Anda di halaman 1dari 11

HAK ASASI MANUSIA

SCOTT DAVIDSON

I. SEJARAH PERKEMBANGAN HAK ASASI MANUSIA

Keperdulian internasional terhadap Hak Asasi Manusia merupakan gejala yang

relative baru, setelah dimasukan ke dalam Piagam PBB Pada Tahun 1945 kita dapat

berbicara mengenai perlindungan Hak Asasi Manusia yang sistematis di dalam sistem

Nasional, yang berkaitan erat dengan kegiatan revolusioner yang bertujuan menegakan

sistem konstitusional yang berdasarkan pada legitimasi demokrasi dan rule of law

(pemerintahan berdasarkan hukum). Semua instrument internasional mewajibkan

sistem konstitusional domestic setiap Negara memberikan kompensasi yang memadai

kepada orang-orang yang haknya dilanggar. Mekanisme internasioanl sedikit banyak

berfungsi memperkuat perlindungan domestic terhadap hak asasi manusia dan

menyediakan pengganti jika system domestic gagal atau ternyata tidak memadai.

Asal usul domestis Hak Asasi Manusia beberapa pakar menyatakan pendapat

menurut konsep yang sederhana disampaikan kepada filsafat stoika di zaman kuno

lewat yurisprodensi hukum kodrati (natural law) rotius dan ius natural dari undang-

undang Romawi tampak jelas bahwa asal usul konsep hak asasi manusia yang modern

dapat dijumpai pada Abad ke 17 dan ke- 18 dalam revolusi Inggris Magna Carta (1215)

sering keliru dianggap sebagai cikal bakal kebebasan warganegara Inggris piagam

sesungguhnya hanyalah kompromi pembagian kekuasaan antara Raja John dan para

bawahannya. Dalam analisis Marxis, Revalusi Gemilang tahun 1688 dan Bill of Righst
yang melembagakannya adalah revolusi borjuis : revolusi ini hanya menegaskan

naiknya kelas bangsawan dan pedagang di atas monarki. Amerika Serikat dalam

deklarasi kemerdekaan Amerika (1778) yang disusun oleh Thomas Jefferson, gagasan-

gagasan ini diungkapkan dengan kata-kata yang sangat jelas dan tepat : semua

manusia diciptakan sama bahwa penciptanya telah menganugrahi mereka hak-hak

tertentu yang tidak dapat dicabut. Revolusi Perancis oleh locke serta filsuf Montesquieu

dan Roudsseau (1789) Menurut Deklarasi itu kebahagiaan yang sejati haruslah dicari

dalam kebebasan individu yang merupakan produk dari hak-hak manusia yang suci,

tak dapat dicabut, dan kodrati,

Masing-masing revolusi tersebut dengan caranya sendiri-sendiri, telah

membantu perkembangan bentuk-bentuk demokrasi liberal dalam mana hak-hak

tertentu dianggap sebagai hal terpenting dalam melindungi individu terhadap

kecenderungan ke arah otoriterisme yang melekat pada Negara.

Bukan hanya hak sipil dan politik yang dilindungi oleh konstitusi modern dan

hukum internasional masa kini, berbagai macam hak ekomoni, sosial, budaya dan

lainnya juga menjadi subyek berbagai bentuk perlindungan, Karel Vasak telah mencoba

mengelompokkan perkembangan hak hazazi manusia menurut slogan Kebebasan,

Persamaan dan Persaudaraan. Tampak bahwa pengertian hak asasi manusia telah

beralih dari semata-mata kepedulian akan perlindungan bagi individu dalam

menghadapi absolutisme negara, kepada penciptaan kondisi social dan ekonomi yang

diperhitungkan akan memungkinkan individu mengembangkan potensinya sampai

maksimal. Proses dialektika yang digunnakan untuk menetapkan klaim atau


kepentingan yang dapat dilindungi dan yang tidak, sangatlah menentukan apabila hak

dianggap mempunyai suatu kualitas yang secara mendasar berbeda dari peraturan

hukum yang lain. namun Struktur Internasional itu sendiri merupakan salah satu

rintangan utama terhadap kemajuan hak hazazi manusia, bagaimanapun juga pada

awal abad ke 20 telah terjadi perkembangan yang paling menonjol diantaranya adalah

penghapusan perdagangan budak, pembentukan palang Merah Internasional ( 1863 ),

Organisasi buruh Internasional, larangan perdagangan Wanita dan Anak-Anak serta

pencegahan dan pengendalian penyakit.

Meskipun pasal 2 ayat (7 ) Piagam PBB menegas kembali asas non intervensi

oleh PBB dalam masalah-masalah yang pada hakekatnya termasuk yurisdiksi domestik

negara anggota, seakan-akan menghalangi intervensi internasional dalam bidang hak

asasi manusia pasal ini membuat juga beberapa acuan khusus dan hak-hak yang sama

bagi pria dan wanita. Di pasal 1 juga menyebutkan salah satu tujuannya meningkatkan

penghormatan terhadap hak asasi manusia manusia dan kebebasan yang fundamental

bagi semua orang.

Dari uraian sejarah singkat ini barang kali akan tampak instrument maupun

lembaga untuk memproteksi hak asasi manusia pada lingkup universal maupun

regional, dewasa ini jumlah traktat, konvensi, kovenan, piagam dan deklarasi mengenai

hak asasi manusia dan isu-isu kemanusiaan yang berkaitan terlampau banyak dan

membingungkan,tetapi ada dua masalah penting yang harus dipertimbangkan pertama,

sejauh ini telah dibicarakan panjang lebar mengenai berbagai kelompok hak, terutama

dua kategori utama yaitu hak sipil dan politik serta hak ekonomi, social dan budaya,
kedua, proteksi terhadap hak asasi manusia pada akhirnya merupakan masalah hukum

internasional.

II. TEORI HAK ASASI MANUSIA

Fungsi teori adalah menyediakan suatu alat analisis yang memungkinkan pertanyaan

penting dapat terjawab secara tentative. Teori memungkinkan dibangungnya

paradigm yang memberikan kohenrensi dan konsisten bagi segala perdebatan

mengenai hak. teori juga menyediakan mekanisme yang dapat dipakai untuk

menetapkan dengan tepat yang eksistensinya telah disepakati. Tersirat dua kategori

yang sangat luas dalam penelitian tentang hak asasi manusia, yang pertama adalah

yurisprudensi analitis mempertanyakan hakikat dan asal usul hak-hak asas dan

bagaimana mungkin kita mentahui bahwa kita mempunyai hak-hak itu. Kedua

disebut juga yurisprudensi normative mempertanyakan kekhasan hak-hak yang

diakui dimiliki oleh individu, dan bagaimana kedudukan haka-hak seperti itu dalam

kaitannya satu sama lain. Para teoretikus hak asasi manusia internasional cenderung

terbagi dalam salah satu mazhab yurisprudensi analitis, mazhab hukum kodrati

(natural law) dan masa hukum positif. Di dalam yurisprudensi normatiflah para

teoretikus internasional lebih aktif, namun tanpa dasar analitis yang kuat, penelitian

normative akan tampak tidak realistis.

Para ahli hokum domestik berpendapat penelitian mengenai aspek-aspek hak asasi

manusia yang analitis maupun normative adalah relevan. Alasan pertama proteksi

baaagi hak asasi manusia terutama merupakan masalah hokum domestik, apabila

hukum domestik tidak bisa memenuhi standar yang ditetapkan oleh hukum
internasional, maka mekanisme internasional untuk proteksi bagi individu mulai

bekerja, kedua sebagian besar instrumen hak asasi manusia menciptakan lembaga

untuk mengawasi system, dimana lembaga itu sendiri menjadi bagian.

Sementara teoretikus hukum kodrati menurunkan gagasan mereka tentang hak itu

dari tuhan, kaum positivis berpendapat bahwa eksistensi dan isi hak hanya dapat

diturunkan dari Negara, sedangkan teori anti utilitarian mempreoritaskan

kesejahteraan masyarakat, teori realisme hukum bertujuan tidak mempunyai teori

umum mengenai hak dalam arti yang sebenarnya, dan teori Marsixme menyatakan

bahwa apa yang disebut dengan hukum kodrati itu adalah idealistik dan ahistoris,

hakekatnya seorang individu adalah suatu mahluk social yang menggunakan

kemampuannya untuk memenuhi kebutuhannya.

Sebagian besar bahwa perdebatan mengenai hakekat yuridis dari hak asasi manusia

dalam hukum internasional cenderung mempokus pada hubungan normative

diantara berbagai kategori yang dianggap tepat seperti hak-hak fundamental, hak-

hak sipil dan politik versus hak-hak ekonomi, social dan kurtural, hak generasi ketiga.

III. HAK ASASI DAN HUKUM NASIONAL

Hukum hak asasi manusia internasional merupakan cabang hukum Publik

Internasional, yakni hukum yang telah dikembangkan untuk mengatur hubungan

diantara entitas-entitas yang mempunyai pribadi yang bersifat Internasional,

brownline mengambarkan kedaulatan sebagai doktrin konsitusional yang pokok dari


hukum Negara, kadang-kadang kedaulatan juga disinonimkan dengan istilah

kemerdekaan.

Bagaimana cara yang haruis ditempuh ditempuh individual yang mengajukan

permohonan, petisi atau pengaduan kepada lembaga dunia atau regional yang tepat

dalam rangka mengupayakan remidi (perbaikan) atas pelanggaran hak asasi

manusia, ketentuan remedy local ini berasal dari hukum mengenai tanggung jawab

Negara atau hukum yang mengatur tentang situasi dan konsekuensi pelanggaran

hukum internasional oleh Negara, apa bila suatu Negara mengingkari traktat, seperti

Negara tidak memberikan kopensasi kepada orang asing yang dilukai petugas negar

itu, maka dalam situasi inilah remedy local akan bekerja.

Dalam proses pembuatan hukum Hak Asasi Manusia mahkamahagung internasional

berfungsi memutuskan pertikaian yang diajukan kepadanya sesuai dengan hukum

internasional haruslah menerapkan:

1. Konvensi internasional yang umum maupun yang khusus.

2. Kebijakan internasional yang menjadi bukti mengenai pratek yang diterima umum
sebagai hukum.

3. Prinsip-prinsip umum dari hukum yang diakui oleh bangsa-bangsa beradab.

4. Putusan yudisial dan ajaran para pakar hukum internasional.

IV. PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA DAN HAK ASASI MANUSIA


Meskipun lembaga dan procedural yang ditetapkan dengan dukungan PBB kadang-

kadang disebut sebagai sistem universal untuk menggalakan penghormatan dan

kepatuhan terhadap hak asasi, istilah itu agak menyesatkan, walaupun ada jumlah

sistem pengawasan yang ditetapkan dibawah naungan PBB. Piagam PBB sebagai

traktat multilateral dan karenanya menciptakan kewajiban yang secara hukum

mengikat semua Negara anggota PBB, seperti yang diketahui Dekralasi universal

disahkan dalam rangka mengatasi kegagalan para anggota PBB untuk mencapai

kata sepakat mengenai dimasukannya sebuah catalog tentang hak asasi manusia

yang dapat melindungi ke dalam piagam itu sendiri, banyak sekali organ dan

lembaga PBB tanggung jawabnya sedikit banyak masuk dalam bidang hak asasi

manusia yang umum diantaranya:

1. Majelis umum PBB

2. Dewan ekonomi dan social (Ecosoc)

3. Komisi Hak Asasi Manusia (CHR)

4. Komisi mengenai status kaum wanita

5. Unesco

6. Organisasi buruh internasioanl (ILO)

7. ICCPR

8. ICESCR

Namun langkah PBB dalam bidang-bidang Hak Asasi Manusia yang spesifik

bisa dirumuskan sebagai berikut:


1. Genosida ( pemusnahan jutaan orang Yahudi, Gipsi, Slavia)

2. Diskriminasi rasial (Bill of Rights Internasional)

3. Diskriminasi seksual

4. Penyiksaan

5. Anak-anak

V. SISTEM EROPA BAGI MELINDUNGI HAK ASASI MANUSIA

Sistem Eropa bagi melindungi hak asasi manusia pada pokoknta terdiri dari dua

traktat utama yaitu Konvensi Eropa mengenai Hak Asasi Manusia dan Kebebasan

Fundamental (European Convention on human Rights end Fundamental Feedoms)

dan Piagam Sosial Eropa (European Social Charter), pasal 3 ECHR tercantum

larangan yang jelas terhadap penggunaan siksaan, perilaku tak manusiawi dan

merendahkan martabat (1987). Dengan demikian ECHR dimaksudkan untuk

melindungi hak sipil dan hak politk dari individual terhadap campur tangan Negara,

sedangkan ESC adalah untuk memastikan partisipasi Negara dalam mewujudkan

hak-hak yang yang berkaitan.

VI. SISTEM ANTAR AMERIKA BAGI MELINDUNGI HAK ASASI MANUSIA

Diantara semua wilayah di dunia, barangkali benua Amerika lah kadang-kadang

dikenal sebagai belahan Barat yang memperlihatkan kesenjangan terbesar dalam

perkembangan politik, ekonomi dan sosial. Sistem antar amerika bagi perlindungan
hak asasi manusia berkembangan didalam kerangka kegiatan Organisasi Negara-

Negara Amerika (OAS) OAS merupakan organisasi antar Pemerintah yang didirikan

pada tahun 1948 dan didefenisikan sebagai suatu badan regional seperti yang

dimaksud dalam Piagam PBB pasal 52, OAS bersipat permanen dan berwenang

menangai masalah perdamaian dan keamanan, ada pula Komisi Antar Amerika

mengenai Hak Asasi Manusia yang mempunyai status ganda dan kewenangan yang

bersifat umum dalam bidang Hak Asasi Manusia sesuai dengan Piagam maupun

Konvensi Amerika mengenai Hak Asasi Manusia (ACHR), maka ketentuan untuk

melindungi hak asasi manusia sesuai dengan Piagam OAS telah mengalami

sejumlah perubahan penting sejak pemberlakuannya pada tahun 1951. Komisi Antar

Amerika juga tidak mempunyai kewenangan legal untuk menindaklanjuti pengaduan

tertulis perorangan, OAS hanya dapat menangani pengaduan tertulis ini sesuai

dengan mandate umum yang diatur dalam Pasal 9 statutanya, Konvensi Amerika

mengenai Hak Asasi Manusia (ACHR) yang juga dikenal sebagai Pakta San Jose

dan Protokol San Salvador mengenai hak-hak ekonomi, Sosial dan Kultural dari

konvensi itu menjadi bagaina kedua dari Hak Asasi Manusia Antar Amerika.

VII. SISTEM AFRIKA BAGI PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA DAN RAKYAT

Piagam Afrika kadang-kadang dikenal sebagai piagam Banjul nama ibu kota

Gambia tempat piagam itu disusun, merupakan instrument hak asasi manusia

regional yang baru diberlakukan, piagam ini disetujui pada Majelis Kedelapan belas

Kepala Negara dan Pemerintahan dari organisasi Persatuan Afrika (OAU-


Organisasi of Afican Unity) di Nairobi, Kenya pada juni 1981 dan berlakukan pada

21 Oktober 1986.

Pasal 18 OAU mencerminkan keperdulian afrika yang serupa dan menetapkan:

1. Keluarga mestilah menjadi unit dan basis kondrati dari masyarakat ia harus

dilindungi oleh Negara yang akan memperhatikan kesehatan jasmani dan

moralnya

2. Negara berkewajiban membantu keluarga yang merupakan penjaga moral dan

nilai tradisional yang diakui oleh komunitas

Piagam Afrika merupakan satu-satunya instrument hak asasi regional yang

mencerminkan hak generasi ketiga, untuk melindungi hak penentuan nasib sendiri,

piagam ini tidak hanya melintasi bidang-bidang umum konvenan-konvenan PBB,

tetapi juga memasukan hak-hak yang lebih controversial.

VIII. PENUTUP

Hak asasi manusia telah merupakan bagian perbincangan politis dan hukum

konteporer baik ditingkat nasional maupun internasional, individual mengklaim

bahwa hak asasi manusia telah dilanggar oleh tindakan pemerintah, tuduhan

pelanggaran hak asasi manusia telah dilontarkan dalam komunikasi diplomatic di

antara pemerintah-pemerintah.
Membahas hak asasi manusia sebagai suatu katagori hukum tanpa memberikan

perhatian pada lingkungan tempat hak itu beroperasi adalah mustahil, jika konsep

hak asasi manusia itu universal artinya valid untuk segala tempat dan segala waktu,

maka tampak perbedaan penting mengenai bagaiman cara hak-hak dikongretkan

dari tempat ke tempat dan dari waktu kewaktu

Jika hak asasi manusia merupakan fenomena politik dan juga fenomena hukum,

barangkali sudah jelas dengan sendirinya bahwa lingkungan (milieu) politik yang

menglingkupi hak-hak yang dibicarakan itu mmenentukan nilai mereka sendiri.

Anda mungkin juga menyukai