Anda di halaman 1dari 18

MASALAH, VARIABEL, HIPOTESIS

KELOMPOK 2 :

AN NISSA INDIRA (8226121009)

HASANAH NADEAK (8226121003)

KELAS : TEKNOLOGI PENDIDIKAN A 2022

MATA KULIAH : METODOLOGI PENELITIAN DAN


PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

DOSEN PENGAMPU : Prof. Dr. Abdul Hasan Saragih, M.Pd.

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapan kepada Allah SWT, yang telah memberi
rahmat kepada penulis sehingga makalah yang berjudul „‟Masalah,Variabel,
dan Hipotesis ini bisa terselesaikan dengan baik, Ucapan terima kasih kepada
dosen pengampu pada mata kuliah ini yaitu bapak Prof. Dr. Abdul Hasan
Saragih, M.Pd yang telah membimbing makalah ini,

Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak serta
dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembacanya. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang memabangun selalu penulis harapkan.

Medan, Agustus 2022

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................2

BAB I ...................................................................................................................4

PENDAHULUAN ...............................................................................................4

1.1 Latar Belakang ......................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................5

1.3 Tujuan ....................................................................................................5

BAB II ..................................................................................................................6

PEMBAHASAN ..................................................................................................6

2.1 Pengertian dari masalah, variabel, dan hipotesis pada penelitian .........6

2.1.1 Masalah ..........................................................................................6

2.1.2 Variabel ..........................................................................................7

2.1.3 Hipotesis.........................................................................................8

2.2 Jenis-jenis permasalahan penelitian ...................................................9

2.3 Jenis-Jenis Variabel .............................................................................10

2.4 Jenis-Jenis Hipotesis............................................................................14

2.5 Tahap Perumusan Hipotesis ................................................................15

BAB III ..............................................................................................................18

KESIMPULAN ..................................................................................................18

3.1 Kesimpulan ..........................................................................................18

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penelitian merupakan sebuah riset yang bertujuan untuk menemukan,
mengiterpertasikan dan merevisi fakta-fakta. Menurut Dr. Sandu Siyoto pada
buku metode penelitian oleh dini silvi dan tuti alawiyah, Penelitian adalah suatu
penyeledikan terorganisasi atau penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam
mencari fakta untuk menentukan sesuatu. Kata Research terdiri dari dua kata
yaitu re yang berarti kembali dan to search yang berarti mencari. Jadi, dapat
disimpulkan bawha pengertian research (penelitian) adalah mencari kembali
suatu pengetahuan.1 Setiap mengawali suatu penelitian, maka seorang peneliti
harus mampu mengidentifikasi sebuah Masalah Penelitian, dalam hal ini
kekritisan peneliti menjadi modal utama dalam menemukan sebuah masalah
penelitian yang akan diteliti. Sumber-sumber masalah penelitian dapat dimulai
dengan ditemukannya kesenjangan antara hal yang diinginkan dengan yang
didapatkan dilapangan/lingkungan, kesenjangan antara yang seharusnya dan
yang menjadi kenyataan, kesenjangan antara Harapan dan Kenyataan, apa yang
diperlukan dengan apa yang tersedia. Dari hal-hal tersebut itulah mendorong
manusia mengajukan sebuah pertanyaan sederhana "apa itu, dimana itu, siapa
itu, kapan itu terjadi dan bagaimana itu, mengapa, dan sebagainya", sehingga
manusia mengidentifikasi masalah. 2 Sehingga peneliti dapat merangkai sebuah
masalah, menetapkan variable dan membuat sebuah hipotesis.

1
Purnia, Silvi. D., Alawiyah T (2020) Metode Penelitian Strategi Menyusun Tugas Akhir. Yogyakarta:
Graha Ilmu 9
2
Setyawan Aditya D (2014) Masalah Penelitian. Surakarta: Poltekes Surakarta 2
4
1.2 Rumusan Masalah
Bedasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud oleh Masalah, Variabel, dan Hipotesis?
2. Apa saja jenis-jenis Masalah?
3. Apa saja jenis-jenis Variabel ?
4. Apa saja jenis-jenis Hipotesis?
5. Bagaimana cara merumuskan Hipotesis?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Masalah, Variabel dan
Hipotesis.

2. Mengetahui jenis-jenis Masalah di dalam penelitian

3. Mengetahui jenis-jenis Hipotesis di dalam penelitian.

4. Mengetahui Perumusan Hipotesis di dalam penelitian.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dari masalah, variabel, dan hipotesis pada penelitian


Sumber-sumber permasalahan penelitian dapat diketahui ketika terdapat
penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan, terdapat penyimpangan
antara rencana dengan kenyataan, adanya pengaduan dan adanya kompetisi
sehingga menimbulkan masalah besar. Rasa ingin tahu yang mendalam
membuat seseorang mengadakan penelitian, agar apa yang dirasakan kurang
benar bisa terjawab dan terpecahkan. Seperti diketahui bersama bahwa
penelitian adalah merupakan bagian dari pemecahan masalah.

2.1.1 Masalah
Menurut Notoatmodjo (2002) Masalah Penelitian secara umum dapat
diartikan sebagi “Suatu kesenjangan (gap) antara yang seharusnya dengan apa
yang terjadi tentang sesuatu hal, atau antara kenyataan yang ada atau terjadi
dengan yang seharusnya ada atau terjadi serta antara harapan dan kenyataan”.
Selanjutnya Notoatmodjo (2002) juga menyebutkan bahwa pada hakikatnya
Masalah Penelitian adalah “Segala bentuk pertanyaan yang perlu dicari
jawabannya, atau segala bentuk rintangan dan hambatan atau kesulitan yang
muncul”. Dengan demikian adanya masalah penelitian oleh karena adanya
"Rational Gap" antara yang diharapkan dan kenyataan. Meskipun masalah
penelitian itu selalu ada dan banyak, belum tentu mudah mengangkatnya
sebagai masalah penelitian, diperlukan kepekaan terhadap masalah penelitian.3
Dan setelah mendapatkan rangkaian permasalah agar permasalahan tersebut
dapat diteliti, peneliti pun harus menemukan variabel-variabel untuk digunakan
sebagai penelitian.

3
Setyawan Aditya D (2014) Masalah Penelitian. Surakarta: Poltekes Surakarta 3
6
2.1.2 Variabel
Variabel Penelitian adalah suatu atribut, nilai/ sifat dari objek,
individu/kegiatan yang mempunyai banyak variasi tertentu antara satu dan
lainnya yang telah ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari dan dicari
informasinya serta ditarik kesimpulannya. Beberapa definisi variabel menurut
para ahli :
1. Menurut Hatch dan Farhady (1981), variabel dapat didefinisikan sebagai
atribut seseorang, atau objek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan
yang lain atau satu objek dengan objek yang lain.
2. Menurut Kerlinger (1973) menyatakan bahwa variabel adalah kontruk
(constructs) atau sifat yang akan dipelajari. Misalnya: tingkat aspirasi,
penghasilan, pendidikan, status sosial, jenis kelamin, golongan gaji,
produktifitas kerja, dll.
3. Menurut kidder (1981),variabel penelitian adalah suatu kualitas dimana
peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya.
4. Menurut Sugiono Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau
nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.4
Sebuah variabel adalah sebuah konsep kata benda yang berarti variasi dalam
kelas objek,seperti kursi, jenis kelamin, warna mata, prestasi, motivasi, atau
kecepatan lari. Bahkan keberanian, dan gaya, untuk hidup adalah variabel.
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek,
organisasi, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jika semua
anggota kelas identik, kami tidak memiliki variabel. Dalam penelitian apa pun,
beberapa karakteristik akan menjadi variabel, sedangkan yang lainnya tetap.
Sebuah contoh dapat membuat perbedaan ini lebih jelas. Misalkan seorang
peneliti tertarik untuk mempelajari efek penguatan pada prestasi siswa. Peneliti

4
Nikmatur Ridha, Proses Penelitian, Masalah, Variabel Dan Paradigma Penelitian, Sekolah Tinggi Agama Islam
(Stai) Sumatera Medan, 2017 66
7
secara sistematis membagi sekelompok besar siswa, yang semuanya adalah
siswa kelas sembilan, menjadi tiga subkelompok yang lebih kecil. Dia
kemudian melatih guru dari subkelompok ini untuk memperkuat siswa mereka
dengan cara yang berbeda (satu memberikan pujian verbal, yang kedua
memberikan hadiah uang, yang ketiga memberikan poin tambahan) untuk
berbagai tugas yang dilakukan siswa. Dalam penelitian ini, penguatan akan
menjadi variable (berisi tiga variasi), sedangkan tingkat kelas siswa akan
menjadi konstan.5

2.1.3 Hipotesis
Hipotesis adalah prediksi kemungkinan hasil dari sebuah studi. Atau
secara umum, hipotesis merupakan jawaban sementara dari rumusan-rumusan
masalah yang perlu pembuktian bedasarkan data yang telah dianalisis. Dalam
berpikir secara ilmiah keududukan hipotesis yang jelas, mengarahkan kita pada
proses selanjutnya. Nasir (1990) menyatakan bahwa hipotesis tersusun berda-
sarkan teori;maka belum tentu isinya selalu mutlak benar: Untuk itulah
diperlukan data empiris untuk menguji apakah jawaban yang tertera dalam
hipotesis itu masih relevan kebenanarannya. Hampir senada dengan pernyataan
di atas, Margono (1997:80), mengemukakan bahwa "Hipotesis merupakan
suatu kemungkinan jawaban dari masalah yang diajukan, dan ini merupakan
dugaan' yang bijaksana dari si peneliti yang diturunkan dari teori yang telah
ada". Seiring dengan itu, Sugiyono, (1994:39), juga mengungkapkan bahwa
"Hipotesis merupakan jawaban teoritis, karena belum didasarkan pada fakta-
fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Sehubungan dengan
posisi hipotesis dalam penelitian, Tuckman (1999) menyatakan bahwa tanpa
adanya hipotesis tak akan ada progress dalam wawasan atau pengertian ilmiah
dalam pengumpulan fakta ernpiris. Sedangkan Kerlinger (1980) berpendapat
bahwa hipotesis dapat diajukan apabila peneliti akan rnenghubungkan atau
membandingkan dua atau beberapa variabel. Oleh karena itu penelitian yang

5
Fraenkel, Jack R., & Wallen, Norman E. (1990). How To Design And Evaluate Research In Education.
New York: Mcgraw-Hill Publishing Company. 77
8
tidak menghubungkan atau membandingkan variable-variabel, sebaiknya
menggunakan pertanyaan penelitian. Ini berarti bahwa tidak semua penelitian
harus mencantumkan hipotesis. Secara garis besar, keguanaan hipotesis dalam
penelitian adalah sebagai berikut :
a. Memberikan batasan serta memperkecil jangkauan dan kerja penelitian.
b. Menyiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antara fakta yang
kadang kala hilang begitu saja dari perhatian peneliti.
c. Sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang bercerai-berai
tanpa kodisi dalam satu kesatuan.
d. Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian fakta dan antar fakta.
Dapat kita rasakan, ketika kita sedang membuat sebuah penelitian, kita
dihadapkan pada sejumlah data yang kita anggap saying untuk membuang nyaa.
Maka melalu hipotesis kita akan terhindar dari data yang tidak kita perlukan
walaupun dirasa data ini sangat penting.6

2.2 Jenis-jenis permasalahan penelitian


Apabila dilihat dari jenisnya, maka Masalah Penelitian terdiri dari beberapa
jenis, yaitu:

1. Permasalahan deskriptif adalah suatu permasalahan yang berkenaan


dengan pertanyaan terhadap keberadaan variable mandiri, baik satu
variable atau lebih. Jadi tidak bersifat membandingkan dan mencari
hubungan.

Contoh: Seberapa tinggi efektifitas penyuluhan terhadap peningkatan


pengetahuan responden?

2. Permasalahan komparatif adalah suatu permasalahan penelitian yang


bersifat membandingkan keberadaan satu variable atau lebih pada dua
atau lebih sample yang berbeda.

6
Dr.H. Wina Sanjaya,Penelitian Pendidikan Jenis Metode Dan Prosedur, Jakarta: Kencana 11
9
Contoh: Adakah perbedaan kualitas pengukuran tekanan darah antara lengan
kanan dan lengan kiri ?

3. Permasalahan asosiatif adalah suatu pertanyaan penelitian yang bersifat


hubungan antara dua variablel atau lebih, yang terdiri atas:

a. Hubungan Simetris, adalah hubungan antara dua variabel atau lebih


yang kebetulan munculnya bersama, bukan hubungan kausal maupun
interaktif.

Contoh: Adakah hubungan antara kebiasaan olah raga dengan prestasi ujian?

b. Hubungan Kausal, adalah hubungan yang bersifat sebab akibat.

Contoh: Adakah pengaruh Placebo terhadap penurunan nyeri Arthritis pada


lansia?

c. Hubungan Interaktif/ Resiprocal/ Timbal balik, adalah hubungan yang


saling mempengaruhi.

Contoh: Adakah hubungan antara motivasi dengan prestasi dalam


pembelajaran?7

2.3 Jenis-Jenis Variabel


1. Variabel Terikat

Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel respon atau output.


Sebagai variabel respon berarti variabel ini akan muncul sebagai akibat dari
manipulasi suatu variabel-variabel yang dimanipulasikan dalam penelitian,
yang disebut sebagai variabel bebas (Kerlinger, 1979). Dalam ilmu tingkah
laku, variabel terikat adalah aspek tingkah laku yang diamati dari suatu
organisme yang telah dikenai stimulus. Dengan kata lain, variabel terikat adalah

7
Setyawan Aditya D (2014) Masalah Penelitian. Surakarta: Poltekes Surakarta 9
10
faktor yang diamati dan diukur untuk menentukan ada tidaknya pengaruh dari
variabel bebas

2. Variabel Bebas

Variabel bebas (independent variabel) adalah variabel yang diduga sebagai


sebab munculnya variabel variabel terikat. Variabel bebas biasanya
dimanipulasi, diamati, dan diukur untuk diketahui hubungannya (pengaruhnya)
dengan variabel lain. Dalam ilmu tingkah laku, variabel bebas biasanya
merupakan stimulus atau input yang beroperasi dalam diri seseorang atau di
dalam lingkungannya untuk mempengaruhi tingkah laku.

3. Variabel Moderator / Antara

Variabel moderator merupakan variabel antara, adalah sebuah tipe khusus


variabel bebas, yaitu variabel bebas sekunder yang diangkat untuk menentukan
apakah ia mempengaruhi hubungan antara variabel bebas primer dan variable
terikat. Variabel moderator adalah faktor yang diukur, dimanipulasi atau dipilih
peneliti untuk mengungkap apakah faktor tersebut mengubah hubungan antara
variabel bebas dan variabel terikat. Jika peneliti ingin mempelajari pengaruh
variabel bebas X terhadap variabel terikat Y tetapi ragu-ragu apakah hubungan
antara X dan Y tersebut berubah karena variabel Z, maka Z dapat dianalisis
sebagai variabel moderator.

4. Variabel Kontrol

Tidak semua variabel di dalam suatu penelitian dapat dipelajari sekaligus


dalam waktu yang sama. Beberapa di antara variabel tersebut harus dinetralkan
pengaruhnya untuk menjamin agar variabel yang dimaksud tidak mengganggu
hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel-variabel yang
pengaruhnya harus dinetralkan disebut sebagai variabel kontrol.

11
Jadi, variabel kontrol adalah faktor-faktor yang dikontrol atau dinetralkan
pengaruhnya oleh peneliti karena jika tidak dinetralkan diduga ikut
mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Variabel kontrol berbeda dengan variabel moderator. Penetapan suatu variabel
menjadi variabel moderator adalah untuk dipelajari (dianalisis) pengaruhnya,
sedangkan penetapan variabel kontrol adalah untuk dinetralkan/disamakan
pengaruhnya.

5. Variabel Deskrit

Variabel deskrit: disebut juga variabel nominal atau variabel kategori


karena hanya dapat dikategorikan atas 2 kutub yang berlawanan yakni "ya" dan
"tidak". Misalnya ya wanita, tidak wanita, atau dengan kata lain: "wanita—pria"
“hadir—tidak hadir”, “atas—bawah”. Angka-angka digunakan dalam variabel
diskrit ini yang dapat dioperasikan untuk menghitung frekuensi yang muncul,
yaitu banyaknya pria, banyaknya yang hadir dan sebagainya. Maka angka
dinyatakan sebagai frekuensi. Dengan demikian data penelitian dengan variabel
diskrit merupakan penanda kategori, yang tidak dapat dioperasikan berbentuk
penambahan, pengurangan, perkalian atau pembagian. Keberadaannya terbatas
pada penentuan sebagai frekuensi.

6. Variabel bersambungan/Kontinu

Variabel bersambungan adalah variabel atau perubah yang dapat dinyatakan


dalam bentuk pecahan dan memiliki jangkauan (range) tertentu. Oleh karena itu
variabel bersambungan memiliki nilai numeric. Maka datanya dinyatakan
dalam bentuk pecahan. Misalnya variabel berat badan.

Variabel bersambungan memiliki nilai peringkat besaran atau parameter


yang menunjukkan suatu kualitas, misalnya nilai-nilai yang diperoleh dari hasil
pengukuran dengan menggunakan skala sikap yang menunjukkan sikap berbeda
menurut peringkat mulai dar sikap sangat setuju, setuju,ragu-ragu, tidak setuju

12
dan sangat tidak setuju. Dalam variabel bersambungan, diantara dua unit
ukuran mungkin terdapat unit-unit ukura lain yang tak terhingga banyaknya.
Dtata hasil ukur dari variabel bersambungan diperoleh dari hasil pengukuran
dengan menggunakan instrument terntentu, baik instrument yang sudah ada dan
baku seperti timbangan,meteran,liter,termometre dan sebagainya, maupun
instrument yang dibuat dan diekmbangkan oleh peneliti seperti skala sikap, tes
hasil belajar, skala penilaian dan sebagainya.

7. Variabel Kontinum

Variabel kontinum: dipisahkan menjadi 3 variabel kecil yaitu:

a. Variabel ordinal, yaitu variabel yang menunjukkan tata urutan


berdasarkan tingkatan misalnya sangan tinggi, tinggi, pendek. Untuk
sebutan lain adalah variabel "lebih kurang" karena yang satu
mempunyai kelebihan dibanding yang lain.

b. Variabel interval, yaitu variabel yang mempunyai jarak, jika dibanding


dengan variabel lain, sedang jarak itu sendiri dapat diketahui dengan
pasti. Misalnya: Suhu udara di luar 31°C. Suhu tubuh kita 37°C. Maka
selisih suhu adalah 6°C. Jarak Surabaya--Blitar 162 km, sedangkan
Surabaya-Malang 82 km. Maka selisih jarak Malang-Blitar, yaitu 80
km. Dibanding dengan variabel ordinal di atas, jarak dalam variabel
ordinal tidak jelas. Jarak kepandaian antara Agung dan Nico tidak dapat
diukur.

c. Variabel ratio, yaitu variabel perbandingan. Variabel ratio memiliki


harga nol mutlak yang dapat dioperasikan berbentuk perkalian "sekian
kali". Contoh: Berat Pak Rudi 70 kg, sedangkan anaknya 35 kg. Maka
Pak Rudi beratnya dua kali anaknya. Jika kita menghendaki, variabel
kontinum dapat diubah menjadi variabel diskrit dengan cara
mengklasifikasikannya menjadi "ya" dan "tidak", maka dapat dilakukan

13
dengan cara sebagai berikut: 1. Tentukan ambang batas nilai rata-rata
misalnya, angka di atas ratarata termasuk kategori "ya", rata-rata ke
bawah termasuk kategori "tidak". 2. Ambil satu nilai dengan kategori
"ya", dan selain nilai tersebut kategori "tidak".8

d. Variabel Nominal, yaitu variabel yang ditetapkan bedasarkan atas


proses penggolongan;variabel ini bersifat deskrit dan salung pilah antara
kategori yang satu dan kategori yang lain. Contoh jenis kelamin, status
perkawinan dan jenis pekerjaan.

2.4 Jenis-Jenis Hipotesis


Hipotesis terdiri atas beberapa jenis. Dilihat dari rumusan masalah yang
hendak diteliti, hipotesis dapat diklasifikasikan berdasarkan rumusannya dan
proses pemerolehannya.Ditinjau dari rumusannya, hipotesis penelitian
dibedakan menjadi :

a. Hipotesis Alternatif, yaitu hipotesis “yang sebenarnya” yang merupakan


sintesis dari hasil kajian teoritis. Hipotesis kerja biasanya disingkat H1
atau Ha.

b. Hipotesis nol atau hipotesis statistik, merupakan lawan dari hipotesis


kerja dan sering disingkat Ho.

Ada kalanya peneliti merumuskan hipotesis dalam bentuk H1 dan Ho untuk


satu permasalahan penelitian. Hal ini didasari atas pertimbangan bahwa Ho
„sengaja” dipersiapkan untuk ditolak, sedangkan H1 “dipersiapkan” untuk
9
diterima.

8
Winarmo M.E,Metodologi Penelitian Dalam Pendidikan Jasmani, Ikip Malang 2013 , 26
9
Ahmadriswan Nasution, Pengujian Hipotesis, Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Badan Pusat
Statistik 202, 4

14
2.5 Tahap Perumusan Hipotesis
Tahap-tahap pembentukan hipotesa pada umumnya sebagai berikut:

a. Penentuan masalah

Dasar penalaran ilmiah ialah kekayaan pengetahuan ilmiah yang biasanya


timbul karena sesuatu keadaan atau peristiwa yang terlihat tidak atau tidak
dapat diterangkan berdasarkan hukum atau teori atau dalil-dalil ilmu yang
sudah diketahui. Dasar penalaran pun sebaiknya dikerjakan dengan sadar
dengan erumusan yang tepat. Dalam proses penalaran ilmiah tersebut,
penentuan masalah mendapat bentuk perumusan masalah.

b.Hipotesis pendahuluan atau hipotesis preliminer (preliminary hypothesis).

Dugaan atau anggapan sementara yang menjadi pangkal bertolak dari


semua kegiatan. Ini digunakan juga dalam penalaran ilmiah. Tanpa hipotesa
preliminer, pengamatan tidak akan terarah. Fakta yang terkumpul mungkin
tidak akan dapat digunakan untuk menyimpulkan suatu konklusi, karena tidak
relevan dengan masalah yang dihadapi. Karena tidak dirumuskan secara
eksplisit, dalam penelitian, hipotesis priliminer dianggap bukan hipotesis
keseluruhan penelitian, namun merupakan sebuah hipotesis yang hanya
digunakan untuk melakukan uji coba sebelum penelitian sebenarnya
dilaksanakan.

c. Pengumpulan fakta.

Dalam penalaran ilmiah, di antara jumlah fakta yang besarnya tak terbatas
itu hanya dipilih fakta-fakta yang relevan dengan hipotesa preliminer yang
perumusannya didasarkan pada ketelitian dan ketepatan memilih fakta.

d. Formulasi hipotesa.

Pembentukan hipotesa dapat melalui ilham atau intuisi, dimana logika tidak
dapat berkata apa-apa tentang hal ini. Hipotesa diciptakan saat terdapat
15
hubungan tertentu di antara sejumlah fakta. Sebagai contoh sebuahanekdot
yang jelas menggambarkan sifat penemuan dari hipotesa, diceritakan bahwa
sebuah apel jatuh dari pohon ketika Newton tidur di bawahnya dan teringat
olehnya bahwa semua benda pasti jatuh dan seketika itu pula dilihat
hipotesanya, yang dikenal dengan hukum gravitasi.

e. Pengujian hipotesa

Mencocokkan hipotesa dengan keadaan yang dapat diamati dalamistilah


ilmiah hal ini disebutverifikasi(pembenaran). Apabila hipotesa terbukti cocok
dengan fakta maka disebut konfirmasi. Falsifikasi(penyalahan) terjadi jika
usaha menemukan fakta dalam pengujian hipotesa tidak sesuai dengan hipotesa.
Bilamana usaha itu tidak berhasil, maka hipotesa tidak terbantah oleh fakta
yang dinamakan koroborasi (corroboration). Hipotesa yang sering mendapat
konfirmasi atau koroborasi dapat disebut teori.

f. Aplikasi/penerapan.

Apabila hipotesa itu benar dan dapat diadakan menjadi ramalan (dalam istilah
ilmiah disebut prediksi), dan ramalan itu harus terbukti cocok dengan fakta.
Kemudian harus dapat diverifikasikan/koroborasikan dengan fakta10

Di bawah ini merupakan contoh pernyataan yang dapat dirumuskan sebagai


hipotesis statistiknya:

1. Dalam suatu penelitian eksperimen yang berjudul “Pengaruh model


pembelajaran tradisional terhadap kemampuan prososial siswa”, maka
rumusan hipotesis statistik disusun sebagai berikut:

Ho : Tidak ada pengaruh model pembelajaran tradisional terhadap kemampuan


pro-sosial siswa

10
Purnia, Silvi. D., Alawiyah T (2020) Metode Penelitian Strategi Menyusun Tugas Akhir. Yogyakarta: Graha Ilmu, 32
16
Ha : Ada pengaruh model pembelajaran tradisional terhadap kemampuan pro-
sosial siswa

2. Dalam peneltian eksperimen yang berjudul “Efektivitas Layanan BK


terhadap peningkatan Percaya Diri Siswa” maka rumusan hipotesis
statistiknya adalah:

Ho : Layanan BK tidak efektif dalam peningkatan Percaya Diri Siswa

Ha : Layanan BK efektif dalam peningkatan Percaya Diri Siswa

17
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Sumber-sumber masalah penelitian dapat dimulai dengan ditemukannya
kesenjangan antara hal yang diinginkan dengan yang didapatkan
dilapangan/lingkungan, kesenjangan antara yang seharusnya dan yang menjadi
kenyataan, kesenjangan antara Harapan dan Kenyataan, apa yang diperlukan
dengan apa yang tersedia. Dari hal-hal tersebut itulah mendorong manusia
mengajukan sebuah pertanyaan sederhana "apa itu, dimana itu, siapa itu, kapan
itu terjadi dan bagaimana itu, mengapa, dan sebagainya", sehingga manusia
dapat mengidentifikasi masalah dan memutuskan merancang sebuah penelitian
dengan dilakukannya hipotesis dan membuat variabel.

18

Anda mungkin juga menyukai