Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS PERKEMBANGAN KONSTITUSI NEGARA REPUBLIK

INDONESIA

A. Pengertian Konstitusi
Konstitusi berasal dari bahasa Latin “cume” dan “statuere”. Cume breerarti “bersama
dengan…”, sedangkan Statuere berasal dari “sta” (yang membentuk) dan Stare (berdiri).
Berarti Konstitusi diartikan sebagai membuat sesuatu agar berdiri atau
mendirikan/menetapkan. Jadi “Constitutio” (bentuk tunggal) berarti menetapkan sesuatu
secara bersama -sama. Dan “Constitutiones” (jamak) berati segala sesuatu yang telah
ditetapkan. Dalam bahas Perancis “constituer” berarti membentuk (Pembentukan suatu
negara atau menyusun dan menyatakan suatu negara). Sedangkan dari bahasa Inggris
“constitution” bisa diartikan sama dengan UUD atau Grondwet (bhs Belanda) bisa dalam arti
yang lebih luas, karena meliputi semua peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis
yang mengikat cara-cara bagaimana pemerintahan diselenggarakan dalam masyarakat.
Adapun pengertian dari beberapa ahli, sebagai berikut :
1. L.J.Van Apeldorn : UUD atau Grondwet adalah bagian tertulis dari Konstitusi.
2. Oliver Cromwell : UUD sebagai “Instrument of Government” atau pegangan untuk
memerintah.
3. Sri Sumantri : Konstitusi sama dengan UUD.
4. E.C.S. Wade : UUD adalah naskah yang memaparkan rangka dan tugas pokok dari badan
pemerintahan suatu negara dan menentukan cara kerjanya.
5. F. Lassalle dalam bukunya yang lain mengartikan Konstitusi : 1. Pengertian Soisologis atau
politis (sintesa faktor yang nyata dalam masyarakat, seperti Raja, Parlemen, kabinet,
Kelompok Penekan, Partai Politik, dll). 2. Pengetian Yuridis (suatu naskah yang memuat
semua bangunan negara dan sendi-sendi pemerintahan.
6. K.C. Wheare (1958) istilah Konstitusi diartikan sekumpulan prinsip fundamental
pemerintahan yang baru mulai digunakan ketika Amerika mendeklarasikan konstitusinya
tahun 1787.
7. Thomas Paine (1972) berpendapat bahwa sebuah konstitusi bukanlah tindakan suatu
pemerintah tetapi tindakan rakyat yang membentuk sebuah pemerintahan, dan pemerintahan
tanpa konstitusi adalah kekuasaan tanpa hak.
8. SF. Finer, Vernon Bogdanor, & Bernard Rudden (1995) Konstitusi adalah seperangkat
norma yang bertujuan mengatur pembagian fungsi –fungsi kekuasaan serta tugas-tugas
diantara berbagai agen-agen dan kantor-kantor pemerintah, serta membatasi hubungan antar
agen dan kantor itu dengan masyarakat.
Konstitusi dapat diartikan sebagai sekelompok ketentuan yang mengatur organisasi
Negara dan susunan pemerintahan suatu Negara. A.V Dicey membedakan antara ketentuan
konstitusi yang mempunyai sifat hukum dan tidak mempunyai sifat hukum. Pembedaan ini
didasarkan pada kriteria apakah pengadilan berwenang memaksakan penataanya dan/atau
mengambil tindakan hukum bagi yang tidak taat. Dilihat dari wujudnya, konstitusi dapat
dibedakan antara konstitusi tertulis dan konstitusi tidak tertulis. Konstitusi tertulis dapat
dibedakan antara yang tertulis dalam satu dokumen khusus atau dalam beberapa dokumen
yang saling terkait satu sama lain dan yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan
lain. Konstitusi tertulis yang tersusun dalam satu dokumen khusus misalnya UUD 1945, atau
UUD Amerika Serikat 1787. Sedangkan konstitusi tertulis yang tedapat dalam beberapa
dokumen misalnya Undang Undang (UU), atau di Inggris kaidah-kaidah Konstitusi
tertulisnya, terdapat dalam undang-undang biasa (ordinary law atau statuate). Sedangkan
Konstitusi tidak tertulis dapat dibedakan dalam tiga golongan. Pertama, ketentuan konstitusi
terdapat dalam kaidah-kaidah hukum adat sebagai jukum yang tidak tertulis. Kedua,
ketentuan –ketentuan konstitusi yang terdapat dalam konvensi atau kebiasaan ketatanegaraan.
Ketentuan untuk taat pada konvensi didasarkan kepada pertimbangan –pertimbangan politik
dan moral. Ketiga, adalah ketentuan adat istiadat. Sedangkan menurut sifatnya Kostitusi
dapat klasifikasikan menjadi dua, yaitu Konstitusi Fleksibel dan Konstitusi Kaku. Yang
dimaksud konstitusi fleksibel adalh konstitusi yang dapat dirubah tanpa prosedur khusus, dan
sebaliknya konstitusi kaku adalah konstitusi yang mensyaratkan prosedur khusus untuk
merubahnya.
a) Adapun fungsi dan tujuan konstitusi
Tujuan konstitusi adalah membatasi tindakan sewenang-wenang pemerintah,
menjamin hak-hak rakyatbyang diperintah, dan menetapkan pelaksanaan kekuasaan yang
berdaulat. Menurut Bagir Manan, hakikat dari konstitusi merupakan perwujudan paham
tentang konstitusi atau konstitualisme, yaitu pembatasan terhadap kekuasaan pemerintah di
satu pihak dan jaminan terhadap hak-hak warga negara maupun setiap penduduk di pihak
lain.
Adapun menurut Sri Soemantri, dengan mengutip pendapat Steenbeck, menyatakan
bahwa terdapat tiga materi muatan pokok dalam konstitusi, yaitu : (1) jaminan hak-hak asasi
manusia; (2) susunan ketatanegaraan yang bersifat mendasar; dan (3) pembagian dan
pembatasan kekuasaan.
Dalam paham konstitusi demokratis dijelaskan bahwa isi konstitusi meliputi:
1. Anatomi kekuasaan (kekuasaan politik) tunduk pada hukum
2. Jaminan dan perlindungan hak-hak asasi manusia
3. Peradilan yang bebas dan mandiri
4. Pertanggung jawaban kepada rakyat (akuntabilitas publik) sebagai sendi utama dari asas
kedaulatan rakyat

b) Adapun sifat-sifat dari konstitusi yaitu :


1. Konstitusi formal dan materiil
Adanya kesalah pahaman dalam cara pandang banyak orang mengenai konstitusi yang
sering diidentikkan dengan undang-undang dasar. Penyebab kesalahan tersebut ialah adanya
pengaruh paham kodivikasi yang menghendaki semua peraturan dibuat dalam bentuk tertulis
dengan maksud untuk mencapai kesatuan hukum, kesederhanaan hukum, dan kepastian
hukum. Pengertian undang-undang dasar dihubungkan dengan pengertian konstitusi
merupakan sebagian dari pengertian konstitusi yang ditulis (die geschrieben verfassung),
dalam arti inilah konstitusi bersifat yuridis atau rechtsverfassung, yaitu sebagai undang-
undang dasar atau grundgesetz. Sementara itu konstitusi dalam arti luas tidak hanya bersifat
yuridis semata tetapi bersifat sosiologis dan politis yang tidak disebut sebagai undang-undang
dasar namun termasuk dalam pengertian konstitusi. Setiap rechtsverfassung memiliki dua
syarat. Syarat pertama mengenai bentuknya yang berupa naskah tertulis sebagai undang-
undang yang tertinggi dan berlaku di negara tersebut, syarat kedua isinya berupa peraturan
fundamental.
1. Luwes (fleksibel) atau kaku (rigid)
Ukuran yang dipakai oleh para ahli dalam menentukan apakah suatu undang-undang
dasar bersifat luwes atau kaku, ialah:
1) Apakah terhadap naskah konstitusi itu dimungkinkan dilakukan perubahan, dan apakah cara
mengubahnya cukup mudah atau sulit?
2) Apakah naskah konstitusi tersebut mudah atau tidak mudah berubah sesuai perkembangan
serta kebutuhan masyarakat?
3) Untuk undang-undang dasar yang tergolong fleksibel perubahannya kadang-kadang hanya
dengan the ordinary legislative process, sementara undang-undang dasar yang dikenal
kaku/rigid prosedur perubahannya dapat dilakukan antara lain:
1. Oleh lembaga legislative tetapi dengan pembatasan-pembatasan tertentu
2. Oleh rakyat secara langsung melalui referendum
3. Oleh utusan negara-negara bagian
4. Dengan kebiasaan ketatanegaraan atau oleh suatu lembaga negara yang khusus dibentuk
hanya untuk keperluan perubahan.
Harus diketahui pula bahwa menentukan suatu undang-undang apakah termasuk
luwes atau rigid sebenanrnya tidak cukup hanya melihat dari segi cara merubahnya. Dapat
saja dikatakan bahwa suatu uud bersifat rigid tetapi dapat diubah tanpa melalui prosedur yang
ditentukan oleh undang-undang dasar tersebut, melainkan dapat dirubah diluar prosedur
seperti melalui revolusi atau constitutional convention. Jikalau undang-undang dasar tersebut
mudah mengikuti zaman maka undang-undang dasar tersebut bersifat fleksibel. Namun jika
undang-undang tersebut tidak mudah mengikuti zaman maka sifat daripada undang-undang
tersebut ialah rigid.
B. Perubahan Konstitusi
Dalam sistem ketatanegaraan modern, ada dua model perubahan konstitusi, yaitu
renewal (pembaharuan). Renewal adalah sistem perubahan konstitusi dengan model
perubahan konstitusi secara keseluruhan, sehingga yang diberlakukan adalah konstitusi yang
baru secara keseluruhan. Dan amandemenadalah perubahan konstitusi apabila suatu
konstitusi diubah, konstitusi yang asli tetap berlaku. Perubahan pada model amandemen tidak
terjadi secara keseluruhan bagian dalam konstitusi asli sehingga hasil amandemen tersebut
merupakan bagian atau lampiran yang menyertai konstitusi awal.
Menurut Budiardjo, ada empat macam prosedur dalam perubahan konstitusi baik
dalam model renewal (pembaharuan) dan amandemen, yaitu :
1. Sidang badan legislatif dengan ditambah beberapa syarat, misalnya dapat ditetapkan kuorum
untuk sidang yang membicarakan usul perubahan Undang-Undang Dasar dan jumlah
minuman anggota badan legislatif atau menerimanya.
2. Referendum, pengambilan keputusan dengan cara menerima atau menolak usulan perubahan
undang-undang.
3. Negara-negara bagian dalam negara federal (misalnya, Amerika Serikat, tiga perempat dari
50 negara-negara bagian harus menyetujui).
4. Perubahan yang dilakukan dalam suatu konvensi atau dilakukan oleh suatu lembaga khusus
yang dibentuk hanya untuk keperlun perubahan.
Dalam sejarah konstitusi Indonesia telah terjadi beberapa kali perubahan atas UUD
NRIT 1945. Sejak Proklmasi 1945., telah terjadi perubahan-perubahan atas UUD negara
Indonesia, yaitu:
1. Undang – Undang Dasar 1945 (18 agustus 1945 – 27 Desember 1949).
2. Konstitusi Republik Indonesia Serikat (27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950).
3. Undang – Undang Dasar Sementara Republik Indonesia 1950 (17 Agustus 1950 – 5 Juli
1959).
4. Undang – Undang Dasar 1945 (5 Juli 1959 – 19 Oktober 1999).
5. Undang – Undang Dasar NRIT 1945 dan Perubahan I (19 Oktober 1999 – 18 agustus 2000).
6. Undang – Undang Dasar NRIT 1945 dan Perubahan I dan II (18 Agustus 2000 – 9 November
2001).
7. Undang – Undang Dasar NRIT dan Perubahan I, II, dan III ( 9 November 2001 – 10 agustus
2002).
8. Undang – Undang Dasar NRIT 1945 dan Perubahan I, II, III dan IV (10 agustus 2002).

C. Perkembangan Konstitusi
Sebagai negara hukum, Indonesia memiliki konstitusi yang dikenal dengan Undang –
Undang Dasar (UUD) 1945. Undang – Undang Dasar 1945 dirancang sejak 29 mei 1945
sampai 16 Juli 1945 oleh Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUKI) atau dalam bahasa Jepang dikenal dengan Dokuritsu Zyumbi Tyoosakai yang
beranggotakan 62 orang, diketahui Mr. Radjiman Wedyodiningrat. Tugas pokok badan ini
adalah menyusun rancangan Undang-Undang Dasar.
Undang-undang Dasar atau Konstitusi Negara Republik Indonesia disahkan dan
ditetapkan oeh PPKI pada hari Sabtu 18 agustus 1945. Dengan demikian, sejak itu Indonesia
telah menjadi suatu negara modern karena telah memiliki suatu sistem ketatanegaraan, yaitu
Undang-Undang Dasar atau Konstitusi Negara yang memuat tata kerja konstitusi modern.
Dalam perjalanan sejarah konstitusi Indonesia telah mengalami beberapa kali
pergantian baik nama maupun substansi materi yang dikandungnya. Perjalanan sejarah
konstitusi Indonesia antara lain:
1. Undang-Undang Dasar 1945 yang masa berlakunya sejak 18 Agustus 1945 – 27 Desember
1949.
Dalam kurun waktu 1945-1950, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya
karena Indonesia sedang disibukkan dengan perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
Maklumat Wakil Presiden Nomor X pada tanggal 16 Oktober 1945 memutuskan bahwa
KNIP diserahi kekuasaan legislatif, karena MPR dan DPR belum terbentuk. Tanggal 14
November 1945 dibentuk Kabinet Semi-Presidensiel (“Semi-Parlementer”) yang pertama,
sehingga peristiwa ini merupakan perubahan sistem pemerintahan agar dianggap lebih
demokratis.
2. Konstitusi Republik Indonesia Serikat – lazim dikenal dengan sebutan konstitusi RIS dengan
masa berlakunya 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950.
Pada masa ini sistem pemerintahan indonesia adalah parlementer. Bentuk
pemerintahan dan bentuk negaranya federasi yaitu negara yang didalamnya terdiri dari
negara-negara bagian yang masing masing negara bagian memiliki kedaulatan sendiri untuk
mengurus urusan dalam negerinya. Namun karena tidak sesuai dengan jati diri bangsa serta
mencuat issu disintegrasi, maka kemudian Indonesia berganti bentuk lagi menjadi Negara
kesatuan Republik.
3. Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) Republik Indonesia 1950 yang masa berlakunya
sejak 17 Agustus 1950 – 5 juli 1959.
Perubahan bentuk Negara secara otomatis juga membuat perubahan dalam
konstitusinya. Mulai Pada tanggal 17 Agustus 1950 Konstitusi Indonesia berubah menjadi
Undang-Undang Sementara Republik Indonesia. Pada periode UUDS 50 ini diberlakukan
sistem Demokrasi Parlementer yang sering disebut Demokrasi Liberal. Pada periode ini pula
kabinet selalu silih berganti, akibatnya pembangunan tidak berjalan lancar, masing-masing
partai lebih memperhatikan kepentingan partai atau golongannya. Setelah negara RI dengan
UUDS 1950 dan sistem Demokrasi Liberal yang dialami rakyat Indonesia selama hampir 9
tahun, maka rakyat Indonesia sadar bahwa UUDS 1950 dengan sistem Demokrasi Liberal
tidak cocok, karena tidak sesuai dengan jiwa Pancasila dan UUD 1945. Akhirnya Presiden
menganggap bahwa keadaan ketatanegaraan Indonesia membahayakan persatuan dan
kesatuan bangsa dan negara serta merintangi pembangunan semesta berencana untuk
mencapai masyarakat adil dan makmur; sehingga pada tanggal 5 Juli 1959 mengumumkan
dekrit mengenai pembubaran Konstituante dan berlakunya kembali UUD 1945 serta tidak
berlakunya UUDS 1950.
4. Undang-Undang Dasar 1945 yang merupakan pemberlakuan kembali konstitusi pertama
Indonesia dengan masa berlakunya sejak Dekrit Presiden 5 Juli 1959 sekarang.
Karena situasi politik pada Sidang Konstituante 1959 dimana banyak saling tarik ulur
kepentingan partai politik sehingga gagal menghasilkan UUD baru, maka pada tanggal 5 Juli
1959, Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang salah satu isinya
memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai undang-undang dasar, menggantikan Undang-
Undang Dasar Sementara 1950 yang berlaku pada waktu itu.
D. Analisis Perkembangan Konstitusi
Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa Konstitusi merupakan kumpulan kaidah
tentang pembagian tugas dan wewenang yang menyangkut hak asasi manusia dari sistem
politik dengan memberikan batasan kekuasaan kepada penguasa. Konstitusi sendiri bertujuan
untuk membatasi tindakan sewenang-wenang pemerintah, menjamin hak-hak rakyat yang
diperintah, dan menetapkan pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat. dalam isi konstitusi
terdapat anatomi kekuasaan, jaminan dan perlindungan hak-hak asasi manusia, peradilan
yang bebas dan mandiri, dan pertanggungjawaban kepada rakyat. Konstitusi sebagai
pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, maka konstitusi memiliki kaitaan yang
cukup erat dengan penyelenggaraan pemerintahan dalam sebuah negara. Konstitusi
merupakan media bagi terciptanya kehidupan yang demokratis bagi seluruh warga negara.
Dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, sebelum perubahan UUD 1945 alat-alat
kelegkapan negara dalam UUD 1945 adalah Lembaga Kepresidenan, MPR, DPA, DPR,
BPK, dan Kehakiman. Setelah amandemen secara keseluruhan terhadap UUD 1945, alat
kelengkapan negara yang disebut dengan lembaga tinggi negara MPR, DPR, DPD, Presiden,
MA, MK, KY dan BPK.
Di Indonesia telah terjadi beberapa kali perubahan, perubahan konstitusi merupakan
tugas dari MPR yang beranggotakan DPR dan DPD yang bertugas untuk mrngubah dan
menetapkan Undang-Undang. Setelah rancangan undang-undang selesai maka undang-
undang tersebut diuji oleh MK, ketika MK setuju dengan undang-undang tersebut maka RUU
diubah dan disahkan menjadi UU, jikalau MK tidak setuju maka MPR harus merubah atau
merevisi kembali rancangan undang-undang tersebut.

Anda mungkin juga menyukai