Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

SADD AL-DZARI’AH

Untuk memenuhi tugas mata kuliah:

Ushul Fiqh

Dosen pembeimbing:

Prof. Dr. Kasuwi Saiban M.Ag

Oleh:

Alfatin Amalia : 2077011616

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MA’HAD ALY-ALHIKAM MALANG


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA

Februari 2021
DAFTAR ISI
BAB I.........................................................................................................................................2
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1. LATAR BELAKANG...................................................................................................4
2. RUMUSAN MASALAH...............................................................................................4
3. TUJUAN PENULISAN................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
A. Pengertian Sadd Al-Dzari’ah.......................................................................................5
B. Macam-macam Sadd al-Dzari’ah................................................................................5
C. Kehujjahan Sadd Al-Dzari’ah.....................................................................................7
PENUTUP..................................................................................................................................8
Kesimpulan................................................................................................................................8
Daftar Pustaka............................................................................................................................9

2
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Setiap perbuatan yang secara sadar dilakukan oleh seseorang pasti mempunyai
tujuan tertentu yang jelas tanpa mempersoalkan apakah perbuatan yang dituju itu baik
atau buruk, mendatangkan manfaat atau madharat. Sebelum sampai pada pelaksanaan
perbuatan yang ditujuitu, ada serentetan perbuatan yang mendahuluinya yang harus
dilaluinya.Bila seseorang ingin mendapatkan ilmu pengetahuan umpamanya,maka ia
harus belajar. Untuk sampai dapat belajar, ia harus melalu ibeberapa fase kegiatan
seperti mencari guru, menyiapkan tempat, dan alat-alat belajarnya. Kegiatan pokok
dalam hal ini adalah belajar ataumenuntut ilmu, dan kegiatan lain itu disebut perantara,
jalan atau pendahuluan.
2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Sadd Al Dzari’ah
2. Apa saja macam-macam Sadd Al Dzari’ah
3. Bagaimana kehujjahan Sadd Al Dzari’ah
3. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian Sadd Al Dzari’ah
2. Untuk mengetahui apa saja macam-macam Sadd Al Dzari’ah
3. Untuk memahami kehujjahan Sadd Al Dzari’ah

3
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Sadd Al-Dzari’ah

Secara etimologi, kata dzari’ah berarti “jalan yang menuju kepada sesuatu”.
Sedangkan istilah ulama Ushul Fiqh adalah “segala hal yang bisa mengantarkan dan
menjadi jalan kepada sesuatu yang dilarang oleh syara’ (al-Zuhaily 1986: 873).
Olehkarenanya “jalan yang mengantarkan kepada sesuatu yang dilarang oleh syara’
tersebut ditutup (Sadd). Dalam perkembangannya istilah Dzari’ah ini terkadang
dikemukakan dalam arti yang lebih umum. Sehingga Dzari’ah dapat didefinisikan
sebagai “segala hal yang bisa mengantarkan dan menjadi jalan kepada sesuatu baik
berakibat mafsadat maupun maslahat (al-Jauziyah tt. :148). Oleh karenanya apabila
mengandung akibat mafsadat maka ada ketentuan sadd al-dzari’ah (jalan tersebut
ditutup), sedangkan apabila berakibat maslahat maka ada ketentuan Fath al-Dzari’at
(jalan tersebut dibuka). Akan tetapi dalam perkembangan berikutnya istilah yang kedua
ini kurang populer. Sebagai gambaran, seorang hakim dilarang menerima hadiah dari
pihak yang sedang berperkara sebelum perkara tersebut diputuskan, karena
dikhawatirkan akan membawa kepada ketidakadilan dalam menetapkan hukum
mengenai kasus yang sedang ditangani. Pada dasarnya menerima pemberian (hadiah)
itu hukumnya boleh, tetapi dalam kasus ini dilarang. Pelarangan terhadap hakim untuk
menerima hadiah ini adalah sesuai dengan prinsip dasar syara’, yaitu upaya untuk
menarik maslahat dan menghindari mafsadat

B. Macam-macam Sadd al-Dzari’ah

Para ulama Ushul Fiqh mengelompokkan Dzari’ah ke dalam dua kategori.


Dzari’ah dilihat dari segi kualitas mafsadat-nya dan Dzari’ah dilihat dari segi jenis
mafsadat-nya.Pertama, Dzari’ah dilihat dari segi Mafsadat-nya. Imam al- Syatibi
mengemukakan bahwa dari segi kualitas ke-mafsadat- annya, dzari’ah terbagi kepada
empat macam (Al-Syatibi tt.: 198-200), yaitu :

4
1. Perbuatan yang dilakukan itu membawa kepada kemafsadat-an secara pasti (Qoth’i)
misalnya, seseorang menggali sumur di depan pintu rumahnya sendiri dan ia tahu
bahwa pada malam yang gelap itu ada orang yang berkunjung ke rumahnya.
Perbuatan ini pada dasarnya boleh-boleh saja (mubah fi dzati), akan tetapi dengan
melihat akibat yang ditimbulkan dari perbuatanya secara pasti akan mendatangkan
mafsadat maka menjadi dilarang.
2. Perbuatan yang akan dilakukan itu biasanya membawa kepada mafsadat atau besar
kenmungkinan (Dzann alghalib) membawa kepada mafsadat. Misalnya, seseorang
menjual anggur kepada produsen minuman keras. Pada dasarnya menjual barang
(anggur) itu boleh-boleh saja, akan tetapi apabila ternyata dijual kepada
produsenminuman keras besar kemungkinan anggur itu diproses menjadi minuman
keras yang memabukkan (khamr). Perbuatan seperti ini dilarang, karena ada dugaan
kerasbahwa perbuatan itu membawa kepada ke-mafsadat-an.
3. Pebuatan yang dilakukan itu itu jarang atau kecilkemungkinan membawa kepada
mafsadat, misalnyaseseorang mengendarai sepeda motor di jalan raya
dengankecepatan 30-50 km/jam pada jalur serta kondisi yangnormal. Perbuatan
seperti ini boleh-boleh saja.
4. Perbuatan yang dilakukan itu mengandung ke-maslahat- an, tetapi memungkinkan
juga perbuatan tersebut membawa kepada mafsadat. Misalnya seseorang menjuaL
pisau, sabit, gunting, jarum dan yang sejenisnya di pasar tradisional secara bebas pada
malam hariUntuk jenis yang pertama dan kedua di atas, para ulama sepakat
melarangnya sehingga perbuatan tersebut (dzari’ah) perlu dicegah/ditutup (sadd).
Untuk jenis yang ketiga para ulama tidak melarangnya, sedangkan jenis yang keempat
terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama (al-Zuhaily 1986: 877-893).

Kedua, Dzari’ah Dilihat dari segi jenis mafsadat yang ditimbulkannya.


Menurut ibn Qayyim al-Jauziyah (al-Jauziyahtt. :148), Dzari’ah dilihat dari segi jenis
mafsadat yang ditimbulkannya terbagi kepada :
a. Perbuatan itu membawa kepada suatu mafsadat, sepertimeminum
minuman keras dapat mengakibatkan mabukdan mabuk merupakan itu
suatu mafsadat.
b. Perbuatan itu pada dasarnya perbuatan yang dibolehkan bahkan
dianjurkan, tetapi dijadikan jalan untukmelakukan suatu perbuatan

5
yang haram, baik dengantujuan yang disengaja maupun tidak.
Perbuatan yang mempunyai tujuan yang disengaja misalnya seseorang
C. Kehujjahan Sadd Al-Dzari’ah

Menurut Ibnu Taimiyah, sadd aldzari’ah merupakan salah satu alasan untuk
menentukan hukum syara’. Walaupun hanya masih berupa praduga, namun atas dasar
dugaan itu pula Rasulullah SAW melarang perbuatan tersebut. 26 Ulama Hanafiyah,
dan Syafi’iyah dapat menerima sadd al-dzari’ah dalam masalah-masalah tertentu saja
dan menolaknya dalam masalah-masalah lain. Sedangkan Imam Syafi’i menerimanya
apabila dalam keadaaan uzur, misalnya seorang musafir atau yang sakit dibolehkan
meninggalkan shalat Jum’at dan dibolehkan menggantinya dengan shalat dzuhur.
Namun, shalat Dzuhurnya harus dilakukan secara diam-diam, agar tidak dituduh
sengaja meninggalkan shalat jum’at.27 Menurut Husain Hamid, salah seorang guru
besar Ushul Fiqih Fakultas Hukum Universitas Kairo, Ulama Hanafiyah dan Syafi’iyah
menerima sadd aldzari’ah apabila kemafsadatan yang akan muncul benar-benar akan
terjadi atau sekurang-kurangnya kemungkinan akan terjadi.28Dalam memandang al-
dzari’ah, ada dua sisi yang dikemukakan oleh para ulama Ushul:

6
PENUTUP

Kesimpulan
Secara etimologi, kata dzari’ah berarti “jalan yang menuju kepada sesuatu”.
Sedangkan istilah ulama Ushul Fiqh adalah “segala hal yang bisa mengantarkan dan
menjadi jalan kepada sesuatu yang dilarang oleh syara’ (al-Zuhaily 1986: 873).
Olehkarenanya “jalan yang mengantarkan kepada sesuatu yang dilarang oleh syara’
tersebut ditutup (Sadd). Dalam perkembangannya istilah Dzari’ah ini terkadang
dikemukakan dalam arti yang lebih umum. Sehingga Dzari’ah dapat didefinisikan
sebagai “segala hal yang bisa mengantarkan dan menjadi jalan kepada sesuatu baik
berakibat mafsadat maupun maslahat (al-Jauziyah tt. :148). Oleh karenanya apabila
mengandung akibat mafsadat maka ada ketentuan sadd al-dzari’ah (jalan tersebut
ditutup), sedangkan apabila berakibat maslahat maka ada ketentuan Fath al-Dzari’at
(jalan tersebut dibuka).

7
Daftar Pustaka

https://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/ijtihad/article/download/2584/1735

https://repository.ar-raniry.ac.id/id/eprint/14396/1/Adinda%20Rahma%2C
%20160102136%2C%20FSH%2C%20HES%2C%20081396409756.pdf

Anda mungkin juga menyukai