Disusunoleh:
FAKULTAS SYARI’AH
2019
i
KATA PENGANTAR
Penuyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
Rumusan Masalah..................................................................................2
Tujuan.....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
Pemahaman Hadis........................................................................................3
Kesimpulan................................................................................................12
Saran...........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Al-Qur’an adalah kitab suci kita umat Islam dan menjadi sumber ajaran
Islam yang pertama dan utama yang harus kita imani dan aplikasikan dalam
kehidupan kita agar kita memperoleh kebaikan di dunia dan di akhirat. Akan
tetapi di dalam Al-Qur’an sendiri masih bersifat secara umum atau global
masih membutuhkan penjelasan lagi. Selanjutnya, Hadis dalam hukum Islam
dianggap sebagai mashdarun tsanin (sumber kedua) setelah Al-Quran. Hadis
berfungsi sebagai penjelas dan penyempurna ajaran-ajaran Islam yang
disebutkan secara global dalam Al-Quran. Bisa dikatakan bahwa kebutuhan Al-
Quran terhadap hadis sebenarnya jauh lebih besar ketimbang kebutuhan Hadis
terhadap Al-Quran.
Dari sinilah makalah ini kami susun dengan harapan agar kita semua
semakin lebih mengenali pemahaman kita tentang Hadis dan semakin
memperkaya ilmu pengetahuan kita khususnya tentang Hadis Sebagai Sumber
1
Kedua Ajaran Islam, Dalil Kehujjahan Hadis dan Fungsinya Terhadap Al-
Qur’an.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pemahaman Hadis
Hadis menurut etimologi berarti baru, lawan dari kata lama. Berbicara
mengenai pemahaman tentang Hadis tentunya kita tidak dapat terlepaskan dari
sejarahnya Hadis itu sendiri. Dapat dilihat ketika Nabi Muhammad SAW.,
mendekati batas akhir hayatnya, mayarakat arab telah menjelma menjadi umat
yang terkondisikan dengan baik di atas norma-norma Islam. Dalam keadaan
demikian, beliau merasa telah berhasil merampungkan misi kerasulannya yang
sudah diembannya sejak pertama kali menerima wahyu. Dalam mejalankan
misinya itu, seluruh perilaku dan kondisi yang hadir pada diri Nabi
Muhammad SAW., dipersepsikan sebagai sistem etika universal yang menjadi
sumber hukum yang kedua setelah Al- Qur’an. Sebab sistem etika tersebut
tidak lepas dari kerangka etika Al-Qur’an. Pernyataan ini didukung oleh salah
satu riwayat yang disampaikan oleh ‘Aisyah bahwa prilaku (akhlak)
muhammad adalah Al-Qur’an.1
3
bahkan tidak benar. Untuk tujuan demikian, Hadis diproyeksikan sebagai alat
legitimasi bagi kepentingan individual maupun komunal yang pada ujung-
ujungnya melahirkan hadis maudlu’ (palsu).2
2
Tasbih, Kedudukan Dan Fungsi Hadis Sebagai Sumber Hukum Islam, Al-Fikr, Volume 14,
Nomor 3 (2010), Hlm. 02.
3
Muhammad Alawi Al-Maliki,Ilmu Ushul Hadis (Yogyakarta : April 2005, terjemah Al-
Manhalu Al-Lathiifu Fi Ushuuli Al-Hadisi Al-Syariifi Pustaka Pelajar). Hlm.13-22
4
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis (Jakarta : Desember 2007, Cet. Ke 2 Amzah). Hlm. 25-26
4
Hadis berfungsi sebagai penjelasan atau tambahan terhadap Al-Qur’an.
Tentunya pihak penjelas diberikan peringkat kedua setelah pihak yang
dijelaskan. Teks Al-Qur’an sebagai pokok asal, sedangkan Hadis
sebagiai penjelas atau tafsir yang dibangun karenanya. Dengan
demikian, segala uraian dalam Hadis berasal dari Al-Qur’an.
Sebagaimana firman Allah swt dalam surah Al-An’am (6) : ayat 38.
5
umat muslim mempercayai, menerima dan mengamalkan segala ketentuan
yang terkandung di dalam hadis sejak Rasullah masih hidup. Sepeninggalan
Rasullah semenjak masa Khulafa’ Al-Rasyidin hingga masa-masa selanjutnya
tidak ada yang mengingkarinya. Banyak diantara meraka yang tidak hanya
memahami dan mengamalkan isi kandunganya, akan tetapi meraka menghafal,
memelihara dan menyebarluaskan kepada generasi-genarasi selanjutnya.5
1. Bayan taqrir
Yaitu posisi hadis sebagai penguat (taqrir) atau memperkuat keterangan Al-
Qur’an (ta’kid). Seperti yang dijelaskan pada hadis berikut :
سلرتم بهننتي صتلىَ اه تعلتوينه تو ت سووهل ان ت ضتي اه تعونههتماَ تقاَتل تر ه تعون اْوبننىَ هعتمتر تر ن
سووهل ان تواْنتقاَنم شتهاَتدنة اْتون تل اْنلتهت اْنتلل اه تواْتتن همتحرمدداْ تر ه سلتهم تعتلىَ تخوم س
س ت اْ و نل و
ضاَتن
صوونم ترتم ت صلتنة توناْيِتتاَنء اْلرزتكاَنة تواْولتح ن
ج تو ت اْل ت
Dari Ibn Umar ra.: Rasulullah SAW bersabda: Islam didirikan atas
lima perkara: menyaksikan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan
bahwa Muhammad adlah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan
zakat, puasa, haji dan puasa ramadhan.
5
Munzier Suparta, Ilmu Hadis (Jakarta: Juni 2001,Cet.Ke 6 PT.Raja Grafindo Persada). Hlm.
55-56
6
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis (Jakarta : Desember 2007, Cet. Ke 2 Amzah). Hlm. 11-22
6
Hadis di atas memperkuat keterangan perintah untuk melaksanakan shalat,
zakat, dan puasa dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah (2): ayat 83 dan 183
serta perintah untuk menunaikan ibadah haji pada Surah Ali Imran (3): ayat
97.
2. Bayan tafsir
Yaitu hadis sebagai penjelas (tafsir) terhadap Al-Qur’an dan fungsi ini lah
yang terbanyak. Ada 3 macam yaitu :
a. Tafshil Al Mujmal
َصللى
صللوواْتكتماَ تراْتويِهتموو ننىَ اْه ت
ت
Shalatlah sebagaimana engkau melihat shalatku. (H.R. Muslim)
b. Takhshish Al-Amm
ظ اْوله نت ت
شيتوينن صويهكهم اه نفىَ أتوولتند هكوم نللرذتكنرنم و
شهل تح ل يِهوو ن
Allah mensyari’atkan bagimu tentang (bagian pusaka untuk) anak-
anakmu. Yaitu: bagian seorang anak lelaki sam dengan bagian dua
anak perempuan.
c. Taqyid Al-Muthlaq
َطهعتواْ أتويِنديِتههتما
ساَاْنرقتةه فاَ ت وق ت
ق تواْل ر
ساَنر ه
تواْاْل ر
7
Pencuri lelaki dan perempuan, potonglah tangan-tangan mereka.
3. Bayan naskhi
Imam Hanafi membatasi fungsi bayan ini hanya terhadap Hadis-hadis yang
mutawatir dan masyur, sedangkan terhadap Hadis ahad dia menolaknya.
Seperti kewajiban wasiat yang diterangkan dalam surah Al-Baqarah (2):
ayat 180.
4. Bayan tasyri’i
8
Yaitu Hadis menciptakan hukum syari’at yang belum di jelaskan dalam Al-
Qur’an. Para ulama berbeda pendapat tentang fungsi Hadis sebagai dalil
pada sesuatu hal yang tidak dijelaskan pada Al-Qur’an. Misalnya,
keharaman jual beli dengan berbagai cabangnya menerangkan yang tersirat
dalam Surah An-Nisa’(4): ayat 29 .
1. Dalil Al-Qur’an
7
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis (Jakarta : Desember 2007, Cet. Ke 2 Amzah). Hlm. 27-30
9
b. Perintah beriman kepada Rasulullah SAW di barengakan beriman
kepada Allah SWT, sebagai mana dalam surah An-Nisa’ (4) : ayat
136
10
2. Dalil Hadis
Orang yang tidak berpegang teguh pada pedoman Al-Qur’an dan Hadis
berarti sesat. Kehujahan Hadis sebagai konsekuensi ke ma’shuman Nabi
dari sifat bohong dari segala apa yang beliau sampaikan baik berupa
perkataan,perbuatan dan keteteapannya. Kebenaran Al-Qur’an sebagai
mu’jizat disampaikan oleh Hadis. Demikian juga pemahaman Al-Qur’an
juga dijelaskan oleh Hadis dalam praktek kehidupan beliau.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hadis menurut etimologi berarti baru, lawan dari kata lama. Sedangkan
dalam sejarah perkembangannya Hadis merupakan seluruh perilaku dan
kondisi yang hadir pada diri Nabi Muhammad SAW., dipersepsikan sebagai
sistem etika universal yang menjadi sumber hukum yang kedua setelah Al-
Qur’an. Sebab sistem etika tersebut tidak lepas dari kerangka etika Al-Qur’an.
B. Saran
12
dengan makalah ini. Penyusun banyak berharap kepada para pembaca yang
budiman memberikan kritik saran yang membangun kepada kami demi
sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penyusun para pembaca khusus pada penyusun.
13
DAFTAR PUSTAKA
Tasbih, 2010. Kedudukan Dan Fungsi Hadis Sebagai Sumber Hukum Islam,
Al-Fikr, Volume 14, Nomor 3.
14