Anda di halaman 1dari 4

Prabudandy Ari Y.

(1106083252) Review HAM dan Perubahan Politik Kovenan ICCPR dan ICESCR

International Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR) dan International Covenant on Economy, Social and Culture Rights (ICESCR) adalah dua kovenan internasional yang dibentuk oleh Komisi HAM PBB atas perintah dari majelis umum PBB sebagai perjanjian internasional yang mengatur mengenai penerapan Hak Asasi Manusia (HAM). Dua kovenan ini dibentuk atas besarnya desakan dari Negara-negara anggota PBB untuk memasukkan hukum mengenai Hak Asasi Manusia kedalam Piagam PBB. Langkah awal dari formalisasi hukum HAM oleh majelis umum PBB adalah mengadopsi Universal Declaration of Human Rights pada 10 Desember 1948. Lalu baru pada 16 Desember 1966, kovenan ICCPR dan ICESCR diadopsi oleh Majelis Umum PBB. Sampai dengan Agustus 2012, 167 negara telah meratifikasi dua kovenan ini dan menerapkannya dalam sistem hokum yang berlaku di Negara masing-masing. ICCPR adalah kovenan yang berisi mengenai ketentuan-ketentuan mengenai hak-hak masyarakat internasional dalam bidang politik dan sipil. Hak-hak yang tercantum dalam ICCPR adalah hak-hak yang bersifat negatif, dengan kata lain hak-hak sipil dan politik masyarakat suatu negara akan terpenuhi apabila peran Negara terbatas atau terlihat minus. Negara akan melanggar hak-hak sipil dan politik masyarakatnya apabila bersifat intervensionis. Sebaliknya, dalam kovenan ICESCR, hak-hak masyarakat dalam hal ekonomi, sosial dan budaya sering disebut sebagai hak-hak positif, artinya hak-hak tersebut akan dapat terpenuhi dengan peran aktif Negara. Perbedaan antara dua kovenan ini juga terdapat pada cara pelaksanaan yang diperbolehkan. Kovenan ICCPR harus dilaksanakan segera dengan cara legislasi, administratif, dan yudisial berdasarkan konstitusi masing-masing Negara, sedangkan kovenan ICESCR dilakukan secara progresif dan bertahap berdasarkan kemampuan sumber daya masing-masing Negara. Karena dalam kovenan ICESCR terdapat beberapa aturan yang mengharuskan Negara memberikan alokasi khusus dengan jumlah besar untuk mendukung tercapainya hak-hak masyarakat yang tercantum dalam kovenan tersebut. ICCPR mempunyai dua protocol tambahan, pertama adalah Optional Protocol to the International Covenant on Civil and Political Rights. Protokol ini memberikan komite HAM

PBB sebuah kompetensi atas mekanisme komplain individu atau kelompok yang merasa hak-hak mereka yang telah terjamin dalam ICCPR telah dilanggar. Protokol kedua adalah Second Optional Protocol to the International Covenant on Civil and Political Rights, aiming at the abolition of the death penalty (protocol opsional kedua yang bertujuan untuk penghapusan hukuman mati). Hak-hak dalam ICCPR diklasifikasikan atas dua jenis, yang pertama adalah hak-hak nonderogable, artinya hak-hak yang dalam pelaksanaannya bersifat absolut atau tidak dapat dikurangi oleh Negara dalam kondisi apapun. Yang termasuk dalam hak-hak ini adalah i) hak atas hidup (rights to life); (ii) hak bebas dari penyiksaan (rights to be free from torture); (iii) hak bebas dari perbudakan (rights to be free from slavery); (iv) hak bebas dari penahanan karena gagal memenuhi perjanjian (utang); (v) hak bebas dari pemidanaan yang berlaku surut; (vi) hak sebagai subjek hukum; dan (vii) hak atas kebebasan berpikir. Sedangkan yang termasuk dalam hak-hak derogable adalah hak-hak yang dapat dibatasi pemenuhannya oleh Negara apabila dalam pelaksanaannya, warga suatu Negara cenderung mengancam keamanan nasional, ketertiban umum, dan kesehatan atau moralitas umum, serta cenderung tidak menghormati hak dan kebebasan orang lain. Hak-hak dalam ICCPR yang termasuk derogable adalah (i)hak atas kebebasan berkumpul secara damai; (ii) hak atas kebebasan berserikat, termasuk membentuk

dan menjadi anggota serikat buruh; dan (iii) hak atas kebebasan menyatakan pendapat atau berekpresi, termasuk kebebasan mencari, menerima dan memberikan informasi dan segala macam gagasan tanpa memperhatikan batas (baik melalui lisan atau tulisan). Dalam kovenan ICCPR, diwajibkan bagi Negara untuk menjaga semua hak-hak yang terdapat di dalam kovenan ini, tanpa mendiskriminasikan golongan tertentu, baik dengan penggolongan ras, gender, warna kulit, bahasa, agama, maupun secara politik. Hal ini tercantum dalam kovenan ICCPR pasal 2 ayat 1. Kovenan kedua, ICESCR, berlaku lebih lambat dari kovenan ICCPR, yaitu pada 3 Januari 1976. Hak-hak warga Negara dalam hal ekonomi, sosial, dan budaya diatur dalam kovenan ini. Hak-hak yang terdapat di kovenan ini bersifat positif, yaitu dalam pelaksanaannya diperlukan intervensi aktif Negara. Yang menjadi fokus dalam kovenan ini selain menciptakan masyarakat yang terlindungi hak-haknya dalam hal ekonomi, sosial, dan budaya, juga untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Hak-hak ekonomi yang terdapat dalam kovenan ICESCR

ini adalah Hak atas pekerjaan, dan Hak-hak buruh. Hak-hak tersebut antara lain meliputi sistem gaji yang layak, proses promosi jabatan yang adil, dan pembatasan jam kerja yang wajar. Hakhak sosial dalam kovenan ini adalah Hak untuk mendapatkan standar kehidupan yang layak, Hak atas keluarga, ibu dan anak-anak, serta Hak atas kesehatan fisik dan mental (pasal 12). Hak-hak sosial meliputi standar hidup yang layak dalam hal pangan, sandang, dan papan, serta perlindungan untuk masyarakat suatu Negara dari ancaman kelaparan. Yang termasuk Hak-hak budaya dalam ICESCR adalah Hak atas pendidikan, dan Hak atas kehidupan budaya dan ilmu pengetahuan. Hak-hak budaya meliputi secara khusus adalah kewajiban bagi Negara untuk menyediakan pendidikan dasar bagi semua warga Negara dan diselenggarakan secara CumaCuma, serta perlindungan terhadap budaya dan hasil-hasil seni dan sastra yang dihasilkan dari budaya tersebut. Menurut saya adanya kovenan ini sebagai dasar dari perlindungan HAM secara global merupakan sebuah kebutuhan yang akhirnya terpenuhi. Sebagai acuan dasar dari pelaksanaan perlindungan HAM terhadap masyarakat dunia, seharusnya semua Negara baik anggota PBB atau bukan turut meratifikasi kovenan ini dan turut menyelenggarakan kehidupan bernegara yang bersih dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Meskipun cara penyelenggaraan berbeda bagi kovenan ICCPR dan ICESCR, kedua kovenan tersebut berisi satu kesatuan yang saling mempengaruhi satu sama lainnya. Kekurangan kovenan ini menurut saya terletak pada kovenan ICESCR yang dalam pengelolaan sumber daya suatu Negara, terdapat anggapan bahwa diharuskan pengelolaan dilakukan secara optimal dan diprioritaskan menjalin hubungan kemitraan dengan Negara lain. Hal ini seolah melegitimasi keunggulan Negara yang maju dan cenderung mengarahkan Negara-negara berkembang untuk bergantung pada Negara-negara yang lebih maju.

Sumber Bacaan :

http://www.elsam.or.id/pdf/kursusham/Konvensi_SIPOL.pdf http://www.komnasperempuan.or.id/wp-content/uploads/2009/07/UU-No-12-Thn-2005-ttgRatifikasi-ICCPR.pdf http://www.kontras.org/baru/Kovenan%20Ekosob.pdf

Anda mungkin juga menyukai