Pendahuluan
1. Latar Belakang
1
Bagir Manan, Pertumbuhan dan Perkembangan Konstitusi Suatu Negara, (Yogyakarta: Pusat Studi Hukum (PSH)
Fakultas Hukum UII). hal 32
2
K.C. Wheare, 1966, Modern Constitutions, (London : Oxford University Press), hal. 14-16
tidak memiliki kekuatan hukum lagi, melainkan sekedar menjadi dokumen
historis, dan hasil perubahan teks konstitusi yang memiliki kekuatan hukum
konstitusi dalam suatu negara dengan konstitusi yang lain, seperti UUD
referendum.
negara serikat, yaitu usulan dapat berasal dari parlemen federal atau
3
Sri Soemantri, 1987, Prosedur dan Sistem Perubahan Konstitusi, (Bandung : Penerbit Alumni), hal. 133-134.
parlemen dibubarkan terlebih dahulu kemudian dilaksanakan pemilihan
negara.4
Di sisi lain, Hans Kelsen mengartikan konstitusi sebagai “…the highest level
within national law… the constitution in the material sense consists of those
rules wich regulate the creation of the general legal norms, in particular the
4
Moh.Mahfud, Dasar Dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia, (Bandung: Rineka Cipta), Edisi Revisi, hal. 72.
5
Hans Kelsen, 1961, General Theory of Law and State, (New York: Russel and Russel), hal 114.
atau diberlakukan, peraturan-peraturan itu tidak boleh bertentangan dengan
2. Rumusan Masalah
suasana politik dan ideologi yang dibawa oleh setiap periode kepala negara,
yang akan dibentuknya selama periode menjabat. Maka dari itu, penulis
perundang-undangan?
Seperti yang sudah dijelaskan pada latar belakang, secara umum, perubahan
konstitusi yang lama, namun ia sudah tidak memiliki kekuatan hukum lagi,
6
Satya Arinanto, 2001, Politik Hukum 3, (Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia),
Edisi Pertama, hal. 16.
7
Sri Soemantri, Op. Cit., hal. 133
konstitusi yang memiliki kekuatan hukum ditempatkan sebagai “lampiran”
dengan konstitusi yang lain, seperti UUD 1945 diganti dengan UUDS
Model amandemen elitis tersebut harus diakui memiliki satu kelemahan yaitu
menggunakan istilah Colhoun, konstitusi tidak lebih dari sebuah produk tawar
dirinya sendiri”.
masyarakat dan juga harus bersifat aspiratif yang bersumber dari keinginan
9
Philippe Nonet and Philip Selznick, 1978, Law and Society in Transition: Toward Responseve Law (New York:
Harper & Row) hal. 69 – 113
10
Krisna Harahap, 2004, Konstitusi Republik Indonesia Sejak Proklamasi Hingga Reformasi, (Jakarta : Grafitri Budi
Utami), terutama bab Konstitusi Memasuki Era Reformasi, hal. 152-162, dan Hasil Kerja Komisi Konstitusi, hal. 163
secara komprehensif terhadap UUD 1945 hasil amandemen, bukan ikut
Komisi Konstitusi sebatas hanya “hasil kajian” dan ternyata tidak memiliki
konstitusi.
yang dibentuk melalui organisasi bentukan jepang yaitu BPUPKI dan berlaku
sejak tanggal 18 Agustus 1945, yang kemudian disebut UUD1945. UUD 1945
sebagai UUD sementara yang menurut istilah Bung Karno sendiri merupakan
diganti dengan yang baru apabila negara merdeka sudah berdiri dan keadaan
ketentuan asli aturan tambahan pasal II UUD 1945 yang berbunyi “dalam
UUD Negara Republik Indonesia yang bersifat tetap barulah akan ada
1945 diubah pertama kali pada tahun 1999, MPR yang ada berdasarkan UUD
1945 belum pernah sekalipun menetapkan UUD 1945 sebagai UUD Negara
Republik Indonesia.
Haag. Konperensi ini dihadiri oleh wakil-wakil dari Republik Indonesia dan
Konstitusi RIS yang disusun dalam rangka Konperensi Meja Bundar di Den
Haag pada tahun 1949 itu, pada pokoknya juga dimaksudkan sebagai UUD
menetapkan UUD itu tidaklah representatif. Karena itu, dalam Pasal 186
Indonesia Serikat. Dari ketentuan Pasal 186 ini, jelas sekali artinya bahwa
Konstitusi RIS 1949 yang ditetapkan di Den Haag itu hanyalah bersifat
sementara saja.
dinilai jauh lebih cocok untuk diterapkan daripada bentuk negara federal.
Karena itu, bentuk negara federal RIS ini tidak bertahan lama. Dalam rangka
dalam satu naskah persetujuan bersama pada tanggal 19 Mei 1950, yang
Dekrit 5 Juli 1959 sampai sekarang, UUD 1945 terus berlaku dan
sakralisasi yang irrasional selama kurun masa Orde Baru itu. UUD 1945 tidak
1945 itu jelas merupakan UUD yang masih bersifat sementara dan belum
satunya kesempatan untuk menerapkan UUD 1945 itu secara relatif lebih
murni dan konsekuen hanyalah di masa Orde baru selama 32 tahun. Itupun
rasional. Itulah akibat dari diterapkannya UUD 1945 secara murni dan
konsekuen.
Perubahan UUD 1945 merupakan salah satu tuntutan yang paling mendasar
dari gerakan reformasi yang berujung pada runtuhnya kekuasaan Orde Baru
pada tahun 1998. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat tidak lagi melihat
adalah suatu hal yang pasti. Kelemahan dan ketidaksempurnaan UUD 1945
bahkan telah dinyatakan oleh Soekarno pada rapat pertama PPKI tanggal 18
Agustus 1945.
Perubahan UUD 1945 kemudian dilakukan secara bertahap dan menjadi
salah satu agenda Sidang Tahunan MPR dari tahun 1999 hingga perubahan
Perubahan pertama pada tahun 1999, Perubahan kedua pada tahun 2000,
perubahan ketiga pada tahun 2001, dan perubahan keempat pada tahun
2002. Dalam empat kali perubahan itu, materi UUD 1945 yang asli telah
terjadi atas UUD 1945 telah menjadikan konstitusi proklamasi itu menjadi
Sejak Dekrit Presiden ini, UUD 1945 terus menjadi hukum dasar. Sifatnya
masih sebagai UUD sementara, namun pada masa Orde Baru, konsolidasi
proses sakralisai yang irasional semasa rezim Orde Baru. UUD 1945 tidak
1945 jelas merupakan UUD yang sementara dan belum pernah dipergunakan
1945 antara lain karena pada masa Orde Baru, kekuasaan tertinggi di tangan
ketentuan konstitusi.
presidensiil.
Pada akhirnya, Indonesia memakai UUD 1945 sebagai konstitusi nya karena
sesuai dengan makna Pancasila sebagai ideologi terbuka yang hanya dapat
oleh Adnan Buyung Nasution, Bambang Widjojanto dan Todung Mulya Lubis.
oleh UUD 1945 melalui pikiran- pikiran Soepomo sebagai perumusnya ialah
negara yang bersifat feodal, otoriter, dan bahkan fasistis. Jika UUD 1945
intra dan antar lembaga tinggi dan tertinggi negara. Dari titik inilah dapat
Dalam pandangan Todung, MA harus memiliki hak uji materiil atas semua
produk perundang-undangan sehingga MA bisa membatalkan semua
Dengan adanya hak uji materiil di tangan MA, para pembuat undang-undang
hati.11
design baru format kenegaraan sebagai berikut. Pertama, Presiden dan Wakil
Presiden dipilih melalui pemilu secara langsung oleh rakyat (direct popular
menurut konstitusi UUD 1945. Hal ini terlihat dari adanya pembagian tugas
adanya kamar baru yaitu DPD sebagai representasi dari wakil-wakil daerah
tahun, dan hanya dapat diberhentikan oleh MPR dalam kondisi tertentu saja
11
Ellydar Chaidir, 2007, Hukum dan Teori Konstitusi (Yogyakarta: Kreasi Total Media Yogyakarta), hal.69.
Demikian pula Presiden dilarang untuk membekukan dan/atau membubarkan
DPR.
reformasi hukum adalah suatu condition sine qua non bagi bangsa Indonesia
hanya dipergunakan sebagai alat untuk mengatur rakyat belaka, dan jarang
dijadikan acuan bagi diri sendiri oleh pemerintah. Hal inilah yang pertama-
tama harus disadari oleh semua pihak, agar dapat mencapai kondisi
kenegaraan yang mapan dan rakyat yang sejahtera, yakni bahwa hukum
hukum yang mencakup baik substansi hukum, aparat hukum dan juga
yang lain tidak akan mencapai sasaran yang dituju. Unsur di atas merupakan
derivasi dari konsep system hukum yang bersifat sosiologis yang diajukan
oleh Lawrwnce Friedman, yang intinya memuat tiga komponen, yaitu :12
bentuk hukum dan proses serta kinerja mereka. Contoh klasik adalah
apabila perilaku semacam ini telah terpola dan dilakukan berulang kali,
sukar untuk mengingkari kenyataan yang pahit ini. Mencari siapa yang
kegiatan ekonomi, fenomenon ini sangat dilandasi pada adanya the law of
supply and demand; tanpa adanya kedua factor ini tidak mungkin terjadi
hal demikian.
12
Lawrence M. Friedman, 1998, “American Law”, (London: W.W. Norton & Company), hal. 7.
dan tegas, mau tidak mau secara perlahan-lahan masyarakat juga akan
mereka.
Selain itu ia dapat berpikir bukan hanya untuk dirinya sendiri dan
dilakukan untuk nasionalisasi ketentuan yang ada, dan ini bukan kegiatan
yang sederhana. Namun terlepas dari program ini, masih cukup banyak
rakyat.
kepentingan rakyat.
hukum.
pada proses rekrutmen, dan kemudian dibentuk lebih lanjut dalam proses
domokratis. Berkaitan dengan hal ini perlu pula dipikirkan prosedur yang
Bagi mereka yang menunjukkan kinerja yang baik dan produk yang
bersalah dan harus mendapat sanksi atas perilakunya, akan tetapi juga
lanjut.