Nim : 12020723107
Kelas : Ilmu Hukum F/Semester 4
Tugas Rangkuman Negara Hukum dan Demokrasi
Konstitusi
Konstitusi merupakan hukum yang lebih tinggi atau bahkan paling tinggi serta
paling fundamental sifatnya, karena kosntitusi itu sendiri merupakan sumber
legitimasi atau landasan otorisasi bentuk-bentuk hukum atau peraturan perundang-
undangan lainnya. 1
Konstitusi negara, yang biasanya disebut sebagai “hukum fundamental”
negara, merupakan dasar dari tatanan hukum nasional. Konsep konstitusi menurut
tinjauan teori hukum, memang tidak sama dengan konsep konstitusi menurut tinjauan
teori politik. Konstitusi menurut pengertian hukum adalah apa yang sebelumnya kita
sebut konstitusi dalam pengertian materialnya, yang meliputi norma-norma yang
mengatur proses pembentukan undang-undang. Seperti digunakan dalam teori politik,
konsep konstitusi mencakup juga norma-norma yang mengatur pembentukan dan
kompetensi dari organ-organ eksekutif dan yudikatif tertinggi.2
James Bryce mendefinisikan. konstitusi sebagai "suatu kerangka
masyarakat_politik (negara) yang diorganusir dengan dan melalui hukum, Dengan
kata lain hukum menetapkan adanya lembaga-lembaga permanen dengan fungst vang
telah diakui dan hak-hak yang telah ditetapkan." Konsttusi dapat pula dikatakan
sebagai kumpulan prinsip-prinsip yang mengatur kekuasaan pemerintahan. hak-hak
pihak vang diperintah (rakyat), dan hubungan di antara keduanya. Konstitusi bisa
berupa sebuah catatan tertulis; konstitusi dapat ditemukan dalam bentuk dokumen
yang bisa diubah atau diamandemen menurut kebutuhan dan perkembangan zaman;
atau konstitusi dapat juga berwujud sekumpulan hukum terpisah dan memiliki
otoritas khusus sebagai hukum konstitusi. Atau, bisa pula dasar-dasar konstitusi
tersebut ditetapkan dalam satu atau dua undang-undang dasar sedangkan selebihnya
bergantung pada otoritas kekuatan adat-istiadat atau kebiasaan.3
1
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi & Konstitusionalisme Indonesia, Sinar Grafika : Jakarta Timur, 2018,
hlm.19
2
Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, Nusa Media : Bandung, 2018, hlm 365
3
C.F.Strong, Konstitusi-Konstitusi Politik Modern, Nusa Media : Bandung, 2010, hlm 14
Perbedaan Konstitusi Dengan Undang-Undang Dasar
Belajar dari kekurangan sistem demokrasi politik di berbagai negara di dunia,
yang menjadikan Undang-Undang Dasar hanya sebagai konstitusi politik, di samping
juga berisi dasar-dasar pikiran mengenai demokrasi ekonomi dan demokrasi sosial.
Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar ini dapat disebut sebagai konstitusi politik,
konstitusi ekonomi dan sekaligus konstitusi sosial yang mencerminkan cita-cita
kolektif bangsa baik di bidang politik dan ekonomi maupun sosial-budaya, dengan
tetap memelihara tingkat abstraksi perumusannya sebagai hukum dasar. 4
Dikatakan oleh Ivor Jennings dalam bukunya, Cabinet Government,bahwa
perbedaan antara undang-undang dengan konvensi bukanlah hal yang penting dan
mendasar, karena betapa pun lengkapnya suatu konstitusi tertulis, perkembangan
modifikasi adat-istiadat dan konvensi membutuhkan waktu bertahun-tahun, terlepas
dari segala undang-undang positif yang diputuskan untuk meng-amandemennya.
Lebih jauh lagi, tambah Jennings, suatu konstitusi selalu bergantung pada
persetujuan, baik yang ditetapkan melalui referendum atau dengan persetujuan secara
tertutup atau bahkan dengan cara pemaksaan. Jika masyarakat yang, diperintah
berpendapat konstitusi tersebut menyengsarakan, maka konstitusi tersebut akan
ditolak. Jennings melanjutkan, jika seorang, Louis Napoleon, Mussolini atau Hitler
beranggapan dapat menyebab-kan atau memaksakan suatu perubahan persetujuan
rakyat atas konstitusi, maka orang-orang semacam itu tanpa ragu lagi akan mengganti
konstitusi sebab konstitusi diberlakukan sebagai hiukum. Namun apa pun bentuknya,
sebuah konstitusi sejati mencantum-kan keterangan-keterangan jelas mengenai hal-
hal berikut: pertama, cara pengaturan berbagai jenis institusi; kedua, jenis kekuasaan
yang dipercayakan kepada institusi-institusi tersebut; dan ketiga,dengan cara
bagaimana kekuasaan tersebut dilaksanakan5
4
Jimly Asshiddiqie,Op.Cit, hlm. 29-31
5
C.F.Strong,Op.Cit. hlm 15
konstitusi dokumen bukanlah konstitusi kaku. Jadi, apa yang kemudian menjadikan
suatu konstitusi bersifat fleksibel atau kaku? Seluruh dasar pembedaan ini terletak
pada apakah proses pembuatan-hukum konstitusional sama atau tidak dengan proses
pembuatan-hukum biasa. Konstutusi yang dapat diubah atau diamandemen tanpa
adanya prosedur khusus dinyatakan sebagai konstitusi fleksibel. Konstitusi yang
mempersyaratkan prosedur khusus untuk perubahan atau amandemennya merupakan
konstitusi yang kaku.6
f. Undang-Undang Hak.
Kebebasan atau hak warga negara merupakan bagian khas dari konstitusi-
konstitusi modern. Salah satu contoh dari"Undang-undang Hak" adalah yang
terkandung dalam Amandemen pertama dari sepuluh Amandemen terhadap
Konstitusi Amerika Serikat. Amandemen-amandemen ini sebagian besar mem-
punyai karakter sebagai larangan-larangan dan perintah-perintah yang ditujukan
kepada organ-organ kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Amandemen-
amandemen tersebut hanya memberi hak kepada individu dalam pengertian
teknisnya jika dia mempunyai suatu kemungkinan untuk memperkarakan tindakan
inkonstitusional dari organ tersebut, terutama jika dia dapat menggerakkan suatu
prosedur yang berakibat pada pembatalan tindakan yang tidak konstitusional
tersebut.
g. Jaminan-jaminan Konstitusi.
Fungsi terpenting dari konstitusi dalam arti material adalah untuk menentukan
pembentukan norma norma hukum umum, yakni, untuk menentukan organ-organ
dan prosedur pembentukan undang-undang dan juga-sampai deraat tertentu-untuk
menentukan isi dari hukum-hukum yang akan datang. Dengan demikian timbul
masalah bagaimana untuk menjamin kepatuhan terhadap ketentuan-ketentuan
konstitusi ini, bagaimana menjamin kekonstitusionalan" dari hukum-hukum yang
dibuat ini adalah persoalan khusus dari masalah yang lebih umum tentang
bagaimana menjamin bahwa suatu persoalan khusus dari masalah yang lebih
umum tentang bagaimana nenjamin bahwa suati norma hukum yang lebih rendah
akan sesuai dengan norma yang lebih tinggi yang menentukan pembentukannya
atau isinya. 7
8
Jimly Asshiddiqie, Op.Cit, hlm.45-47
9
K.C. Wheare, “Konstitusi-Konstitusi Modren”, Bandung: Nusa Media, 2018,hlm.184- 185