Anda di halaman 1dari 15

IDENTIFIKASI MASALAH

MAKALAH

Untuk Memenuhi Kebutuhan Mata Kuliah :

Metodologi Penelitian Kuantitatif

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. H. Ahmad Tanzeh, M.Pd.I.

Disusun Oleh :
Kelompok 3
1. Qoiria Fatmawati (12207193017)
2. Noviana Nurkholifah (12207193019)
3. Aprilia Rizki Ani Putri (12207193036)

SEMESTER 5

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM 5A

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG

AGUSTUS 2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillah kita panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena
dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya kami selaku kelompok 3 dapat menyelesaikan
makalah "Metodologi Penelitian Kuantitatif" dengan judul “Identifikasi Masalah”.

Terimakasih kami ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. H. Ahmad Tanzeh, M.Pd.I. selaku
dosen pengampu mata kuliah Metodologi Penelitian Kuantitatif. Kami menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih mengandung banyak kesalahan dan kekurangan. Maka dari itu
kami memohon kritikan dan saran dari pembaca agar kami sebagai penyaji dapat memberikan
yang lebih baik kedepannya. Meski demikian kami sangat berharap agar makalah ini dapat
bermanfaat dan juga dapat digunakan sebagai sumber informasi, keterangan dan pengetahuan
bagi pembaca.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Tulungagung, 28 Agustus 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah Dari Makalah .......................................................................... 1
C. Tujuan Masalah dari Rumusan Masalah ............................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3
A. Pengertian Identifikasi Masalah ............................................................................ 3
B. Fungsi Identifikasi Masalah .................................................................................. 4
C. Cara Merumuskan Masalah .................................................................................. 4
D. Contoh Judul Penelitian Kuantitatif ...................................................................... 6
E. Contoh Identifikasi Masalah ................................................................................. 7
BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 10
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 10
B. Saran ................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penelitian biasanya dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
belum bisa dijawab oleh seorang peneliti. Untuk dapat melihat dengan jelas tujuan dan
sasaran penelitian, maka dilakukanlah identifikasi masalah. Proses identifikasi masalah
dapat dilakukan dengan mendeteksi permasalahan yang diamati, maka dari sana dapat
diambil langkah untuk mengetahui lebih lanjut, bisa dengan melakukan observasi,
membaca literature, maupun melakukan survey.
Dalam memilih masalah bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, terutama bagi
orang-orang yang belum banyak berpengalaman meneliti. Identifikasi masalah adalah
salah satu proses penelitian yang boleh dikatakan paling penting diantara proses lain.
Masalah penelitian akan menentukan kualitas dari penelitian, bahkan juga menentukan
apakah sebuah kegiatan bisa disebut penelitian atau tidak.
Identifikasi masalah adalah suatu proses yang paling penting dalam melakukan
sebuah penelitian selain dari latar belakang dan juga perumusan masalah yang ada.
Dalam dunia akademik untuk mengajukan usulan penelitian harus berkaitan dengan
disiplin ilmu dan kajian yang beragam sehingga belum tentu semua masalah-masalah
yang kita hadapi berkaitan dengan penelitian dan dapat diajukan sebagai proposal
penelitian.
Masalah penelitian bisa didefinisikan sebagai pernyataan yang
mempermasalahkan suatu variabel atau hubungan antara variabel pada suatu fenomena.
Sedangkan variabel itu sendiri dapat didefinisikan sebagai pembeda antara sesuatu
dengan sesuatu yang lain.

B. Rumusan Masalah dari Makalah


1. Apa pengertian dari Identifikasi Masalah ?
2. Apa saja fungsi dari Identifikasi Masalah ?
3. Bagaimana cara Merumuskan Masalah ?
4. Bagaimana Contoh dari Judul Penelitian Kuantitatif ?
5. Bagaimana Contoh dari Identifikasi ?

1
C. Tujuan Masalah dari Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari Identifikasi Masalah.
2. Untuk mengetahui fungsi dari Identifikasi Masalah.
3. Untuk mengetahui cara Merumuskan Masalah.
4. Untuk mengetahui Contoh dari Judul Penelitian Kuantitatif.
5. Untuk mengetahui Contoh dari Identifikasi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Identifikasi Masalah


Setiap individu maupun kelompok baik itu organisasi dan lain sebagainya tidak
dapat terlepas dari suatu masalah di dalam kehidupan ini. Setiap individu maupun
kelompok akan mencari solusi atau jalan keluar untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi tersebut, baik melalui pengalaman individu maupun kelompok bahkan melalui
kajian ilmiah atau penelitian ilmiah. Pembahasan kali ini akan terfokuskan kepada apa
sebenarnya pengertian dari identifikasi masalah. Berikut adalah penjelasan dari
beberapa sumber:
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengidentifikasi adalah
menetapkan atau menentukan identitas.1 Disini identifikasi dapat dijelaskan sebagai
pengerucutan masalah penilaian yang akan di paparkan. Menurut Arikunto, masalah
penelitian dapat berasal dari berbagai sumber, yaitu dari pengalaman bekerja sehari-
hari, dari hasil membaca atau menelaah buku-buku, atau dari yang dirasakan masalah
oleh orang lain.2 Selaras dengan pendapat Arikunto, Vismaia mengatakan bahwa
“penguasaan lapangan, pengertian terhadap segala fakta, serta pemahaman
terhadapbuah pikiran para ahli, merupakan bantuan yang memudahkan setiap orang
melihat berbagai hal sebagai masalah penelitian”. Fakta di lapangan dan teori para ahli
merupakan bekal yang kuat untuk penulis agar dapat mengidentifikasi suatu masalah
yang terjadi di lapangan. Identifikasi masalah yang baik, akan menguatkan landasan
berfikir penulis dalam melakukan penelitian, sehingga penelitian akan terlaksana
dengan baik.3
Jadi berdasarkan beberapa pengertian di atas, masalah dalam penelitian yang
dimaksud adalah merupakan pangkal penelitian. Tidak aka nada penelitian jika tidak
ada persoalan. Persoalan (masalah) ialah segala sesuatu yang dihadapi atau dirasakan
seseorang yang yang menimbulkan dalam diri orang yang bersangkutan suatu

1
Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2014), hal. 417.
2
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013),
hal. 80.
3
A.R, Syamsuddin & Damaianti, Vismaia S, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, ( Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 42.

3
keinginan atau kebutuhan untuk membahasnya, mencari jaabannya atau menetapkan
cara penyelesaiannya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa identifikasi masalah adalah bagian dari
proses penelitian yang dapat dipahami dengan jelas sebagai suatu upaya untuk
mendefinisikan suatu masalah yang ada dan membuat permasalahan tersebut dapat
diukur dan diuji. Identifikasi masalah merupakan rangkuman dari semua permasalahan
menjadi lebih sederhana yang akan disampaikan secara garis besarnya saja. kemudian
hasil dari identifikasi masalah tersebut akan dijelaskan ke bagian yang lebih rinci dan
lebih jelas lagi.

B. Fungsi Identifikasi Masalah


Berikut adalah beberapa fungsi dari identifikasi masalah
1. Sebagai bentuk dorongan dari suatu kegiatan dari penelitian untuk menjadi penyebab
suatu kegiatan penelitian terjadi untuk dilakukan
2. Perumusan dapat dilakukan dengan pengembangan sehingga mendapatkan wawasan
baru
3. Tahu apa saja yang haarus dibahas, apa saja yang harus diselesaikan sehingga
menjadi suatu karya, hasil ataupun wawasan baru
4. Mempermudah untuk menentukan mana saja yang harus dipriorotaskan dan mana
yang hanya akan menjadi bagian pelengkap.4

C. Cara Merumuskan Masalah


Perumusan masalah adalah pernyataan rinci dan lengkap mengenai ruang
lingkup permasalahan yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan
masalah.5 Karena masalah itu, ketika akan mulai memikirkan suatu penelitian, sudah
harus dipikirkan dan dirumuskan secara jelas, sederhana dan tuntas. Hal itu disebabkan
oleh seluruh unsur penelitian lainnya yang berpangkal pada perumusan masalah
tersebut.6
Perumusan masalah atau pertanyaan penelitian merupakan tahap akhir dari
penemuan setelah peneliti memilih bidang dan pokok masalah yang diteliti Kriteria

4
Syafnidawati, https://raharja.ac.id/20/10/16/identifikasi-masalah, diakses pada tanggal 30 Agustus
2021 pukul 19.00.
5
Hidayat dan Sedarmayanti , Metodologi Penelitian, (Bandung: CV Mandar Maju, 2011), hal. 36.
6
Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 92.

4
penelitian yang baik menghendaki rumusan masalah atau pertanyaan penelitian yang
jelas dan tidak ambiguitas agar memudahkan peneliti dalam menentukan konsep-
konsep teoritis yang ditelaah dan memilih metode pengujian data yang tepat masalah
penelitian sebaiknya dinyatakan dalam bentuk pertanyaan yang mengekspresikan
secara jelas hubungan antara dua variabel atau lebih.7
Dalam memilih masalah atau permasalahan penelitian akan lebih mudah jika
peneliti memahami dan mengikuti secara organisatoris langkah-langkah penting
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Peneliti sebaiknya mengidentifikasi cakupan luas dari permasalahan tersebut,
kemudian dispesifikasikan untuk mencari apakah permasalahan tersebut sering kali
muncul dan dapat dinilai secara kasar kemanfaatannya baik terhadap perkembangan
ilmu pengetahuan maupun terhadap stakeholder hasil penelitian.
2. Peneliti mempersempit permasalahan sehingga menjadi permasalahan yang dapat
diteliti, sesui dengan kemampuan peneliti untuk melaksanakannya, disamping
menghindari adanya kesulitan nantinya dalam mengukur data.
3. masalah penelitian yang telah diidentifikasi dan dibatasi agar memperoleh masalah
yang layak untuk diteliti masih harus dirumuskan agar dapat memberikan arah bagi
peneliti secara jelas.
4. masalah yang telah dirumuskan secara tepat dan benar harus mencakup dan
menunjukkan semua variabel maupun hubungan variabel yang satu dengan yang
lainnya yang hendak diteliti.
Selanjutnya mengenai bentuk perumusan masalah yang dirumuskan ada beberapa jenis
atau bentuk, diantaranya:
a. Perumusan masalah menunjukkan rumusan yang jelas, tidak menduakan arti.
b. Pernyataan sebaiknya dinyatakan dalam bentuk pertanyaan.
c. Perumusan masalah penelitian dapat bervariasi, tergantung pada kesenangan
peneliti.
d. Perlu adanya kehati-hatian, jeli dalam mengevaluasi rumusan masalah
penelitian.

7
Muslich Ansori dan Sri Iswati, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Surabaya : UNAIR (AUP), 2009),
hal. 28.

5
e. Permasalahan haruslah secara tepat dinyatakan agar memungkinkan peneliti
untuk memilih fakta yang diperlukan dalam penyelesaian masalah
penelitian.
f. Permasalahn itu mesti dapat dijawab dengan jelas berapapun jumlah jawaban
yang diberikan harus memenuhi persyaratan.
g. Setiap jawaban dari permasalahan peneliti harus dapat diuji dan dibuktikan
oleh orang lain.

D. Contoh Judul Penelitian Kuantitatif


Sebelum membuat judul penelitian yang pastinya kita lakukan adalah
menentukan dulu variabel- variabelnya. Variabel adalah hal- hal berupa apa yang
dicari/ ditempati/ diteliti dalam suatu penelitian. Ada beberapa jenis variabel, minimal
ada dua variabel yang perlu diketahui, yaitu variabel bebas (independen) dan variabel
terikat (dependen). Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Sedangkan variabel
terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat adanya variabel bebas. 8
Setelah variabel- variabelnya ditemukan, maka langkah selanjutnya adalah
menyusun judul penelitian. Judul umumnya terdiri dari kata yang mewakili tujuan
penelitian seperti: pengaruh, hubungan, efektifitas dan keefektifan. Berikut ini adalah
contoh judul penelitian:
1. Pengaruh Manajemen Kelas Terhadap Motivasi Belajar Siswa Di MAN 1
Tulungagung
Variabel bebas : Manajemen Kelas
Variabel terikat : Motifasi Belajar
2. Manajemen Sarana Dalam Peningkatan Proses Pembelajaran Di SMAN 1
Trenggalek
Variabel bebas : Manajemen Sarana
Variabel terikat : Peningkatan Proses Pembelajaran
3. Korelasi Antara Kecerdasan Emosi Dan Intelegensi Terhadap Prestasi Belajar
Siswa di SMAN 1 Kandat
Variabel bebas (X1) : Korelasi Antara Kecerdasan Emosi

8
Imam Machali, Statistik Manajemen Pendidikan, (Yogyakarta: PPMPL), 2018., hal. 57-58.

6
Variabel bebas (X2) : Intelegensi
Variabel Terikat (Y) : Prestasi Belajar

E. Contoh Identifikasi Masalah


Identifikasi masalah berarti mengenali masalah yaitu dengan cara mendaftar
faktor – faktor yang berupa permasalahan.mengidentifikasi. masalah – masalah
penelitian bukan sekedar mendaftar jumlah masalah tetapi juga kegiatan ini lebih
daripada itu karena masalah yang telah dipilih hendaknya memiliki nilai yang sangat
penting atau signifikansi untuk dipecahkan.9
Langkah paling awal yang harus dilakukan oleh peneliti, setelah ia memperoleh
dan menentukan topik penelitiannya adalah mengidentifikasikan permasalahan yang
hendak dipelajari. Identifikasi ini dimaksud sebagai penegasan batas-batas
permasalahan, sehingga cakupan penelitian tidak keluar dari tujuan. Berikut adalah
contoh identifikasi:
Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam membangun sumber
daya manusia. Untuk itu, diperlukan sistem pendidikan yang mampu menghasilkan
manusia seutuhnya, yaitu sistem pendidikan yang memandang bahwa mutu merupakan
salah satu tujuan utamanya. Dikarenakan pendidikan terjadi di lingkungan sekolah,
maka peran kepemimpinan menjadi sangat penting. Kepala sekolah sebagai pemegang
kekuasaan utama di sekolah perlu memahami dengan baik bagaimana manajemen
supervisi dan kepemimpinan kepala sekolah, karena supervisi dan kepemimpinan
kepala sekolah merupakan dua hal yang saling berkaitan dan menguatkan satu sama
lainnya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa mutu pendidikan di Indonesia masih jauh dari
yang diharapkan, apalagi jika dibandingkan dengan mutu pendidikan di negara lain.
Merosotnya mutu pendidikan di Indonesia secara umum dan mutu pendidikan di
sekolah secara khusus dapat disebabkan oleh kurang baiknya sistem pendidikan
nasional dan rendahnya sumber daya manusia. Rendahnya sumber daya manusia
Indonesia saat ini akibat dari rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenis dan jenjang
pendidikan, salah satu kebijakan pokok pembangunan pendidikan nasional adalah

9
Setyosari Punaji, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, (Jakarta: Kencana, 2012), hal. 67

7
peningkatan mutu pendidikan melalui mutu sekolah. Mutu Pendidikan Nasional akan
terukur lewat ketercapaian segenap Standar Pendidikan Nasional, meliputi standar isi,
proses, kompetensi kelulusan, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan (PP RI No. 19 tahun 2005 telah
disempurnakan dengan PP RI No 32 tahun 2013). Perhatian yang serius dan sungguh-
sungguh oleh para pihak terhadap upaya pemenuhan dan perwujudan segenap standar
tersebut akan menentukan kualitas/mutu pendidikan. Salah satu cara efektif untuk
meningkatkan mutu pendidikan melalui peran kepala sekolah dan guru. Kepala sekolah
dan guru memiliki peran sangat penting dalam pelaksanaan pendidikan, karena kepala
sekolah dan guru secara langsung berinteraksi dengan peserta didik ketika proses
belajar mengajar berlangsung. Oleh karena itu, seorang kepala sekolah perlu
membimbing, membina serta mengarahkan dengan baik para guru dan stafnya. Guru
dalam melaksanakan tugas kesehariannya di kelas merupakan pemain tunggal. Dengan
komitmen dan jiwa keprofesionalan yang tinggi dapat membimbing dan menuntun guru
untuk bekerja secara profesional sesuai dengan aturan. Namun, di Indonesia sangat sulit
untuk terlalu membebaskan guru dalam membelajarkan peserta didik di kelas. Guru
tersebut perlu disupervisi oleh kepala sekolah agar dapat meningkatkan
profesionalisme dan kinerja mereka dalam membelajarkan peserta didik di kelas.
Melalui supervisi tersebut, juga diharapkan kepala sekolah mengendalikan dan
menjamin mutu pembelajaran di kelas. Profesionalisme guru dalam proses pendidikan
memiliki peran yang sangat strategis dalam membimbing peserta didik ke arah
kedewasaan dan kematangan menuju kemandirian. Guru bukan hanya berperan sebagai
pengajar dan menyampaikan materi pelajaran sebagai pertanggungjawaban
pembelajaran, melainkan guru harus bertindak sebagai pendidik. Seperti halnya yang
dikemukakan oleh Sagala bahwa dalam melaksanakan tugasnya seorang guru tidak
hanya menguasai bahan ajar dan memiliki kemampuan teknik edukatif, tetapi harus
memiliki juga kepribadian dan integritas pribadi yang dapat diandalkan sehingga
menjadi sosok panutan bagi peserta didik, keluarga, maupun masyarakat. Realita
dilapangan menunjukkan masih banyak guru SD Negeri di Kabupaten Purwakarta yang
belum menunjukkan kompetensi profesionalismenya secara optimal, selain itu dilihat
dari hasil UKG SD di Kabupaten Purwakarta tahun 2015 rata-ratanya juga masih
rendah, yaitu berada pada kisaran 55,19. Dimana rata-rata nilai UKG tersebut masih
dibawah standar yang diharapkan yaitu 70. Salah satu teknik supervisi yang
dilaksanakan oleh kepala sekolah yaitu supervisi akademik. Fungsi supervisi akademik

8
merupakan upaya perbaikan sebagai proses yang berkesinambungan dan dilakukan
secara terus menerus. Supervisi akademik ini menjunjung tinggi praktek perbaikan
mutu secara berkesinambungan (continous quality improvement) sebagai salah satu
prinsip dasar dan manajemen terpadu). Peranan supervisi akademik kepala sekolah dan
profesionalisme guru di sekolah sangat besar, karena supervisi yang dilakukan kepala
sekolah secara terus menerus dan kontinu dapat meningkatkan mutu pembelajaran yang
pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Supervisi akademik
menjadi dasar atau landasan kegiatan pengawasan profesional, yang menjadi kajian
adalah sistem pemberian bantuan yang dilakukan oleh kepala sekolah untuk
meningkatkan kemampuan profesional guru, sehingga guru menjadi lebih mampu
dalam menangani tugas pokok membelajarkan peserta didiknya. Berupa perangkat
program dan prosedur kegiatan di sekolah yang ditujukan untuk memperbaiki dan
meningkatkan mutu pembelajaran yang dilakukan guru. Kurang intensifnya
pelaksanaan supervisi akademik disebabkan banyaknya tugas administratif kepala
sekolah sehingga sulit meluangkan waktu untuk melakukan supervisi akademik secara
intensif. Kondisi demikian jika terus berlanjut akan memberikan iklim yang kurang
kondusif terhadap peningkatan profesionalisme guru dan mutu pendidikan. Begitu
pentingnya peran dan fungsi guru bagi dunia pendidikan, maka kepala sekolah
mempunyai peran sentral dalam mengelola personalia khususnya terhadap kompetensi
profesional guru di sekolah, sehingga sangat penting kepala sekolah untuk memahami
dan menerapkan kompetensi supervisi akademik dengan baik.10
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengidentifiksikan beberapa
masalah yang akan dijadikan bahan penelitian selanjutnya.
1. Kurang baiknya sistem dan mutu pendidikan nasional dan rendahnya sumber saya
manusia.
2. Kompetensi profesionalisme guru yang masih rendah.
3. Kurang intensifnya pelaksanaan supervisi akademik disebabkan banyaknya tugas
administratif kepala sekolah yang menjadikan kepala sekolah sulit meluangkan
waktu untuk melakukan supervisi akademik secara intensif.

10
Erni Agustina Suwartini, Supervisi Akademik Kepala Sekolah, Profesionalisme Guru dan Mutu
Pendidikan, Jurnal Administrasi Pendidikan, Vol. XXIV, No 2, 2017, hal. 62-63.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Identifikasi masalah adalah bagian dari proses penelitian yang dapat dipahami
dengan jelas sebagai suatu upaya untuk mendefinisikan suatu masalah yang ada dan
membuat permasalahan tersebut dapat diukur dan diuji. Identifikasi masalah
merupakan rangkuman dari semua permasalahan menjadi lebih sederhana yang
akan disampaikan secara garis besarnya saja. kemudian hasil dari identifikasi
masalah tersebut akan dijelaskan ke bagian yang lebih rinci dan lebih jelas lagi.
2. Identifikasi masalah berfungsi sebagai bentuk dorongan dari suatu kegiatan dari
penelitian untuk menjadi penyebab suatu kegiatan penelitian terjadi untuk
dilakukan. Berfungsi pula sebagai perumusan dapat dilakukan dengan
pengembangan sehingga mendapatkan wawasan baru. Identifikasi juga berfungsi
agar mengetaui apa saja yang harus dibahas, apa saja yang harus diselesaikan
sehingga menjadi suatu karya, hasil ataupun wawasan baru, serta mempermudah
untuk menentukan mana saja yang harus dipriorotaskan dan mana yang hanya akan
menjadi bagian pelengkap.
3. Perumusan masalah adalah pernyataan rinci dan lengkap mengenai ruang lingkup
permasalahan yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah.
Oleh karena itu ketika akan mulai memikirkan suatu penelitian, sudah harus
dipikirkan dan dirumuskan secara jelas, sederhana dan tuntas. Hal itu disebabkan
karena seluruh unsur penelitian lainnya berpangkal pada perumusan masalah
tersebut.
4. Sebelum membuat judul penelitian yang pastinya kita lakukan adalah menentukan
dulu variabel- variabelnya. Setelah itu yang akan kita lakukan adalah menyusun
judul penelitian. Judul umumnya terdiri dari kata yang mewakili tujuan penelitian
seperti: pengaruh, hubungan, efektifitas dan keefektifan.
5. Identifikasi masalah berarti mengenali masalah yaitu dengan cara mendaftar faktor-
faktor yang berupa permasalahan.mengidentifikasi. masalah - masalah penelitian
bukan sekedar mendaftar jumlah masalah tetapi juga kegiatan ini lebih daripada itu
karena masalah yang telah dipilih hendaknya memiliki nilai yang sangat penting
atau signifikansi untuk dipecahkan. Adapun langkah paling awal yang harus
dilakukan oleh peneliti, setelah ia memperoleh dan menentukan topik penelitiannya

10
adalah mengidentifikasikan permasalahan yang hendak dipelajari. Identifikasi ini
dimaksud sebagai penegasan batas-batas permasalahan, sehingga cakupan
penelitian tidak keluar dari tujuan.

B. Saran
Ditujukan kepada sang pembaca makalah, ketika membaca makalah ini alangkah
baiknya pembaca juga membaca literature lain agar dapat membandingkan dan menambah
referensi. Ditujukan kepada sang penulis makalah, dengan adanya kritik dan saran dari
pembaca makalah kami harap dapat membangun penulisan makalah jika terdapat suatu
kesalahan dalam penggunaan bahasa ataupun susunan penulisan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Agustina Suwartini, Erni.2017.Supervisi Akademik Kepala Sekolah, Profesionalisme Guru dan


Mutu Pendidikan. Jurnal Administrasi Pendidikan: Vol. XXIV, No 2.

Ansori, Muslich dan Sri Iswati. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Surabaya: UNAIR
(AUP).

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.

Hidayat dan Sedarmayanti.2011. Metodologi Penelitian. Bandung: CV Mandar Maju.

J. Moleong, Lexy. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. 2014. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Machali, Imam. 2018. Statistik Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: PPMPL).

Punaji, Setyosari. 2012. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Kencana.

Syafnidawati, https://raharja.ac.id/20/10/16/identifikasi-masalah. Diakses pada 30 Agustus


2021.

Syamsuddin, A.R, & Damaianti, Vismaia S.. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

12

Anda mungkin juga menyukai