Oleh :
Februari 2021
1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb. Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi
maha penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Istishab, Pengertian, Macam-macam dan Kehujjahanya.”
Makalah ushul fiqh ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
informasi dari berbagai sumber sehingga dapat mempelancar pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka
kami menerima kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap agar makalah ushul fiqh tentang “Istishab, Pengertian, Macam-
macam dan Kehujjahannya” ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca. Terimakasih.
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................10
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1. Apa pengertian dari istishab ?
2. Apa saja macam-macam pembagian istishab ?
3. Bagaimana kehujjahan dalam istishab ?
5
BAB II
PEMBAHASAN
Istishab berasal dari kata “ suhbah” yaitu menbandingkan lalu mendekatkan. Dengan
demikian, istishab menurut bahasa berarti menyesuaikan sesuatu.2 Sedangkan menurut
pengertian istilah ahli ushul fiqh istishab adalah memberlakukan hukum suatu peristiwa
sesuai dengan keadaan semula (hukum asal ), selama tidak ada dalil yang menentukan
hukum lain yang berbeda dengan hukum asal tersebut.3
Istishab juga berarti melanjutkan berlakunya hukum yang telah tetap di masa lalu,
diteruskan sampai masa mendatang selama tidak ada hal yang dapat mengubahnya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa istishab adalah menetapkan berlakunya suatu hukum
yang telah ada sebelum ada dalil atau bukti yang mengubah hukum tersebut.5
6
Kalangan ahli ushul fiqh membagi istishab sebagai berikut :6
1) Istishab al-bara’ah al-ashliyyah, yaitu istishab yang didasarkan atas prinsip bahwa pada
dasarnya setiap manusia bebas dari taklif (beban), sampai adanya dalil yang merubah
status tersebut. Maka dari itu, manusia tidak dapat dikatakan bersalah sampai terdapat
bukti hukum ata tindakanya.
2) Istishab al-ibahahal-ashliyyah, yaitu istishab yang didasarkan atas hukum asalnya, yaitu
mubah (boleh). Misalnya, seluruh pepohon yang tumbuh dibumi adalah milik bersama
dimana siapapun bisa memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi sampai ada bukti
bahwa pohon atau lahan tersebut telah menjadi hak milik seseorang. Berdasarkan
ketetapan tersebut, maka hukum memanfaatkannya secara bebas dari boleh menjadi tidak
boleh. Sebab, pada dasarnya seluruh yang tumbuh di bumi adalah dari Allah SWT yang
diperuntukan untuk seluruh manusia. Seperti yang terdapat pada salahsatu firman-NYA
dalam Qs. Al-baqarah :29, yang memiliki arti :
“ Dialah Allah yang telah menjadikan segala sesuatu yang ada di bumi untuk
kamu…..”
3) Istishab ma dalla al-syar’u ‘ala tsubutihi, yaitu istishab yang didasarkan atas tetapnya
hukum yang sudah ada sampai ada dalil yang mencabutnya. Sama halnya ketika terdapat
sepasang suami-istri yang telah melakukan akad dengan sah. Meskipun keduanya telah
berpisah lama, selama tidak ada kata talak maupun cerai diantara keduanya maka hukum
hubungan mereka masih dinyatakan sepasang suami-istri yang sah.
4) Istishab al-washfi, yaitu istishab yang didasarkan atas anggapan tetapnya sifat yang ada
dan diketahui sebelumnya, sampai ada bukti yang merubahnya. Seperti sifat air yang
asalnya suci maka akan tetap dihukumi sama sampai ada bukti yang jelas hingg aair
tersebut dapat dikatakan najis.
6
Wahbah az-zuhaili op. cit., jilid 2, h. 859. Lihat juga Abd al-wahhab Khallaf ilmu ushul fiqh, op., h. 91. Lihat juga
Muhammad Jawwad Mughniyah, op. cit., h. 347
7
Muhammad abu zahrah menyatakan bahwa mayoritas ulama ushul menerima tiga
bentukan istishab awal yang telah dipaparkan diatas sebagai hujjah.7 Sedangkan untuk istishab
al-washfi terdapat silang pendapat atau perselisihan pendapat diantara para ulama. Adapun
perbedaan yang ada sebagai berikut :
BAB III
KESIMPULAN
7
Abu Zahrah, Ushul Fiqh, 299-300
8
Al-amidi, al-ihkam fii ushul al-ahkam ( Beirut : Dar al-kutub al-illmiyyah, 1983 ), vol. 4, 172.
8
Istishab adalah salah satu cabang ilmu dari hukum islam yang telah mejadi kesepakatan
para ulama ahli ushul. Melalui pemaparan mengenai istishab, kita dapat menyimpulkan
bahwa hukum suatu perkara akan dihukumi sesuai hukum asalnya ( pertama ), sampai ada
dalil atau hukum baru yan menetapkan, mempertahankan, maupun merubahnya. Adapun
mengenai perselisihan ulama mengenai kehujjahannya, kita tidak dapat melihat hanya pada
satu sisi. Karena penolakan atas istishab terjadi disebabkan masuknya ia ke dalam kategori
hukum yang diperselisihkan, sedangkan diterimanya karena belum ada dalil baru yang
merubah hukum pertamanya.
Meskipun demikian, istishab bagi mayoritas ulama masih menjadi sumber hukum
terakhir setelah berusaha mencari ketentuan hukum pada sumber yang disepakati. Sehingga,
bisa dikatakan pula bahwa keberadaan istisahab bisa menjadi solusi penetapan hukum islam
kontemporer saaat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Saiban, Kasuwi. 2019. Metode Penetapan Hukum Islam. Malang : Setara Press
9
Amidi. 1983. Al-hikam fii Ushul Al-hakam. Beirut : Dar Al-kutub Al-alamiyyah, vol. 4
10