Anda di halaman 1dari 4

KONSEPSI RECHTSSTAAT DAN RULE OF LAW

Negara hukum adalah suatu doktrin dalam ilmu hukum yang mulai muncul pada abad ke-19
di Eropa, bersamaan dengan kelahiran negara konstitusi dan demokrasi. Negara hukum
merupakan terjemahan dari Rule of Low atau Rechtsstaat. Secara sederhana pengertian
negara hukum adalah negara yang penyelenggaraan kekuasaan pemerintahannya
didasarkan atas hukum. Di negara yang berdasarkan hukum, negara termasuk di dalamnya
pemerintah dan lembaga-lembaga lain dalam melaksanakan tindakan apapun harus
dilandasi oleh hukum dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.
Negara hukum menurut Friedman, dibedakan antara pengertian formal (in the formal
sense), dan pengertian hakiki (ideological sense). Dalam pengertian formal Negara hukum
tidak lain adalah "organized public power" atau kekuasaan umum yang terorganisasikan.
Oleh karena itu, setiap organisasi hukum (termasuk organisasi yang namanya negara)
mempunyai konsep negara hukum, termasuk negara-negara otoriler sekalipun. Negara
hukum dalam pengertian hakiki (materiil), sangat erat hubungannya dengan menegakkan
konsep negara hukum secara hakiki, karena dalam pengertian hakiki telah menyangkui
ukuran-ukuran "entang hukum yang baik dan hukum yang buruk. Cara menentukan ukuranukuran tentang hukum yang baik dan hukum yang buruk dalam suatu konsep negara hukum
sangat sulit, karena setiap masyarakat yang melahirkan konsep tersebut berbeda satu sama
lain dan karenanya "rasa keadilan" di setiap masyarakat berbeda pula.
Dengan demikian, ide negara hukum terkait erat dengan konsep rechtsstaat dan the rule of
law, meskipun terjemahannya ke dalam bahasa Indonesia sama-sama negara hukum,
namun sebenarnya terdapat perbedaan antara rechtsstaat dan rule of law. Menurut Prof. Dr.
Mahfud MD, perbedaan konsepsi tersebut sebenarnya lebih terletak pada operasionalisasi
atas substansi yang sama yaitu perlindungan atas hak-hak asasi manusia.
1.

Substansi Konsepsi Rechtsstaat Dan Rule Of Law


Berbagai doktrin yang menunjukkan ciri-ciri dari suatu negara hukum muncul seiring dengan
berkembangnya konsep negara hukum baik di negara menganut si stem hukum Anglo
Saxon dan sistem hukum Eropa Kontinental. Dalam sistem hukum Anglo Saxon, negara

hukum sering disebut Rule of Law, sedangkan di negara yang menganut sistem hukum
Eropa Kontinental disebut sebagai Rechtsstaat.
Frederich Julius Stahl dari kalangan ahli hukum Eropa Kontinental memberikan ciri-ciri
Rechtstaat meliputi:
a.

Hak Asasi Manusia;

b.

Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin Hak Asasi Manusia yang biasa
dikenal sebagai trias politica;

c.

Pemerintahan berdasarkan peraturan peraturan; dan

d.

Peradilan administrasi dalam perselisihan.


Adapun AV Dicey dari kalangan ahli hukum anglo saxon memberi ciri-ciri Rule of Law
sebagai berikut:

a.

Supremasi hukum;

b.

kedudukan yang sama di depan hukum ; dan

c.

terjaminnya Hak Asasi Manusia dalam undang-undang atau keputusan pengadilan.


Sedangkan, International Commision of Jurist pada konfrensinya di Bangkok pada tahun
1965 merumuskan ciri-ciri negara demokratis di bawah Rule of Law, yang meliputi:

a.

Perlindungan konstitusional dalam arti bahwa konstitusi selain dari pada menjamin hak-hak
individu harus menentukan pula cara prosedural untuk memperoleh perlindungan atas hakhak yang dijamin;

b.

badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak;

c.

kebebasan untuk menyatakan pendapat;

d.

pemilihan umum yang bebas;

e.

kebebasan untuk berorganisasi dan beroposisi; dan

f.

pendidikan kewarganegaraan.
Sebagian ciri negara hukum yang telah diuraikan di atas khususnya dalam konsep negara
hukum material, dalam penerapannya di berbagai negara demokrasi modern hampir semua
dilaksanakan, hanya saja seringkali law in the book seringkali berbeda dengan law in action,
atau das sollen berbeda dengan das sein. Penyimpangan antara aturan hukum yang telah
dibuat dan seharusnya berkedudukan di atas segalanya dengan kenyataan bahwa
intervensi kekuasaan mempengaruhi pelaksanaan hukum menjadikan hukum dipengaruhi
oleh anasir-anasir non hukum yang seharusnya tidak boleh terjadi dalam proses penegakan
hukum. Setidaknya ciri-ciri negara hukum di atas dapat menjadi indikator pelaksanaan
konsep negara hukum pada suatu negara.
Dari uraian-uraian di atas, menurut Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH, dapat dirumuskan
kembali adanya dua belas prinsip pokok Negara Hukum (Rechtsstaat) yang berlaku di
zaman sekarang. Kedua-belas prinsip pokok tersebut merupakan pilar-pilar utama yang
menyangga berdiri tegaknya satu negara modern sehingga dapat disebut sebagai Negara
Hukum (The Rule of Law, ataupun Rechtsstaat) dalam arti yang sebenarnya, yaitu:

1. Supremasi Hukum (Supremacy of Law)


2. Persamaan dalam Hukum (Equality before the Law)
3. Asas Legalitas (Due Process of Law)
4. Pembatasan Kekuasaan
5. Organ-Organ Eksekutif Independen
6. Peradilan Bebas dan Tidak Memihak
7. Peradilan Tata Usaha Negara

8. Peradilan Tata Negara (Constitutional Court)


9. Perlindungan Hak Asasi Manusia
10. Bersifat Demokratis (Democratische Rechtsstaat)
11. Berfungsi sebagai Sarana Mewujudkan Tujuan Bernegara (Welfare Rechtsstaat)
12. Transparansi dan Kontrol Sosial
2.

Kesimpulan
Dalam konsepsi negara hukum baik rechtsstaat maupun rule of law, keadilan tidak sertamerta akan terwujud secara substantif, terutama karena pengertian orang mengenai hukum
itu sendiri dapat dipengaruhi oleh aliran pengertian hukum formil dan dapat pula dipengaruhi
oleh aliran pikiran hukum materiel.
Bila dilihat dari ciri-ciri di atas dapat diambil kesimpulan bahwa keberhasilan penegakan atas
konsep negara hukum sangat tergantung kepada kepribadian nasional masing-masing
bangsa. Hal ini berarti konsep negara hukum sebagai suatu institusi sosial, memiliki struktur
sosiologisnya sendiri, dan mempunyai akar budaya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai