Anda di halaman 1dari 16

Definisi Konstitusi

Secara etimologi istilah konstitusi berasal dari bahasa Prancis, constituir, yang berarti
membentuk. Sedangkan menurut bahasa Inggris, constitution, berawal dari kata dasar constitute
yang berasal dari bahasa Latin constituo; constitutum-con, and statuo, to set, statue; statute]. To
settle, fix, or enact; to establish, to form or compose, to make up; to make a thing what it is; to
appoint, depute, or elect to an office or employment; to make and empower (menetapkan,
memastikan, mengundangkan, mendirikan, membentuk, membenahi, membuat sesuatu,
menunjukkan, mewakilkan, atau memilih seorang pejabat atau mempekerjakan, memberikan
kekuasaan). Sedangkan yang dimaksud dengan constitution adalah the system of fundamental
principles according to which a nation, state, corporation, etc. is governed; the document
embodying these principles (sistem prinsip-prinsip mendasar yang mengatur suatu bangsa,
negara, dan perkumpulan; sebuah dokumen yang berisi prinsip-prinsip mendasar).
Konstitusi (Latin constitutio) dalam negara adalah sebuah norma sistem politik dan hukum
bentukan pada pemerintahan negara biasanya dikodifikasikan sebagai dokumen tertulis
Dalam kasus bentukan negara, konstitusi memuat aturan dan prinsip-prinsip entitas politik dan
hukum, istilah ini merujuk secara khusus untuk menetapkan konstitusi nasional sebagai prinsipprinsip dasar politik, prinsip-prinsip dasar hukum termasuk dalam bentukan struktur, prosedur,
wewenang dan kewajiban pemerintahan negara pada umumnya, Konstitusi umumnya merujuk
pada penjaminan hak kepada warga masyarakatnya. Istilah konstitusi dapat diterapkan kepada
seluruh hukum yang mendefinisikan fungsi pemerintahan negara. Dalam bentukan organisasi
konstitusi menjelaskan bentuk, struktur, aktivitas, karakter, dan aturan dasar organisasi tersebut.
Konstitusi dapat menunjuk ke hukum penting, biasanya dikeluarkan oleh kaisar atau raja dan
digunakan secara luas dalam hukum kanon untuk menandakan keputusan subsitusi tertentu
terutama dari Paus. konstitusi adalah mengatur hak-hak dasar.
Constitution juga dapat berarti the fundamental law of the state, containing the principles upon
which government is founded, regulating the division of the sovereign powers and directing to
what persons each of these powers is to be exercised (hukum dasar dari suatu negara yang berisi

prinsip-prinsip sebuah pemerintahan dibentuk, pengaturan pembagian kekuasaan, dan pedoman


pengujian terhadap kekuasaan-kekuasaan tersebut). Konstitusi ada sebelum sebuah negara
terbentuk. Konstitusi memiliki fungsi menetapkan aturan-aturan dasar yang harus dipatuhi oleh
pemerintah dan warga negara pada suatu negara. Peran konstitusi bagi suatu negara sangat
penting bagi terselenggaranya kehidupan ketatanegaraan yang demokratis dan efektif.
Pengertian konstitusi menurut para ahli

K. C. Wheare, konstitusi adalah keseluruhan sistem ketaatanegaraaan suatu negara yang


berupa kumpulan peraturan yang mmbentuk mengatur /memerintah dalam pemerintahan
suatu negara.

Herman heller, konstitusi mempunyai arti luas daripada uud. Konstitusi tidak hanya
bersifat yuridis tettapi juga sosiologis dan politis

Lasalle, konstitusi adalah hubungan antara kekuasaaan yang terdapat didalam masyarakat
seperti golongan yang mempunyai kedudukan nyata didalam masyarakat misalnya kepala
negara angkatan perang, partai politik dsb

L.j Van Apeldoorn, konstitusi memuat baik peraturan tertulis maupun peraturan tak
tertulis

Koernimanto soetopawiro, istilah konstitusi berasal dari bahasa latin cisme yang
berarati bewrsama dengan dan statute yang berarti membuat sesuatu agar berdiri. Jadi
konstitusi berarti menetapkan secara bersama.

Carl schmitt membagi konstitusi dalam 4 pengertian yaitu:

1. Konstitusi dalam arti absolut mempunyai 4 sub pengertian yaitu; o Konstitusi sebagai
kesatuan organisasi yang mencakup hukum dan semua organisasi yang ada didalam
negara. o Konstitusi sebagai bentuk negara o Konstitusi sebagai faktor integrasi o
Konstitusi sebagai sistem tertutup dari norma hukum yang tertinggi didalam negara

2. Konstitusi dalam arti relatif dibagi menjadi 2 pengertian yaitu konstitusi sebagai
tuntyutan dari golongan borjuis agar haknya dapat dijamin oleh penguasa dan konstitusi
sebagai sebuah konstitusi dalam arti formil (konstitrusi dapat berupa terttulis) dan
konstitusi dalam arti materiil (konstitusi yang dilihat dari segi isinya)
3. konstitusi dalam arti positif adalah sebagai sebuah keputusan politik yang tertinggi
sehingga mampu merubah tatanan kehidupan kenegaraan
4. Konstitusi dalam arti ideal yaitu konstitusi yang memuat adanya jaminan atas hak asasi
serta perlindungannya
Tujuan konstitusi yaitu:
1. Membatasi kekuasaan penguasa agar tidak bertindak sewenang wenang maksudnya
tanpa membatasi kekuasaan penguasa, konstitusi tidak akan berjalan dengan baik dan
bisa saja kekuasaan penguasa akan merajalela Dan bisa merugikan rakyat banyak
2. Melindungi Ham maksudnya setiap penguasa berhak menghormati Ham orang lain dan
hak memperoleh perlindungan hukum dalam hal melaksanakan haknya.
3. Pedoman penyelengaraan negara maksudnya tanpa adanya pedoman konstitusi negara
kita tidak akan berdiri dengan kokoh.
Nilai konstitusi yaitu:
1. Nilai normatif adalah suatu konstitusi yang resmi diterima oleh suatu bangsa dan bagi
mereka konstitusi itu tidak hanya berlaku dalam arti hukum (legal), tetapi juga nyata
berlaku dalam masyarakat dalam arti berlaku efgektif dan dilaksanakan secara murni dan
konsekuen.
2. Nilai nominal adalah suatu konstitusi yang menurut hukum berlaku, tetrapi tidak
sempurna. Ketidak sempurnaan itu disebabkan pasal pasal tertentu tidak berlaku /
tidsak seluruh pasal pasal yang terdapat dalam UUD itu berlaku bagi seluruh wilayah
negara.

3. Nilai semantik adalah suatu konstitusi yang berlaku hanya untuk kepentingan penguasa
saja. Dalam memobilisasi kekuasaan, penguasa menggunakan konstitusi sebagai alat
untuk melaksanakan kekuasaan politik.

Konstitusi pada umumnya bersikat kodifikasi yaitu sebuah dokumen yang berisian aturan-aturan
untuk menjalankan suatu organisasi pemerintahan negara, namun dalam pengertian ini, konstitusi
harus diartikan dalam artian tidak semuanya berupa dokumen tertulis (formal). namun menurut
para ahli ilmu hukum maupun ilmu politik konstitusi harus diterjemahkan termasuk kesepakatan
politik, negara, kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan dan distibusi maupun alokasi ,
Konstitusi bagi organisasi pemerintahan negara yang dimaksud terdapat beragam bentuk dan
kompleksitas strukturnya, terdapat konstitusi politik atau hukum akan tetapi mengandung pula
arti konstitusi ekonomi
Dewasa ini, istilah konstitusi sering di identikkan dengan suatu kodifikasi atas dokumen yang
tertulis dan di Inggris memiliki konstitusi tidak dalam bentuk kodifikasi akan tetapi berdasarkan
pada yurisprudensi dalam ketatanegaraan negara Inggris dan mana pula juga Konstitusi Istilah
konstitusi berasal dari bahasa inggris yaitu Constitution dan berasal dari bahasa belanda
constitue dalam bahasa latin (contitutio,constituere) dalam bahasa prancis yaitu constiture
dalam bahsa jerman vertassung dalam ketatanegaraan RI diartikan sama dengan Undang
undang dasar. Konstitusi / UUD dapat diartikan peraturan dasar dan yang memuat ketentuan
ketentuan pokok dan menjadi satu sumber perundang- undangan.
Macam macam konstitusi
Menurut CF. Strong konstitusi terdiri dari:

Konstitusi tertulis (dokumentary constiutution / writen constitution) adalah aturan


aturan pokok dasar negara , bangunan negara dan tata negara, demikian juga aturan dasar
lainnya yang mengatur perikehidupan suatu bangsa didalam persekutuan hukum negara.

Konstitusi tidak tertulis / konvensi(nondokumentary constitution) adalah berupa


kebiasaan ketatanegaraan yang sering timbul.

Adapun syarat syarat konvensi adalah:


1. Diakui dan dipergunakan berulang ulang dalam praktik penyelenggaraan negara.
2. Tidak bertentangan dengan UUD 1945
3. Memperhatikan pelaksanaan UUD 1945.
Secara teoritis konstitusi dibedakan menjadi:
1. Konstitusi politik adalah berisi tentang norma- norma dalam penyelenggaraan negara,
hubungan rakyat dengan pemerintah, hubuyngan antar lembaga negara.
2. Konstitusi sosial adalah konstitusi yang mengandung cita cita sosial bangsa, rumusan
filosofis negara, sistem sosial, sistem ekonomi, dan sistem politik yang ingin
dikembangkan bangsa itu.
Berdasarkan sifatmya Konstitusi dapat dibedakan atas
1. Flexible / luwes apabila konstitusi / undang undang dasar memungkinkan untuk berubah
sesuai dengan perkembangan.
2. Rigid / kaku apabila konstitusi / undang undang dasar jika sulit untuk diubah.
Terdapat beberapa unsur atau substansi sebuah konstitusi.
1. Jaminan terhadap Ham dan warga negara
2. Susunan ketatanegaraan yang bersdifat fundamental
3. Pembagian dan poembatasan tugas ketatanegaraan
4. Pernyataan ideologis

5. Pembagian kekuasaan negara


6. Jaminan HAM (hak asasi manusia)
7. Perubahan konstitusi
8. Larangan perubahan konstitusi
Syarat terjadinya konstitusi yaitu:
1. Agar suatu bentuk pemerintahan dapat dijalankan secara demokrasi dengan
memperhatikan kepentingan rakyat.
2. Melinmdungi asas demokrasi
3. Menciptakan kedaulatan tertinggi yang berada ditangan rakyat
4. Untuk melaksanakan dasar negara Menentukan suatu hukum yang bersifat adil
Riwayat Sejarah Kronologis Konstitusi Indonesia
Sejak Indonesia merdeka sistem ketatanegaraan selalu mencari bentuk yang sesuai dengan
kondisi sosial dan politik masyarakat dan negara yang sedang tumbuh dan berkembang.
Pergantian konstitusi selalu mengiringi peristiwa penting yang ada di Indonesia. Peristiwa
politik dan pergantian kepemimpinan juga ikut berperanan penting dalam terjadi perbuhan
konstitusi yang sedang berjalan dilakukan.
Beberapa pergantian konstitusi tersebut adalah :

UUD 1945 Negara Republik Indonesia merupakan konstitusi yang pertama dan
ditetapkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945.

Tahun 1949-1950 Konstitusi Republik Indonesia Serikat

Tahun 1950-1959 dengan Undang-Undang Dasar Sementara 1950

Undang-Undang Dasar 1945 diberlakukan kembali pada tanggal 5 Juli 1959 melalui
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 150 Tahun 1959.

Tahun 1999 sampai dengan 2002 dilakukan perubahan UUD 1945 secara periodik
melalui Perubahan Pertama (1999), Perubahan Kedua (2000), Perubahan Ketiga (2001),
dan Perubahan Keempat (2002).

Mencermati kronologis sejarah konstitusi Indonesia tersebut maka ada hal penting patut dicatat.
Konstitusi boleh berganti berkali-kali tetapi yang menarik hal yang tidak pernah berubah
adalah nilai-nilai Pancasila selalu tetap diterapkan sebagai pembukaan. Pengalaman itu dapat
lebih diyajini bahwa secara tidak disadari sejarah telah memberi pelajaran bahwa terdapat
kesepakatan nasional bangsa Indonesia dalam menata kehidupan ketatanegaraannya. Tampaknya
Pancasila masih tetap diajukan sebagai syarat utama untuk pedoman bagi pengaturan lebih jauh
dalam pasal-pasal konstitusi. Fenomena ini jugalah yang harus menjadi perhatian bagi para
unsur pemerintahan dan institusi yang lain dalam melaksanakan dan memelihatra konstitusi di
Indonesia.

1.1 PENDAHULUAN
Pancasila merupakan dasar dari negara Republik Indonesia, yang secara resmi disahkan oleh
PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945, diundangkan dalam Berita Republik Indonesia tahun II
No.7 bersamaan dengan batang tubuh UUD 1945.
Dalam sejarahnya, eksistensi Pancasila sebagai dasar filsafat Negara Republik Indonesia
mengalami berbagai macam interpretasi dan manipulasi politik dengan kata lain, dalam
kedudukan yang seperti ini Pancasila tidak lagi diletakkan sebagai dasar filsafat serta pandangan
hidup bangsa dan negara Indonesia melainkan direduksi, dibatasi dan dimanipulasi demi
kepentingan politik penguasa pada saat itu. Berdasarkan kenyataan tersebut gerakan reformasi
berupaya untuk mengembalikan kedudukan dan fungsi Pancasila yaitu sebagai dasar negara
Republik Indonesia, yang hal ini direalisasikan melalui Ketetapan Sidang Istimewa MPR No.
XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan P-4 dan sekaligus juga pencabutan Pancasila sebagai satusatunya asas bagi Orsospol di Indonesia. Ketetapan tersebut sekaligus juga mencabut mandat
MPR yang diberikan kepada Presiden atas kewenangan untuk membudayakan Pancasila melalui
P-4 dan asas tunggal Pancasila. Monopoli Pancasila demi kepentingan kekuasaan oleh penguasa
inilah yang harus segera diakhiri, kemudian dunia pendidikan tinggi memiliki tugas untuk
mengkaji dan memberikan pengetahuan kepada semua mahasiswa untuk benar-benar mampu
memahami Pancasila secara ilmiah dan obyektif. Pandangan sinis serta upaya melemahkan
ideologi Pancasila berakibat fatal yaitu melemahkan kepercayaan rakyat yang akhirnya
mengancam persatuan dan kesatuan bangsa, contoh: kekacauan di Aceh,Kalimantan, Sulawesi,
Ambon , Papua, dll. Berdasarkan alasan tersebut, maka tanggung jawab kita bersama sebagai
warga negara untuk selalu mengkaji dan mengembangkan Pancasila setingkat dengan
idelogi/paham yang ada seperti Liberalisme, Komunisme, Sosialisme. Diharapkan hal tersebut
dapat sebagai pembekalan kepada mahasiswa diindonesia agar dapat memupukkan nilai-nilai
sikap dan kepribadian diandalkan kepada pendidikan pancasila.
1.2 LANDASAN PENDIDIKAN PANCASILA
Landasan pendidikan pancasila terdiri dari 4 landasan pendidikan, yaitu landasan historis,
landasan kultural, landasan yuridis, dan landasan filosofis. Berikut merupakan penjelasan dari
masing-masing landasan pendidikan pancasila:
Landasan Historis

Bangsa Indonesia terbentuk dengan melalui proses yang begitu panjang mulai dari jaman
kerajaaan kerajaan kutai, sriwijaya, majapahit, hingga datangnya para penjajah ke negara ini.
Bangsa Indonesia memiliki berbagai nilai-nilai kebudayaan, adat istiadat serta nilai-nilai agama
yang secara historis melekat pada bangsa ini, sehingga dengan demikian bangsa Indonesia
berjuang agar dapat menemukan jati diri sebagai suatu bangsa yang merdeka dan memiliki
prinsip dalam pandangan hidup serta filsafat hidup yang tersimpul pada cirri khas dan karakter
bangsa yang membedakannya dengan bangsa lain. Bangssa Indonesia juga harus memiliki visi
serta misi yang kuat (nasionalisme) agar tidak terombang-ambing ditengah masyarakat
internasional yang dilaksanakan atas kesadaran berbangsa yang bertumpu pada sejarah bangsa.
Landasan Kultural
Bangsa Indonesia mendasarkan pandangan hidupnya dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara pada suatu asas kultural yang dimiliki dan telah melekat pada diri bangsa itu sendiri.
Nilai-nilai kenegaraan dan kemasyarakatan yang terkandung dalam sila-sila Pancasila bukanlah
merupakan suatu hasil konseptual dari seseorang saja, melainkan merupakan suatu hasil karya
bangsa Indonesia sendiri yang diangkat dari nilai-nilai kultural yang dimiliki melalui berbagai
proses refleksi filosofi para pendiri Negara seperti Soekarno, M. Yamin, M. Hatta, Soepomo,
serta para tokoh pendiri Negara lainnya. Oleh karena itu sangat penting bagi para penerus bangsa
agar mampu meneruskan tanggung jawab dalam melestarikan serta mengembangkan bangsa agar
menjadi suatu bangsa yang lebih maju lagi sesuai dengan tuntutan jaman.
Landasan Yuridis
Landasan yuridis (hukum) perkuliahan Pendidikan Pancasila di pendidikan tinggi tertuang dalam
UU No. 20 Tahun 2003 mengenai system Pendidikan Nasional, dimana pasal 1 ayat 2
menyebutkan bahwa system pendidikan nasional berdasarkan Pancasila yang artinya bahwa
pancasila merupakan sumber hukum pendidikan nasional. Pada UU No. 2 tahun 1989 mengenai
Sistem Pendidikan Nasional, pasal 39 menyatakan bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur dan
jenjang pendidikan wajib memuat Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, Pendidikan
Kewarganegaraan.
Berdasarkan SK Mendiknas RI, No.232/U/2000, mengenai Pedoman Penyusunan Kurikulum
Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa, dengan pasal 10 ayat 1 dijelaskan
bahwa kelompok mata kuliah pendidikan kewarganegaraan wajib diberikan dalam kurikulum

setiap program studi, yang terdiri atas Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, Pendidikan
Kewarganegaraan. Penyelenggaraan pendidikan pancasila di Perguruan Tinggi lebih penting lagi
karena Perguruan Tinggi sebagai agen perubahan yang melahirkan intelektual-intelektual muda
yang kelak akan menjadi tenaga inti pembangunan dan pemegang estafet kepemimpinan bangsa
dalam setiap strata lembaga dan badan-badan negara, lembaga-lembaga daerah, lembagalembaga infrastruktur politik dan sosial kemasyarakatan, lembaga-lembaga bisnis, dan lainnya.
Sebagai pelakasanaan dari SK tersebut, Dirjen Pendididkan Tinggi mengeluarkan Surat
Keputusan No.38/DIKTI/Kep/2002, mengenai Rambu-rambu Pelaksanaan Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian (MPK). Pada pasal 3 dijelaskan bahwa kompetensi kelompok mata
kuliah MPK bertujuan menguasai kemampuan berfikir, bersikap rasional dan dinamis,
berpandangan luas sebagai manusia intelektual. Rambu-rambu mata kuliah MPK Pancasila
terdiri atas segi historis, filosofis, ketatanegaraan, kehidupan berbangsa dan bernegara serta etika
politik. Pengembangan tersebut diharapan agar mahasiswa mampu mengambil sikap sesuai
dengan hati nuraninya, mampu mengenali masalah hidup terutama masalah yang terdapat pada
kehidupan rakyat, mengenali perubahan serta mampu memaknai peristiwa sejarah, nilai-nilai
budaya demi terciptanya suatu persatuan bangsa.
Landasan Filosofis
Pancasiala merupakan dasar filsafat negara dan pandangan filosofis bangsa Indonesia, oleh karna
itu sudah mejadi suatu keharusan moral bagi anak bangsa untuk secara konsisten
merealisasikannya dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Syarat mutlak suatu negara adalah dengan adanya persatuan yang terwujudkan sebagai rakyat
(unsur pokok negara), dengan demikian rakyat merupakan dasar ontologis demokrasi karena
rakyat merupakan asal mula terbentuknya dan kekuasaan suatu negara. Setiap aspek
penyelanggaraan Negara harus bersumber pada nilai-nilai pancasila termasuk sistem peraturan
perundang-undangan Indonesia. Oleh sebab itu dalam perealisasian kenegaraan termasuk dalam
suatu proses reformasi dewasa ini merupakan suatu keharusan bahwa Pancasila merupakan
sumber nilai dalam pelaksanaan kenegaraan, baik dalam pembangunan nasional, ekonomi,
politik, hokum, sosial budaya, maupun pertahanan keamanan.
Rumusan tentang pancasila tidak muncul dari sekedar pemikiran logis-rasional, tetapi digali dari
akar budaya masyarakat bangsa Indonesia sendiri. Oleh karena itulah pancasila disebut
mengandung nilai-nilai dasar filsafat (philosophische gronslag), merupakan jiwa bangsa

(volksgeist) atau jati diri bangsa (innerself of nation), dan menjadi cara hidup (way of life)
bangsa Indonesia yang sesungguhnya. Pendidikan pancasila perlu karna dengan cara itulah
karakter bangsa dapat dilestarikan, terpelihara dari ancaman gelombang globalisasi yang
semakin besar.
TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILA
Pada UU No. 2 tahun 1989 mengenai system Pendidikan Nasional dan juga termuat dalamSK
Dirjen Dikti No. 38/DIKTI/Kep/2001, menjelaskan bahwa tujuan Pendidikan Pancasila
mengarahkan perhatian pada morall yang diharapkan terwujud dalam setiap kehidupan seharihari, yaitu :
Beriman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, disini maksudnya ialah perilaku yang
memancarkan iman serta taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri
atas golongan agama, kebudayaan serta beraneka ragam kepentingan melalui sikap dan perilaku
sebagai berikut:
Memiliki kemampuan untuk mengambil sikap yang bertanggung jawab sesuai hati nuraninya.
Memiliki kemampuan untuk mengenali masalah hidup dan kesejahteraan serta berbagai cara
dalam mengatasi permaslahan tersebut.
Mengenali kemampuan untuk memaknai setaip perubahan-perubahan dan setiap perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Memiliki kemampuan dalam memaknai setiap peristiwa sejarah dan nilai-nilai budaya bangsa
untuk menggalang persatuan Indonesia.
Berkemanusiaan yang adil dan beradab
Mendukung persatuan bangsa
Mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan
individu/golongan, sehingga perbedaan pemikiran diarahkan pada suatu perilaku yang
mendukung upaya demi terwujudnya ssuatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
Mendukung upaya untuk mewujudkan suatu keadilan social dalam masyarakat.
Melalui pendidikan pancasila diharapkan warga Negara Indonesia dapat mampu memahami,
menganalisa dan menjawab (menyelesaikan) setiap permasalahan yang tengah dihadapi oleh
bangsanya secara berkesinambungan dan koonsisten dengan cita-cita serta tujuan nasional dalam
Pembukaan UUD 1945.

Penyimpangan negara konstitusi di Indonesia, dibedakan atas dua yaitu :


1. Sejak ditetapkannya UUD 1945 oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945 sampai
berlakunya konstitusi RIS 27 Desember 1949

Periode 1945-1949
Pada awal kemerdekaan negara Indonesia masih dalam masa peralihan hukum dan

pemerintah yang bertekad mempertahankan kemerdekaan yang baru di proklamasikan. Perhatian


ditujukan untuk memenangkan kemerdekaan sehingga dalam pelaksanaa UUD 1945 terjadi
penyimpangan-penyimpangan konstitusional. Pada saat itu berlaku pasal IV aturan peralihan
yang menetapkan segala kekuasaan negara dijalankan oleh Presiden dengan bantuan komite
nasional.
Penyimpangan konstitusional yang terjadi pada awal kemerdekaan yaitu :
o Komite Nasional Pusat berubah fungsi dari pembantu Presiden menjadi badan
yang diserahi kekuasaan legislatif yang ikut menentukan garis-garis besar haluan
negara atas dasar Maklumat Wakil Presiden Nomor X tangga 16 Oktober 1945
o Adanya perubahan sistem kabinet presidensial menjadi kabinet parlementer
setelah dikeluarkan Maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945

Periode Konstitusi RIS (27 Desember 1949-17 Agustus 1950)


Periode ini ditandai dengan berlakunya negara Replublik Indonesia Serikat sebagai

akibat perjanjian Konferensi Meja Bundar. Berdirinya negara RIS dengan Konstitusi RIS
sebagai undang-undang dasarnya menimbulkan penyimpangan, antara lain :
o Negara RI hanya berstatus sebagai salah satu negara bagian
o UUD 1945 sejak tanggal 27 Desember 1949 hanya berstatus sebagai UUD negara
bagian RI
o Demokrasi yang berkembang adalah demokrasi liberal

o Berlakunya sistem parlementer yaitu pemerintahan bertanggung jawab kepada


parlemen
o Sebagai akibat sistem parlementer kabinet tidak mampu melaksanakan
programnya dengan baik dan di nilai negatif oleh DPR
o Terjadinya pertentangan politik diantara partai-partai politik saat itu

Periode UUDS 1950 (17 Agustus 1950-5 Juli 1959)


Ciri pemerintahan pada masa UUDS 1950 adalah :
o Berlakunya sistem kabinet parlementer
o Presiden dan wakil presiden tidak dapat di ganggu gugat
o Menteri-menteri bertanggung jawab atas seluruh kebijakan pemerintah
o Presiden berhak membubarkan DPR, dengan ketentuan harus mengadakan
pemilihan DPR dalam waktu 30 hari
o Dilaksanakannya pemilu yang pertama setelah Indonesia merdeka
o Konstituante gagal menetapkan UUD yang tetap sebagai pengganti UUDS 1950

2. Sejak diumumkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 sampai sekarang yang terbagi atas
masa Orde Lama, Orde Baru dan masa Reformasi

Berbagai Penyimpangan pada masa Orde Lama (1959-1965)


Penyimpangan yang terjadi pada masa Orde Lama adalah :
o Presiden selaku pemegang kekuasaan eksekutif dan legislatif telah mengeluarkan
ketentuan perundangan yang tidak ada dalam UUD 1945

o Melalui Ketetapan No. I/MPRS/1960 MPR menetapkan pidato presiden 17


Agustus 1959 berjudul "Penemuan Kembali Revolusi Kita"
o MPRS mengangkat Ir. Soekarno sebagai Presiden seumur hidup
o Presiden membubarkan DPR hasil pemilu 1955 karena DPR menolak APBN yang
di ajukan oleh Presiden
o Pemimpin lembaga-lembaga negara dijadikan menteri-menteri negara termasuk
pimpinan MPR kedudukannya sederajat dengan menteri
o Demokrasi yang berkembang adalah demokrasi terpimpin
o Berubahnya arah politik luar negeri dari bebas dan aktif menjadi politik yang
memihak salah satu blok

Berbagai Penyimpangan pada masa Orde Baru (1965-1998)


Penyimpangan yang terjadi pada masa Orde Baru adalah :
o Dalam praktek pemilihan umum terjadi pelanggaran misalnya perhitungan suara
tidak jujur,dll
o Dibidang politik misalnya ormasnya hanya diperbolehkan berafiliasi pada Golkar,
berlakunya demokrasi terpimpin konstitusional,dll
o Dibidang hukum misalnya belum memadai perundang-undangan tentang batasan
kekuasaan presiden dan adanya banyak penafsiran terhadap pasal-pasal UUD
1945,dll
o Dibidang ekonomi misalnya keberhasilan pembangunan yang tidak merata
menimbulkan kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin serta merebaknya
KKN,dll

Berbagai Penyimpangan pada masa Orde Reformasi


Penyimpangan yang terjadi pada masa Orde Reformasi adalah :
o Belum terlaksananya kebijakan pemerintah Habiebie karena pembuatan
perundang-undangan menunjukkan secara tergesa-gesa sekalipun perekonomian
menunjukkan perbaikan dibandingkan saat jatuhnya Presiden Soeharto
o Kasus pembubaran Departemen Sosial dan Departemen Penerangan pada masa
pemerintahan Abdulrachman Wahid
o Adanya perseteruan antara DPR dengan Presiden Abdulrachman Wahid yang
berlanjut dengan Memorandum I dan II berkaitan dengan kasus "Brunei Gate"
dan "Bulog Gate"
o Baik pada masa Abdulrachman Wahid maupun Megawati belum terselesaikannya
masalah konflik Aceh, Maluku, Papua, Kalimantan Tengah dan ancaman
disintegrasi lainnya
o Belum maksimalnya penyelesaian masalah pemberantasan KKN, kasus-kasus
pelanggaran HAM, terorisme, reformasi birokrasi, pengangguran, pemulihan
investasi

Contoh kasus penyimpangan konstitusi di Indonesia


Skandal Bank Century ternyata tidak hanya menguapkan dugaan pelanggaran kebijakan
dan tindak pidana korupsi. Dalam kasus yang beberapa bulan terakhir menyita perhatian publik
ini, ternyata ada juga dua bentuk pelanggaran konstitusi. Pelanggaran konstitusi pertama adalah
ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerbitkan peraturan pemerintah pengganti
undang-undang (Perpu) No 4 2008 tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan pada 15 Oktober
2008. Presiden dituding melanggar konstitusi karena melalui pasal 29 Perpu No 4 tahun 2008
memberikan kekebalan hukum kepada Menteri keuangan, Gubernur Bank Indonesia dan/atau

semua pihak yang menjalankan perpu ini. Bentuk pelanggaran konstitusi yang kedua adalah
ketika Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan tidak puas terhadap hasil audit Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK). Sikap Sri Mulyani sama saja mengabaikan konstitusi khususnya
pasal 23E ayat (1) dan (3). Sri Mulyani juga dinilai telah melecehkan tugas, tanggung jawab,
wewenang dan kewibawaan BPK dengan tidak mematuhi hasil audit investigatifnya.

Anda mungkin juga menyukai