Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TEKNIK PENEMUAN MASALAH

Disusun dalam rangka memenuhi tugas


Mata kuliah Seminar Proposal

Dosen:
Nur Huda, M.Pd.

Oleh :

Ely
Faiq
Ihya’ G

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)

INSTITUT AGAMA ISLAM HASANUDDIN PARE (IAIH)

TAHUN AKADEMIK 2021-2022


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang. Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami. Sehingga, kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Teknik Penemuan Masalah”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat, tata bahasa maupun isinya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah “Teknik Penemuan Masalah” ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Kediri, 28 Oktober 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................................3
A. Definisi Masalah Penelitian...................................................................................................3
B. Jenis-Jenis Masalah Penelitian..............................................................................................4
C. Sumber Masalah Penelitian...................................................................................................5
BAB III...........................................................................................................................................13
KESIMPULAN...............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk Tuhan yang paling sempurna.
Kesempurnaan manusia bukan hanya dari segi fisik, akan tetapi manusia juga
dianugerahi kesempurnaan akal. Akal manusia merupakan sesuatu yang khas
yang membedakan manusia dengan mahluk lainnya. Kesempurnaan akal
inilah yang menyebabkan pengetahuan manusia terus berkembang dari waktu
ke waktu. Salah satu penyebab manusia terus ingin mengembangkan
pengetahuannya adalah karena terdapat rasa keingintahuan. Dengan adanya
rasa keingintahuan, manusia dapat melakukan dua jenis usaha. Pertama,
usaha yang paling sering dilakukan adalah penalaran akal sehat (common
sense). Tetapi, tidak semua keingintahuan manusia bisa terjawab melalui
penalaran akal sehat. Jika hal tersebut terjadi, maka alternatif cara yang bisa
dilakukan adalah dengan melakukan penelitian ilmiah sebagai usaha jenis
kedua.
Kedudukan masalah dalam alur prosedur penelitian sangatlah penting,
bahkan lebih penting dari solusi atau jawaban yang akan diperoleh/dicari,
karena masalah yang dipilih dapat menentukan perumusan masalah, tujuan,
hipotesis, kajian pustaka yang akan digunakan bahkan juga untuk
menentukan metodologi yang tepat untuk memecahkannya.
Dalam dunia pendidikan, banyak sekali fenomena dari suatu masalah
yang kompleks dan saling berhubungan antar satu bidang dengan bidang
lainnya namun masih janggal dan perlu dipecahkan dengan menggunakan
sebuah penelitian. Akan tetapi, tidak semua masalah tersebut dapat dan harus
dipecahkan secara ilmiah. Oleh sebab itu, makalah ini akan membahas
“Teknik Penemuan Masalah Penelitian”.
B. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam penulisan ini
memperoleh hasil yang diinginkan, maka masalah dalam makalah ini dibatasi
pada:

1
1. Apa definisi permasalahan penelitian?
2. Apa saja jenis-jenis masalah penelitian?
3. Apa sajakah sumber masalah penelitian?

C. Tujuan
1. Mampu memahami definisi permasalahan penelitian
2. Mengetahui jenis-jenis masalah penelitian
3. Mengetahui sumber masalah penelitian

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Masalah Penelitian


Seorang peneliti akan memulai sebuah penelitian dengan
mengidentifikasi “masalah” yang akan diteliti. Mereka akan menuliskan latar
belakang masalah di awal pembahasan sebuah penelitian. Biasanya masalah
akan dijabarkan sehingga memberikan pemahaman kepada pembaca, mengapa
masalah tersebut layak diteliti dan hasil penelitiannya layak dibaca oleh banyak
pihak.
Creswell menyatakan dalam Educatioal Research (2012) bahwa
masalah dalam penelitian yaitu isu-isu tentang pendidikan, hal-hal yang
memicu kontroversi dan hal-hal yang perlu untuk ditemukan solusinya.
Sedangkan menurut Kerlinger (2002), “A problem is an interrogative
sentence or statement that asks what relation exists between two or more
variable. The answer to questions will provide what is having sought in the
research”.
Yang bermakna bahwa masalah adalah sebuah kalimat tanya atau
pernyataan yang menanyakan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih.
Jawaban dari pertanyaan akan dijabarkan dalam sebuah penelitian yang sedang
dikaji. Sedangkan variabel didefinisikan sebagai pembeda antara sesuatu
dengan yang lain.
Berbeda dengan definisi masalah diatas, Suryabrata (2000)
mendefinisikan masalah sebagai suatu kesulitan yang dirasakan, konkrit dan
memerlukan solusi. Suatu kesenjangan antara apa yang seharusnya dengan apa
yang ada dalam kenyataan atau antara apa yang diperlukan dengan apa yang
tersedia atau antara harapan dengan kenyataan dan sebagainya. Oleh karena itu,
penelitian mampu menyeimbangkan permasalahan antara kenyataan dan
harapan, yang tersedia dan yang diperlukan, dan memecahkannya (Scientific
Research Problem).
Sejalan dengan definisi tersebut, John Dewey dan Kerlinger dalam
(Sukardi, 2009) mendefinisikan bahwa permasalahan adalah kesulitan yang

3
dirasakan oleh orang awam maupun para peneliti; permasalahan dapat juga
diartikan sebagai sesuatu yang menghalangi tercapainya tujuan. Hal ini berarti
masalah adalah penghalang tercapainya tujuan dari suatu kegiatan, bidang,
rencana, dan lainnya. Orang awam dan para peneliti tidak pernah mencari-cari
masalah. Mereka hanya mempunyai rasa keingintahuan yang besar untuk
memecahkan masalah yang beredar luas dimasyarakat dan mengembang ilmu
pengetahuan yang sudah ada baik dalam dunia pendidikan, sosial, ekonomi,
dan sektor lainnya.
Dalam sebuah penelitian baik penelitian kuantitatif maupun kualitatif
selalu berangkat dari masalah. Namun terdapat perbedaan mendasar antara
“masalah” dalam penelitian kuantitatif dan “masalah” dalam penelitian
kualitatif. Seperti yang dikatakan oleh Sugiyono (2014:205) dalam penelitian
kuantitatif, “masalah” yang akan dipecahkan melalui penelitian harus jelas,
spesifik, dan dianggap tidak berubah. Sedangkan di dalam penelitian kualitatif,
“masalah” yang dibawa oleh peneliti masih remang-remang, bahkan gelap,
kompleks dan dinamis. Oleh karena itu, “masalah” dalam penelitian kualitatif
masih bersifat sementara, tentatif dan akan berkembang atau berganti setelah
peneliti berada di lapangan.
B. Jenis-Jenis Masalah Penelitian
Masalah penelitian dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis menurut
Sugiyono (1994), antara lain :

1. Permasalahan Deskriptif
Permasalahan deskriptif merupakan permasalahan dengan variabel
mandiri baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri
sendiri). Dalam penelitian ini, peneliti tidak membuat perbandingan
variabel yang satu pada sampel yang lain, hanya mencari hubungan
variabel yang satu dengan variabel yang lain.
2. Permasalahan Komparatif
Permasalahan ini merupakan rumusan masalah penelitian yang
membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih
sampel yang berbeda pada waktu yang berbeda
3. Permasalahan Asosiatif

4
Merupakan rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan
hubungan antara dua variabel atau lebih. Terdapat tiga bentuk hubungan,
yaitu :
a) Hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua variabel atau
lebih yang kebetulan munculnya bersama.
b) Hubungan kausal Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat
sebab akibat. Jadi disini ada variabel independen (variabel yang
mempengaruhi) dan dependen (dipengaruhi)
c) Hubungan interaktif/ resiprocal/ timbal balik Hubungan interaktif
adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Di sini tidak diketahui
mana variabel independen dan dependen
C. Sumber Masalah Penelitian
Menurut Arikunto (2002), penemuan masalah dan sumber-sumber
masalah juga dapat dilihat melalui beberapa hal, yaitu sebagai berikut:
1. Temuan dan rekomendasi penelitian: Masalah dapat ditelusuri dari hasil
penelitian orang lain. Sebuah penelitian memiliki bagian kesimpulan dan
saran, dari bagian inilah seorang peneliti menemukan masalah dengan
menganilisis adanya kemungkinan untuk melanjutkan penelitian tersebut
sebagai upaya untuk mengkaji hal-hal yang belum terungkap, mengulang
penelitian tersebut untuk memperkaya teori, dan hal-hal yang lain yang
mungkin ditemukan dari analisis hasil penelitian orang lain. Contoh,
terdapat penelitian yang mengkaji tentang pembelajaran bahasa Inggris
dengan konsentrasi pengembangan kosa kata melalui Spelling Bee untuk
siswa SMP kelas 7. Pada saat diaplikasi oleh guru kelas 7, ternyata hal
tersebut kurang sesuai dengan karakteristik siswa dan menganggap teknik
tersebut terlalu childish atau kekanak-kanakan. Maka guru tersebut,
mencari hasil penelitian lain sebagai acuan penelitian baru namun tetap
bertolak ukur pada hasil penelitian yang pertama.
2. Analogi: Analogi merupakan penemuan masalah dengan cara
mengadaptasi masalah dari suatu pengetahuan dan menerapkannya ke
bidang pengetahuan seorang peneliti baru, dengan adanya persyaratan
bahwa kedua bidang tersebut harus memiliki kesesuaian dalam hal-hal

5
yang penting. Contoh, dalam kurikulum 2013, terkenal istilah scientific
approach atau pendekatan saintifik. Pendekatan tersebut awalnya
dikembangkan dalam pelajaran yang berkonsentrasi pada bidang ilmiah
(saintifik). Namun, hal itu diterapkan dan dikembangkan dalam pelajaran
bahasa baik bahasa Indonesia maupun bahasa asing sesuai dengan
langkah-langkah dalam pendekatan tersebut.
3. Renovasi: Renovasi juga merupakan sebuah metode menemukan masalah
penelitian yakni dengan cara mengganti suatu unsur teori, untuk
meningkatkan kebenaran suatu teori. Contoh, terdapat hasil penelitian
yang mengkaji tentang penggunaan role model atau bermain peran dalam
peningkatan kemampuan berbicara siswa kelas 7 SMP. Lalu seorang
peneliti berkeinginan untuk meningkatkan kebenaran teknik tersebut pada
siswa kelas 8 SMP. Jika hasilnya menunjukkan ada pengaruh, maka teknik
tersebut mampu meningkatkan kebenaran dalam teori berdasarkan hasil
penelitian yang menjadi acuan.
4. Pengalaman: Pengalaman merupakan sumber pengenalan masalah yang
peling berguna bagi peneliti pemula dalam memulai penelitian, yakni
pengalaman mereka sendiri sebagai praktisi pendidikan. Banyak keputusan
yang harus diambil setiap waktu. Pengalaman seseorang merupakan
sumber yang baik sebagai permasalahan penelitian.
5. Literatur: Literatur adalah referensi yang digunakan sebagai cara untuk
menemukan masalah. Contoh literatur adalah seminar, diskusi, dokumen,
buku, jurnal, artikel, prosiding dan lainnya. Setelah membaca referensi
tersebut, lalu membandingkan dengan kenyataan yang ada dan ternyata
terjadi gap. Maka hal itu mampu memunculkan masalah untuk penelitian.
Stoner dalam Sugiyono (2014) juga mengemukakan bahwa
masalah-masalah dapat diketahui atau dicari apabila terdapat hal-hal
sebagai berikut:
1. Penyimpangan antara pengalaman dan kenyataan,
2. Antara apa yang direncanakan dengan kenyataan,
3. Adanya pengaduan, dan
4. Kompetisi.

6
Sependapat dengan pendapat diatas, Suryabrata (2006:3-6) berpendapat
bahwa terdapat dua jenis pendekatan yang mampu mendapatkan masalah
penelitian, yaitu:
1. Pendekatan Non-Ilmiah
a. Akal Sehat (common sense)
Akal sehat dan ilmu adalah dua hal yang berbeda sekalipun
dalam batas tertentu keduanya memgandung persamaan. Menurut
Conant yang dikutip Kerlinger (1986:4) akal sehat adalah serangkaian
konsep (concepts) dan bagan konseptual (conceptual schemes) yang
memuaskan untuk penggunaan praktis bagi kemanusiaan. Konsep
adalah kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasikan dari
hal-hal yang khusus. Dapat disimpulkan bahwa akal sehat banyak
digunakan oleh orang awam dalam mempersoalkan suatu hal.
Walaupun akal sehat yang berupa konsep dan bagan konsep itu
dapat menunjukkan hal yang benar, namun dapat pula menyesatkan.
Contoh, akal sehat mengenai peranan hukum dan ganjarannya dalam
pendidikan. Pada abad ke-19 menurut akal sehat yang diyakini oleh
banyak pendidik hukuman adalah alat trauma dalam pendidikan.
Penemuan ilmiah ternyata membantah kebenaran akal sehat tersebut.
Hasil-hasil penelitian dalam bidang psikologi dan pendidikan
menunjukkan bahwa bukan hukuman yang merupakan alat utama
dalam pendidikan, melainkan ganjaran.
b. Prasangka
Pencapaian pengetahuan secara akal sehat diwarnai oleh
kepentingan orang yang melakukannya. Hal yang demikian itu
menyebabkan akal sehat mudah beralih menjadi prasangka. Dengan
akal sehat orang cenderung mempersenpit pengamatannya karena
diwarnai oleh pengamatannya itu, dan cenderung mengkambing
hitamkan orang lain atau menyokong suatu pendapat. Orang sering
tidak mengendalikan keadaan yang juga dapat terjadi pada keadaan
lain. Orang sering cenderung melihat hubungan antara dua hal sebagai
hubungan sebab-akibat yang langsung dan sederhana, padahal

7
sesungguhnya gejala yang diamati itu merupakan akibat dari berbagai
hal. Dengan akal sehat orang cenderung ke arah perbuatan generalisasi
yang terlalu luas, yang lalu merupakan prasangka. Contoh dari sumber
pengetahuan ini adalah penelitian tentang stereotip (streotype)
mengenai pendidikan.
c. Pendekatan Intuitif
Dalam pendekatan intuitif orang menentukan “pendapat”
mengenai sesuatu berdasarkan “pengetahuan” yang langsung atau
didapat dengan cepat melalui proses yang tidak disadari atau yang
tidak dipikirkan lebih dahulu. Dengan intuisi, orang memberikan
penilaian tanpa didahului suatu renungan. Pencapaian pengetahuan
tersebut sukar dipercaya. Di sini tidak terdapat langkah-langkah yang
sistematik dan terkendali (terkontrol). Metode ini biasa disebut
metode a priori, dengan penalaran, belum tentu cocok dengan
pengalaman atau data empiris. Contoh, seorang peneliti berpendapat
bahwa teknik bercerita story telling bagus untuk meningkatkan
kemampuan berbicara siswa. Jika itu hanya pendapat dan tidak
dilakukan dengan penelitian. Maka hal itu hanyalah sebuah pendapat
yang tidak terbukti kebenarannya. Namun berbeda halnya dengan
mengaplikasikan teknik tersebut dikelas, maka hal itu bisa menjadi
sebuah pengalaman dan jika dikaji lebih lanjut bersistematik dan
terkontrol maka itu bisa menjadi sebuah hasil penelitian.
d. Penemuan Kebetulan dan Coba-coba
Sepanjang sejarah manusia penemuan secara kebetulan itu
banyak terjadi, dan banyak di antaranya yang sangat berguna.
Misalnya, penemuan seorang penderita malaria pada kolam berisi air
pahit yang berasal dari kulit pohon kina yang tumbang ke dalam parit.
Walaupun penemuan secara kebetulan itu berguna, namun penemuan
tersebut bukan penemuan memalui pendekatan ilmiah. Penemuan
secara kebetulan diperoleh tanpa rencana, tidak pasti, serta tidak
melalui langkah-langkah yang sistematik dan terkendali.

8
Penemuan coba-coba (trial and error) diperoleh tanpa
kepastian akan diperolehnya suatu kondisi tertentu atau pemecahan
suatu masalah. Usaha coba-coba pada umumnya merupakan
serangkaian percobaan tanpa kesadaran akan pemecahan tertentu.
Pemecahan terjadi secara kebetulan setelah dilakukan serangkaian
usaha; usaha yang berikut biasanya agak lain, yaitu lebih maju,
daripada yang mendahuluinya. Penemuan secara kebetulan pada
umumnya tidak efisien dan tidak terkontrol.
e. Pendapat Otoritas Ilmiah dan Pikiran Kritis
Otoritas ilmiah adalah orang-orang yang biasanya telah
menempuh pendidikan formal tertinggi atau yang mempunyai
pengalaman kerja ilmiah dalam suatu bidang yang cukup banyak.
Pendapat-pendapat mereka sering diterima orang tanpa diuji, karena
dipandang benar. Namun, pendapat otoritas ilmiah itu tidak selamanta
benar. Ada kalanya, atau bahkan sering, pendapat mereka itu
kemudian ternyata tidak benar, karena pendapat tersebut tidak
diasalkan dari penelitian, melainkan hanya didasarkan atas pemikiran
logis. Kiranya jelas, bahwa pendapat-pendapat sebagai hasil
pemikiran yang demikian itu akan benar kalau premis-premisnya
benar.
2. Pendekatan Ilmiah
Pengetahuan yang diperoleh dengan pendekatan ilmiah diperoleh
melalui penelitian ilmiah dan dibangun di atas teori tertentu. Teori itu
berkembang melalui penelitian ilmiah, yaitu penelitian yang sistematik dan
terkontrol berdasarkan atas data empiris. Teori itu dapat diuji (dites) dalam
hal keajegan dan kemantapan internalnya. Artinya, jika penelitian ulang
dilakukan orang lain menurut langkah-lengkah yang serupa pada kondisi
yang sama akan diperoleh hasil yang ajeg (consistent), yaitu hasil yang
sama atau hampir sama dengan hasil terdahulu. Langkah-langkah
penelitian yang teratur dan terkontrol itu telah terpolakan dan sampai batas
tertentu diakui umum. Pendekatan ilmiah akan menghasilkan kesimpulan
yang serupa bagi hampir setiap orang, karena pendekatan tersebut tidak

9
diwarnai oleh keyakinan pribadi, bias, dan perasaan. Cara penyimpulannya
pun tidak subjektif, melainkan objektif.
Sebagaimana yang dikemukakan diatas, Setyosari (2010:5-11)
menyatakan bahwa dalam kehidupan sehari-hari manusia berhadapan
dengan berbagai sumber-sumber pengetahuan dalam upaya untuk mencari
atau memperoleh jawaban terhadap suatu persoalan yang dihadapi.
Jawabannya dapat berasal dari berbagai sumber pengetahuan yakni:
1. Pengalaman (Experience)
Pengalaman pribadi setiap orang sangat beragam dan berbeda-
beda. Kadang kala dengan berbekal pengalaman pribadi ini atau
pengalaman yang diperoleh melalui interaksi dengan orang lain,
seseorang memperoleh manfaat darinya. Namun demikian, tidak
semua bentuk pengalaman sesuai untuk mengatasi masalah yang kita
hadapi. Pemecahan masalah melalu pengalaman pribadi setiap orang
berbeda-beda. Walaupun objeknya sama dan ada kemungkinan hal
yang diamati itu berbeda. Contoh, pada saat guru mengajak siswanya
menyaksikan keindahan alam suatu danau. Mereka ada yang
menyaksikan keindahan alamnya, ada yang melihat kejernihan airnya,
ada yang melihat beberapa perahu yang berlayar, dan lainnya.
2. Kewenangan (Authority)
Wewenang atau otoritas dimiliki oleh seseorang yang sudah
memiliki keahlian dalam bidang tertentu. Wewenang ini sering juga
dipakai sebagai pegangan oleh seseorang dalam suatu usaha
memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapinya. Contoh,
terjadinya kolosi dan korupsi di sebuah bank atau perusahaan yang
sering mengundang perhatian publik. Hal tersebut perlu pembuktian
oleh akuntan.
3. Berpikir Deduktif (Deductive Thinking)
Berpikir deduktif adalah proses berpikir yang didasarkan pada
pernyataan-pernyataan yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat
khusus dengan menggunakan logika tertentu. Cara berpikir ini
dilandasi dengan suatu sistem penyusunan fakta yang sudah diketahui

10
lebih dulu untuk sampai pada kesimpulan yang benar. Dasar-dasar
berpikir yang dipakai adalah melalui serangkaian pernyataan atau
silogisme. Tiga dasar berpikir yaitu: (1) premis mayor atau dasar
pikiran utama mengandung suatu pernyataan umum dan universal. (2)
premis minor atau dasar pikiran kedua mengandung bagian dari
premis utama. Kebenarannya tergantung pada bagian premis
utamanya. (3) kesimpulan dibuat berdasarkan kebenaran-kebenaran
dalam premis mayor dan minor.
Contoh silogisme,
a. Premis mayor, planet-planet mengitari matahari
b. Premis minor, bumi adalah termasuk sebuah planet
c. Kesimpulan, bumi mengitari matahari
4. Berpikir Induktif (Inductive Thinking)
Dalam berpikir induktif seseorang harus melakukan
pengamatan atau observasi sendiri, mencari fakta-fakta untuk
mencapai suatu generalisasi. Cara berpikir induktif berbeda dengan
cara deduktif yang mendasarkan pada dasar pikiran harus diketahui
terlebih dahulu sebelum sampai pada kesimpulan yang benar. Dalam
berpikir induktif, kesimpulan akan tercapai dengan mengamati
contoh-contoh, fakta-fakta, gejala-gejala, atau objeknya. Induktif
sempurna dicapai dengan cara mengamati semua contoh-contoh yang
dijadikan objek peneyelidikan. Namun, tidaklah mungkin kita
mengamati satu per satu setiap gejala sehingga orang hanya
mengamati sebagian kecil saja. Oleh karena itu, kesimpulan yang
dicapai dikatakan sebagai induksi tidak sempurna. Contoh,
a. Setiap harimau yang diamati bertaring.
b. Hariamu dan kambing adalah binatang menyusui.
c. Oleh sebab itu, kambing adalah binatang bertaring.
Kesimpulan diatas salah, karena antara kambing dan harimau,
walaupun keduanya adalah binatang menyusui, tidak saling
berhubungan karena kambing bukan binatang bertaring. Agar
mendapatkan kesimpulan yang baik dan sempurna, fakta-fakta khusus

11
yang diamati dan dikumpulkan benar-benar berkaitan. Fakta khusus
ini menjadi data pendukung agar sampai pada pengambilan
kesimpulan yang benar. Oleh karena itu, kesimpulan yang dicapai
sebagai induksi sempurna.
5. Berpikir Ilmiah (Scientific Thingking)
Proses berpikir ilmiah adalah proses melakukan penalaran
(reasoning) terhadap suatu hal sesuai dengan prosedur-prosedur
ilmiah. Pendekatan ilmih ini, dalam penelitian, biasanya dilukiskan
sebagai suatu proses dimana peneliti secara induktif melakukan
pengamatan dan kemudian menyusun hipotesis. Pendekatan ilmiah
menuntut langkah-langkah secara sistematis, objektif, terukur,
teramati (empiris) dan analisis. Atas dasar analisis inilah, seseorang
dapat membuat keputusan untuk menerima atau menolak hipotesis.

12
BAB III
KESIMPULAN

Dalam melakukan suatu penelitan ada beberapa hal yang harus


diperhatikan. Pertama kita harus mengetahui masalah yang ingin di teliti. Sesuatu
disebut sebagai masalah jika itu nyata, dapat dirasakan dan membutuhkan
pemecahan masalah. Jika tidak membutuhkan solusi, maka itu tidak bisa menjadi
masalah. Masalah akan mucul jika tidak adanya kesesuaian antara kenyataan dan
harapan dan yang tersedia dan yang diperlukan.
Masalah penelitian dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis antara lain :
Permasalahan Deskriptif, Permasalahan Komparatif dan Permasalahan Asosiatif
sumber-sumber masalah yang ingin dicari bisa dilihat melalui temuan dan
rekomendasi penelitian, analogi, renovasi, pengalaman, serta literature. Sumber
masalah didapat melalui pendekatan non ilmiah yang berupa: akal sehat;
prasangka; pendekatan intuitif; penemuan kebetulan dan coba-coba; pendapat
otoritas ilmiah dan pikiran kritis, dan pendekatan ilmiah yang berupa:
pengalaman; kewenangan; berpikir deduktif; berpikir induktif dan berpikir ilmiah.

13
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2002. Prosedur Suatu Penelitian: Pendekatan Praktek. Jakarta:


Rineka Cipta.

Creswell, John W. 2012. Educational Research. Boston: Pearson Education, Inc.

Kerlinger., Fred N. 2002. Foundation of Behavioral Research. 3th Ed. New


Jersey: Holt, Rinehart and Winston Publishing Co.

Setyosari, Punaji. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan.


Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sugiyono.2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya.


Jakarta: Bumi Aksara.

Suryabrata, Sumadi. 2006. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.

Suryabrata, I. 2000. Langkah-Langkah Penelitian.

14

Anda mungkin juga menyukai