Anda di halaman 1dari 7

QASHASH AL QUR’AN

PENDAHULUAN

Alquran merupakan kitab suci pedoman seluruh umat Islam yang memiliki mukjizat paling besar. Oleh
karena itu umat Islam perlu mengkaji lebih jauh terkait isi kandungan Alquran sehingga akan diketahui
hakekat makna dalam Alquran itu. Untuk mengetahui kandungan Alquran itu diperlukan suatu metode
keilmuan yang dikenal dengan nama ulumul quran.

Menurut Az-Zarqani, ulumul quran merupakan suatu bidang studi yang membahas tentang segala
sesuatu yang berhubungan dengan Alquran, baik dilihat dari segi turunnya, urutannya,
pengumpulannya, penulisannya, bacaannya, penafsirannya, kemu’jizatannya, nasikh mansukhnya,
penolakan hal-hal yang menimbulkan keraguan terhadap Alquran dan sebagainya.

Dalam Alquran terdapat beberapa pokok-pokok kandungan. Diantara pokok-pokok kandungan Alquran
adalah aqidah, syariah, akhlak, sejarah, iptek, dan filsafat. Sebagian orang seperti Mahmud Syaltut,
membagi pokok ajaran Alquran menjadi dua pokok ajaran, yaitu Akidah dan Syariah.1 Namun sesuai
dengan tema makalah ini hanya akan dijelaskan secara lebih rinci terkait dengan bidang sejarah.

Kandungan Alquran tentang sejarah atau kisah-kisah disebut dengan istilah Qashashul Quran (kisah-
kisah Alquran). Bahkan ayat-ayat yang berbicara tentang kisah jauh lebih banyak ketimbang ayat-ayat
yang berbicara tentang hukum. Hal ini memberikan isyarat bahwa Alquran sangat perhatian terhadap
masalah kisah, yang memang di dalamnya banyak mengandung pelajaran (ibrah). Sesuai firman Allah
yang artinya: “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang
mempunyai akal. Alquran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab)
yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
beriman”.[QS yusuf : 111].2
1 Mahmud Syaltut, al-Islam Aqidah wa al-Syariah (Beirut: Dar al-Qalam, 1966), hlm. 11

2 murtadlo,ali ”QASHASHUL QUR’AN (Kisah-Kisah Dalam al-Quran)” artikel diakses dari


http://rismaalqomar.wordpress.com/2010/04/29/qashashul-qur%E2%80%99an-kisah-kisah-dalam-al-
quran/

A.PENGERTIAN QASHASH AL QUR’AN

Dari segi bahasa, kata qashash berasal dari bahasa arab al qashshu atau al qishshatu yang berarti
cerita.3 dikatakan ً‫ت أَثَ َره‬ ُ ْ‫صص‬
َ َ‫ ق‬artinya, “saya mengikuti atau mencari jejaknya”. Kata al qashash adalah
bentuk masdar. Firman allah: ‫صصًا‬ ِ َ‫َلى آث‬
َ َ‫ار ِه َماق‬ ٰ ‫( فَارْ تَ َّدا ع‬al kahfi :64). Dan firman allah melalui lisan ibu musa:
‫ت ألُ ِختِ ِه قُصِّ ي ِه‬
ْ َ‫( َوقَال‬dan berkatalah ibu musa kepada saudaranya yang perempuan: ikutilahdia.) [al qashash :
11]. Maksudnya, ikutilah jejaknya sampai kamu melihat siapa yang mengambilnya.

Qashash berarti berita yang berurutan. Firman allah: ‫ق‬ ُّ ‫صصُ ْال َح‬
َ َ‫( إِ ْن هَ َذا لَهُ َو ْالق‬sesungguhnya ini adalah berita
yang benar.) [ali imran : 62]. Sedang al qishah berarti urusan, berita, perkara dan keadaan.

Qashash al qur’an adalah pemberitaan qur’an tentang hal ihwal umat yang telah lalu, nubuwat
(kenabian) yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi.4

B.MACAM-MACAM KISAH DALAM AL QUR’AN DAN KARAKTERISTIKNYA

Kisah-kisah dalam al qur’an ada tiga macam.

Pertama, kisah para Nabi terdahulu. Kisah ini mengandung informasi mengenai dakwah mereka kepada
kaumnya, mukjizat-mukjizat yang memperkuat dakwahnya, sikap orang-orang yang memusuhinya,
tahapan-tahapan dakwah dan perkembangannya serta akibat-akibat yang diterima oleh mereka yang
mempercayai dan golongan yang mendustakan. Misalnya kisah Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Harun dan
Isa.5

3 Ahmad warson munawwir, kamus al munawwir (Yogyakarta: UPBIK pondok pesantren krapyak, 1984),
h. 1210.
4 Al khattan, manna’khalil, studi ilimu-ilmu al qur’an (Bogor; pustaka litera antarnusa, 1996) cetakan ke-
3.

5 al qaththan, op.cit.,h.431

Kedua, kisah-kisah menyangkut pribadi-pribadi dan golongan-golongan dengan segala kejadiannya yang
dinukil oleh Allah untuk dijadikan pelajaran, seperti kisah Maryam, Lukman, Dzulqarnain, Qarun dan
Ashabul kahfi.

Ketiga, kisah-kisah menyangkut peristiwa-peristiwa pada masa Rasulullah SAW. Seperti perang badar,
perang uhud, perang ahzab,bani quraizah, bani nadzir dan zaid bin haritsah dengan abu lahab.6

Karakteristik kisah-kisah dalam al qur’an

Al qur’an tidak menceritakan kejadian dan peristiwa-peristiwa secara berurutan (kronologis). Sebuah
kisah terkadang berulang kali disebutkan dalam al qur,an dan dikemukakan dalam berbagai bentuk yang
berbeda. Disatu tempat ada bagian-bagian yang didahulukan, sedang di tempat lain diakhirkan.
Demikian pula terkadang dikemukakan secara ringkas dan kadang-kadang secara panjang lebar.

Penyajian kisah-kisah dalam al qur’an begitu rupa mengandung beberapa hikmah. Di antaranya,
pertama, menjelaskan balaghah al qur’an dalam tingkat paling tinggi. Kisah yang berulang itu
dikemukakan di setiap tempat dengan uslub yang berbeda satu dengan yang lain serta dituangkan
dalam pola yang berlainan pula, sehingga tidak membuat orang merasa bosan karenannya, bahkan
dapat menambah ke dalam jiwanya makna-makna baru yang tidak didapatkan di saat membacanya di
tempat yang lain.

Kedua, menunjukkan kehebatan al qur’an. Sebab, mengemukakan sesuatu makna dalam berbagai
bentuk susunan kalimat di mana salah satu bentuk pun tidak dapat ditandingi oleh sastrawan arab,
merupakan tantangan dahsyat dan bukti bahwa al qur’an itu datang dari Allah.
Ketiga, mengundang perhatian yang besar terhadap kisah tersebut agar pesan-pesannya lebih mantap
dan melekat dalam jiwa. Hal ini karena pengulangan merupakan salah satu cara pengukuhan dan tanda
betapa besarnya perhatian al qur’an terhadap masalah tersebut. Misalnya kisah Musa dengan Fir’aun.
Kisah ini menggambarkan pergulatan sengit antara kebenaran dengan kebatilan.

Keempat, penyajian seperti itu menunjukkan perbedaan tujuan yang karenannya kisah itu diungkapkan.
Sebagian dari makna-maknanya diterangkan di satu tempat, karena hanya itulah yang diperlukan,
sedangkan makna-makna lainnya dikemukakan di tempat yang lain, sesuai dengan tuntutan keadaan.

6 al utsaimin, op.cit.,h.71

C.TUJUAN KISAH DALAM AL QUR’AN

Cerita dalam al qur’an bukanlah suatu gubahan yang hanya bernilai sastera saja, baik gaya bahasa
maupun cara menggambarkannya peristiwa-peristiwanya. Memang biasanya demikianlah wujudnya,
cerita yang merupakan hasil kesusastraan murni. Bentuknya hanya semata-mata menggambarkan seni
bahasa saja. Tetapi cerita dalam al qur’an merupakan salah satu media untuk mewujudkan tujuannya
yang asli.

Jika dilihat dari keseluruhan kisah yang ada maka tujuan-tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut.

Pertama, salah satu tujuan cerita itu ialah menetapkan adanya wahyu dan kerasulan. Dalam al qur’an
tujuan ini diterangkan dengan jelas di antaranya dalam QS.12 : 2-3 dan QS 28 : 3. Sebelum
mengutarakan cerita nabi musa, lebih dahulu al qur’an menegaskan, “kami membacakan kepadamu
sebagian dari cerita Musa dan Fir’aun dengan sebenarnya untuk kamu yang beriman”. Dalam QS 3 : 44
pada permulaan cerita Maryam disebutkan, “itulah berita yang ghaib, yang kami wahyukan kepadamu”.

Kedua, menerangkan bahwa agama semuanya dari Allah, dari masa Nabi Nuh sampai dengan
masa Nabi Muhammad SAW, bahwa kaum muslimin semuanya merupakan satu umat. Bahwa Allah yang
maha esa adalah tuhan bagi semuanya (QS 21 : 51-92).
Ketiga, menerangkan bahwa agama itu semuanya dasarnya satu dan itu semuanya dari tuhan yang
Maha Esa (QS 7 : 59).

Keempat, menerangkan bahwa cara yang ditempuh oleh nabi-nabi dalam berdakwah itu satu dan
sambutan kaum mereka terhadap dakwahnya itu juga serupa (QS Hud)

Kelima, menerangkan dasar yang sama antara agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad dengan
agama Nabi Ibrahim As., secara khusus, dengan agama-agama bangsa israil pada umumnya dan
menerangkan bahwa hubungan ini lebih erat daripada hubungan yang umum antara semua agama.
Keterangan ini berulang-ulang disebutkan dalam cerita Nabi Ibrahim, Musa dan Isa As.7

7 ghirzin, muhammad “Al qur’an dan ulumul qur’an”.,h. 120

D.FAEDAH KISAH-KISAH AL QUR’AN

Kisah-kisah dalam al qur’an mempunyai banyak faedah. Berikut ini beberapa faedah terpenting
diantaranya:

Menjelaskan asas-asas dakwah menuju Allah dan menjelaskan pokok-pokok syari’at yang dibawa oleh
para Nabi:

“Dan kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan kami wahyukan kepadanya,
bahwa tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku.” (al anbiya : 25)

Meneguhkan hati Rasulullah dan hati umat Muhammad atas agama Allah, memperkuat kepercayaan
orang mukmin tentang menangnya kebenaran dan para pendukungnya serta hancurnya kebatilan dan
para pembelanya.

“Dan semua kisah rasul-rasul yang kami ceritakan kepadamu, adalah kisah-kisah yang dengannya kami
teguhkan hatimu; dan dalam surah ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan
peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (Hud : 120)
Membenarkan para Nabi terdahulu, menghidupkan kenangan terhadap mereka serta mengabadikan
jejak dan peninggalannya.

Menampakkan kebenaran Muhammad dalam dakwahnya dengan apa yang diberitakannya tentang hal
ihwal orang-orang terdahulu di sepanjang kurun dan generasi.

Menyibak kebohongan ahli kitab dengan hujjah yang membeberkan keterangan dan petunjuk yang
mereka sembunyikan dan menantang mereka dengan isi kitab mereka sendiri sebelum kitab itu diubah
dan diganti. Misalnya firman Allah:

“semua makanan adalah halal bagi bani israil melainkan makanan yang diharamkan oleh israil (ya’kub)
untuk dirinya sendiri sebelum taurat diturunkan. Katakanlah: (jika kamu mengatakan ada makanan yang
diharamkan sebelum taurat), maka bawalah taurat itu, lalu bacalah ia jika kamu orang-orang yang
benar.” (Ali imran :93)

Kisah termasuk salah satu bentuk sastra yang dapat menarik perhatian para pendengar dan
memantapkan pesan-pesan yang terkandung di dalamnya ke dalam jiwa. Firman Allah:

“sesungguhnya pada kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal.” (Yusuf : 111).8

8 Al khattan, manna’khalil, studi ilimu-ilmu al qur’an (Bogor; pustaka litera antarnusa, 1996) cetakan ke-
3.

KESIMPULAN

Dari uraian makalah di atas kita dapat mengambil beberapa kesimpulan diantaranya:

Alquran merupakan kitab suci umat Islam dan manusia seluruh alam yang tidak dapat diragukan
kebenarannya dan berlaku sepanjang zaman, baik masa lalu, masa sekarang maupun masa yang akan
datang.

Sebagian isi kandungan dalam Alquran kebanyakan memuat tentang qashas (sejarah) umat-umat
terdahulu sebagai bahan pelajaran bagi umat sekarang (umat Islam).

Qashashul quran adalah kabar-kabar dalam Alquran tentang keadaan-keadaan umat yang telah lalu dan
kenabian masa dahulu, serta peristiwa-peristiwa yang telah terjadi.
Tujuan kisah Alquran adalah untuk memberikan pengertian tentang sesuatu yang terjadi dengan
sebenarnya dan agar dijadikan ibrah (pelajaran) untuk memperkokoh keimanan dan membimbing ke
arah perbuatan yang baik dan benar.

Karakteristik kisah al qur’an adalah Al qur’an tidak menceritakan kejadian dan peristiwa-peristiwa secara
berurutan (kronologis) dan tidak pula memaparkan kisah-kisah itu secara panjang lebar.

Faedah kisah dalam Alquran adalah untuk dakwah menegakkan kalimat tauhid, membantah
kebohongan kaum kafir serta menjadikannya sebagai pelajaran yang amat berharga bagi umat Islam.

DAFTAR PUSTAKA

Mahmud Syaltut, al-Islam Aqidah wa al-Syariah (Beirut: Dar al-Qalam, 1966), hlm. 11

murtadlo,ali ”QASHASHUL QUR’AN (Kisah-Kisah Dalam al-Quran)” artikel diakses dari


http://rismaalqomar.wordpress.com/2010/04/29/qashashul-qur%E2%80%99an-kisah-kisah-dalam-al-
quran/

Ahmad warson munawwir, kamus al munawwir (Yogyakarta: UPBIK pondok pesantren krapyak, 1984), h.
1210.

Al khattan, manna’khalil, studi ilimu-ilmu al qur’an (Bogor; pustaka litera antarnusa, 1996) cetakan ke-3.

ghirzin, muhammad “Al qur’an dan ulumul qur’an”.,h. 120

Anda mungkin juga menyukai