Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL SKRIPSI

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN YANG

DIRUGIKAN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI PADA SITUS BELANJA

ONLINE SHOPEE

DISUSUN OLEH:

SKRIPSI INI DISUSUN UNTUK MELENGKAPI PERSYARATAN

DALAM MEMPEROLEH SARJANA HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

YOGYAKARTA

2022

1
A. JUDUL

Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Yang Dirugikan Dalam Transaksi

Jual Beli Pada Situs Belanja Online Shopee

B. LATAR BELAKANG MASALAH

Pertumbuhan pengguna internet yang sedemikian pesatnya merupakan

suatu kenyataan yang membuat internet menjadi salah satu media bagi pelaku

usah untuk memperkenalkan dan menjual barang atau jasa ke calon

konsumen dari seluruh dunia.1 Seorang konsumen yang biasanya membeli

barang atau menyewa layanan dengan fisik pergi ke pasar adalah dimudahkan

mendapatkan barang atau jasa, maka konsumen e-commerce (Perdagangan

Elektronik) lebih mudah lagi dalam mendapatkan barang/jasa. Potensi e-

commerce adalah bahwa setiap produk atau layanan yang berjarak sangat

jauhdapat dibeli hanya menggunakan beberapa klik dari konsumen E-

commerce.2 Dengan adanya fenomena yang demikian ini, yakni semakin

majunya ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan motor penggerak

produktifitas dan efisiensi produsen atas barang atau jasa yang dihasilkannya

dalam rangka mencapai sasaran usaha, maka perlindungan hukum terhadap

konsumen dipandang sangat penting keberadaannya. Sebab dalam rangka

mengejar produktifitas dan efisiensi tersebut, pada akhirnya baik secara

langsung maupun tidak langsung, konsumenlah yang menanggung

dampaknya.3

1
Rifan adi, Perlindungan Hukum terhadap konsumen dalam transaksi online, Jurnal serambi
hukum Vol 08 No 2. 02 Agustus 2014
2
Ibid , hlm.23
3
Sri Redjeki Hartono, 2000, Aspek-Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Pada Era
Perdagangan Bebas, Dalam Hukum Perlindungan Konsumen, Bandung, Mandar Maju, hlm.33

2
Shopee adalah perusahaan E-commerce yang berada dibawah bagian

dari Garena berubah namanya menjadi SEA group, sistem bisnis ini adalah

C2C (costumer to consumer mobile marketplace). Pada tahun 2015 shopee

resmi diperkenalkan diindonesia diikuti dengan negara Thailand, Filipina,

Malaysia, Vietnam dan Taiwan. Visi dari Shopee adalah menjadi C2C Mobil

Marketplace no 1 di Asia tenggara. CEO Shopee adalah Chris Feng seorang

pria lulusan terbaik dari Universitas Nasional Singapura. Aplikasi Shopee

dapat diunduh pada iOS dan Android sehingga dapat memudahkan para

penggunanya melakukan penjualan dan pembelian pada aplikasi ini dengan

mudah.

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 ayat (3) menyatakan : “Negara

Indonesia adalah negara hukum.” Lebih lanjut pada Pasal 28 D ayat (1)

menyatakan : “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,

perlindungan,dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di

hadapan hukum.” Kedua pasal tersebut secara eksplisit menjelaskan bahwa

negara Indonesia memberikan perlindungan hukum kepada setiap warga

negara tanpa terkecuali.

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen, bahwa konsumen itu adalah setiap orang yang pemakai barang

dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat baik bagi kepentingan sendiri,

keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk

diperdagangkan.

3
Perlindungan hukum terhadap konsumen didasarkan pada adanya

sejumlah hak-hak konsumen yang perlu dilindungi dari tindakantindakan

yang dapat merugikan konsumen. Hak-hak ini merupakan hak-hak yang

sifatnya mendasar dan universal sehingga perlu mendapat jaminan dari negara

untuk pemenuhannya. Pengertian konsumen secara umum adalah pemakai,

pengguna dan/atau pemanfaat barang dan/atau jasa untuk diri sendiri, orang

lain dan tidak diperdagangkan.4

Pengertian dari perlindungan kosnumen itu sendiri ialah keseluruhan

peraturan dan hukum yang mengatur hak dan kewajiban konsumen dan

produsen yang timbul dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya dan

nmengatur upaya-upaya untuk menjamin terwujudnya.

Salah satu fungsi hukum adalah untuk memberikan perlindungan

kepada warga masyarakat, terkhusus yang berada dalam status lemah akibat

tidak seimbangangnya hubungan hukum. Begitulah halnya dengan Hukum

Perlindungan Konsumen untuk melindungi konsumen dari pelaku usaha yang

tidak jujur. Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin

adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen.

Hukum Perlindungan Konsumen merupakan keseluruhan asas-asas dan

kaidah-kaidah yang mengatur dan melindungi konsumen dalam hubungan

dan masalah penyediaan dan penggunanya dalam kehidupan bermasyarakat.5

4
Sri lestari , Standar kontrak dalam perspektif hukum perlindungan konsumen , junral penelitian
hukum De Jure Vol 19 No 1., Maret 2019
5
Kurniawan, Hukum Perlindungan Konsumen, Problematika Kedudkan dan Kekuatan Putusan
Badan Penyelesai Sengketa Konsumen (BPSK), Mataram: UB Press, 2011, hlm. 42.

4
Undang-Undang tersebut juga ada beberapa pasal yang menjelaskan

tentag perlindungan konsumen yakninya :

1. Pasal 4 UUPK yang menyebutkan bahwa hak konsumen diantaranya :

hak untuk memilih barang dan atau jasa serta mendapatkan barang dan

atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan

yang dijanjikan, hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai

kondisi dan mendapatkan kompensasi jaminan barang dan atau jasa yang

diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaiman

semestinya.

2. Pasal 7 UUPK yang menyebutkan bahwa kewajiban bagi pelaku usaha

untuk memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai

kondisi dan jaminan barang dan atau jasa jasa serta memberikan

kompensasi, ganti rugi atau penggantian apabila barang dan atau jasa

penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan, memberikan yang

diterina atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan pernjanjian.

3. Pasal 8 UUPK menyatakan bahwa melarang keras para pelaku usaha

untuk memperdagangkan barang atau jasa yang tidak sesuai dengan ganji

yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, iklan atau promosi

penjualan barang dan atau jasa tersebut. yang mana berdasarkan pasal

tersebut ketidaksesuaian spesifikasi barang yang diterima dengan barang

yang telah tertera dalam iklan/foto penawaran barang merupakan bentuk

pelanggaran bagi pelaku usaha dalam memperdagangkan barang.6

6
Abdul halim barkatullah, perlindungan hukum bagi konsumen dalam transaksu E-
commerce lintas negara di indonesia yogyakara,FHH UII Press,2009,hlm 4

5
Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui lebih lanjut mengenai

bagaimana Perlindungan Hukum Terhadap konsumen yang dirugikan Dalam

Transaksi Jual Beli pada Situs Belanja Online Shopee.

C. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan ditelaah ialah sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk perlindungan hukum terhadap konsumen yang

dirugikan dalam transaksi jual beli pada stitus belanja online shopee

2. Bagaimana kendala dalam mendapatkan perlindungan hukum bagi

konsumen yang dirugikan dalam transaksi jual beli pada situs belanja

online shopee ?

D. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui bentuk perlindungan hukum terhadap konsumen yang

dirugikan dalam transaksi jual beli pada stitus belanja online shopee

2. Untuk mengetahui kendala dalam mendapatkan perlindungan hukum

bagi konsumen yang dirugikan dalam transaksi jual beli pada situs

belanja online shopee

E. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat bagi

perkembangan ilmu hukum, khususnya berkenaan dengan perlindungan hak

cipta. Selain itu, peneliti juga berharap agar hasil penelitian ini dapat

6
dimanfaatkan sebagai salah satu referensi dalam bidang hukum pidana dan

dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya.

1) Bagi Universitas Ahmad Dahlan

Peneliti berharap agar hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu

referensi yang tersimpan di perpustakaan Universitas Ahmad Dahlan,

sehingga berguna bagi mahasiswa hukum lainnya.

2) Bagi Penulis

Penelitian ini membantu peneliti dalam mengembangkan kemampuan

berpikir kritis, penalaran, dan menambah pengetahuan peneliti terutama

mengenai perlindungan hak cipta.

3) Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan berkenaan dengan

perlindungan hak cipta bagi wawasan masyarakat.

F. TINJAUA PUSTAKA

1) Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Konsumen

a) Pengertian Konsumen

Kata konsumen berasal dari kata dalam bahasa Inggris, yakni

consumer, atau dalam bahasa Belanda “consument”, “konsument”,

konsumen secara harfiah adalah orang yang memerlukan

membelanjakan atau menggunakan; pemakai atau pembutuh.7

Konsumen umumnya didefinisikan sebagai pengguna akhir dari

produk yang dikirimkan oleh pengusaha, yaitu setiap pengguna yang

7
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Sinar Grafika, 2009,
hlm. 22.

7
menggunakan produk dan mencegahnya untuk diperdagangkan

kembali atau diperdagangkan kembali.8 Pengertian tentang

konsumen secara yuridis telah diletakan dalam berbagai peraturan

perundang-undangan, seperti UU No 8 Tahun 1999 Tentang UUPK

pasal 1 merumuskan sebagai berikut: “Konsumen adalah setiap

orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat,

baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun

makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”.

Konsumen dalam penerapannya di keseharian kerap kali

dianggap bahwa yang disebut konsumen merupakan pembeli

(Inggris; buyer, Belanda; koper). Pengertian konsumen secara

hukum tidak hanya terbatas kepada pembeli, bahkan kalau

disimak secara cermat pengertian konsumen sebagaimana

terdapat di dalam Pasal 1 butir 2 UUPK, di situ tidak ada disebut

kata pembeli, pengertian pemakai dalam definisi tersebut di atas

menunjukan bahwa barang atau jasa dalam rumusan pengertian

konsumen tidak harus sebagai hasil dan transaksi jual beli. Dengan

demikian, hubungan konsumen dengan pelaku usaha tidak terbatas

hanya karena berdasarkan hubungan transaksi atau perjanjian jual

beli saja, melainkan lebih dan pada hal tersebut seseorang dapat

disebut sebagai konsumen.9

8
Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Bandung: Citra Aditya
Bakti,2010, hlm.17
9
N.H.T Siahaan, Hukum Konsumen Perlindungan Konsumen dan Tanggung Jawab Produk,
Jakarta: Pantai Rei, 2005, hlm. 22-24.

8
Pengertian konsumen secara otentik telah dirumuskan di

dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen Pasal 1 angka 2

undang-undang No. 8 Tahun 1999. Dalam undang-undang ini yang

dimaksud dengan perlindungan konsumen adalah segala upaya yang

menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan

kepada konsumen, jelaslah bahwa adanya undang-undang ini untuk

melindungi kita sebagai konsumen karena selama ini konsumen amat

lemah posisinya.

b) Pelaku Usaha

Undang-Undang Perlindungan Konsumen pada pasal 1 ayat 3

yang dimaksud dengan pelaku usaha, yakni :

“Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha,

baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum

yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam

wilayah hukum Negara Republik Indonesia baik sendiri maupun

bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha

dalam berbagai bidang ekonomi.10

Pelaku usha menurut rincian dari UUPK, merupakan koperasi,

pedagang, BUMN, korporasi, distributor, importir, perusahaan, dan

sebagainya. Dalam definisi pelaku usaha tidak termasuk eksportir

karena UUPK memberikan batasan antara orang pribadi atau badan

usaha yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan


10
Pasal 1 Ayat 3 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

9
dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia. UUPK

mendefinisikan pelaku usaha secara luas agar dapat mempermudah

konsumen dalam menuntut kerugian, konsumen yang dirugikan

sebagai akibat dari mengonsumsi suatu produk dapat dengan mudah

mencari pihak mana yang hendak dimintai pertanggungjawaban.11

c) Pengertian Perlindungan Konsumen

Perlindungan konsumen adalah bagian yang tidak dapat

dipisahkan dari kegiatan bisnis yang sehat. Dalam kegiatan bisnis

yang sehat terdapat keseimbangan perlindungan hukum antara

konsumen dengan produsen. Tidak adanya perlindungan hukum

yang seimbang mengakibatkan konsumen berada pada kedudukan

yang lemah.12 Perlindungan Konsumen merupakan segala upaya

untuk menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan

perlindungan hukum terhadap konsumen. Hukum Perlindungan

Konsumen adalah keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang

melindungi serta mengatur antara hubungan konsumen dengan

masalah penyedia dan penggunanya dalam lingkungan masyarakat.

Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen yang disebutkan dalam Pasal 1 ayat (1)

bahwa “perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin

11
Aulia Muthiah, Hukum Perlindungan Konsumen Dimensi Hukum Positif dan Ekonomi
Syariah, Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2021, hlm. 59
12
Ahmadi Miru, Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen di Indonesia, Jakarta:
Rajawali Pers, 2020, hlm. 1.

10
adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada

konsumen”. Ruang lingkup perlindungan konsumen terbagi ke

dalam 2 bagian, yakni:

1) Perlindungan terhadap kemungkinan barang yang diserahkan

kepada konsumen tidak sesuai dengan apa yang telah disepekati

2) Perlindungan terhadap diberlakukannya syarat-syarat yang tidak

adil kepada konsumen.

Perlindungan konsumen merupakan istilah yang digunakan

untuk menggambarkan perlindungan hukum yang diberikan kepada

konsumen dalam rangka memenuhi kebutuhannya pada saat terjadi

kerugian. Di bidang hukum, istilah tersebut masih tergolong baru,

terutama di Indonesia, dimana negara-negara maju mulai

membicarakan hal ini dengan kemajuan industri dan teknologi.

Ruang lingkup hukum perlindungan konsumen sulit dibatasi

hanya dengan menampungnya dalam satu jenis undang-undang,

seperti UUPK. Hukum perlindungan konsumen selalu berinteraksi

dan berhubungan dengan berbagai bidang dan cabang hukum lain,

karena pada tiap bidang dan cabang hukum itu senantiasa terdapat

pihak yang berpredikat “konsumen”.13

d) Hak dan Kewajiban Konsumen

13
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Ctk Ketiga, Jakarta: Grasindo, 2006,
hlm. 1.

11
Secara umum, hak dapat didefinisikan sebagai klaim atau

kepemilikan seseorang atau sesuatu. Jika ada tuntutan untuk

bertindak dalam beberapa cara, atau jika orang lain diwajibkan untuk

bertindak dalam beberapa cara, orang itu berhak. Hak dapat timbul

dari suatu sistem hukum yang mengizinkan atau mengizinkan

seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu, yang disebut dengan

hak hukum.

Salah satu hak yang paling penting ialah hak moral. Hak

moral yang terpenting merupakan hak untuk menetapkan larangan

atau kewajiban kepada orang lain, yang memberikan kebebasan

kepada seseorang untuk memilih kepentingan atau kegiatan lain

yang dilakukannya. Hak-hak moral ini (artinya jenis-jenis hak yang

termuat dalam istilah hak moral) adalah hak-hak yang dalam

melakukan kegiatan-kegiatan tersebut dalam batas- batas yang

ditetapkan oleh hak-hak tertentu, seperti hak-hak moral,

mengidentifikasi kegiatan atau manfaat yang dapat dilakukan. Ini

adalah fitur “aktifkan” dan “lindungi”.14

Tentunya dalam perkembangan kemajuan perusahaan dalam

memberikan pelayanan tidak lepas dari perlindungan hak yang

diberikan konsumen atas kebebasan atau aktivitas yang dilakukan.

UUPK telah menetapkan banyak hak-hak konsumen yang penting.

Menurut Pasal 4, ada sembilan hak konsumen, delapan di antaranya

14
Pieres Jhon & Wiwik Sri Widiarty, Negara Hukum dan Perlindungan Konsumen, Jakarta:
Pelangi Cendekia, 2007, hlm. 50

12
diatur secara tegas oleh UUPK dan satu lagi diatur dengan peraturan

perundang-undangan lainnya. Hak-hak ini terbagi antara lain:15

1) Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan atas barang

dan jasa

2) Hak untuk memilih barang dan jasa

3) Hak mendapatkan informasi yang benar, jelas dan jujur atas

barang dan jasa

4) Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya

5) Hak untuk mendapatkan bantuan hukum (advokasi),

perlindungan dan penyelesaian sengketa

6) Hak dalam pembinaan dan pendidikan konsumen

7) Hak untuk diberlakukan dengan secara benar, jujur dan tidak

diskriminatif

8) Hak untuk mendapatkan kompensasi atas barang atau jasa yang

merugikan

9) Hak-hak yang ditentukan dalam perundang-undangan lain

Selain hak konsumen, kewajiban konsumen juga diatur di

dalam “Pasal 5 Undang-Undang Perlindungan Konsumen.

Kewajiban konsumen antara lain:16

15
Pasal 4 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

16
Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Bandung: PT Citra Aditya
Bakti, 2014, hlm. 31.

13
1) Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur

pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi

keamanan dan keselamatan;

2) Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang

dan/atau jasa;

3) Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

4) Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan

konsumen secara patut.”

2) Tinjauan Tentang jual beli Online

Kegiatan jual beli online saat ini semakin marak, apalagi situs

yang digunakan untuk melakukan transaksi jual beli online ini semakin

baik dan beragam. Namun, seperti yang kita ketahui bahwa dalam sistem

jual beli online produk yang ditawarkan hanya berupa penjelasan

spesifikasi barang dan gambar yang tidak bisa dijamin

kebenarannya.Untuk itu sebagai pembeli, maka sangat penting untuk

mencari tahu kebenaran apakah barang yang ingin dibeli itu sudah sesuai

atau tidak. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, jual beli adalah

persetujuan saling mengikat antara penjual, yakni pihak yang

menyerahkan barang, dan pembeli sebagai pihak yang membayar harga

barang yang dijual.17

Kata Online terdiri dari dua kata, yaitu On (Inggris) yang berarti

hidup atau didalam, dan Line (Inggris) yang berarti garis, lintasan,
17
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,
Edisi IV Cet. 1; Jakarta: PT Gramedia Pustaka, 2008. Hlm. 589

14
saluran atau jaringan. Secara bahasa online bisa diartikan “didalam

jaringan” atau dalam koneksi. Online adalah keadaan terkoneksi dengan

jaringan internet.Dalam keadaan online, kita dapat melakukan kegiatan

secara aktif sehingga dapat menjalin komunikasi, baik komunikasi satu

arah seperti membaca berita dan artikel dalam website maupun

komunikasi dua arah seperti chatting dan saling berkirim email.Online

bisa diartikan sebagai keadaan dimana sedang menggunakan jaringan,

satu perangkat dengan perangkat lainnya saling terhubung sehingga dapat

saling berkomunikasi.

G. METODE PENELITIAN

a) Jenis Penelitian

Penelitian yang ditulis oleh penulis tentang Perlindungan Hukum

Terhadap Konsumen Yang Dirugikan Dalam Transaksi Jual Beli Pada

Situs Belanja Inline Shopee adalah normatif. Penelitian hukum normatif

yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan

pustaka atau data sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara

mengadakan penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur-

literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.18 Dengan

demikian, selain mendasarkan pada penelitian dalam dokumen, penulis

juga melakukan penelahan secara mendalam terhadap peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengan Perlindungan Konsumen

18
Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan
Singkat, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2006, hal. 13-14

15
b) Objek Penelitian

Objek penelitian adalah sasaran permasalahan yang akan dibahas

dan yang akan dilakukan penelitian atau yang akan difokuskan untuk

penelitian penulis kali ini adalah contoh karya seni NFT pada platform

opensea. Dalam penelitian ini objek penelitiannya adalah data sekunder

yang memuat informasi mengenai NFT dan Hak Ciptanya di Indonesia.

c) Sumber Data dan Bahan Hukum

a) Sumber data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

sekunder, yaitu yang diperoleh penulis secara tidak langsung

melalui media perantara yang diperoleh dan dicatat oleh pihak lain

serta bahan lain. Biasanya juga disebut dengan data yang diperoleh

peneliti dari penelitian kepustakaan dan dokumen, yang merupakan

hasil penelitian dan pengolahan orang lain, yang sudah tersedia

dalam bentuk buku-buku atau dokumen yang biasanya disediakan

di perpustakaan, atau milik pribadi. Dalam penelitian hukum, data

sekunder mencakup bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder.19

b) Bahan Hukum

1) Bahan Hukum Primer

19
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit Universitas Indonesia-UI Press
cetakan ke-3 tahun 1984, hal 141

16
Merupakan bahan hukum yang berasal dari peraturan

perundang-undangan dan ketentuan peraturan yang ada di

Indonesia.

 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen

2) Bahan Hukum Sekunder

Bahan sekunder yang digunakan dalam penelitian ini ialah

dokumen atau bahan hukum yang memberikan penjelasan

terhadap bahan hukum primer seperti buku-buku, artikel,

jurnal, hasil penelitian, makalah dan lain sebagainya yang

relevan dengan permasalahan yang akan dibahas

3) Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang dapat

melengkapi atau menunjang keterangan maupun data yang

terdapat dalam bahan hukum primer dan sekunder diantarnya

adalah

a) Kamus Besar Bahasa Indonesia

b) KUH Perdata

d) Metode Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendekatan

perundang-undangan atau statute approach dengan melihat

17
permasalahan hukum dari aspek ketentuan perundangan-undangan yang

berlaku. pendekatan perundang-undangan dipilih agar hasil penelitian

dapat disajikan secara konkrit dan objektif. Pendekatan normatif yaitu

meliputi asas-asas hukum, sejarah hukum, dan perbandingan hukum.

e) Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penulisan ini dilakukan secara studi dokumen

maupun bahan pustaka yang berkaitan, dengan cara mengumpulkan

peraturan peraturan yang berakitan dengan hukum hak kekayaan

intelektual, juga penulusuran literatur, artikel, serta buku sebagai bahan

untuk memberikan informasi yang berkaitan dengan hukum hak

kekayaan intelektual.

f) Metode analisis data

Metode analisis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

analisa kualitatif yang melalui tahapan-tahapan pengumpulan data,

mengklasifikasikan, menghubungkan dengan teori dan masalah yang

ada, kemudian menarik kesimpulan guna menentukan hasilnya.

H. DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Abdul halim barkatullah, 2009 , perlindungan hukum bagi konsumen dalam

transaksu E-commerce lintas negara di indonesia , yogyakara,FHH UII Press

Ahmadi Miru, 2020. Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen

di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers,

18
Aulia Muthiah, 2021. Hukum Perlindungan Konsumen Dimensi Hukum

Positif dan Ekonomi Syariah, Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Celina Tri Siwi Kristiyanti, 2009, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta:

Sinar Grafika

Departemen Pendidikan Nasional, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia

Pusat Bahasa, Edisi IV Cet. 1; Jakarta: PT Gramedia Pustaka,

Sri Redjeki Hartono, 2000, Aspek-Aspek Hukum Perlindungan Konsumen

Pada Era Perdagangan Bebas, Dalam Hukum Perlindungan Konsumen,

Bandung, Mandar Maju

Kurniawan, 2011, Hukum Perlindungan Konsumen, Problematika Kedudkan

dan Kekuatan Putusan Badan Penyelesai Sengketa Konsumen (BPSK),

Mataram: UB Press

Janus Sidabalok, 2010. Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia,

Bandung: Citra Aditya Bakti

N.H.T Siahaan, 2005. Hukum Konsumen Perlindungan Konsumen dan

Tanggung Jawab Produk, Jakarta: Pantai Rei.

Shidarta, 2006. Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Ctk Ketiga,

Jakarta: Grasindo

Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, 2006 . Penelitian Hukum Normatif: Suatu

Tinjauan Singkat, Rajagrafindo Persada, Jakarta

Pieres Jhon & Wiwik Sri Widiarty, 2007. Negara Hukum dan Perlindungan

Konsumen, Jakarta: Pelangi Cendekia,

19
Soerjono Soekanto, 1998 . Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit Universitas

Indonesia-UI Press cetakan ke-3

JUNRAL

Rifan adi, Perlindungan Hukum terhadap konsumen dalam transaksi online,

Jurnal serambi hukum Vol 08 No 2. 02 Agustus 2014

Sri lestari , Standar kontrak dalam perspektif hukum perlindungan

konsumen , junral penelitian hukum De Jure Vol 19 No 1., Maret 2019

20

Anda mungkin juga menyukai