Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PEMILIHAN DAN PERUMUSAN MASALAH

Disusun guna memenuhi tugas

Mata kuliah: Metodologi Penelitian Pendidikan

Dosen pengampu: Dr. Moh. Slamet Untung, M.Ag

Disusun oleh:

1. Umi Fitriyah (2119217)


2. Dian Nurmawaddah (2119299)
3. Aminah (2119323)

Kelas H
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2021
A. PENDAHULUAN
Dalam sebuah penelitian tentunya diperlukan hal-hal atau persiapan
apa saja yang harus dilakukan oleh seorang peneliti. Setelah seorang peneliti
menemukan sesuatu hal yang menarik untuk dicari suatu permasalahannya
kemudian peneliti itu mengidentifikasi tentang apa permasalahan yang akan
di angkat. Tentunya peneliti akan melanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu
pemilihan dan perumusan masalah
Dalam melakukan pemilihan dan perumusan masalah peneliti
tentunya membutuhkan langkah langkah apa saja yang ada dalam pemilihan
dan perumusan masalah. Dalam makalah ini akan dijelasakan bagaimana cara
memilih dan menentukan rumusan masalah dengan beberapa wacana yang
dapat diterapkan dalam proses penelitian.

2
B. PEMBAHASAN

1. Masalah Penelitian dalam Bidang Pendidikan


Masalah didefinisikan sebagai suatu pernyataan atau kalimat
interogatif yang menanyakan adanya hubungan antara dua atau lebih
variabel (Kerlinger & Lee, 2000). Memang, tidak selalu bahwa masalah
menyatakan hubungan antara dua atau lebih variabel. Yang jelas, masalah
itu berupa suatu keadaan atau kondisi yang terjadi kesenjangan, "gap"
antara harapan dan kenyataan. Kesenjangan ini menuntut adanya
pemenuhan untuk dicukupi. Dengan demikian, secara umum suatu
masalah didefinisikan sebagai keadaan atau kesenjangan atau antara
harapan (what should be) dan kenyataan (what is). Kesenjangan itu
selanjutnya kita identifikasi sebagai gap. Masalah sebagai gap antara
kebutuhan yang diinginkan dan kebutuhan yang ada. Misalnya, kita
mengharapkan bahwa para peserta didik memperoleh nilai minimal 75,
tetapi dalam suatu ujian atau ulangan sebagian besar (misalnya, 60%)
peserta didik hanya mencapai di bawah skor rata-rata tersebut, misalnya
65. Ini berarti ada kesenjangan. Rendahnya perolehan skor rata-rata ini
dapat menjadi suatu masalah, karena untuk mencapai kelulusan mereka
harus mendapatkan skor minimal, misalnya 75. Apa sebenarnya yang
menjadi penyebab masalah rendahnya skor rata-rata ini? Untuk mencari
sebab-sebab rendahnya skor tersebut, kita perlu melakukan identifikasi
terhadap berbagai faktor penyebab.

Fraenkel, Wallen & Hyun (2012) menjelaskan, "A problem can be


anything that a person finds unsatisfactory or unsettling, a difficulty of
some sort, a state of affairs that needs to be changed, anything that is not
working as well as it might." Suatu masalah adalah suatu keadaan yang
tidak memuaskan atau menyenangkan bagi seseorang, suatu kesulitan
untuk memilih, suatu keadaan yang perlu diubah, sesuatu yang tidak bisa
berjalan atau terlaksana sebaik mungkin. Kondisi atau keadaan yang tidak

3
terpenuhi, atau terdapat hambatan, kurang berjalan lancar dan sebagainya
bisa diidentifikasi sebagai sebuah masalah. Adapun masalah penelitian
(research problem), didefinisikan oleh Gray & dkk (2007) sebagai berikut,
"research problem-the question or questions concerning your topic that
you believe are most important to answer." Masalah penelitian itu menurut
batasan di atas adalah suatu pertanyaan atau sejumlah pertanyaan yang
berkenaan dengan topik penelitian yang kita yakini sangat penting untuk
dijawab. Oleh sebab itu, peneliti biasanya berangkat dari identifikasi
masalah dan kemudian memperoleh prioritas masalah mana yang urgen
dipecahkan. Masalah penelitian menurut Creswel (2012) diungkapkan
sebagai berikut, "Research problems are the educational issues,
controversies, or concerns that guide the need for conducting a study."
Menurut definisi tersebut, masalah penelitian adalah isu-isu pendidikan,
hal-hal yang kontroversi, atau sesuatu yang perlu mendapatkan perhatian
kita untuk dilakukan suatu pengkajian atau penelitian.

Proses menemukan suatu masalah dalam penelitian merupakan suatu


langkah yang sangat penting dalam pengembangan profesi kita (Gall, Gall,
& Borg, 2003). Profesi sebagai pendidik atau guru sering berhadapan
dengan masalah seperti: belajar peserta didik, cara atau metode, media,
kurikulum dan isi bahan, pengelolaan, dan evaluasi. Masalah yang kita
anggap serius untuk dipecahkan segera, kemudian kita identifikasi dan
tentukan skala prioritasnya untuk mendapatkan pemecahan. Dengan cara
menentukan skala prioritas itulah, yaitu masalah mana yang perlu segera
dipecahkan dengan melalui metode ilmiah dalam hal ini melalui penelitian
maka hasil pemecahan itu segera dapat kita aplikasikan.1

2. Pemilihan dan Perumusan Masalah Penelitian


a. Pemilihan Msalah Penelitian

1
Punaji, Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan & Pengembangan, (Jakarta: PT Kharisma Putra
Utama, 2016), hlm. 94-95.

4
Setelah masalah diidentifikasi, belum merupakan jaminan bahwa
masalah tersebut layak dan sesuai untuk diteliti. Biasanya dalam usaha
mengidentifikasikan atau menemukan masalah penelitian ditemukan
lebih dari satu masalah. Dari masalah-masalah tersebut perlu dipilih
salah satu, yaitu mana yang paling layak dan sesuai untuk diteliti. Jika
yang ditemukan sekiranya hanya suatu masalah, masalah tersebut juga
harus dipertimbangkan layak dan tidaknya sesuai dan tidaknya unak
diteliti. Terdapat dua arah yang digunakan untuk memilih atau
menentukan apakah suatu masalah layak dan sesuai untuk diteliti, yaitu:

1). Pertimbangan dari Arah Masalahnya


Yakni membuat pertimbangan-pertimbangan dari arah
masalahnya atau sudut objektifnya. Dari sudut pertimbangan akan
dibuat atas dasar sejauh mana penelitian mengenai masalah yang
bersangkutan itu akan memberi sumber kepada pengembangan
teori dalam bidang yang bersangkutan dengan dasar teori
penelitiannya dan pemecahan masalah-masalah praktis Layak atau
tidaknya akan berbeda dalam konteks tertemu. Untuk itu, tidak ada
kriteria dan keputusan akan tergantung pada kenyaman calon
peneliti untuk melakukan evaluasi secam kritis,menyeluruh, dan
mengjangkau ke depan.

2). Pertimbangan dari Arah Calon Penelitian

Dari segi subjektif, yaitu pertimbangan dari ama calon


peneliti,dipertimbangkan apakah masalah itu sesuai dengan calon
peneliti: Sesuai atau tidaknya suatu masalah untuk diteliti
tergantung pada apakah masalah tersebut manageable (bisa
dikelola) atau tidak oleh calon peneles Manageability2

2
Punaji Setyosari. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. ( Jakarta: Kencana Prenada,
2010) hlm 23-29

5
a) Biaya yang tersedia.(pengelolaan) itu terutama dilihat dan
limma aspek, yaitu Waktu yang dapat digunakan. Alun-ahit
dan perlengkapan yang tersedia.
b) Bekal kenangan teoritis, dan Penguasaan metode yang
diperlukan. Setiap calon peneliti perlu menanyakan kepada diri
sendiri apakah masalah yang akan diteliti sesuai baginya,
dilihat dari kelim aspek diatas. Jika sekiranya tidak, sebaiknya
dipilih masalah lain, atau masalah itu dimodifikasi, sehingga
sesami dengan dirinya. Hal ini dipertegas oleh Nowladipiwire
(2006) yang mengatakan bahwa beberapa pertambangan dalam
penulitan masalah diuraikan menjadi 3 hal yaitu:

i. Pertimbangan Ilmiah:

a) apakah masalah tersebut dapat diteliti secara almalı


Yaitu masalah yang realitasnya dapat diamati dan
datanya tersedia dan dapat dikumpelkan.
b) Apakah masalah tersebut memberikan mantat dalam
pengembangan ilmu pengetalman?
c) Dengan metode bagaimana masalah dapat diteliti

ii. Pertimbangan Non-Ilmiah:

a) Apu manft hasil penelitian bugil kepentingan praktis


stau masyarakat?
b) Apakali masalah terlalu peka untuk diteliti
iii. Pertimbangan Peneliti:
a) Penguasaan tenti dan metodologi
b) Minat peneliti terhadap masalaah
c) Kemampuan pengumpulan dan analisis data.
d) Ketersediaan waken, dana dan sumberdaya.

b. Perumusan Masalah Penelitian

6
Setelah mengidentifikasi dan menganalisis masalah, langkah
selanjutnya yang harus dilakukan oleh peneliti adalah merumuskan
masalah Membuat rumusan masalah menjadi langkah penting dalam
sebuah penelitian Karena mampu menentukan innglah langkah
bentuknya Masalah yang dirumuskan secara baik menjadikan masalah
ini dapat diteliti (researchable). Terdapat beberapa hal yang harus
dipertikan dalam merumuskan masalah penelitian seperti yang
dikatakan oleh Hanafi (2007:31) yaitu sebagai berikut.

1) Masalah dirumuskan dalam bentuk kalimat Tanya, misalnya


dengan menggunakan kata "apakah" atau "bagaimanakah".
2) Rumusan masalah dapat diuji secara kuantitatif atan kualitatif
3) Perumusan masalah bendaknya memberi petunjuk cara
pemecahannya Seperidapat dengan pendapat diatas, tidak ada
lantaran umum mengenai cara merumuskan masalah itu, namun
dapat disarankan, hal berikut ini:
a) Masalah hendaknya dirumuskun dalam bentuk kalimat tanya.
b) Rumasan itu hendaknya padat dan jelas.

Rumasan ita hendaklah memberikan penunjuk tentang


mungkimnya mengumpulan data gama menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang terkandung dalam rumasan hal Selain mengetahui hal-
hal apa saja yang harus diperhatikan dalam perumusan masalah
penelitian, calon peneliti juga harus mengetahui beberapa bentuk
rumusan masalah penelitian yang diungkapkan oleh Sugiyono (2014)3
yaitu :

1) Rumusan Masalah Deskriptif

Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan


masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan
variabel mandin, hak hanya pada satu variabel atau lebih (variabel

3
Sugiyono 2014

7
yang herdin sendiri). Jadi dalam penelitian peneliti tidak membuat
perbandingan variabel mui pada sampel yang lain, dan mencari
hubungan anabel itu dengan variabel lain. Penelitian seperti ini
dinamakan penelitian deskriptif Contoh rumusan masalah deskriptif
dastaranya sebagai berikut.

a) Seberapa baik kinerja Kabinet Bersatu


b) Bagaimanakah sikap masyarakat terhadap perguruan tingn
negeriBerbadan Huicum?
c) Seberapa ting tingkat kepuasan dan apresiasi masyarakat
terhadap pelayanan pemerintah daerah hidang kesehatan. Dari
beberapa contoh di atas terlihat bahwa setiap pertanyaan
penelitian berkenaan dengan satu variabel atau lebih secara
mandiri.

2). Rumusan Masalah Komparatif


Rumusan masalah komparatif adalah rumusan masalah
penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau
lebih pada dua atau lebih sampe yang berbeda, atan pada waktu
yang berbeda. Contoh rumusan masalahnya sebagai berikut: 4

a) Adakan perbedaan kenyamanan naik Kereta Api dan Bus


menunit menurut berbagai kelompok masyarakat?
b) Adakah kesamaan cara promosi antara perusahaan A dan B
Dari beberapa contoh di atas terlihat jelas bahwa setiap
pertanyaan di dalam rumusan masalah komparatif
membandingkan satu variabel atau lebih pada sampel yang
berbeda atau lebih.

3). Rumusan Masalah Assosiatif Rumusan

4
Arikunto. Prosedur Suatu Penelitian: Pendekatan Praktek.( Jakarta : Rineka Cipta 2002). Hlm.
32-35

8
Masalah assosiatif adalah rumusan masalah penelitian yang bersifat
menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Terdapat tiga
bentuk hubungan yaitu :

a) Hubungan simentris yaitu suatu hubungan antara dua variabel


atau lebih yang kebetulan muncul bersama Contoh rumusan
masalahnya
b) Adakah hubungan antara banyaknya semut di pohon dengan
tingkat manisaya buah?
c) Adakah hubungan warna rambut dengan kemampuan
memimpen?
Contoh rumusan masalahnya :
i. Adakah pengaruh sistem penggunan terhadap prestasi kerja
ii. Seberapa besar pengaruh kurikulum, media pendidikan, dan
kualitas guru terhadap kualitas SDM yang dihasilkan dari
suatu sekolah?

3. Sumber Masalah Penelitian


Sebuah penelitian pasti membutuhkan suatu sumber penelitian.
Dalam melakukan penelitian tentunya kita membutuhkan alasan untuk
mencari sumber itu. Menurut (Slamet Untung M.Pd:77) perlu menjaga
konsistensi dalam penelitian kemudian menemukan alasan yang memang
menjadi minat atau menemukan suatu gap(kesenjangan) dalam peneltian
literature (yang benar-benar menjadi minat).5 Hal demikian penting di
karenakan dengan memegang informasi itu maka akan lebih mudah dalam
mencari sumber-sumber yang akan dijadikan permasalahan.

Beberapa sumber masalah penelitian dapat dijadikan sebagai bahan


untuk memeroleh ide atau pertimbangan penentuan masalah penelitian.
Beberapasumber masalah tersebut, seperti yang diungkapkan McMilan &
Schumacher diantaranya adalah bacaan, pertemuan ilmiah, laporan hasil

5
Moh. Slamet Untung, Metodologi Penelitian Teori dan Praktek Riset Pendidikan dan Sosial,
Yogyakarta, Litera, 2019, hlm. 77

9
penelitian, pernyataan pemegang kekuasaan, pengamatan, pengalaman
seseorang atau kelompok,lapangan tempat bekerja.

Menurut Margono Masalah adalah kesenjangan antara harapan


akan sesuatu yang seharusnya ada (das Sollen) dengan kenyataan yang
ada(den sein). Misalnya, kesenjangan antara luapan jumlah lulusan SMTA
(das sein) dengan harapan akan kemampuan perguruan tinggi menampung
lulusan itu (das sollen). Untuk meningkatkan kemampuan melihat sesuatu
masalah yang perlu diteliti, ia harus giat mencari masalah dari sumber-
sumbernya. Adapun yang menjadi sumber utama permasalahan menurut
Margono ialah bacaan; Seminar, diskusi dan pertemuan ilmiah; Pernyataan
dari orang yang memiliki otoritas; Pengamatan sekilas; Pengalaman pribadi;
Perasaan dan ilham.

Dari sumber sumber yang di kemukakan oleh ahli di atas, dapat di


jelaskan masing-masing sumber permasalahan penelitian sebgai berikut:

a. Observasi
Observasi adalah sumber yang paling kaya akan masalah
penelitian. Kebanyakan keputusan praktis didasarkan atas praduga yang
tidak didukung oleh data empiris. Masalah penelitian bisa diangkat dari
hasil observasi terhadap suatu hubungan tertentu yang masih belum
memiliki dasar penjelasan yang memadai dan cara - cara rutin yang di
dalam melakukan suatu tindakan didasarkan atas tradisi atau otiritas.
Penyelidikan kemungkinan dapat menghasilkan teori yang baru,
rekomendasi pemecahan masalah praktis dan mengidentifikasi variabel
yang belum ada dalam bahasan litelatur.
b. Bacaan
Seseorang penenliti harus rajin membaca, terutama jurnal-jurnal
penelitian atau laporan penelitian. Pada umumnya penelitian ilmiah jarang
menjawab per-masalahan dengan tuntas. Bahkan suatu penelitianitu
memberi rekomendasi untuk diteliti lebih lanjut.

10
Menurut Margono (2010). Bacaan yang telah dijadikan sumber
masalah, misalnya berupa buku. Buku yang memuat generalisasi dari
teori-teori pendidikan bahasa dapatdijadikan acuan dalam penetapan
masalah. Teori yang berupa prinsip- prinsip umum dapat diaplikasikan
dalam masalah penelitian yang lebih spesifik. Teori ini menjadi sumber
masalah yang akan dibuktikan kebenarannya melalui penelitian secara
empiris.6
c. Deduksi dari teori
Teori itu sendiri merupakan konsep - konsep yang masih berupa
prinsip - prinsip umum yang penerapannya belum bisa diketahui selama
belum dilakukan pengujian secara empiris. Penyelidikan terhadap suatu
masalah yang diangkat berasal dari teori bermanfaat untuk memperoleh
penjelasan secara empiris praktik tentang teori tersebut.
d. Kepustakaan
Hasil dari penelitian kemungkinan dapat memberikan rekomendasi
akan perlunya dilakukan suatu penelitian ulang (replikasi), baik dengan
ataupun tanpa variasi. Replikasi bisa meningkatkan validitas hasil
penelitian dan kemampuan untuk digeneralisasikan secara lebih luas.
Laporan penelitian tidak jarang juga menyampaikan suatu rekomendasi
kepada peneliti lain mengenai apa saja yang perlu dilakukan penelitian
yang lebih lanjut. Hasil penelitian ini juga dapat menjadi sumber untuk
menentukan masalah yang perlu diangkat untuk dilakukan suatu
penelitian.
e. Pertemuan Ilmiah
Masalah dapat diperoleh melalui pertemuan-pertemuan ilmiah,
misalnya diskusi, seminar, lokakarya, dan konferensi. Dari pertemuan
ilmiah tersebut dapat muncul berbagai ide penelitian dan permasalahan
actual yang memerlukan pemecahan melalui penelitian. Peserta-peserta
seminar, diskusi dan pertemuan ilmiah membawa makalah-makalah yang

6
Margono, S., Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta, Rineka Cipta, 2010, hlm. 54

11
memecahkan permasalahan menurut bidangnya masing-masing. Mungkin
saja masalah itu perlu diteliti pula dari segiilmu lain.

f. Masalah sosial
Masalah sosial bisa juga menjadi sumber masalah penelitian.
Seperti seringnya terjadi perkelahian siswa antar sekolah, bisa
memunculkan pertanyaan tentang efektivitas pelaksanaan pendidikan
agama dan moral serta pembinaan sikap disiplin di lingkungan sekolah.
Banyaknya pengangguran lulusan perguruan tinggi juga dapat
memunculkan pertanyaan tentang kesesuaian kurikulum dengan kebutuhan
masyarakat.
g. Pernyataan Pemegang Kekuasaan (Otoritas)
Orang yang mempunyai otoritas ilmu, yaitu yang memiliki
kepakaran, komitmen, dan kekondidtenan atas suatu ilmu. Orang yang
memiliki otoritas ini menjadi figure atau panutan orang-orang yang
memiliki ilmu dibawahnya.
Sesuatu yang diungkapkan oleh pemegang otoritas ini dapat
bersifat formal dan nonformal. Contoh pemegang otoritas formal, yaitu
seorang guru besar dalam bidang pendidikan membaca. Ia menyatakan
bahwa guru-guru merupakan salah satu kelompok yang digolongkan pada
pembaca literat. Pernyataan tersebut dapat dijadikan permasalahan
penelitian tentang rendahnya kemampuan membaca guru atau siswa.
Adapun contoh pemegang otoritas nonformal, yaitu tokoh masyarakat atau
figur masyarakat. Artis yang memiliki pondok baca menyatakan bahwa
minat membaca msayrakat miskin dapat ditingkatkan melalui prasarana
yang memadai.
Pernyataan para pemegang otoritas ini dapat dijadikan
permasalahan dan dibuktikan kebenarannya melalui penelitian. Selain itu,
sering dalam ceramah atau pernyataan seseorang pejabat tinggi, misalnya
seorang menteri bahwa ada suatu masalah yang harus dipecahkan.
Demikian pula pernyataan ahli-ahli tertentu yang disiarkan melalui media

12
massa mengenai suatu permasalahan. Sehingga seorang peneliti tergugah
untuk menelitinya. Umpamanya seorang administrator pendidikan di
Sumatera Utara mengatakan, bahwa kemunduran mutu pendidikan di
Sumatera Utara disebabkan mundurnya dedikasi guru-guru di SD hingga
SLTA. Seorang peneliti tergugah untuk menguji kebenaran pernyataan itu.
h. Pengamatan Sekilas
Mungkin seorang ahli ketika melakukan perjalanan dinas melihat
suatu gejala yang tidak sehat yang perlu dipecahkan. Untuk pemecahan
nya harus diadakan penelitian terlebih dahulu. Umpamanya seorang ahli
dari staff BP3K, melihat dalam peninjauan ke daerah, terdapat banyak
anak-anak dari usia sekolah tidak sekolah walaupun SD Inpres sudah ada
ditempat itu.
Pengamatan yang dilakukan seseorang secara tidak direncanakan
atau secara sepintas dapat melahirkan permasalahan yang sangat kaya.
Melalui pengamatan, seseorang dapat mengenal kondisi aktual dilapangan
yang dapat dijadikan permasalahan penelitian yang pemecahannya
berguna untuk diimplementasikan sesuai dengan keadaan terkini.
Contohnya, seorang guru dapat menemukan berbagai masalah kesulitan
menyampaiakn materi BTQ yang dihadapi siswa ketika dia memberikan
pembelajaran BTQ.
i. Pengalaman Pribadi atau Kelompok
Pengalaman seseorang atau sekelompok orang yang didapat
sepanjangwaktu tertentu dapat memunculkan permasalahan yang dapat
diidentifikasi sebagai permasalahan penelitian. Seseorang akan mengenali
suatu permasalahan dari aktivitas rutin dan intensif. Ditempat-tempat
bekerja, seseorang dapat melihat secara langsung, mengalami langsung
berbagai peristiwa. Pengalaman ini tidak selamanya berdampak positif,
tetapi adakalanya berdampak tidak seperti yang diharapkan. Ini dapat
dijadikan sebagai permasalahan penelitian berdasarkan data faktual.
Menurut Purwanto (2010) Pengalaman pribadi dapat memunculkan
masalah yang memerlukan jawaban empiris untuk mendapatkan

13
pemahaman yang lebih mendalam .Pengalaman pribadi sebagai sumber
masalah penelitian berkaitan dengan sejarah perkembangan dan
kehidupan pribadi atau profesional7
j. Perasaan atau Ilham
Dalam benak seorang peneliti, mungkin tiba-tiba muncul suatu
pertanyaan yang mendorong melakukan penelitian. Mungkin saja
pertanyaan itu tiba-tiba ia rasakan ketika ia sedang santai-santai dengan
anggota keluarganya. Kemudian mendengar anak muda yang bermain gitar
sembari menyanyi bersama temannya hingga larut malam sehingga
mengganggu istirahat warga. Kemudian si peneliti tertarik untuk
melakukan Penelitian tentang hobi anak muda. Peneliti menemukan
sebuah rasa dari pengamatannya pada tetangga yang main gitar bahwa itu
digolongkan pada hobi negative karena tidak pada waktunya. Kemudian
Peneliti semakin penasaran, apakah bisa hobi itu menjadi positif dan
memiliki gambaran “sebenarnya pemuda itu dapat menjadi musisi, tapi
mengapa tidak direalisasikan sudah begitu mengganggu kenyamanan
warga pula”. Kemudian dari pengamatan ini peniliti menemukan masalah
yang semakin jelas yaitu tentang Peningkatan mutu moral bangsa melalui
penelitian
Tingkat kecenderungan pemuda pada hobi positif di Kota X.
Permasalahan ini amat menarik dan akan memberi pengetahuan baru.
Namun pertanyaan lain timbul lagi, apakah masalah lain yang mungkin
lebih pelik akan timbul agar jalan ke pemecahan masalah semula dapat
dilakukan? Dan apakah data-data menyeluruh dan terpadu
mempermasalahkan itu dapat diperoleh? Sedangkan hobi pemuda itu
sangat bervariasi, apakah peniliti itu harus mewawancarai pemuda di kota
X secara satu per satu? Dari ilustrasi ini dapat ditemukan kriteria untuk
mempermasalahkan sesuatu persoalan di dalam penelitian, yaitu:
1) Masalah itu penting dan berguna dipecahkan.

7
Purwanto, Metodologi penelitian kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan, Pustaka
pelajar, Yogyakarta, 2010. hlm. 109-112

14
2) Ada kemapuan untuk memecahkan masalah itu.
3) Masalah itu menarik untuk dipecahkan.
4) Hasil pemecahan masalah menambah pemahaman dan pengetahuan
5) Dapat dikumpulkan data-data yang cukup.
6) Permasalahan dapat dibatasi.
Setelah suatu masalah diputuskan untuk diteliti pemecahannya,
maka peneliti mencari teori-teori, konsep-konsep dari segala macam
sumber yang mungkin ada kaitannya dengan permasalahan. Maka kegiatan
peneliti harus banyak membaca, baik dari sumber acuan umum yaitu dari
buku-buku teks di perpustakaan, maupun dari sumber acuan khusus yaitu
dari jurnal-jurnal penelitian, makalah-makalah, seminar, dan lain-lain.
Dalam memilih sumber-sumber acuan itu, perlu diperhatikan
keterkaitannya dan pandangan terbaru. Banyaknya sumber acuan yang
dibaca oleh peneliti meningkatkan daya nalarnya mengambil dedukasi dari
teori-teori dan generalisasi-generalisasi yang sudah ditelaahnya, sehingga
sampai kepada suatu jawaban sementara atau hipotesis.
k. Laporan Hasil Penelitian
Banyak intuisi yang memiliki lembaga penelitian atau
perpustakaan sebagai sumber informasi dari penelitian-penelitian yang
telah dilakukanoleh intuisi tersebut. Di samping itu jurnal-jurnal penelitian
merupakan laporan hasl-hasil penelitian yang mutakhir, yang dapat pula
dijadikan sumber masalah penelitian. Melalui internet, informasi mengenai
materi penelitian dalam jurnal dapat dengan mudah didapat. Biasanya,
dalam sebuah laporan penelitian atau jurnal terdapat rekomendasi untuk
penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan penelitian itu.8
(Syamsuddin& Damaianti, 2011: 46)

8
Syamsuddin & Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, Bandung, PT.
Remaja Rosdakarya, 2011, hlm. 46

15
C. PENUTUP
Masalah didefinisikan sebagai keadaan atau kesenjangan atau antara
harapan (what should be) dan kenyataan (what is). Kesenjangan itu selanjutnya
kita identifikasi sebagai gap. Masalah sebagai gap antara kebutuhan yang
diinginkan dan kebutuhan yang ada.

Masalah harus dipertimbangkan layak dan tidaknya sesuai dan tidaknya


untuk diteliti. Terdapat dua arah yang digunakan untuk memilih atau
menentukan apakah suatu masalah layak dan sesuai untuk diteliti, yaitu
pertimbangan dari arah masalahnya dan pertimbangan dari arah calon
penelitian. Sumber mencari masalah penelitian antara lain: Observasi, Bacaan,
Deduksi dari teori, Kepustakaan, Pertemuan Ilmiah, Masalah sosial, Pernyataan
Pemegang Kekuasaan (Otoritas), Pengamatan Sekilas, Pengalaman Pribadi
atau Kelompok, Perasaan atau Ilham, Laporan Hasil Penelitian

16
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 2002. “Prosedur Suatu Penelitian: Pendekatan Praktek”. Jakarta. Rineka

Cipta.

Margono, S. 2010. “Metodologi Penelitian Pendidikan”. Jakarta. Rineka Cipta

Moh. Slamet Untung. 2019. ”Metodologi Penelitian Teori dan Praktek Riset

Pendidikan dan Sosial”. Yogyakarta. Litera.

Punaji, Setyosari. 2010. “Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan”.

Jakarta. Kencana Prenada.

Punaji, Setyosari. 2016. “Metode Penelitian Pendidikan & Pengembangan”.

Jakarta. PT Kharisma Putra Utama

Purwanto. 2010. “Metodologi penelitian kuantitatif untuk Psikologi dan

`Pendidikan”. Yogyakarta. Pustaka pelajar.

Sugiyono. 2014.

Syamsuddin & Damaianti. 2011. “Metode Penelitian Pendidikan Bahasa”.

Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.

17

Anda mungkin juga menyukai