Disusun Oleh :
Kelompok 3
Kelas A
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat-Nya yang telah dilimpahkan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “PUASA DAN I’TIKAF” yang merupakan salah satu
tugas mata kuliah Fiqh Ibadah pada semester kedua.
Dalam makalah ini, kami menjelaskan apa yang dimaksud dengan puasa
dan i’tikaf, jenis-jenis puasa, apa saja hukum, syarat, ketentuan dan rukun serta
yang diperboleh dan yang tidak diperbolehkan dalam melakukan puasa dan i’tikaf.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 3
C. Tujuan............................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 4
A. Puasa............................................................................................... 4
1. Pengertian Puasa..................................................................... 4
2. Macam-macam Puasa............................................................. 5
3. Keutamaan Puasa................................................................... 8
4. Syarat Puasa............................................................................ 9
5. Rukun Puasa............................................................................ 12
6. Yang Perlu Diperhatikan Dalam Puasa................................ 13
B. I’tikaf............................................................................................... 14
1. Pengertian I’tikaf.................................................................... 14
2. Macam-macam I’tikaf............................................................ 15
3. Keutamaan I’tikaf.................................................................. 15
4. Syarat I’tikaf........................................................................... 16
5. Rukun I’tikaf........................................................................... 16
6. Yang Perlu Diperhatikan Dalam I’tikaf............................... 16
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu rukun Islam dan termasuk sunnah yang sering dibahas
Rasulullah yang harus kita yakini dan di amalkan setiap muslim adalah
ibadah puasa. Dalam Islam , kita mengenal dua bentuk ibadah puasa, yaitu
puasa wajib dan puasa sunnah. Setiap muslim diwajibkan berpuasa
sebagaimana orang sebelum kita.
1
Afifi Fauzi Abbas, Panduan Ringkas Berpuasa Di Dalam Islam : Fiqih Puasa &
Metode Falaq (Sumatera Utara : Darulfulun, 2020),h.17
1
2
2
Safria Andy, Buku Panduan I’tikaf ( Bandung : Setia Purna, 2017),h.10
3
Hal itu menjadi latar belakang pembuatan makalah ini. Selain dapat
belajar bersama memahami arti pentingnya pemahaman atas materi
peredaran darah sebagai mahasiswa jurusan biologi, edukasi diri mengenai
wawasan kesehatan tentang sirkulasi darah juga memberikan jendela baru
sebagai pencari ilmu.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Puasa?
2. Apa saja macam-macam Puasa?
3. Apa saja keutamaan dalam Puasa?
4. Apa saja syarat Puasa?
5. Apa saja rukun Puasa?
6. Apa saja yang perlu diperhatikan dalam Puasa?
7. Apa itu I’tikaf
8. Apa saja macam macam I’tikaf?
9. Apa saja keutamaan I’tikaf?
10. Apa saja syarat I’tikaf
11. Apa saja rukun I’tikaf
12. Apa saja yang perlu diperhatikan dalam I’tikaf?
C. Tujuan
1. Memahami pengertian Puasa dan I’tikaf.
2. Memahami apa saja macam-macam Puasa dan I’tifaf.
3. Mengetahui apa keutamaan dalam Puasa dan I’tikaf.
4. Mengetahui apa saja syarat syarat Puasa dan I’tikaf.
5. Mengetahui apa saja rukun-rukun Puasa dan I’tikaf.
6. Mengetahui apa yang harus di perhatikan dalam Puasa dan I’tikaf.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Puasa3
Ibadah puasa banyak mengandung aspek sosial, karena dengan lewat
ibadah ini kaum muslimin ikut merasakan penderitaan orang lain yang tidak
dapat memenuhi kebutuhan pangannya seperti yang lain. Ibadah puasa juga
menunjukkan bahwa orang-orang yang beriman sangat patuh kepada Allah
karena mereka mampu menahan makan atau minum dan hal-hal yang
membatalkan puasa
ِين أَ ُّي َها َيا
َ ِب آ َم ُنوا الَّذ
َ ص َيا ُم َعلَ ْي ُك ُم ُكت َ ون لَ َعلَّ ُك ْم َق ْبلِ ُك ْم مِنْ الَّذ
َ ِين َعلَى ُكت
ِّ ِب َك َما ال َ َُت َّتق
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu menjadi orang-orang yang
bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)4
3
Afifi Fauzi Abbas, Panduan Ringkas Berpuasa Di Dalam Islam : Fiqih Puasa &
Metode Falaq (Sumatera Utara : Darulfulun, 2020),h.23-44
4
Q.S. Al-Baqarah(2) : 183
4
5
6) Puasa nabi Daud as. (satu hari berpuasa satu hari berbuka)
7
Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. bersabda: “Tidak boleh
seorang wanita berpuasa sedangkan suaminya ada di rumah, di
suatu hari selain bulan Ramadhan, kecuali mendapat izin
suaminya.” (HR.Bukhori dan Muslim)
2) Puasa pada hari Raya Idul Fitri atau Idul Adha.
3) Puasa pada hari tasyriq yaitu hari ke-11, ke-12 dan ke-13 bulan
Dzulhijjah. Kecuali untuk dam (sebagai ganti dari menyembelih
qurban).
4) Puasa wanita haid atau nifas (baru mehirkan).
5) Puasa Dhar (puasa tiap hari tanpa buka)
Hadist Rasulullah SAW:
“tidak dinamakan puasa orang yang berpuasa terus menerus”.
(HR. Bukhari).
3. Keutamaan-Keutamaan Puasa
Puasa pada bulan Ramadhan memiliki keutamaan-keutamaan
sebagai berikut :
a. Menghapus Dosa
Puasa Ramadhan, bila dikerjakan dengan iman dan ikhlas, bukan saja
akan mendatangkan pahala yang berlipat ganda, tapi juga akan
menghapuskan berbagai dosa, baik yang terlanjur kita kerjakan di
masa lalu maupun yang akan datang. Rasulullah saw. bersabda,
“Barangsiapa puasa Ramadhan dengan (didasari) keimanan dan
semata-mata mengharap Ridha-Nya, maka akan diampunkan dosa-
dosanya di masa lalu” (HR. Bukhari Muslim). Dalam riwayat lain
ada tambahan “wa ta-akkhara”, dan dosa-dosa yang akan datang.
b. Ibadah Istimewa
Puasa adalah salah satu ibadah yang mempunyai kedudukan istimewa
di sisi Allah. Di samping ia merupakan benteng yang ampuh bagi
pelakunya dalam menangkal hawa nafsu, puasa juga merupakan satu-
satunya ibadah yang benar-benar murni dan tulus karena Allah.
Seperti hadits berikut.
8
9
Dan bagi yang belum keluar mani dan haid, maka batas minimal
ia dikatakan baligh pada usia 15 tahun dari usia kelahirannya.
Syarat yang ketiga bagi seorang muslim dan baligh itu terkena
kewajiban menjalankan ibadah puasa, apabila ia memiliki akal
yang sempurna atau tidak gila, baik gila karena cacat mental
atau gila disebabkan mabuk.
B. I’tikaf5
I’tikaf merupakan ibadah yang sering dilakukan Nabi utamanya di bulan
Ramadan. Ibadah ini sungguh banyak hikmahnya apalagi dilihat dari sudut
pandang pendidikan Islam Hikmah dari ibadah i’ktikaf Nabi Muhammad
saw. diantaranya adalah mendidik diri kita lebih taat dan tunduk kepada
Allah swt.. Ini sejalan dengan nilai pendidikan Islam yaitu nilai keimanan,
orang yang taat dan tunduk kepada Allah berarti orang telah benar-benar
beriman kepada-Nnya. Oleh karena itu, orang yang mau melaksanakan
i’tikaf akan menambah keimanan kepada Allah swt.
1. Pengertian I’tikaf
Secara harfiyah, I’tikaf adalah tinggal di suatu tempat untuk melakukan
sesuatu yang baik. Dengan demikian, I’tikaf adalah tinggal atau
menetap di dalam masjid dengan niat beribadah guna mendekatkan diri
kepada Allah Swt. Penggunaan kata I’tikaf di dalam Al-Qur’an terdapat
pada firman Allah Swt:
“Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi)
janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf di dalam
masjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat ayat-Nya kepada manusia
supaya mereka bertaqwa.” (QS 2:187).
5
Safria Andy, Buku Panduan I’tikaf ( Bandung : Setia Purna, 2017),h.10-25
14
15
2. Macam-macam I’tikaf
I’tikaf yang disyariatkan ada dua macam, yaitu sebagai berikut.
a. I’tikaf sunnah yaitu I’tikaf yang dilakukan secara sukarela, semata
mata untuk bertaqorrub kepada Allah, seperti I’tikaf 10 hari
terakhir pada bulan Ramadhan.
b. I’tikaf wajib yaitu yang didahului dengan nadzar atau janji, seperti
ucapan seseorang “kalau Allah ta’ala menyembuhkan penyakitku
ini, maka aku akan beri’tikaf di masjid selama tiga hari”, maka
I’tikaf tiga hari itu menjadi wajib hukumnya.
3. Keutamaan I’tikad
Abu Daud pernah bertanya kepada Imam Ahmad: Tahukah anda
hadits yang menunjukkan keutamaan I’tikaf ?
Ahmad menjawab: tidak, kecuali hadits yang lemah.
Namun demikian tidaklah mengurangi nilai ibadah I’tikaf itu sendiri
sebagai taqorrub kepada Allah SWT. Dan cukuplah keutamaannya
bahwa Rasulullah, para Shahabat, para Istri Rasulullah SAW dan para
ulama salafusholeh senantiasa melakukan ibadah ini.
4. Syarat I’tikaf
Orang yang I’tikaf harus memenuhi kriteria kriteria sebagai berikut:
a. Muslim
b. Ber-akal
c. Suci dari janabah (junub), haidh dan nifas
Oleh karena itu I’tikaf tidak sah dilakukan oleh orang kafir, anak yang
belum mumaiyiz (mampu membedakan), orang junub, wanita haidh
dan nifas.
5. Rukun I’tikaf
Adapun rukun dari pelaksanaan ibadah I’tikaf adalah sebagai berikut.
a. Niat yang ikhlas, hal ini karena semua amal sangat tergantung
pada niatnya.
b. Berdiam di masjid (QS Al-Baqarah : 187)
6. Hal hal yang perlu diperhatian dalam I’tikaf
a. Waktu I’tikaf
Untuk I’tikaf wajib tergantung pada berapa lama waktu yang
dinadzarkan, sedangkan I’tikaf sunnah tidak ada batasan waktu
tertentu. Kapan saja, pada malam atau siang hari, waktunya bisa
lama dan juga bisa singkat, minimal dalam madzhab Hanafi :
sekejab tanpa batas waktu tertentu, sekedar berdiam diri dengan
niat. Atau dalam madzhab Syafi’I : sesaat atau sejenak (yang
penting bisa dikatakan berdiam diri), dan dalam madzhab
Hambali, satu jam saja.
Terlepas dari perbedaan pendapat ulama tadi, waktu I’tikaf yang
paling afdhal pada bulan Ramadhan ialah sebagaimana
dipratekkan langsung oleh Baginda Nabi SAW yaitu 10 hari
terakhir bulan Ramadhan.
17
b. Tempat I’tikaf
Ahli fiqh berbeda pendapat tentang tempat yang boleh dijadikan
untuk I’tikaf, Abu Hanifah dan Ahmad berpendapat bahwa I’tikaf
harus dilakukan di masjid yang selalu digunakan untuk
shalatberjama’ah, sedangkan Malik dan Syafi’i berpendapat
bahwa I’tikaf boleh dilakukan dimasjid manapun baik yang
digunakan untuk shalat berjama’ah ataupun tidak, sedangkan
pengikut syafi’iyah berpendapat bahwa sebaiknya I’tikaf itu
dilakukan dimasjid jami’ yang biasa digunakan untuk shalat
jum’at, agar ia tidak perlu keluar masjid ketika mau melakukan
shalat jum’at, dan lebih afdhol lagi bila I’tikaf itu dilaksanakan di
salah satu dari tiga masjid; masjid al haram, masjid Nabawi atau
masjid Aqsho.
c. Hal hal Yang Disunnahkan di saat I’tikaf
Disunnahkan bagi orang yang beri’tikaf untuk memperbanyak
ibadah dan taqarrub kepada Allah SWT, seperti shalat sunnah,
membaca Al-Qur’an, tasbih, tahmid, tahlil, takbir, istighfar,
shalawat kepada Nabi Saw, do’a dan sebagainya. Namun
demikian yang menjadi prioritas utama adalah ibadah – ibadah
mahdhah. Bahkan sebagian ulama seperti Imam Malik,
meninggalkan segala aktivitas ilmiah lainnya dan berkosentrasi
penuh pada ibadah – ibadah mahdhah.
PENUTUP
19
DAFTAR PUSTAKA
Alqur’an Al-Karim
Abbas Afifi Fauzi. Panduan Ringkas Berpuasa Di Dalam Islam : Fiqih Puasa &
Metode Falaq, Sumatera Utara : Darulfulun, 2020.
20