Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Didalam masyarakat yang sedang berkembang seperti sekarang ini, kebutuhan


manusia akan semakin kompleks jika dibandingkan dengan kebutuhan manusia pada
zaman dahulu dimana manusia hanya membutuhkan makan dan tempat tinggal untuk
kelangsungan hidup sendiri dan keluarganya. Sebagai suatu proses dinamis,
pendidikan akan senantiasa berkembang dari waktu ke waktu sesuai dengan
perkembangan yang terjadi dilingkungan pada umumnya. 1Dalam perkembangan
selanjutnya semakin terasa bagi mereka bermacam-macam kebutuhan yang harus
mereka penuhi, seperti kebutuhan akan tempat tinggal, pakaian, pengetahuan, hiburan
dan lain sebagainya.

Di dalam kegiatan pemasaran dan distribusi produk barang atau jasa dilakukan
secara seefektif mungkin oleh pelaku usaha atau produsen karena hal ini
dimungkinkan agar dapat tercapai masyarakat yang sangat majemuk. Semua cara
pendekatan diupayakan sehingga dapat menimbulkan berbagai dampak, termasuk
keadaan yang menjurus pada tindakan yang bersifat negatif bahkan tidak terpuji yang
berawal dari itikad buruk. Adapun dampak buruk yang lazim terjadi antara lain
menyangkut kualitas atau mutu barang, informasi yang tidak jelas bahkan
menyesatkan, pemalsuan dan sebagainya.

Perkembangan teknologi pada saat ini mempunyai pengaruh yang cukup penting
terhadap perkembangan hukum, akan tetapi sering dijumpai adanya ketidakmampuan
hukum untuk mengimbangi lajunya perkembangan teknologi, hal ini selain
disebabkan pembentukan hukum memerlukan waktu yang lama, juga dikarenakan
perkembangan teknologi yang sangat cepat.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. TELEKOMUNIKASI

Telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman, dan atau penerimaan dari


setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara dan bunyi
melalui sistem kawat, optik, radio, atau sistem elektromagnetik lainnya.1

Salah satu perkembangan teknologi yang dianggap sangat penting pada saat ini
adalah teknologi di bidang telekomunikasi. Telekomunikasi merupakan rangkaian
dua kata, yaitu “tele” dan “komunikasi”. “Tele” berarti jarak jauh (at a distance) dan
“Komunikasi” yang berarti hubungan pertukaran ataupun penyampaian informasi.
Dalam teknologi telekomunikasi modern cakupannya meliputi beberapa tipe
komunikasi jarak jauh yang mencakup aural, oral dan visual. Oleh karena itu,
umumnya orang mengatakan bahwa television adalah melihat jarak jauh, Telephone
adalah bicara jarak jauh, dan Telegraph adalah menulis jarak jauh. Umumnya makin
pesat kemajuan teknologi telekomunikasi, makin canggih pula peralatan yang
dipergunakan dan jasa yang dihasilkan. Apalagi setelah dirasakan besarnya peranan
penyelenggaraan telekomunikasi bagi kelancaran kegiatan ekonomi. 2

Jasa telekomunikasi telah menjadi sebuah ajang bisnis yang tidak saja menarik
tetapi prospektif. Tetapi bersamaan dengan itu pula terjadi kompleksitas persoalan
dimana disamping teknologi, aspek ekonomi, politik, sosial dan budaya secara
langsung terkait dan makin dirasakan perlu adanya pengaturan yang baik. Dalam
situasi demikian maka hukum menduduki posisi yang desisit agar penyelenggaraan
telekomunikasi berjalan dengan lancar dan tertib sehingga pelayanan dapat

1
UU RI No. 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi
2
Edmon Makarim, Kompilasi Hukum Telematika, Grafika Pers, Jakarta, Tahun 2003, hal 97

2
ditingkatkan.3 Aspek hokum Telekomunikasi diiatur dalam UU No.36 tahun 1999
tentang Telekomunikasi agar Tertib dan Aman bagi semua Pengguna
Tek.Komunikasi dan melindungi kepentingan dan keamanan Negara.

Asas penyelenggaraan telekomunikasi menurut Undang-Undang

Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi diselenggarakan berdasarkan :

1. Asas Manfaat

Berarti bahwa pembangunan telekomunikasi khususnya penyelenggaraan komunikasi


akan lebih berdaya guna dan berhasil guna baik sebagai infrastruktur pembangunan,
sarana penyelenggaraan pemerintahan, sarana pendidikan, sarana perhubungan,
maupun sebagai komoditas ekonomi yang dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat lahir dan batin.

2. Asas adil dan merata

Berarti bahwa penyelenggaraan telekomunikasi memberikan kesempatan dan


perlakuan yang sama kepada semua pihak yang memenuhi syarat dan hasil-hasilnya
dinikmati oleh masyarakat secara adil dan merata.

3. Asas kepastian hukum

Berarti bahwa pembangunan telekomunikasi, khususnya penyelenggaraan


telekomunikasi, harus didasarkan kepada peraturan perundang-undangan yang
menjamin kepastian hukum dan memberikan perlindungan hukum, baik bagi para
investor, penyelenggara telekomunikasi, maupun kepada pengguna telekomunikasi.

3
Dimyati Hartono, Beberapa Aspek Hukum Penggunaan Frekuensi Dalam Penyelenggaraan
telekomunikasi di Indonesia, Jakarta 30 Juli 1993

3
4. Asas kepercayaan pada diri sendiri

Dilaksanakan dengan memanfaatkan secara maksimal potensi sumber daya nasional


secara efisien serta penguasaan teknologi telekomunikasi sehingga dapat
meningkatkan kemandirian dan mengurangi ketergantungan sebagai suatu bangsa
dalam menghadapi persaingan global.

5. Asas kemitraan

Memiliki makna bahwa penyelenggaraan telekomunikasi harus dapat


mengembangkan iklim yang harmonis, timbal balik, dan sinergis dalam
penyelenggaraan telekomunikasi.

6. Asas keamanan

Dimaksudkan agar dalam penyelenggaraan telekomunikasi selalu memperhatikan


faktor keamanan dalam perencanaan, pembangunan dan pengoperasiannya.

7. Asas etika

Dimaksudkan agar dalam penyelenggaraannya, telekomunikasi senantiasa harus


dilandasi oleh semangat profesionalisme, kejujuran, kesusilaan, dan keterbukaan.

Selanjutnya Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi


menyebutkan tujuan dalam penyelenggaraan telekomunikasi, yakni untuk mendukung
kesatuan dan persatuan bangsa, meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat
secara adil dan merata, mendukung kehidupan ekonomi dan kegiatan pemerintahan
serta meningkatkan hubungan antar bangsa.

Pasal 15 ayat 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi


mengamanatkan bahwa atas kesalahan dan kelalaian penyelenggara telekomunikasi
yang menimbulkan kerugian, maka pihak-pihak yang dirugikan berhak untuk
mengajukan tuntutan ganti rugi kepada penyelenggara telekomunikasi. Ganti rugi

4
yang dimaksud adalah ganti rugi yang diberikan penyelenggara telekomunikasi
kepada pengguna atau masyarakat luas yang dirugikan karena kelalaian atau
kesalahannya. Ganti rugi wajib diberikan kecuali penyelenggara telekomunikasi dapat
membuktikan bahwa kerugian tersebut bukan diakibatkan oleh kesalahan dan
kelalaiannya. Penyelesaian ganti rugi dilaksanakan dengan cara melalui mediasi atau
arbitrase atau konsiliasi. Apabila penyelesaian ganti rugi melalui cara tersebut tidak
berhasil dapat dicari penyelesaian melalui pengadilan.4

Hukum Telekomunikasi sendiri bersandar kepada konvensi-konvensi, perjanjian-


perjanjian internasional dan kebiasaan internasional (international costumary law).
Setelah ditetapkannya ITU sebagai organ khusus Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB)
yang mengatur masalah telekomunikasi, peraturan-peraturan internasional seperti
konvensi, konstitusi, dan resolusi ITU menjadi pedoman utama dalam pembentukan
aturan nasional. Salah satu alasan mendasar adanya ketertautan ini adalah sifat dan
karakteristik teleokomunikasi, khususnya telekomunikasi nirkabel (wireless
telecomunication) yang memanfaatkan gelombang radio (elektromagnetik) sebagai
sarana penghantar. Sifat dan karakteristik tersebut memungkinkan sulitnya
membedakan pengaturan secara teknis oleh masing-masing Negara.

B. PENYIARAN

Pengelolaan media penyiaran di Indonesia diatur dalam UndangUndang Nomor


32 tahun 2002 tentang Penyiaran. Dalam undang-undang ini dijelaskan bahwa:
“Penyiaran adalah kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran
dan/atau sarana transmisi di darat, di laut atau di antariksa dengan menggunakan
spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel, dan/atau media lainnya untuk dapat

4
Edmon Makarim, Kompilasi Hukum Telematika, Grafika Pers, Jakarta, Tahun 2003, hal 121

5
diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima
siaran”.

Broadcasting dalam bahasa Inggris diartikan sebagai pengiriman program oleh


media radio dan televisi. Definisi tentang penyiaran lainnya ada dalam Konvensi
International Telecomunication Union (ITU) yang menjelaskan tentang broadcasting
service sebagai berikut: “layanan komunikasi radio transmisi yang dimaksudkan
untuk penerimaan langsung oleh publik secara umum. Layanan ini dapat meliputi
transmisi suara, transmisi televisi, atau jenis transmisi lainnya.”

Asas dan tujuan

Penyiaran diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar


Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan asas manfaat, adil dan merata,
kepastian hukum, keamanan, keberagaman, kemitraan, etika, kemandirian,
kebebasan, dan tanggung jawab. Penyiaran diselenggarakan dengan tujuan untuk
memperkukuh integrasi nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman
dan bertakwa, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum,
dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri, demokratis, adil dan sejahtera,
serta menumbuhkan industri penyiaran Indonesia.

Dalam mengkaji perihal penyiaran, terdapat empat substansi hukum yang


berbeda, tetapi saling bertautan satu sama lainnya. Empat substansi tersebut yaitu:5

1. Aspek teknikal atau aspek teknologi, dalam dunia penyiaran, lembaga


penyiaran menggunakan spektrum frekuensi dan juga sistem digitalisasi
penyiaran.(mengubah berbagai informasi menjadi format digital sehingga
lebih mudah untuk diproduksi, disimpan dikelola dan didistribusikan).
2. Aspek hukum perizinan penyiaran yang diatur dalam UU Penyiaran dan
peraturan pelaksana lainnya.

5
Judhariksawan, Hukum Penyiaran, Jakarta: Raja grafindo Persada, 2010, hal. 6-7.

6
3. Aspek hukum program siaran yang meliputi aturan tentang boleh dan
tidak boleh suatu program siaran disiarkan, strandar program dan isi
siaran, serta aturan hukum lain yang harus dipatuhi oleh praktisi
penyiaran.
4. Aspek hukum pidana, dimana ketentuan-ketentuan yang diatur dalam UU
Penyiaran terdapat ketentuan pidana yang dikenakan kepada pelanggar
praktik penyiaran.

Media penyiaran merupakan salah satu media yang sangat berpengaruh pada
masyarakat Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari peristiwa terjadinya gempa di
Daerah Istimewa Yogyakarta. Masyarakat Yogyakarta panik pada saat ada
informasi yang diberitakan oleh salah satu stasiun swasta yang memberitakan:
“lahar panas sudah mencapai titik tertentu”.6 Informasi tersebut membuat
masyarakat Yogyakarta panik dan menimbulkan korban luka dan jiwa.
Kepanikan masyarakat Yogyakarta yang ditimbulkan akibat informasi yang
kurang akurat ini dapat memperlihatkan bahwa media televisi ataupun radio
sangat berpengaruh kepada masyarakat. Masyarakat mempercayai media
penyiaran sebagai media yang akurat dalam setiap pemberitaan dan informasi
yang diberikan. Akan tetapi apabila informasi tersebut salah atau menyimpang
dari fakta yang sebenarnya, maka akan memberikan dampak yang besar bagi
masyarakat. Pengaruh besar yang diberikan media penyiaran dapat memberikan
dampak negatif ataupun dampak positif bagi masyarakat, oleh karena itu perlu
ada aturan terkait dengan penyelenggaraan penyiaran yang didalamnya mengatur
tentang lembaga penyiaran, isi siaran, sistem penyiaran, dll. Pengaturan
mengenai penyelenggaraan penyiaran dimaksudkan untuk memberikan kepastian
hukum bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi dan berita yang benar juga
hiburan yang mendidik bagi masyarakat.

6
“awan Panas 65 Kilometer Cuma gosip”, http://sains. kompas.com/read/2010/11/08/01260258/,
diakses tanggal 16 Januari 2013.

7
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman, dan atau penerimaan dari


setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara dan bunyi
melalui sistem kawat, optik, radio, atau sistem elektromagnetik lainnya.

Tujuan dalam penyelenggaraan telekomunikasi, yakni untuk mendukung kesatuan


dan persatuan bangsa, meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara
adil dan merata, mendukung kehidupan ekonomi dan kegiatan pemerintahan serta
meningkatkan hubungan antar bangsa

Penyiaran adalah kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran


dan/atau sarana transmisi di darat, di laut atau di antariksa dengan menggunakan
spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel, dan/atau media lainnya untuk
dapatditerima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat
penerima siaran

Penyiaran diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar


Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan asas manfaat, adil dan merata,
kepastian hukum, keamanan, keberagaman, kemitraan, etika, kemandirian,
kebebasan, dan tanggung jawab. Penyiaran diselenggarakan dengan tujuan untuk
memperkukuh integrasi nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman
dan bertakwa, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum,
dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri, demokratis, adil dan sejahtera,
serta menumbuhkan industri penyiaran Indonesia.

8
DAFTAR PUSTAKA

UU RI No. 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi

Edmon Makarim, Kompilasi Hukum Telematika, Grafika Pers, Jakarta, Tahun 2003

Dimyati Hartono, Beberapa Aspek Hukum Penggunaan Frekuensi Dalam Penyelenggaraan


telekomunikasi di Indonesia, Jakarta 30 Juli 1993
Judhariksawan, Hukum Penyiaran, Jakarta: Raja grafindo Persada, 2010, hal. 6-7.

“awan Panas 65 Kilometer Cuma gosip”, http://sains.


kompas.com/read/2010/11/08/01260258/, diakses tanggal 16 Januari 2013.

Anda mungkin juga menyukai