PUASA
Disusun Oleh:
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT karena dengan keridhoan-Nya saya
dapat menyelesaikan makalah Ibadah Akhlak.
Dalam penyelesaian makalah ini, saya menyampaikan terimakasih kepada Ibu Ikah
Rohilah, S. Ag. M. Si selaku dosen pengampu mata kuliah Ibadah Akhlak.
Saya menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak memiliki kekurangan.
Untuk itu, saya mengharapkan pembaca untuk sedianya memberikan kritik dan saran yang
dapat membangun daya pikir agar makalah ini menjadi lebih baik.
Demikianlah makalah ini saya buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca umum
dan khususnya bagi para mahasiswa.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Puasa .......................................................................................................... 3
2.2. Sejarah Syariat puasa .................................................................................................. 3
2.3 Tujuan berpuasa ........................................................................................................... 4
2.4 Hal-hal yang membatalkan puasa ................................................................................. 5
2.6 Amalan Sunnah seputar puasa Ramadhan .................................................................... 6
2.7 Cara menetapkan puasa Ramadhan .............................................................................. 9
BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 11
Kesimpulan ..................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui dalam agama islam mempunyai lima rukun islam yang salah
satunya yaitu puasa. Puasa termasuk rukun islam yang keempat, Karena puasa termasuk
dalam rukun islam maka semua umat islam wajib melaksanakannya seperti tertera didalam
Al-Qur’an surat Al-Baqarah [2] : 183 yaitu dijelaskan bahwa puasa diwajibkan bagi orang-
orang yang beriman. Banyak Sebagian umat islam hanya sekedar menjalankannya tanpa
mengetahui syariat, tujuan, manfaat, dan hikmah dalam berpuasa, dan juga masih banyak
umat islam yang tidak mengetahui pengertian puasa, hal-hal yang membatalkan puasa, dan
bagaimana menjalankan puasa dengan baik dan benar. Hasilnya, pada saat mereka berpuasa
hanyalah mendapatkan rasa lapar saja tidak mendapatkan pahala. Oleh karena itu dalam
makalah ini saya akan membahas tentang berpuasa.
1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari puasa
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Puasa
Kata puasa menurut bahasa adalah hasil terjemahan dari bahasa arab yang diambil
dari kata as-shaum atau shiyam. Dalam bahasa arab kata as-shaum atau shiyam diartikan
dengan imsak yang berarti menahan. Dalam Al-Qur’an kata as-shaum atau shiyam diartikan
yaitu berpuasa dengan menahan makan dan minum. Sedangkan puasa menurut istilah agama
(syara’) adalah menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa, mulai dari terbit
fajar sampai terbenamnya matahari dengan niat dan syarat-syarat tertentu.
Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,”
Allah berfirman dalam ayat ini kepada orang-orang beriman dan memerintahkan
untuk berpuasa, yaitu menahan diri dari makan, minum dan bersetubuh dengan niat ikhlas
karena Allah, karena dengan puasa itu dapat membersihkan jiwa, mensucikannya dari
perilaku jelek dan akhlak yang tidak terpuji.
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” [Al-Baqarah/2:183]
Puasa Ramadhan diwajibkan pada tahun ke-2 H. Dan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa salam
berpuasa selama 9 kali Ramadhan. Dan jadilah puasa ini suatu kewajiban dan rukun di antara
rukun Islam. Orang yang mengingkari kewajibannya berarti ia kafir. Adapun yang berbuka
tanpa udzur tanpa mengingkari wajibnya, maka ia telah berbuat dosa besar yang harus
3
dihukum ta’zir (hukuman sesuai kebijakan hakim) dan harus dibuat jera. Dan ia harus
bertaubat dan mengqadha’ hari yang ia berbuka padanya.
Puasa sendiri telah dikenal oleh orang-orang zaman dahulu dari bangsa Mesir dan
India. Juga dikenal oleh bangsa Yunani dan Romawi. Jadi, sejarah puasa sangatlah tua; yang
sudah ada sejak zaman dahulu kala. Ada yang mengatakan bahwa orang-orang paganis
(penyembah patung-patung) dari bangsa India masih terus melestarikan puasa sampai
sekarang ini. Hanya saja tentu bukan karena Allâh, namun untuk menenangkan dan mencari
keridhaan sesembahan-sesembahan mereka; bila mereka merasa bahwa mereka telah
melakukan hal yang mengundang murka sesembahan-sesembahan mereka. Begitu pula kaum
Yahudi dan Nasrani masih terus melestarikan puasa hingga saat ini. Dan memang telah nyata
pada mereka bahwa para nabi berpuasa; puasa nabi Musa alaihissalâm, puasa nabi Isa
alaihissalâm, dan juga para Hawariyyun pengikut setia nabi Isa alaihissalâm.
Disyariatkannya ibadah ini kepada semua umat, menunjukkan bahwa ibadah ini di
antara ibadah yang paling agung dalam menyucikan ruhani, membersihkan jiwa, menguatkan
sentimental agama dalam hati, serta untuk melengkapi hubungan antara hamba dengan
Rabbnya Subhanahu wa Ta’ala. Karena orang yang berpuasa, setiap kali dirinya digerakkan
dan hendak dikuasai oleh keinginan syahwatnya kepada makanan, minuman dan nafsunya.
ia pun akan ingat bahwa ia tengah berpuasa.
Sehingga ia selalu dalam keadaan ingat kepada Allah, dan ingat kepada Allâh yang
terpatri dalam hati hamba adalah di antara faktor paling besar dalam memperbaiki seorang
hamba.
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa” (QS. Al Baqarah: 183)
Jelas bahwa tujuan puasa adalah agar kita menjadi orang yang bertakwa. Dan takwa adalah
melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya dan menjauhi larangan Allah dan Rasul-Nya.
4
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin mendefinisikan takwa:
“Menjaga diri dari adzab Allah dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya” (Syarh Al Aqidah Al Washitiyyah).
ل ة هللا ب ن ب ج هللا و ر هللا هللا ن ب خ ة هللا هللا
“Taqwa adalah mengamalkan ketaatan kepada Allah dengan cahaya Allah (dalil), mengharap
pahala dari Allah, meninggalkan maksiat dengan cahaya Allah (dalil), dan takut terhadap
adzab Allah” (Siyar A’lamin Nubala, 8/175).
Maka tujuan puasa adalah agar kita menjadi orang yang lebih taat kepada Allah dan Rasul-
Nya, lebih serius menerapkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.
5
Puasa sunnah adalah amalan yang dapat melengkapi kekurangan amalan wajib. Selain
itu pula puasa sunnah dapat meningkatkan derajat seseorang menjadi wali Allah yang
terdepan (as saabiqun al muqorrobun). Lewat amalan sunnah inilah seseorang akan mudah
mendapatkan cinta Allah. Sebagaimana disebutkan dalam hadits qudsi,
و ج ة
"Barang siapa yang menghidupkan sunnahku maka dia telah mencintaiku, barang siapa yang
mencintaiku maka dia akan bersamaku di surga". (HR at-Tirmidzi)
Beliau juga bersabda: "Barangsiapa berpegang teguh kepada sunnahku ketika rusaknya
ummatku, maka baginya pahala seratus orang mati syahid." (HR. Al-Baihaqi)
1. Makan Sahur
Para ulama telah sepakat tentang sunnahnya sahur untuk puasa. Meski demikian,
tanpa sahur pun puasa tetap boleh.Karena dalam sahur itu ada barokah, sebagaimana riwayat
dari Anas radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah bersabda: "Makan sahurlah, karena sahur itu
berkah". (HR Bukhari dan Muslim) Makan sahur tetap disunnahkan walau tidak terlalu
6
banyak. Bahkan kesunnahan sahur tetap berlaku meski hanya dengan segelas air putih saja.
Dari Abi Said al-Khudri: "Sahur itu barakah maka jangan tinggalkan meski hanya dengan
seteguk air. Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya bershalawat kepada orang-orang yang
sahur." (HR Ahmad)
2. Mengakhirkan Sahur
Disunnahkan untuk mengakhirkan makan sahur hingga mendekati waktu shubuh. Dari
Abu Zar Al-Ghifari dengan riwayat marfu', "Umatku masih dalam kebaikan selama
mendahulukan buka puasa dan mengakhirkan sahur." (HR. Ahmad) Praktek makan sahur
yang dilakukan oleh Rasulullah justru berlombalomba dengan datangnya waktu fajar.
Rasulullah telah menegaskan bahwa makan sahur memiliki banyak hikmah, salah satunya
agar puasa kita di siang harinya menjadi semakin tahan dan kuat. "Mintalah bantuan dengan
menyantap makan sahur agar kuat puasa di siang hari. Dan mintalah bantuan dengan tidur
sejenak siang agar kuat shalat malam." (HR. Ibnu Majah)
3. Menyegerakan Berbuka
Memberi makan bagi orang yang berbuka puasa sangat dianjurkan karena balasannya
sebesar pahala orang yang diberi makan itu tanpa dikurangi. Bahkan meski hanya memberi
sebutir kurma atau seteguk air putih saja. Tapi lebih utama bila dapat memberi makanan yang
cukup dan bisa mengenyangkan perutnya. Sabda Rasulullah: "Siapa yang memberi makan
(saat berbuka) untuk orang yang puasa, maka dia mendapat pahala seperti pahala orang yang
diberi makannya itu tanpa dikurangi sedikitpun dari pahalanya". (HR At-Tirmizi, An-Nasai,
Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaemah)
7
5. Membaca Al-Qur'an
Disunnahkan bagi orang yang sedang berpuasa, khususnya puasa Ramadhan, untuk
memperbanyak membaca Al-Qur'an. Dasarnya adalah hadits shahih berikut: "Jibril
'alaihissalam mendatangi Rasulullah هللا ه وpada tiap malam bulan Ramadhan
dan mengajarkannya Al-Qur'an. (HR Al-Bukhari dan Muslim)
6. Memperbanyak Sedekah
Rasulullah هللا ه وitu orang yang sangat murah dengan sumbangan.
Namun saat beliau paling bermurah adalah di bulan Ramadhan saat beliau bertemu Jibril.
(HR. Bukhari dan Muslim)
Disunnahkan untuk meninggalkan semua perkataan kotor dan keji serta perkataan
yang membawa kepada kefasikan dan kejahatan. Termasuk di dalamnya adalah ghibah
(bergunjing), namimah (mengadu domba), dusta dan kebohongan. Meski tidak sampai
membatalkan puasanya, namun pahalanya hilang di sisi Allah. Sedangkan perbuatan itu
sendiri hukumnya haram baik dalam bulan Ramadhan atau di luar Ramadhan. Dari Abi
Hurairah bahwa Rasulullah bersabda: "Siapa yang tidak meninggalkan perkataan kotor dan
perbuatannya, maka Allah tidak butuh dia untuk meninggalkan makan minumnya (puasanya).
(HR Al-Bukhari, Abu Daud, At-Tirmizi, An-Nasai, Ibnu Majah
Rasulullah juga bersabda: "Janganlah kamu melakukan rafats dan khashb pada saat
berpuasa. Bila seseorang mencacinya atau memeranginya, maka hendaklah dia berkata, "Aku
sedang puasa". (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Ada nafsu dan syahwat tertentu yang tidak sampai membatalkan puasa, seperti
menikmati wewangian, melihat sesuatu yang menyenangkan dan halal, mendengarkan dan
meraba. Meski pada dasarnya tidak membatalkan puasa selama dalam koridor syar‘i, namun
disunnahkan untuk meninggalkannya. Contoh lain seperti bercumbu antara suami istri.
8
Selama tidak keluar mani atau tidak melakukan hubungan seksual, sesungguhnya tidak
membatalkan puasa. Tetapi sebaiknya hal itu ditinggalkan untuk mendapatkan keutamaan
puasa.
Artinya awal Ramadhan dan awal Syawal ditetapkan berdasarkan perhitungan hisab
asalkan posisi hilal berada di atas ufuk berapa pun derajat tingginya, walaupun kurang dari
0,5 derajat, dan walaupun hilal tidak dapat dilihat dengan mata kepala, karena yang penting
hilal sudah wujud. Jadi rukyatul hilal bil fi’li tidak perlu dilakukan dalam penetapan awal
atau akhir bulan.
Artinya awal Ramadhan dan awal Syawal ditetap-kan berdasarkan perhitungan hisab
asalkan posisi hilal berada pada ketinggian yang mungkin dirukyat (imkanur rukyat). Pada
umumnya, mereka yang berpendapat seperti ini menetapkan bahwa hilal yang imkan dirukyat
minimal berada pada posisi dua derajat. Oleh karena itu, apabila posisi hilal kurang dari dua
derajat tidak imkan dirukyat dan tidak bisa ditetapkan sebagai awal Ramadhan dan awal
Syawal, sehingga awal ramadhan dan awal Syawal ditetapkan pada hari berikutnya.
9
Artinya awal ramadhan dan awal Syawal harus tetap didasarkan pada melihat bulan sabit.
Hisab hanya berfungsi sebagai pemandu dalam melakukan rukyat bil fi’li agar rukyat yang
dilakukan menjadi efektif. Sekalipun demikian, tidak setiap syahadah atau rukyat bil fi’li bisa
diterima. Syahadah atau rukyat bil fi’li yang bisa diterima adalah apabila posisi hilal berada
di atas ufuk. Apabila posisi hilal di bawah ufuk, maka harus ditolak.
Dari penjelasan di atas kita ketahui bahwa pendapat pertama dan ke dua dalam
menetapkan awal dan akhir Ramadhan dengan menggunakan hisab tanpa melakukan rukyat,
sedangkan pendapat ke tiga lebih mengedepankan rukyat bil fi’li, sehingga awal ramadhan
dan awal Syawal baru bisa ditetapkan setelah melakukan rukyatul hilal pada malam 30
Sya’ban dan 30 Ramadhan. Apabila hilal dapat di-rukyat sekalipun kurang dari dua derajat
maka awal Ramadhan dan awal Syawal dapat ditetapkan. Dan kalau tidak berhasil dirukyat
maka ditetapkan hari berikutnya dengan cara istikmal (menyempurnakan umur bulan menjadi
30 hari).
10
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kata puasa menurut bahasa adalah hasil terjemahan dari bahasa arab yang diambil dari kata
as-shaum atau shiyam. Dalam bahasa arab kata as-shaum atau shiyam diartikan dengan imsak
yang berarti menahan.
Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,”
11
DAFTAR PUSTAKA
https://almanhaj.or.id/9954-sejarah-puasa.html
https://kalam.sindonews.com/read/399650/68/8-sunnah-sunnah-puasa-ramadhan-yuk-kita-
amalkan-1618589065/20
https://www.tokopedia.com/blog/hal-yang-membatalkan-puasa-slm/
http://www.jadipintar.com/2014/03/Pengertian-Puasa-Sunnah-Macam-dan-
Ketentuannya.html
http://www.jadipintar.com/2014/03/Pengertian-Puasa-Sunnah-Macam-dan-
Ketentuannya.html
12