Anda di halaman 1dari 17

MASALAH PENELITIAN

Masalah merupakan kesenjangan antara harapan dan kenyataan atau kesenjangan antara
teori dengan praktik yang memerlukan jawaban, penjelasan atau pemecahan. Kenyataan bahwa
tidak semua mahasiswa menunjukkan hasil belajar yang memuaskan (seperti yang diharapkan”

adalah masalah, tidak semua mahasiswa lulus matakuliah dalam setiap semester seperti yang
diharapkan merupakan masalah, tidak semua mahasiswa lulus tepat waktu delapan semester
seperti yang diharapkan juga merupakan masalah. Jadi semuanya adalah masalah yang
memerlukan penjelasan, jawaban dan pemecahan masalah.

Kerlinger (1990:29-30) menyatakan kriteria masalah dan pernyataan masalah sebagai


berikut:

1. Masalah harus mengungkapkan suatu hubungan antara dua variabel atau lebih.

2. Masalah harus dinyatakan secara jelas dan tidak ambigu dalam bentuk pertanyaan.

3. Masalah dan pernyataan masalah harus dirumuskan dengan cara tertentu yang
menyiratkan adanya kemungkinan pengujian empiris.

Menurut Ibnu (2003:13) terdapat tiga hal yang harus dinyatakan atau dirumuskan dengan
jelas sebelum suatu penelitian dilakukan. Ketiga hal tersebut adalah:

1. Masalah yang akan diteliti atau pertanyaan yang ingin dijawab.

2. Metodologi penelitian yang akan ditempuh untuk menemukan jawaban dari


permasalahan tersebut.

3. Alasan mengapa penelitian tersebut dilakukan.

Arikunto S. (2005:18-24) mengemukakan tiga persyaratan penting dalam mengadakan


kegiatan penelitian yaitu: sistematis, berencana, dan mengikuti konsep ilmiah. Sistematis:
artinya dilaksanakan menurut pola tertentu, dari yang paling sederhana sampai kompleks hingga
tercapai tujuan secara efektif dan efisien. Berencana: artinya dilaksanakan dengan adanya unsur
dipikirkan langkah-langkah pelaksanaannya. Mengikuti Konsep: artinya mulai awal sampai
akhir kegiatan penelitian mengikuti cara-cara yang sudah ditentukan, yaitu prinsip yang
digunakan untuk memperoleh ilmu pengetahuan.

Dari beberapa pengertian diatas menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwa :

masalah merupakan kesenjangan antara harapan dengan kenyataan, kesenjangan


antara teori dengan praktik yang memerlukan jawaban, penjelasan atau pemecahan.

A. IDENTIFIKASI MASALAH

Konsep identifikasi masalah (problem identification) adalah proses dan hasil pengenalan
masalah atau inventarisasi masalah. Dengan kata lain, identifikasi masalah adalah salah satu
proses penelitan yang boleh dikatakan paling penting di antara proses lain. Masalah penelitian
(research problem) akan menentukan kualitas suatu penelitian, bahkan itu juga menentukan
apakah sebuah kegiatan bisa disebut penelitian atau tidak. Masalah penelitian secara umum bisa
ditemukan melalui studi literatur (literature review) atau lewat pengamatan lapangan (observasi,
survey), dan sebagainya.

Masalah penelitian bisa didefinisikan sebagai pernyataan yang mempersoalkan suatu


variabel atau hubungan antara satu atau lebih variabel pada suatu fenomena. Sedangkan variabel
itu sendiri dapat didefinisikan sebagai konsep yang memuat nilai bervariasi, pembeda antara
sesuatu dengan yang lain. Dalam suatu studi yang menggunakan alur-pikir deduktif kerapkali
ditampilkan definisi operasional variabel, dan dalam penelitian kualitatif variabel itu seringkali
disebut konsep, misalnya definisi konseptual.

Beberapa hal yang dijadikan sebagai sumber masalah adalah:

1. Bacaan

Sumber bacaan bisa dari jurnal-jurnal penelitian yang berasal dari laporan hasil-
hasil penelitian yang dapat dijadikan sumber masalah, karena laporan penelitian yang
baik tentu saja mencantumkan rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut yang berkaitan
dengan tema penelitian bersangkutan. Suatu penelitian sering tidak mampu memecahkan
semua masalah yang telah teridentifikasi karena ada berbagai keterbatasan peneliti atau
ruang lingkup penelitian itu. Hal ini menuntut adanya penelitian lebih lanjut dengan
mengangkat masalah-masalah yang belum terpecahkan. Selain jurnal penelitian, bacaan
lain yang bersifat umum juga dapat dijadikan sumber masalah misalnya buku-buku
bacaan terutama buku bacaan yang mendeskripsikan gejala-gejala dalam suatu kehidupan
yang menyangkut dimensi sains dan teknologi atau bacaan yang berupa tulisan yang
dimuat dimedia cetak.

2. Pertemuan Ilmiah

Masalah penelitian dapat diperoleh melalui pertemuan-pertemuan ilmiah, seperti


seminar, konferensi nasional dan internasional diskusi. Lokakarya, simposium dan
sebagainya. Dengan pertemuan ilmiah seperti itu akan muncul berbagai permasalahan
yang memerlukan jawaban melalui penelitian.

3. Pernyataan Pemegang Kekuasaan (Otoritas)

Orang yang mempunyai kekuasaan atau otoritas cenderung menjadi figure publik
yang dianut oleh orang-orang yang ada dibawahnya. Sesuatu yang diungkapkan oleh
pemegang otoritas tersebut dapat dijadikan sumber masalah. Pemegang otoritas di sini
dapat mencakup aspek formal dan non formal.

4. Observasi (pengamatan)

Pengamatan yang dilakukan seseorang peneliti tentang sesuatu yang direncanakan


ataupun yang tidak direncanakan, baik secara sepintas ataupun dalam jangka waktu yang
cukup lama, terstruktur atau tidak terstruktur, itu dapat melahirkan suatu masalah.
Contoh: Seorang pendidik menemukan masalah dengan melihat (mengamati) sikap dan
perilaku peserta didiknya dalam proses belajar mengajar.

5. Wawancara dan Angket

Melalui wawancara kepada masyarakat mengenai sesuatu kondisi aktual di


lapangan dapat menemukan masalah apa yang sekarang dihadapi masyarakat tertentu.
Demikian juga dengan menyebarkan angket kepada masyarakat akan dapat menemukan
apa sebenarnya masalah yang dirasakan masyarakat tersebut. Kegiatan ini dilakukan
biasanya sebagai studi awal untuk mengadakan penjajakan tentang permasalahan yang
ada di lapangan dan juga untuk menyakinkan adanya permasalahan-permasalahan di
masyarakat.
6. Pengalaman

Pengalaman dapat dikatakan sebagai guru yang paling baik. Tetapi tidak semua
pengalaman yang dimiliki seseorang (peneliti) itu selalu positif, tetapi kadang-kadang
sebaliknya. Pengalaman seseorang baik yang diperolehya sendiri maupun dari orang
(kelompok) lain, dapat dijadikan sumber masalah yang dapat dijawab melalui penelitian.

7. Intuisi

Secara intuitif manusia dapat melahirkan suatu masalah. Masalah penelitian


tersebut muncul dalam pikiran manusia pada saat-saat yang tidak terencanakan.

Ketujuh faktor di atas dapat saling mempengaruhi dalam melahirkan suatu pokok
permasalahan penelitian, dan itu dapat juga berdiri sendiri dalam mencetuskan suatu masalah.
Jadi, untuk mengindentifikasi masalah dapat dilakukan melalui sumber-sumber bacaan yang
memungkinkan lahir masalah-masalah penelitian seperti di atas. Sumber-sumber keilmuan yang
membawa masalah-masalah tersebut dapat saling berinteraksi dalam menentukan masalah
penelitian, dapat juga melalui salah satu sumber saja.

Setelah masalah-masalah penelitian dapat diindentifikasi, selanjutnya perlu dipilih dan


ditentukan peneliti masalah-masalah yang akan diangkat dalam suatu rancangan penelitian.
Untuk memilih dan menentukan masalah yang layak untuk diteliti, perlu mempertimbangkan
kriteria problematika yang tertata baik.

B. PEMILIH MASALAH PENELITIAN

Hal yang penting dijadikan pegangan dalam memilih masalah penelitian ini adalah bahwa
keputusan dan penentuan terakhir adalah terletak pada peneliti itu sendiri. Sebelum memilih
masalah, terlebih dahulu peneliti harus menentukan topik penelitian.

Untuk menentukan topik penelitian Narbuko dan Achmadi (2002) menyampaikan bahwa
sebelum menentukan topik penelitian, seorang peneliti harus terlebih dahulu menanyakan pada
diri sendiri tentang beberapa pertanyaan berikut :

“Apakah topik tersebut dapat dijangkaunya/ dikuasainya (manageble topic)?”


“Apakah bahan-bahan/ data-data tersedia dengan cukup (obtainable data)?”

“Apakah topik tersebut penting untuk diteliti (significancy of topic)?”

“Apakah topik tersebut menarik untuk diteliti dan dikaji (interested topic)?”

Setelah topik ditentukan selanjutnya peneliti harus memilih masalah penelitian yang
sesuai dengan topik tersebut. Pertimbangan dalam memilih masalah penelitian agar masalah
yang dipilih layak dan relevan untuk diteliti diungkapkan oleh Notoatmodjo (2002), meliputi :

1. Masalah masih baru.

“Baru” dalam hal ini adalah masalah tersebut belum pernah diungkap atau diteliti
oleh orang lain dan topik masih hangat di masyarakat, sehingga agar tidak sia-sia usaha
yang dilakukan, sebelum menentukan masalah, peneliti harus banyak membaca dari
jurnal-jurnal penelitian maupun media elektronik tentang penelitian terkini.

2. Aktual

Aktual berarti masalah yang diteliti tersebut benar-benar terjadi di masyarakat.


Sebagai contoh, ketika seorang dosen keperawatan akan meneliti tentang masalah
gangguan konsep diri pada pasien yang telah mengalami hemodialise berulang, maka
sebelumnya peneliti tersebut harus melakukan survey dan memang menemukan masalah
tersebut, meskipun tidak pada semua pasien.

3. Praktis

Masalah penelitian yang diteliti harus mempunyai nilai praktis, artinya hasil penelitian
harus bermanfaat terhadap kegiatan praktis, bukan suatu pemborosan atau penghamburan
sumber daya tanpa manfaat praktis yang bermakna.

4. Memadai

Masalah penelitian harus dibatasi ruang lingkupnya, tidak terlalu luas, tetapi juga
tidak terlalu sempit. Masalah yang terlalu luas akan memberikan hasil yang kurang jelas
dan menghamburkan sumber daya, sebaliknya masalah penelitian yang terlalu sempit
akan memberikan hasil yang kurang berbobot.

5. Sesuai dengan kemampuan peneliti


Seseorang yang akan melakukan penelitian harus mempunyai kemampuan
penelitian dan kemampuan di bidang yang akan diteliti, jika tidak, hasil penelitiannya
kurang dapat dipertanggungjawabkan dari segi ilmiah (akademis) maupun praktis.

6. Sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah

Masalah-masalah yang bertentangan dengan kebijaksanaan pemerintah, undang-


undang ataupun adat istiadat sebaiknya tidak diteliti, karena akan banyak menemukan
hambatan dalam pelaksanaan penelitiannya nanti.

7. Ada yang mendukung

Setiap penelitian membutuhkan biaya, sehingga sejak awal sudah


dipertimbangkan darimana asal biaya tersebut akan diperoleh. Tidak jarang masalah-
masalah penelitian yang menarik akan mendapatkan sponsor dari instansi-instansi
pendukung, baik pemerintah maupun swasta.

Tidak setiap masalah layak untuk diangkat sebagai topik penelitian. Untuk memilih masalah
mana yang layak untuk diteliti, ada beberapa kriteria yg. dapat dipakai, yaitu sebagai berikut
(Sudarwan Danim dan Darwis, 2003 : 91-92).

1. Apakah masalah itu sesuatu yang baru, relatif belum banyak diteliti?

Untuk itu calon peneliti perlu menelaah beberapa hal, seperti :

a. Isu-isu yang muncul kekinian.

b. Isu-isu yang unik.

c. Penelitian sejenis pada skala institusi.

d. Penelitian sejenis pada skala wilayah.

e. Penelitian sejenis pada skala nasional.

f. Penelitian sejenis pada skala internasional.

g. Penelitian sejenis menurut periode waktu.

2. Apakah masalah itu mengundang rasa ingin tahu peneliti atau pihak luar yang akan
membaca atau memanfaatkan hasil penelitian itu ?

Untuk itu peneliti perlu memperhatikan :


a. Nilai teoritis hasil penelitian bagi dirinya dan juga pihak lain seprofesi.

b. Nilai teortis hasil penelitian bagi pengembangan ilmu sebagaimana yang diteliti.

c. Nilai praktis hasil penelitian bagi dirinya dan juga bagi profesinya.

3. Apakah masalah yang diplih berada dalam lingkup keilmuan yang ditekuni oleh peneliti
selama ini ?

4. Adakah alat, bahan, dan metoda kerja yang akan dipakai memungkinkan terlaksananya
pengkajian terhadap fakus masalah yang dipilih ?

Beberapa hal khusus yang perlu dipertimbangkan adalah :

a. Ada atau tidaknya alat / bahan pendukung penelitian.

b. Ketersediaan biaya penelitian.

c. Fasilitas pendukung lainnya, seperti keterbukaan sumber data, masalah perijinan


dari instansi terkait.

d. Metode penelitian yang dipakai menurut situasi dan karakteristik spesifik subjek
penelitian.

5. Apakah segi-segi teknik berikut ini memungkinkan terselenggaranya penelitian sesuai


dengan fokus masalah ?

a. Ketahanan fisik peneliti.

b. Ketahanan psikologis peneliti.

c. Kesediaan peneliti menyediakan waktu untuk mengkaji fokus penelitian secara


memadai.

d. Kapasitas peneliti dalam bekerja sama dengan pihak lain.

Dengan beberapa pertimbangan dan pertanyaan tersebut, diharapkan akan dapat


dirumuskan masalah penelitian yang layak dan relevan, sehingga masalah penelitian memberikan
manfaat, baik secara teoritis maupun aplikatif.

Sumber masalah penelitian Menurut Turney dan Noble (1971, dalam Danim, 2003)
sumber masalah penelitian empiris dapat berasal dariPengalaman pribadi, Keterangan yang
diperoleh secara kebetulan, Kerja dan kontak professional, Pengujian dan pengembangan teori
yang ada, Analisis literatur profesional dan hasil-hasil penelitian sebelumnya.

C. PERUMUSAN MASALAH

Dalam sebuah penelitian, setelah ditentukan latar belakang masalah, maka dilanjutkan
dengan menyusun rumusan masalah. Perumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan
secara tersurat pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya. Perumusan masalah
merupakan pernyataan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan
diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah.

Rumusan masalah hendaknya disusun secara singkat, padat, jelas, dan dituangkan dalam
bentuk kalimat tanya. Rumusan masalah yang baik akan menampakkan variabel-variabel yang
diteliti, jenis atau sifat hubungan antara variabel-variabel tersebut, dan subjek penelitian.

Tuckman (dalam Sudarwan Danim dan Darwis, 2003 : 99) mengemukakan beberapa
kirteria dalam merumuskan masalah, yaitu :

1. Bersifat kausalitas atau menghubungkan dua variabel atau lebih.

2. Dapat diukur secara empiris dan objektif.

3. Dinyatakan secara jelas dan tidak bermakna ganda, lebih baik dinyatakan dalam bentuk
pertanyaan.

4. Tidak mencerminkan ambisi pribadi atau masyarakat, dan tidak pula menuntut jawaban
dengan pertimbangan moral subjektif.

Selain itu, rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara empiris, dalam arti
memungkinkan dikumpulkan-nya data untuk menjawab pertanyaan yang diajukan (UM, 2000:12
& Ibnu, 2003:110). Contoh: Apakah terdapat hubungan antara kekuatan otot tungkai dengan
jauhnya tendangan pada sepakbola?

Ary, dkk. (1979) mengemukakan, perumusan masalah yang baik harus memenuhi dua
syarat:

1. menyebutkan dengan jelas apa yang akan dicari jawabannya.


2. Jelas ruang lingkupnya.

Kedua syarat ini dapat dipenuhi apabila peneliti menyebutkan dengan jelas hal-hal
sebagai berikut:

a. Variabel-variabel yang terkait

b. Hubungan di antara variabel-variabel tersebut

c. Populasi terkait atau sasaran kajian yang merupakan subjek-subjek yang paling jelas
keterkaitannya dengan permasalahan yang dikaji

d. Berbagai atribut (lokasi, waktu dsb.) berfungsi membatasi lingkup kajian yang berkaitan
dengan tempat dan waktu terjadinya permasalahan maupun identitas khusus dari
populasi/bagian populasi yang bersangkutan.

Pada umumnya masalah penelitian dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya, mengandung
variabel-variabel penelitian yang terkait danhubungan antara variabel-variabel tersebut. Ditinjau
dari cakupan aspek yang terkait rumusan masalah penelitian dibedakan menjadi dua tingkatan
rumusan masalah umum yang menunjukkan keseluruhan permasalahan penelitian secara utuh,
dan rumusan masalah khusus yang berfokus pada aspek-aspek tertentu dari permasalahan yang
dikaji.

Berikut ini disajikan beberapa contoh rumusan masalah untuk jenis penelitian deskriptif,
korelasional, dan penelitian eksperimen.

1. Penelitian deskriptif : Bagaimanakah keterampilan mengajar mahasiswa PPL Program


Studi Pendidikan Jasmani FIK UM?

2. Penelitian korelasional : Apakah terdapat hubungan antara kekuatan otot tungkai


dengan jauhnya tendangan pada sepakbola?

3. Penelitian eksperimen : Apakah terdapat perbedaan keterampilan bermain bolavoli


antara siswa yang melakukan latihan keseluruhan dengan latihan bagian?
D. LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang selalu melakukan aktivitas untuk mencapai


tujuan. “Seorang mahasiswa belajar secara rutin dengan tujuan agar memperoleh nilai baik”,
seorang pemain bolavoli melakukan latihan secara rutin tiga kali seminggu agar terampil
bermain bolavoli, seorang petani rajin mengurus tanaman karena ingin memperoleh hasil yang
baik. Contoh di depan menunjukkan bahwa seseorang melakukan aktivitas karena alasan tertentu
yang ingin dicapai.

Demikian juga kegiatan penelitian, seseorang melakukan aktivitas penelitian karena ada
alasan tertentu yang melatarbelakangi, mengapa penelitian tersebut dilakukan? Latar belakang
masalah berisi tentang kesenjangan antara harapan dan kenyataan, baik kesenjangan teoretik
ataupun kesenjangan praktis yang melatarbelakangi masalah yang diteliti.

Di dalam latar belakang masalah ini dipaparkan secara ringkas teori, hasil-hasil
penelitian, kesimpulan seminar dan diskusi ilmiah ataupun pengalaman/pengamatan pribadi yang
terkait erat dengan pokok masalah yang diteliti. Dengan demikian, masalah yang dipilih untuk
diteliti mendapat landasan berpijak yang lebih kokoh. (UM, 200:11 dan Ibnu, 2003:110). Pada
prinsipnya peneliti harus mampu menjawab pertanyaan: "Mengapa masalah ini dipilih untuk
diteliti?"

Untuk menemukan latar belakang penelitian, kata kunci yang biasa digunakan adalah
“mengapa (why)” penelitian tersebut dilakukan? Mungkin ada alasan-alasan tertentu yang
melatarbelakangi, misalnya: sesuatu yang diteliti tidak sesuai dengan harapan masyarakat, tidak
selaras dengan idealisme, tidak sesuai dengan teori, dan sebagainya. Alasan-alasan yang
memerlukan jawaban, penjelasan atau pemecahan itulah yang dapat digunakan sebagai indikator
bahwa sebuah penelitian tersebut layak atau tidak untuk dilakukan.

E. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian mengungkapkan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian. Isi dan
rumusan tujuan penelitian mengacu pada isi dan rumusan masalah penelitian. Perbedaannya
terletak pada cara merumuskannya. Masalah penelitian dirumuskan dengan menggunakan
kalimat tanya, sedangkan rumusan tujuan penelitian dituangkan dalam bentuk kalimat
pernyataan.

Contoh: (1). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keterampilan mengajar
mahasiswa PPL Program Studi Pendidikan Jasmani FIK UM (deskriptif), (2). Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui kekuatan hubungan antara kekuatan otot tungkai dengan jauhnya
tendangan pada sepakbola (korelasional), (3). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
perbedaan keterampilan bermain bolavoli antara siswa yang melakukan latihan keseluruhan
dengan latihan bagian (eksperimen).

Berbeda dengan rumusan masalah yang lazim menggunakan kalimat pertanyaan, dalam
rumusan tujuan biasanya menggunakanpernyataan. Rumusan tujuan penelitian merupakan
sesuatu yang ingin dijawaban, dijelaskan atau dipecahkan melalui penelitian. Dengan demikian
tujuan penelitian merupakan sasaran yang akan diselesaikan melalui penelitian tersebut.

F. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat penelitian menjadi salah satu bentuk tulisan yang perlu disampaikan dalam bab
pendahuluan. Manfaat penelitian ini erat hubungannya dengan tujuan penelitian. Oleh
karenannya hampir setiap karya tulis, baik skripsi, makalah, karya ilmiah, proposal penelitian,
dan lain sebaginya selalu menyertakannya. Sebagai penjelasan lebih lanjut dalam artikel ini akan
menjelaskan tentang contoh-contoh penulisan manfaat penelitian.

Manfaat penelitian adalah kelebihan dan keuntungan pembuatan karya tulis melalui
program-program yang diterapkan. Dalam tulisannya manfaat penelitian ini tidak lebih dari 3
paragram, bahkan sebagai syarat utamanya penulisan manfaat penelitian haruslah lebih pendek
daripada pendahuluan dalam karya tulis.Jenis-Jenis Manfaat Penelitian:

1. Teoritis
Sebutan dalam penulisan kegunaan penelitian seringkali di dasari atas landasan teoriris.
Landasan ini sendiri seiring pada keguanaan penelitian yaitu sebagai penambah wawasan dan
rujukan dalam ilmu pengetahuan berdasarkan pada teori-teori yang ada.

2. Akademis

Tujuan yang terdapat dalam manfaat penelitian berhubungan erat dalam akademis.
Hubungan ini sendiri atas alasan dengan penelitian menjadi refrensi penulisan bagi segenap
pembaca yang berasal dari banyak kalangan, misalnya masyarakat, mahasiswa, pelajar,
ataubahkan dosen atau guru.

3. Praktis

Penulisan manfaat penelitian bertujuan secara praktis yang lebih mendekatkan pada
dampak yang ditimbulkan di dalam masyarakat. Penulisan manfaat ini sendiri seringkali menjadi
di akhiri dengan memeprluas wawasan bagi pembaca atupun penulisanya.

Dari penjelasan mengenai pengertian manfaat penelitian dan jenis-jenisnya dapat


disimpulkan bahwasanya kegunaan bagian ini berhubungan erat dengan kaitannya terhadap
masalah-masalah sosial dan solusi yang ditawarkan. Jika bahasan masalah sosial berada dalam
latar belakang maka solusi berada di dalam manfaat penelitian.

G. ASUMSI

Asumsi merupakan anggapan dasar, yang diakui kebenarannya atau dianggap benar tanpa
harus dibuktikan terlebih dahulu. Keberadaan asumsi dalam sebuah penelitian bukan merupakan
suatu keharusan, namun menjadi pertimbangan untuk disajikan. Dengan kata lain dapat
dinyatakan sepanjang diperlukan asumsi dapat dicantumkan, tetapi kalau keberadaannya tidak
diperlukan, maka tidak perlu dicantumkan. Tidak semua penelitian memerlukan asumsi, jadi
peneliti tidak perlu memaksa-kan suatu asumsi jika memang tidak secara fungsional dibutuhkan.
Asumsi penelitian adalah anggapan-anggapan dasar tentang suatu hal yang dijadikan
pijakan berpikir dan bertindak dalam melaksanakan penelitian. Misalnya, peneliti mengajukan
asumst bahwa sikap seseorang dapat diukur dengan menggunakan skala sikap. Dalam hal ini ia
tidak perlu membuktikan kebenaran hal yang diasumsikannya itu, tetapi dapat langsung
memanfaatkan hasil pengukuran sikap yang diperolehnya. Asumsi dapat bersifat substahtif atau
metodologis. Asumsi substantif berhubungan dengan permasalahan penelitian, sedangkan asumsi
metodologis berkenaan dengan metodologi penelitian. (UM, 2000:13 & Ibnu, 2003:112)

Arikunto S. (2005:58-61) mengutip pendapat Surakhmad yang menyatakan anggapan


dasar atau postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh
penyelidik. Dikatakan selanjutnya bahwa setiap penyelidik dapat merumuskan postulat yang
berbeda. Seorang penyelidik mungkin meragu-ragukan sesuatu anggapan dasar yang oleh orang
lain diterima sebagai kebenaran.

Contoh orang yang melakukan senam aerobik tiga kali seminggu, maka dia akan
memiliki kebugaran jasmani yang bagus. Kalimat tersebut merupakan suatu anggapan bahwa
semua aktivitas senam aerobik dengan menggunakan prinsip; frekuensi, intensitas, time dan
tempo (FITT) sesuai dengan prinsip-prinsip latihan akan meningkatkan atau mempertahankan
kebugaran jasmani seseorang. Hal itulah yang menyebabkan seseorang memiliki kebugaran
jasmani yang baik.

Di dalam penelitian anggapan-anggapan semacam ini perlu dirumuskan secara jelas


sebelum melangkah mengumpulkan data. Anggapan-anggapan semacam inilah yang disebut
anggapan dasar, postulat atau asumsi dasar.

Peneliti perlu merumuskan anggapan dasar:

1. Agar ada dasar berpijak yang kukuh bagi masalah yang sedang diteliti.

2. Untuk mempertegas variabel yang menjadi pusat perhatian.

3. Guna menentukan dan merumuskan hipotesis.


H. RUANG LINGKUP PENELITIAN / BATASAN MASALAH

Sebuah penelitian memerlukan batasan-batasan tertentu, agar tujuan penelitian dapat


dicapai, masalah dapat dijelaskan, dijawab atau dipecahkan. Batasan-batasan tersebut diwadahi
di dalam ruang lingkup penelitian.

Ruang lingkup penelitian berisi tentang konsep, variabel, indikator dan deskriptor (jika
ada) secara rinci,dengan tujuan mengarahkan penelitian sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan, sehingga memudahkan bagi peneliti dalam melakukan penelitian. Makin rinci jabaran
yang disajikan dalamruang lingkup penelitian, dimungkinkan akan makin memudahkan peneliti
dalam menyusun instrumen penelitian.

Untuk memudahkan penyusunan ruang lingkup penelitian dan analisis terhadap isi, yang
berupa konsep, variabel dan indikator, maka digunakan bantuan berbentuk matrik. Berikut ini
contoh ruang lingkup penelitian untuk mengukur keterampilan bermain sepaktakraw.

Tabel 2.1 Ruang Lingkup Penelitian Keterampilan Bermain Sepaktakraw Peserta Ekstra
Kurikuler SMP Negeri Gondanglegi Malang

KONSEP VARIABEL INDIKATOR

Keterampilan Melakukan service 1. Kaki tumpu berada di lingkaran tempat service.


bermain 2. Kaki tendang diayun ke belakang untuk melakukan
sepaktakraw awalan.

3. Perkenaan bola takraw dengan kaki sebelah dalam


atau punggung kaki.

4. Bola yang di service masuk ke lapangan lawan


melewati atas net.

Menerima service 1. Bola diterima dengan anggota tubuh selain tangan.

2. Bola memantul dengan sempurna dan dapat


dimainkan untuk melakukan serangan ke lapangan
lawan.

3. Bola yang diterima memantul tidak jauh dari


anggota regu (± 1 langkah).

Menimang 1. Bola yang akan ditimang berada di depan pemain


dan jatuh setinggi lutut.

2. Perkenaan bola tepat pada permukaan yang lebar


kaki sebelah dalam.

3. Bola yang ditimang memantul ke atas, paling


rendah setinggi bahu.

4. Bola yang ditimang memantul tidak jauh dari testi


(±1 langkah).

5. Tungkai kaki membentuk posisi sepak sila.

6. Perhatian t testi selalu ke arah bola.

Mengumpan 1. Bola yang akan ditimang berada di depan pemain


dan jatuh setinggi lutut.

2. Perkenaan bola tepat pada permukaan yang lebar


kaki sebelah dalam.
3. Bola yang ditimang memantul ke atas, paling
rendah setinggi bahu.

4. Bola yang ditimang memantul tidak jauh dari testi


(±1 langkah).

5. Tungkai kaki membentuk posisi sepak sila.

6. Perhatian t testi selalu ke arah bola.


DAFTAR PUSTAKA

Cholid Narbuko, dkk. 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Hartono. 2011. Metodologi Penelitian. Pekanbaru: Zanafa Publishing.

http://dosensosiologi.com/contoh-manfaat-penelitian/

http://metodologinurelghazy.blogspot.com/2015/06/memilih-masalah-penelitian.html?m=1

http://ppisb.unsyiah.ac.id/berita/identifikasi-masalah-batasan-masalah-dan-rumusan-masalah

M. Iqbal Hasan, 2002. Metodologi Penelitian. Ghalia Indonesia.

Sukandarrumidi. 2002. Metodologi Penelitian. Yoghyakarta: Gadjah Mada Univercity Press.

Anda mungkin juga menyukai