Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

METODE PENELITIAN
“Masalah dan Variabel Penelitian”

Disusun oleh :
1. Muhammad Adib (18020047)
2. Zelin Resiana (18020106)
3. Djaki Ramli Syawaluddin (18020114)

Dosen Pengampu :
Dra. Zubaidah, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA


JURUSAN SENI RUPA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Metode
Penelitian dengan materi Masalah dan Variabel Penelitian.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses pembuatan makalah ini baik secara langsung maupun
melalui media. Dan juga ucapan terima kasih kepada Ibu Dra. Zubaidah, M.Pd.
yang telah membimbing pembuatan makalah ini sehingga makalah ini dapat
diselesaikan dengan tepat waktu. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Padang, 20 Februari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Masalah dan Pemilihan Masalah Penelitian
B. Perumusan Masalah
C. Variabel Penelitian
D. Jenis-Jenis Variabel
E. Hubungan-Hubungan Variabel
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Manusia merupakan makhluk tuhan yang paling sempurna. Kesempurnaan
manusia bukan hanya dari segi fisik, akan tetapi manusia juga dianugerahi
kesempurnaan akal. Akal manusia merupakan sesuatu yang khas yang
membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Kesempurnaan akal inilah
yang menyebabkan pengetahuan manusia terus berkembang dari waktu ke
waktu. Salah satu penyebab manusia terus ingin mengembangkan
pengetahuannya adalah karena terdapat rasa keingintahuan. Dengan adanya
rasa keingintahuan, manusia dapat melakukan dua jenis usaha. Pertama, usaha
yang paling sering dilakukan adalah penalaran akal sehat. Tetapi, tidak semua
keingintahuan manusia bisa terjawab melalui penalaran akal sehat. Jika hal
tersebut terjadi, maka alternatif cara yang bisa dilakukan adalah dengan
melakukan penelitian ilmiah sebagai usaha kedua.
Kedudukan masalah dalam alur prosedur penelitian sangatlah penting,
bahkan lebih penting dari solusi atau jawaban yang akan diperoleh/dicari,
karena masalah yang dipilih dapat menentukan perumusan masalah, tujuan,
hipotesis, kajian Pustaka yang akan digunakan bahkan juga untuk menentukan
metodologi yang tepat untuk memecahkannya.
Dalam dunia Pendidikan, banyak sekali fenomena dari suatu masalah yang
kompleks dan saling berhubungan antar satu bidang dengan bidang lainnya
namun masih janggal dan perlu dipecahkan dengan menggunakan sebuah
penelitian. Akan tetapi, tidak semua masalah tersebut dapat dan harus
dipecahkan secara ilmiah. Oleh sebab itu, makalah ini akan membahas
“Masalah dan Variabel Penelitian”

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan masalah?
2. Bagaimana pemilihan masalah penelitian yang benar?
3. Bagaimana membuat perumusan masalah dalam penelitian?
4. Apa yang dimaksud dengan variabel penelitian?
5. Apa saja jenis-jenis variabel?
6. Apa saja hubungan-hubungan variabel penelitian?

C. TUJUAN
1. Agar pembaca dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan masalah.
2. Agar pembaca memahami bagaimana pemilihan masalah penelitian.
3. Agar pembaca memahami bagaimana membuat perumusan masalah dalam
penelitian.
4. Agar pembaca mengetahui apa yang dimaksud dengan variabel penelitian.

1
5. Agar pembaca dapat mengetahui apa saja jenis-jenis variabel.
6. Agar pembaca dapat mengetahui apa saja hubungan-hubungan variabel
penelitian.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. MASALAH DAN PEMILIHAN MASALAH PENELITIAN


1. Pengertian Masalah Penelitian
Creswell menyatakan dalam Educational Research (2012) bahwa
masalah dalam penelitian yaitu isu-isu tentang Pendidikan, hal-hal yang
memicu kontroversi dan hal-hal yang perlu untuk ditemukan solusinya.
Sedangkan menurut Kerlinger (2002), “A problem is an interrogative
sentence or statement that asks what relation exists between two or more
variable. The answer to questions will provide what is having sought in
the research”. Yang bermakna bahwa masalah adalah sebuah kalimat
tanya atau pernyataan yang menanyakan tentang hubungan antara dua
variabel atau lebih. Jawaban dari pertanyaan akan dijabarkan dalam
sebuah penelitian yang sedang dikaji, sedangkan variabel didefinisikan
sebagai pembeda antara sesuatu dengan yang lain.
Berbeda dengan definisi masalah diatas, Suryabrata (2000)
mendefinisikan masalah sebagai suatu kesulitan yang dirasakan, konkrit
dan memerlukan solusi. Suatu kesenjangan antara apa yang seharusnya
dengan apa yang tersedia atau antara harapan dengan kenyataan dan
sebagainya. Oleh karena itu, penelitian mampu menyeimbangkan
permasalahan antara kenyataan dan harapan, yang tersedia dan diperlukan,
dan memecahkannya (Scientific Research Problem).
Sejalan dengan definisi tersebut, John Dewey dan Kerlinger dalam
(Sukardi, 2009) mendefinisikan bahwa permasalahan adalah kesulitan
yang dirasakan oleh orang awam maupun para peneliti; permasalahan
dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang menghalangi tercapainya tujuan.
Hal ini berarti masalah adalah penghalang tercapainya tujuan dari suatu
kegiatan, bidang rencana, dan lainnya. Orang awam dan para peneliti tidak
pernah mencari-cari masalah. Mereka hanya mempunyai rasa
keingintahuan yang besar untuk memecahkan masalah yang beredar luas
dimasyarakat dan mengembang ilmu pengetahuan yang sudah ada baik
dalam dunia Pendidikan, sosial, ekonomi, dan sektor lainnya.
Menurut Sumadi (2008: 12), masalah atau permasalahan ada kalau
ada kesenjangan (gap) antara das Sollen dan das Sein; ada perbedaan
antara apa yang seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan, antara apa
yang diperlukan dan apa yang tersedia, antara harapan dan kenyataan, dan
yang sejenis dengan itu.
Dalam sebuah penelitian, baik penelitian kuantitatif maupun
kualitatif selalu berangkat dari masalah. Namun terdapat perbedaan
mendasar antara “masalah” dalam penelitian kuantitatif dan “masalah”
dalam penelitian kualitatif. Seperti yang dikatakan oleh Sugiyono

3
(2014:205) dalam penelitian kuantitatif, “masalah” yang akan dipecahkan
melalui penelitian harus jelas, spesifik, dan dianggap tidak berubah.
Sedangkan di dalam penelitian kualitatif, “masalah” yang dibawa oleh
peneliti masih remang-remang, bahkan gelap, kompleks dan dinamis. Oleh
karena itu, “masalah” dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara,
tentatif dan akan berkembang atau berganti setelah peneliti berada di
lapangan.

2. Pemilihan Masalah Penelitian


Menurut Suryabrata (2006: 15-17), terdapat dua arah yang digunakan
untuk memilih atau menentukan apakah sesuatu masalah layak dan sesuai
untuk diteliti, yaitu:
a. Pertimbangan dari arah masalahnya
Yakni membuat pertimbangan-pertimbangan dari arah masalahnya
atau sudut objektifnya. Dari sudut ini, pertimbangan akan dibuat atas
dasar sejauh mana penelitian mengenai masalah yang bersangkutan itu
akan memberi sumber kepada pengembangan teori dalam bidang yang
bersangkutan dengan dasar teori penelitiannya dan pemecahan
masalah-masalah praktis. Layak atau tidaknya akan berbeda dalam
konteks tertentu. Untuk itu, tidak ada kriteria dan keputusan akan
tergantung pada ketajaman calon peneliti untuk melakukan evaluasi
secara kritis, menyeluruh, dan menjangkau ke depan.
b. Pertimbangan dari arah calon peneliti
Dari segi subjektif, yaitu pertimbangan dari arah calom peneliti,
perlu dipertimbangkan apakah masalah itu sesuai dengan calon
peneliti. Sesuai atau tidaknya suatu masalah untuk diteliti tergantung
pada apakah masalah tersebut manageable (bisa dikelola) atau tidak
oleh calon peneliti. Manageability (pengelolaan) itu terutama dilihat
dari lima aspek, yaitu:
 Biaya yang tersedia.
 Waktu yang dapat digunakan.
 Alat-alat dan perlengkapan yang tersedia.
 Bekal kemampuan teoritis, dan
 Penguasaan metode yang diperlukan.
Setiap calon peneliti perlu menanyakan kepada diri sendiri apakah
masalah yang akan diteliti sesuai baginya, dilihat dari kelima aspek
diatas. Jika sekiranya tidak, sebaiknya dipilih masalah lain, atau
masalah itu dimodifikasi, sehingga sesuai dengan dirinya.
Hal ini dipertegas oleh Notohadiprawiro (2006) yang mengatakan
bahwa beberapa pertimbangan dalam pemilihan masalah diuraikan
menjadi 3 hal, yaitu:

4
1) Pertimbangan Ilmiah: (a) apakah masalah tersebut dapat diteliti
secara ilmiah? Yaitu masalah yang realitasnya dapat diamati dan
datanya tersedia dan dapat dikumpulkan. (b) apakah masalah
tersebut memberikan manfaat dalam pengembangan ilmu
pengetahuan? (c) dengan metode bagaimana masalah dapat diteliti?
2) Pertimbangan Non-Ilmiah: (a) apa manfaat hasil penelitian bagi
kepentingan praktis atau masyarakat? (b) apakah masalah terlalu
peka untuk diteliti?
3) Pertimbangan Peneliti: (a) penguasaan teori dan metodologi. (b)
minat peneliti terhadap masalah. (c) kemampuan pengumpulan dan
analisis data. (d) ketersediaan waktu, dana dan sumbernya.

B. PERUMUSAN MASALAH
Membuat perumusan masalah menjadi langkah penting dalam sebuah
penelitian. Karena mampu menentukan langkah-langkah berikutnya. Masalah
yang dirumuskan secara baik menjadikan masalah itu dapat diteliti
(researchable).
Terdapat beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam merumuskan
masalah penelitian seperti yang dikatakan oleh Hanafi (2007: 31) yaitu
sebagai berikut:
1. Masalah dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya, misalnya dengan
menggunakan kata “apakah” atau “bagaimanakah”.
2. Rumusan masalah dapat diuji secara kuantitatif atau kualitatif.
3. Perumusan masalah hendaknya memberi petunjuk cara pemecahannya.
Sependapat dengan pendapat di atas, Suryabrata (2006: 17), tidak ada
aturan umum mengenai cara merumuskan masalah itu, namun dapat
disarankan hal-hal berikut ini:
1. Masalah hendaknya dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya,
2. Rumusan ini hendaknya padat dan jelas,
3. Rumusan itu hendaklah memberikan petunjuk tentang mungkinnya
mengumpulkan data guna menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
terkandung dalam rumusan itu.
Selain mengetahui hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam
perumusan masalah penelitian, calon peneliti juga harus mengetahui beberapa
bentuk rumusan masalah penelitian yang diungkapkan oleh Sugiyono (2014)
yaitu:
1. Rumusan Masalah Deskriptif
Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang
berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik
hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri). Jadi
dalam penelitian ini peneliti tidak membuat perbandingan variabel itu pada

5
sampel yang lain, dan mencari hubungan variabel itu dengan variabel lain.
Penelitian seperti ini dinamakan penelitian deskriptif.
Contoh rumusan masalah deskriptif diantaranya sebagai berikut:
a) Seberapa baik kinerja Kabinet Bersatu?
b) Bagaimanakah sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi negeri
berbadan hukum?
c) Seberapa tinggi tingkat kepuasan dan apresiasi masyarakat terhadap
pelayanan pemerintah daerah bidang Kesehatan?
Dari beberapa contoh di atas terlihat bahwa setiap pertanyaan
penelitian berkenaan dengan satu variabel atau lebih secara mandiri.
2. Rumusan Masalah Komparatif
Rumusan masalah komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang
membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih
sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda. Contoh rumusan
masalahnya adalah sebagai berikut:
a) Adakah perbedaan kualitas manajemen antara Bank Swasta dan Bank
Pemerintah?
b) Adakah perbedaan kenyamanan naik kereta api dan bus menurut
berbagai kelompok masyarakat?
c) Adakah kesamaan cara promosi antara perusahaan A dan B?
Dari beberapa contoh di atas terlihat jelas bahwa setiap pertanyaan di
dalam rumusan masalah komparatif membandingkan satu variabel atau
lebih pada dua sampel yang berbeda atau lebih.
3. Rumusan Masalah Asosiatif
Rumusan masalah asosiatif adalah rumusan masalah penelitian yang
bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Terdapat
tiga bentuk hubungan, yaitu:
a. Hubungan simetris: yaitu suatu hubungan antara dua variabel atau
lebih yang kebetulan muncul Bersama.
b. Hubungan klausal: yaitu suatu hubungan yang bersifat sebab akibat.
Jadi di sini ada variabel independen (variabel yang mempengaruhi)
dan dependen (variabel yang dipengaruhi).
c. Hubungan interaktif/timbal balik: yaitu suatu hubungan yang saling
mempengaruhi. Di sini tidak diketahui mana variabel independen dan
variabel dependen.
Setelah paham semua hal tentang perumusan masalah, Moeloeng (2006:
114-119) mengemukakan bahwa langkah-langkah perumusan masalah adalah
sebagai berikut:
a. Tentukan fokus penelitian.
b. Cari berbagai kemungkinan faktor yang ada kaitannya dengan fokus
tersebut yang dalam hal ini dinamakan sub fokus.

6
c. Diantara faktor-faktor yang terkait, adakan pengkajian mana yang sangat
menarik untuk ditelaah, kemudian tetapkan nama yang dipilih.
d. Kaitkan secara logis faktor-faktor sub fokus yang dipilih dengan fokus
penelitian.

C. VARIABEL PENELITIAN
Variabel penelitian adalah karakter, atribut atau segala sesuatu yang
terbentuk, atau yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian sehingga
mempunyai variasi antara satu objek dengan objek yang lain dalam satu
kelompok tertentu kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel merupakan
sesuatu yang menjadi objek pengamatan penelitian, sering juga disebut
sebagai faktor yang berperan dalam penelitian atau gejala yang akan diteliti.
Variabel penelitian adalah sesuatu yang menjadi fokus perhatian yang
memberikan pengaruh dan mempunyai nilai (value). Variabel merupakan
suatu besaran yang dapat diubah atau berubah sehingga dapat mempengaruhi
peristiwa atau hasil penelitian. Dengan penggunaan variabel, calon peneliti
dapat dengan mudah memperoleh dan memahami permasalahan.
Berikut definisi dan pengertian variabel penelitian menurut para ahli:
 Menurut Sugiyono (2009), variabel penelitian adalah segala sesuatu
yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya.
 Menurut Arikunto (2010), variabel penelitian adalah objek penelitian
atau apa yang menjadi perhatian suatu titik perhatian suatu penelitian.
 Menurut Ibnu (2003), variabel penelitian adalah suatu konsep yang
mempunyai lebih dari satu nilai, keadaan, kategori, atau kondisi.
 Menurut Hatch dan Farhady (1981), variabel penelitian adalah atribut
seseorang atau objek yang mempunyai variasi antara satu orang
dengan yang lain atau satu objek dengan objek yang lain.
 Menurut Sugiarto (2017), variabel penelitian adalah karakter yang
dapat diobservasi dari unit amatan yang merupakan suatu pengenal
atau atribut dari sekelompok objek. Maksud dari variabel tersebut
adalah terjadinya variasi antara objek yang satu dengan objek yang
lainnya dalam kelompok tertentu.
 Menurut Sumadi (2008), variabel adalah segala sesuatu yang akan
menjadi objek pengamatan penelitian. Sering pula dinyatakan variabel
penelitian itu sebagai faktor-faktor yang berperanan dalam peristiwa
atau gejala yang akan diteliti.
 Kerlinger dalam Sugiyono (Iskandar: 2008) menyatakan bahwa
variabel penelitian adalah konstruk atau sifat-sifat suatu objek yang
dapat diukur dan dipelajari, seperti variabel kecerdasan emosi, variabel
kepuasan kerja, variabel produktivitas kerja, dan sebagainya.

7
D. JENIS-JENIS VARIABEL
Menurut Winarno (2013), variabel dibeda-bedakan jenisnya berdasarkan
kedudukannya dalam suatu penelitian. Dalam suatu penelitian yang
mempelajari hubungan sebab-akibat antar variabel , dapat diidentifikasi
beberapa jenis variabel, yaitu: variabel terikat, variabel bebas, variabel
moderator, variabel kontrol, dan variabel antara atau intervening.
Adapun penjelasan masing-masing variabel penelitian tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel respon atau output. Variabel terikat
adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya
variabel bebas. Variabel terikat tidak dimanipulasi, melainkan diamati
variasinya sebagai hasil yang dipradugakan berasal dari variabel bebas.
Biasanya variabel terikat adalah kondisi yang hendak kita jelaskan. Dalam
eksperimen-eksperimen, variabel bebas adalah variabel yang
dimanipulasikan/dimainkan oleh pembuat eksperimen.
2. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang diduga sebagai sebab
munculnya variabel terikat. Variabel bebas sering juga disebut dengan
variabel stimulus, prediktor, antecedent. Variabel bebas adalah variabel
yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel terikat. Variabel bebas biasanya dimanipulasi, diamati,
dan diukur untuk diketahui hubungannya (pengaruhnya) dengan variabel
lain.
3. Variabel Moderator
Variabel moderator merupakan variabel antara, adalah sebuah tipe
khusus variabel bebas, yaitu variabel bebas sekunder yang diangkat untuk
menentukan apakah ia mempengaruhi hubungan antara variabel bebas
primer dan variabel terikat. Variabel moderator adalah faktor yang diukur,
dimanipulasi atau dipilih peneliti untuk mengungkap apakah faktor
tersebut mengubah hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
4. Variabel Kontrol
Variabel kontrol adalah faktor-faktor yang dikontrol atau
dinetralkan pengaruhnya oleh peneliti karena jika tidak dinetralkan diduga
ikut mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dengan variabel
terikat. Variabel kontrol berbeda dengan variabel moderator. Penetapan
suatu variabel menjadi variabel moderator adalah untuk dipelajari
pengaruhnya, sedangkan penetapan variabel kontrol adalah untuk
dinetralkan/disamakan pengaruhnya.
5. Variabel Antara (Intervening)
Variabel antara adalah faktor yang secara teoritik mempunyai
pengaruh terhadap variabel terikat tetapi tidak dapat dilihat sehingga tidak

8
dapat diukur atau dimanipulasi. Pengaruh variabel antara terhadap variabel
terikat hanya dapat diinferensikan berdasarkan pengaruh variabel bebas
dan/atau variabel moderator terhadap variabel terikat.

E. HUBUNGAN-HUBUNGAN VARIABEL
Hubungan antar variabel atau sering disebut dengan hubungan antara dua
variabel yaitu variabel bebas dengan variabel terikat dengan simbol X dan Y
biasanya dikaitkan dengan analisis hubungan klausal. Tetapi menurut Narbuko
dan Achmadi (2005), hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen tidak selalu merupakan hubungan klausal. Lebih ditegaskan bahwa
terdapat variabel yang saling hubungan, tetapi variabel yang satu tidak
mempengaruhi variabel yang lainnya.
Berikut jenis-jenis hubungan antar variabel menurut Narbuko dan
Achmadi (2005), sebagai berikut:
1. Hubungan Simetris
Hubungan simetris merupakan hubungan variabel tidak dipengaruhi
atau disebabkan oleh variabel yang lain. Ada empat kategori, yaitu:
a. Kedua variabel merupakan indikator dari konsep yang sama.
Misalkan kalau “mengerjakan cepat selesai” sedang “hasilnya
tepat”, maka kedua variabel tersebut merupakan indikator dari seorang
yang intelijen namun tidak bisa diartikan bahwa “karena cepat lalu
hasilnya tepat”.
b. Kedua variabel merupakan akibat dari suatu faktor yang sama.
Misalkan “meningkatnya suatu pelayanan kesehatan dibarengi
dengan bertambahnya jumlah pesawat udara. Kedua variabel tersebut
tidak saling mempengaruhi, namun keduanya merupakan akibat dari
peningkatan pendapatan”.
c. Kedua variabel saling berkaitan secara fungsional.
Misalkan “di mana satu berada yang lain pun pasti di sana” atau
“di mana ada guru di sana ada murid”.
d. Hubungan yang kebetulan semata-mata.
Misal “seorang bayi ditimbang dan esok hari dia meninggal”.
Berdasarkan kepercayaan kedua tersebut dianggap berkaitan namun di
dalam penelitian empiris tidak dapat disimpulkan bahwa bayi tersebut
meninggal karena ditimbang.
2. Hubungan Timbal Balik
Hubungan timbal balik adalah hubungan di mana suatu variabel
dapat menjadi sebab dan akibat dari variabel lainnya (Narbuko dan
Achmadi, 2005). Perlu diingat bahwa hubungan timbal balik di sini
bukanlah hubungan di mana tidak dapat ditentukan variabel yang menjadi
sebab dan variabel yang menjadi akibat. Tetapi yang dimaksud di sini

9
ialah apabila pada sesuatu waktu, variabel X mempengaruhi variabel Y,
sedang pada waktu yang lain variabel Y mempengaruhi variabel X.
3. Hubungan Asimetris
Dalam hubungan asimetris ini ada beberapa ketentuan hubungan
sebagai berikut:
a. Hubungan antara stimulus dan respon
Hubungan yang demikian itulah merupakan salah satu hubungan
klausal yang lazim dipergunakan oleh para ahli.
b. Hubungan antara disposisi dan respon
Hubungan ini menunjukkan kecenderungan untuk menunjukkan
respon tertentu dalam situasi tertentu. Contoh hubungan ini misal
hubungan antara kepercayaan seseorang dengan kecenderungan
memakai obat tradisional, atau keinginan bekerja dan frekuensi
mencari kerja.
c. Hubungan antara diri individu dan disposisi atau tingkah laku
Hubungan ini menunjukkan sifat individu yang relatif tidak
berubah dan tidak dipengaruhi lingkungan. Misalkan seks, suku
bangsa, kebangsaan, Pendidikan, dan lain-lain.
d. Hubungan antara prekondisi yang perlu dengan akibat tertentu
Misalkan pedagang kecil yang berkeinginan untuk memperluas
usahanya diperlukan persyaratan pinjaman bank yang lunak, hubungan
antara kerja keras dengan keberhasilan jumlah jam belajar dengan nilai
yang diperoleh.
e. Hubungan yang imanen antar dua variabel
Hubungan ini menunjukkan terdapat suatu jalinan yang erat antara
variabel satu dengan variabel yang lain. Misalkan saja ketika suatu
organisasi tersebut besar maka peraturan yang diterapkan semakin
ketat.
f. Hubungan antar tujuan (ends) dan cara (means)
Misalkan penelitian tentang hubungan antar kerja keras dengan
keberhasilan. Jumlah jam belajar dengan nilai yang diperoleh pada
waktu ujian.

10
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Menurut Sumadi (2008: 12), masalah atau permasalahan ada kalau ada
kesenjangan (gap) antara das Sollen dan das Sein; ada perbedaan antara
apa yang seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan, antara apa yang
diperlukan dan apa yang tersedia, antara harapan dan kenyataan, dan yang
sejenis dengan itu.
2. Hal ini dipertegas oleh Notohadiprawiro (2006) yang mengatakan bahwa
beberapa pertimbangan dalam pemilihan masalah diuraikan menjadi 3 hal,
yaitu:
a. Pertimbangan Ilmiah
b. Pertimbangan Non-Ilmiah
c. Pertimbangan Peneliti.
3. Setelah paham semua hal tentang perumusan masalah, Moeloeng (2006:
114-119) mengemukakan bahwa langkah-langkah perumusan masalah
adalah sebagai berikut:
a. Tentukan fokus penelitian.
b. Cari berbagai kemungkinan faktor yang ada kaitannya dengan fokus
tersebut yang dalam hal ini dinamakan sub fokus.
c. Diantara faktor-faktor yang terkait, adakan pengkajian mana yang
sangat menarik untuk ditelaah, kemudian tetapkan nama yang dipilih.
d. Kaitkan secara logis faktor-faktor sub fokus yang dipilih dengan fokus
penelitian.
4. Variabel merupakan sesuatu yang menjadi objek pengamatan penelitian,
sering juga disebut sebagai faktor yang berperan dalam penelitian atau
gejala yang akan diteliti.
5. Adapun penjelasan masing-masing variabel penelitian tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Variabel Terikat
b. Variabel Bebas
c. Variabel Moderator
d. Variabel Kontrol
e. Variabel Antara (Intervening)
6. Berikut jenis-jenis hubungan antar variabel menurut Narbuko dan
Achmadi (2005), sebagai berikut:
a. Hubungan Simetris
b. Hubungan Timbal Balik
c. Hubungan Asimetris

B. SARAN

11
Penulis menyadari masih banyak terdapat dalam penulisan makalah ini.
Untuk itu, kritikan dan juga saran dari pembaca sangat diperlukan untuk
perbaikan pembuatan makalah untuk kedepannya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Riadi, Muchlisin. 2020. Pengertian dan Jenis-Jenis Variabel Penelitian. Diakses


melalui https://www.kajianpustaka.com/2020/09/pengertian-dan-jenis-
variabel-penelitian.html?m=1

Septiarini, Tri. 2016. Pemilihan dan Penetapan Masalah Penelitian. Diakses me


lalui https://www.academia.edu/29165338/Pemilihan_dan_Penetapan_
Masalah_Penelitian_Tri_Septiarini_doc

Unknown. 2016. Jenis-Jenis Hubungan Antara Variabel. Diakses melalui https://


penalaran-unm.org/jenis-hubungan-antar-variabel/

Yusrizalfirzal. 2010. Masalah dan Variabel Penelitian. Diakses melalui https://


www.google.co.id/amp/s/yusrizalfirzal.wordpress.com/2010/11/19/ma
salah-dan-variabel-penelitian/amp/

13

Anda mungkin juga menyukai