Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

KELOMPOK III

PUASA

OLEH:

1. ANGGOTA:
2. 1.ANSAL
3. 2.GILMAR ILMIAWAN
4. 3.IRFAN HIDAYAT
5. 4.MUHAMMAD RIDHO YAHYASYAH(22209140)
6. 5.RABIATUL ADWIYAH
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Puasa.”
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembautan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bermanfaat untuk masyarakat dan
dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Kendari,Mei 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………………………………..…..ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………………..iii

BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………………….1

A.Latar Belakang…………………………………………………………………………………………………….1

B.Rumusan Masalah……………………………………………………………………………………………….2

C.Tujuan………………………………………………………………………………………………………………….2

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………………………………….3

1.Hal-hal yang membatalkan puasa…………………………………………………………………………3

2.Hikmah Puasa……………………………………………………………………………………………………...3

3.Makna Spiritual Puasa………………………………………………………………………………………….4

4.Puasa dan Pembentukan Karakter………………………………………………………………………..5

BAB III PENUTUP

a.Kesimpulan…………………………………………………………………………………….……………………9

b.saran……………………………………………………………………………………………………………………9

DAFTAR PUSAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Islam tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan (habl min Allah), tetapi juga
mengatur hubungan manusia dengan manusia (habl min alnas) yang mencakup seluruh aspek
kehidupan manusia, seperti sosial, budaya, politik, hukum, ekonomi, ketatanegaraan, lingkungan,
kesehatan, ilmu pengetahuan dan teknologi. Secara konseptual dan filosofis, Islam sesungguhnya
telah menuntun dan mengatur agar umat manusia pada jalan untuk mendapatkan kesejahteraan dan
kebahagiaan lahir dan batin, dunia dan akhirat, serta mengakomodir seluruh nilai-nilai positif yang
ada dalam segenap aspek kehidupan yang diperlukan manusia, termasuk kesehatan, keselamatan,
dan keamanan. Namun, pada realitasnya masih terlihat berbagai persoalan yang ada di masyarakat
belum terselesaikan dengan aturan dan tuntunan akan kebenaran dan kebaikan yang ada dalam
agama. Bagi kaum muslimin, ibadah puasa, baik puasa wajib maupun puasa sunah, bukanlah sesuatu
yang asing. Umat Islam telah terbiasa melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan dan
merupakan ibadah mahdhah yang wajib dilaksanakan. Umat Islam diwajibkan berpuasa di bulan
Ramadhan sebulan penuh ketika sudah berusia akil balig. Seorang dipandang sudah akil balig apabila
laki-laki sudah mimpi basah (mengeluarkan sperma) dan perempuan sudah mengalami menstruasi
atau haid.1 Bagi umat Islam, puasa adalah menahan diri dari makan dan minum serta hal-hal lain
yang membatalkannya mulai terbit fajar hingga matahari terbenam, dengan niat dan beberapa
syarat. al-Quran mengungkapkan bahwa puasa adalah aktivitas ubudiyah agar orang-orang beriman
mencapai derajat takwa. Dalam alQuran surah al-Baqarah: 183 dijelaskan tentang puasa, sebagai
berikut:

‫ ُو‬ċ‫ت قَ تْ ُ كم ل‬ċ َ ‫َلعْ ُ كمِ لْ بَ قْ نِ مَ ِ ين َلى ال‬ċ َ‫ذَ عَ ِ بُ ا كتَ َ كمُ امَ ِ الصيْ ُ كمْ َليَ عَ ِ بُ ُ وا كت نَ آم‬
‫ِين ا ال‬ċ‫ ذَ ه‬Č ‫ا َأيَ َ ن‬

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-
orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.

Puasa juga merupakan aspek penting dalam praktik keagamaan dan spiritualitas di banyak
tradisi. Puasa dianggap sebagai bentuk pengorbanan, penahanan diri, dan refleksi
spiritual.Namun,penting untuk dicatat bahwa puasa tidak hanya berkaitan dengan aspek keagamaan
atau spiritualitas. Praktik puasa juga mempengaruhi budaya, sosial, dan hubungan antarpribadi.Oleh
karena itu, kajian tentang puasa dapat memberikan wawasan yang berharga dalam memahami
kompleksitas manusia dalam konteks agama dan Kesehatan.

B.Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:

1.Hal-hal yang membatalkan puasa


2.Hikmah puasa

3.Makna spiritual puasa

4.Puasa dan pembentukan insan berkarakter

C.Tujuan

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1.Untuk mengetahui hal-hal yang membatalkan puasa

2.Untuk mengetahui hikmah puasa

3.Untuk mengetahui makna spiritual puasa

4.Untuk mengetahui puasa dan pembentukan insan berkarakter

BAB II

PEMBAHASAN
1.Hal-hal yang Membatalkan Puasa

Dalam beberapa tradisi agama, terdapat beberapa hal yang dapat membatalkan puasa.Adapun
yang dapat membatalkan puasa diantaranya sebagai berikut:

1. Makan dan minum secara sengaja: Mengkonsumsi makanan atau minuman secara sengaja selama
waktu puasa dianggap membatalkan puasa. Ini termasuk memasukkan makanan atau minuman ke
dalam mulut, menelannya, atau menghirupnya dengan sengaja.Namun, jika makanan atau minuman
masuk ke dalam mulut tanpa sengaja, seperti air ludah atau debu, puasa tidak batal dan dapat
diteruskan.

2.Hubungan intim: Melakukan hubungan intim dengan pasangan suami atau istri di antara waktu
terbit fajar (subuh) dan terbenam matahari akan membatalkan puasa. Hubungan intim yang
membatalkan puasa mencakup penetrasi vagina oleh penis, baik sampai ejakulasi atau tidak. Puasa
yang batal dalam kasus ini harus diganti pada waktu lain.

3. Menstruasi atau Nifas: Wanita yang sedang mengalami menstruasi (haid) atau nifas (setelah
melahirkan) dianggap tidak sah untuk berpuasa. Selama periode ini, wanita tersebut diwajibkan
untuk tidak berpuasa. Puasa yang terlewatkan selama masa menstruasi atau nifas harus diganti
setelah masa tersebut berakhir.

4. Muntah Secara Sengaja: Jika seseorang dengan sengaja memuntahkan makanan atau minuman
yang telah dimakan dengan tujuan menghilangkan rasa kenyang atau melanggar puasa, maka puasa
dianggap batal. Namun, jika muntah terjadi tanpa sengaja, puasa tetap valid.

5.Mengambil Darah dengan Sengaja: Mengambil darah dengan sengaja, seperti melalui penyedotan
darah, pengambilan darah melalui jarum suntik, atau metode lainnya yang melibatkan pengambilan
darah dari tubuh, membatalkan puasa.

6.Hilang Akal: Jika seseorang kehilangan akalnya karena mabuk atau pengaruh obat-obatan, dan
dalam kondisi itu ia tidak menyadari bahwa ia sedang berpuasa, maka puasanya tidak sah dan harus
diganti di lain waktu.

2.Hikmah Puasa

Puasa memiliki banyak hikmah dan manfaat baik secara fisik, mental, sosial, dan spiritual.
Berikut ini adalah beberapa penjelasan tentang hikmah puasa:

1.Pengendalian Diri: Puasa melibatkan menahan diri dari makan, minum, dan perilaku tertentu dari
fajar hingga matahari terbenam. Dalam proses ini, seseorang belajar untuk mengendalikan keinginan
dan dorongan diri mereka. Puasa membantu melatih ketahanan dan pengendalian diri yang dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, membantu seseorang mengatasi kebiasaan buruk dan
meningkatkan disiplin diri.

2.Rasa Empati: Puasa memberikan kesempatan bagi individu untuk merasakan lapar dan haus, yang
mengingatkan mereka tentang kondisi mereka yang kurang beruntung dan mendorong mereka untuk
merasakan empati terhadap orang-orang yang mengalami kelaparan dan kekurangan makanan di
seluruh dunia. Hal ini memperkuat sikap kepedulian sosial, memotivasi untuk membantu mereka
yang membutuhkan, dan mendorong kepedulian terhadap masalah sosial.
3.Penyucian Diri: Puasa juga memiliki dimensi penyucian diri. Dengan menjaga kebersihan dan
menjauhi perilaku yang tidak baik selama puasa, individu diharapkan meningkatkan kesadaran akan
kesucian dan integritas dalam kehidupan mereka. Puasa menjadi kesempatan untuk introspeksi diri,
memperbaiki kebiasaan buruk, dan meningkatkan kualitas moral.

4.Kesehatan Fisik: Puasa dapat memberikan manfaat kesehatan fisik. Selama puasa, tubuh memiliki
waktu untuk beristirahat dari proses pencernaan dan pemrosesan makanan secara terus-menerus.
Ini membantu mengurangi beban pada sistem pencernaan, memungkinkan tubuh memulihkan diri,
dan memperbaiki metabolisme. Puasa juga dapat membantu mengatur berat badan, meningkatkan
sensitivitas insulin, dan memberikan waktu bagi tubuh untuk membersihkan diri dari racun.

5.Kedekatan dengan Tuhan: Puasa memiliki dimensi spiritual yang kuat. Dalam menjalani puasa,
individu mendekatkan diri pada Tuhan dan meningkatkan kesadaran akan kehadiran-Nya. Puasa
adalah waktu untuk refleksi, berdoa, membaca Al-Qur'an, dan meningkatkan hubungan dengan
Allah. Puasa mengajarkan rasa syukur, kesabaran, kerendahan hati, dan pemahaman tentang
pentingnya hidup yang bermakna secara spiritual.

6.Pembentukan Kesadaran Sosial: Puasa juga memainkan peran penting dalam membentuk
kesadaran sosial dan solidaritas dalam masyarakat. Masyarakat Muslim yang berpuasa biasanya
berkumpul untuk berbuka puasa bersama (iftar) dan salat tarawih di masjid. Ini menciptakan ikatan
sosial yang kuat, meningkatkan hubungan sosial, dan mempromosikan semangat kebersamaan.

3.Makna Spiritual Puasa

Puasa banyak mengandung banyak hikmah bagi yang melakukan sesuai dengan aturan. Dalam hal
ini penulis akan mencoba mengupas persoalan puasa dari sisi hikmah puasa dalam kajian nilai
spiritual.

Nilai spiritual adalah nilai ketuhanan yang terkandung dalam ibadah sebagai jalan
menghubungkan manusia dengan Tuhannya. Rasa terima kasih yang dimaksud di sini bisa
dikatakan sebagai suatu bentuk rasa syukur menusia kepada Tuhannya atas segala nikmat yang
telah banyak diberikan dan tidak terhitung jumlahnya. Rasa terima kasih tersebut dibuktikan
dengan cara melaksanakan puasa.

Puasa yang dilakukan sekaligus sebagai ajang untuk dapat menjadikan manusia supaya lebih
bertakwa, atau suatu cara berlatih untuk selalu dapat mengerjakan segala apa yang
diperintahkanNya dan mampu menjauhi segala laranganNya dengan jalan melaksanakan puasa
sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh Allah dan bukan aturan yang ditetapkan manusia.

Nilai spiritual faktual lain, ketika kehidupan zaman sekarang yang cenderung membuat silau dan
banyak dikuasai oleh materialisme (keduniaan) dari pada yang bersifat keakhiratan. Maka dengan
jalan berpuasa diharapkan orang akan lebih bisa menghadapi kesenangankesenangan yang hanya
akan membawa menuju kemaksiatan. Dan akan lebih mudah memelihara, menjaga, lebih-lebih
bisa memagari dirinya dari segala godaan keduniawian yang menyesatkan.

4. Puasa& Pembentukan insan berkarakter


Implementasi hablum minannas dalam kehidupan sehari-hari merupakan
refleksi dari karakter seseorang. Begitu pula halnya dengan puasa. Tujuan puasa
adalah membentuk pribadi yang la’allakum tattaqun. Takwa dalam arti luas
adalah himpunan segala kebaikan atau dengan kata lain segala kebaikan ada di
dalam takwa.
Jika seorang hamba sudah mencapai derajat takwa, maka apa pun yang
dikerjakannya sejalan dengan ajaran kebaikan. Sebagian dari kebaikan yang
mengkonstruk sifat takwa itu dapat dibangun melalui ibadah puasa
sebagaimana dijelaskan berikut: Pertama, langkah awal yang dilakukan orang
yang berpuasa adalah berniat karena Allah semata. Niat merupakan komitmen
seseorang untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian, puasa dapat
membentuk karakter pribadi yang komit terhadap tugas dan tanggung jawab
yang diembannya.
Kedua, seseorang yang berpuasa tidak boleh melakukan sesuatu yang
membatalkannya. Larangan ini diharapkan akan mendorong terbentuknya
pribadi yang sabar, dan berpengendalian diri (internal control). Sifat sabar
sangat penting karena dalam kehidupannya manusia sering
berhadapan dengan berbagai fenomena yang harus disikapi secara sabar dan
pengendalian emosi. Untuk memenuhi kebutuhan, misalnya, tidak mungkin
diperoleh dengan serta merta (instant), melainkan harus melalui proses yang
harus dilalui.
Ketiga, pada tataran praktik ibadah puasa sangat pribadi sifatnya. Hanya Allah
Swt dan orang yang berpuasa yang mengetahuinya. Sifat puasa yang pribadi ini
mengandung makna bahwa ibadah ini dapat membentuk pribadi yang jujur,
sehingga orang tersebut bersikap dan bertindak jujur terhadap Allah Swt,
terhadap dirinya, dan terhadap lingkungannya.

Anda mungkin juga menyukai