : Berakal, orang yang gila tidak diwajibkan puasa. Baligh (Umur 15 tahun ke atas) atau
ada tanda yang lain. Anak-anak tidak wajib berpuasa. Kuat berpuasa. Orang yang tidak kuat,
misalnya karena sudah tua atau sakit, tidak wajib puasa. Syarat sah puasa Islam. Orang yang
bukan islam tidak sah puasa. Mumayiz (dapat membedakan yang baik dengan yang tidak
baik). Sudi dari darah haid (kotoran) dan nifas (darah habis melahirkan). Orang yang haid
atau nifas itu tidak sah puasa, tetapi keduanya wajib mengkhodo’ (membayar) puasa yang
tertinggal itu secukupnya.

Dalam waktu yang diperbolehkan puasa padanya. dilarang puasapada dua hari raya
dan hari tasyrik (tanggal 11,12, 13 bulan haji). Rukun puasa yaitu niat dan menahan diri dari
segala yang membatalkan puasa sejak terbit fajar hingga terbenam matahari. Cara
pelaksanaan puasa yaitu dengan niat pada malam sebelum sahur, berdoa ketika berbuka dan
berpuasa, menyegerakan berbuka, selama berpuasa hendaknya menghindari segala hal yang
dapat membatalkan puasa, memperbanyak amalan dan giat beribadah selama berpuasa.

B. Saran

1. Sebagai seorang muslim yang taat kepada ajaran Allah, sebaiknya kita mengetahui
dan memahami segala sesuatu yang berkaitan dengan puasa agar tidak keliru ketika
menjalankan puasa nantinya.

2. Kepada para pendidik, hendaknya selalu mengajarkan dan menanamkan pemahaman


tentang puasa kepada anak didiknya.

3. Ketika menjalankan ibadah puasa, sebaiknya selalu berserah diri kepada Allah dan
selalu berdoa kepada-Nya. Karena tantangan dan godaan ketika berpuasa tidaklah mudah bila
dirasakan. Serta selalu menghindari hal-hal yang dapat membatalkan puasa kita.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/40949481/Macam_macam_puasa_fiqih_ibadah

11

Anda mungkin juga menyukai