Anda di halaman 1dari 14

QADARIYAH DAN JABARIYAH

DI
S
U
S
U
N

OLEH:

NAMA : T.M. MAHARUL ABRAR

: ZAWIL BIRRI

SEM :1
UNIT :1
PRODI : PAI
DOSEN : Rauzatul Jannah, M.Pd

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT)


AL HILAL SIGLI
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul: “Qadariyah dan Jabariyah”. Shalawat
dan salam kita panjatkan kehadirpat Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
manusia dari alam kegelapan ke alam yang penuh ilmu pengetahuan.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
sebanyak-banyaknya kepada Dosen Pembimbing, atas bimbingan kepada penulis
sehingga tersusunnya makalah ini semoga makalah ini dapat bermanfaat bagai
semua pihak. Penulis menyadari, dalam penulisan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritikan dan
saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan di
masa akan datang.

Sigli, September 2022

Penulis

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 1
BAB II ..................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 2
A. Qadariyah ................................................................................................... 2
B. Aliran Jabariyah ........................................................................................ 6
BAB III ................................................................................................................. 10
PENUTUP ............................................................................................................. 10
A. Kesimpulan ............................................................................................... 10
B. Saran ......................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dimasa ini kita banyak menemukan berbagai macam paham-paham yang
sendiri tapi beragamnya pengertian Islam dari berbagai penganutnya.
Setiap pemikiran akan berdampak pada pemeluknya sehingga menyebabkan
fanatisme yang berlebih untuk membela apa yang mereka yakini. Oleh sebab itu
sering terjadi perselisihan antara pengikut paham tertentu dengan pengikut paham
lainnya.
Islam sebagaimana dijumpai dalam sejarah, ternyata tidak sesempit yang
dipahami pada umumnya. Di dalam ilmu kalam (teologi) terdapat lebih dari satu
aliran yang berkembang. Aliran-aliran tersebut memiliki paham yang berbeda.
Hal ini di sebabkan karena pemikiran para ulama yang bebeda-beda dalam
menafsirkan ayat-ayat Al-quran. Ada ayat-ayat yang menunjukkan bahwa
manusia bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri dan ada pula ayat yang
menunjukkan bahwa segala yang terjadi itu ditentukan oleh Allah, bukan
kewenangan manusia .
Dari perbedaan pendapat inilah lahir aliran yang bernama aliran Qadariyah
dan Jabariyah, yang mana kedua aliran ini memiliki paham yang sangat berbeda.
Di sini penulis akan membahas tentang aliran Jabariyah dan Qadariyah.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dinamakan Aliran Qadariyah ?
2. Kapan munculnya aliran Qadariyah ?
3. Siapa pemimpin Aliran Qadariyah ?
4. Bagaimana Ajaran dan Pengembangan aliran Qadariyah?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Qadariyah
1. Pengertian aliran Qadariyah
Qadariyah berasal dari bahasa arab, yaitu dari qadara yang artinya
kemampuan dan kekuatan. Adapun menurut pengertian terminologi, Qadariyah
adalah satu aliran yang percaya bahwa segala tindakan manusia tidak diintrevensi
oleh Tuhan. Aliran ini berpendapat tiap-tiap orang adalah pencipta bagi segala
perbuatannya, dia dapat berbuat sesuatu atau meninggalkannya atas kehendaknya
sendiri. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dipahami bahwa Qadariyah dipakai
untuk nama suatu aliran yang memberi penekanan atas kebebasan dan kekuatan
manusia dalam mewujudkan perbuatannya.
Aliran Qadariyah pada hakikatnya adalah sebagian dari paham Mu’tazilah,
karena imam-imamnya terdiri dari orang-orang Mu’tazilah. Akan tetapi paham ini
dibicarakan dalam suatu pasal tersendiri, karena sepanjang sejarah persoalan
Qadariyah ini suatu soal yang besar juga, yang harus diperhatikan.
Paham Qadariyah berpendapat bahwa tidak ada alasan yang tepat
menyadarkan segala perbuatan manusia kepada perbuatan tuhan.
Bayak ayat al Qur’an yang mendukung pendapat ini, Misalnya dalam surat Al-
Kahfi : 29

َ‫وَقُ ِلَا ْلح ُّقَمِنْ َر ِّب ُك ْمََۖفمنْ َشاءَف ْل ُي ْؤمِنْ َومنْ َشاءَف ْلي ْكفُ ْر‬
Artinya : Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka
barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang
ingin (kafir) biarlah ia kafir"1.
Misalnya lagi dalam surat Ar-ra’d: 11:

َ‫اباء ْنفُسِ ِه ْم‬


ِ ‫ومَح َّتىيَ ُيغ ِّي ُروام‬
ٍ ‫ابق‬
ِ ‫ءاِنَّ َهللاَالَ ُيغ ِّي ُرم‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka.

1
Abdul Razak dan Rosihon Anwar, 2007.Ilmu Kalam. Bandung. Pustaka Setia, hal. 161

2
Berdasarkan beberapa ayat al-Qur’an ini, mungkin kita berkesimpulan
bahwa pemikiran kodariah berasal dari Internal agama islam sendiri,yakni buah
dari pemahaman yang keliru terhadap ayat-ayat tersebut. Asumsi ini bisa jadi
benar. Tapi, beberapa bukti menguatkan bahwa gagasan itu bukan berasal dari
Tuhan2.
2. Sejarah Timbulnya
Qadariyah mula-mula timbul sekitar tahun 70 H/689M, dipimpin oleh
Ma’bad al juhni al-Bisri dan Ja’had bin Dirham, pada masa pemerintahan
Kholifah Abdul Malik bin Marwan(685-705M).
Latar belakang timbulnya Qadariyah ini sebagai isyarat kebijaksanaan
politik Bani Umayyah yang dianggapnya kejam. Apabila firqah jabariah
berpendapat bahwa Kholifah Bani umayah membunuh orang, hal itu karena
sudah ditakdirkan oleh Allah. Hal ini berarti murupakan topeng kekejamannya,
maka firqoh Qadariah mau membatasi qadar tersebut. Mereka mengatakan
bahwa Allah itu adil, maka Allah akan menghukum orang yang bersalah dan
memberi pahala kepada orang yang berbuat kebaikan. Manusia harus bebas
menentukan nasibnya sendiri dengan memilih perbuatan yang baik atau yang
buruk. Jika Allah telah menentukan lebih dahulu nasib manusia, maka Allah itu
dhalim. Karena itu manusia harus merdeka atau ikthiar atas perbuatannya.
Manusia harus mempunyai kebebasan berkehendak. Orang-orang yang
berpendapat bahwa amal perbuatan manusia itu hanyalah bergantung pada
Qadar Allah saja, selamat atau celaka seseorang itu telah ditentukan oleh Allah
sebelumnya, pendapat itu adalah sesat. Sebab pendapat tersebut berarti
menentang keutamaan Allah. Dan berarti menganggap-Nya yang menjadi
sebab terjadinya kejahatan-kejahatan. Mustahil Allah Swt melakukan
kejahatan.3
Berkaitan dengan persoalan pertama kalinya Qadariyah muncul, ada
baiknya jika meninjau kembali pendapat Ahmad Amin yang menyatakan
kesulitan untuk menentukannya. Para peniti sebelumnya pun belum sepakat

2
Kaisar, Tim Karya Ilmiah, 2008. Aliran-aliran Teologi Islam. Kediri hal. 147
3
Asmuni, Yusran H.M. Ilmu Tauhid, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994. Hal. 139

3
mengenai hal ini karena penganut Qadariyah ketika itu banyak sekali. Sebagian
terdapat di irak dengan bukti bahwa gerakan ini terjadi pada pengajian Hasan
Al-Bashri.
Pendapat ini di kuatkan oleh Ibn Nabatah bahwa yang mencetuskan
pendapat pertama tentang masalah ini adalah seorang kristen di irak yang telah
masuk islam pendapatnya itu diambil oleh Ma’bad dan Ghallian . sebagian lain
berpendapat bahwa faham ini muncul di Damaskus. Diduga disebabkan oleh
orang-orang yang banyak dipekerjakan diistana-istana.

3. Ajaran dan perkembanganya


a. Manusia Mempunyai Qudroh
Ali Mushthafa Al Gurobi antara menyatakan “bahwa sesungguhnya Allah
telah menciptakan manusia dan menjadikan baginya kekuatan agar dapat
melaksanakan apa yang dibebankan oleh Tuhan kepadanya, karena jika Allah
memberi beban kepada manusia, maka beban itu adalah sia-sia, sedangkan
kesia-siaan itu bagi Allah itu adalah suatu hal yang tidak boleh terjadi”.
Pemahaman yang dimiliki Qadariyah ditujukan kepada qudrat yang dimiliki
manusia. Namun terdapat perbedaan antara qudrat manusia dengan qudrat
Tuhan. Qudrat Tuhan bersifat abadi, kekal, berada pada zat Allah, tunggal,
tidak berbilang. Sedangkan qudrat manusia adalah sementara, berproses,
bertambah dan berkurang, dapat hilang.
Harun Nasution menjelaskan pendapat Ghailan tentang doktrin Qadariyah
bahwa manusia berkuasa atas perbuatan-perbuatannya. Manusia sendiri pula
melakukan atau menjauhi perbuatan atau kemampuan dan dayanya sendiri.
Salah seorang pemuka Qadariyah yang lain , An-Nazzam , mengemukakan
bahwa manusia hidup mempunyai daya dan ia berkuasa atas segala
perbuatannya.4
Dari beberapa penjelasan diatas ,dapat di pahami bahwa segala tingkah laku
manusia dilakukan atas kehendaknya sendiri. Manusia mempunyai

4
Harun Nasution, Teologi Islam : Aliran-aliran Sejarah Analisis Perbandingan, (Jakarta:UI-
Press,1986), 33

4
kewenangan untuk melakun segala perbuatan atas kehendaknya sendiri, baik
berbuat baik maupun berbuat jahat.
Oleh karena itu, ia berhak mendapatkan pahala atas kebaikan yang
dilakukannya dan juga berhak mendapatkan pahala atas kebaikan yang
dilakukannya dan juga berhak pula memproleh hukuman atas kejahatan yang
diperbuatnya.
b. Pendapat Aliran Qadariyah Tentang Taqdir
Faham takdir dalam pandang Qadariyah bukanlah dalam pengertian takdir
yang umum di pakai bangsa Arab ketika itu,yaitu faham yang mengatakan
bahwa nasib manusia telah di tentukan terlebih dahulu. Dalam perbuatan-
perbuatannya,manusia hanya bertindak menurut nasib yang telah di tentukan
sejak azali terhadap dirinya.
Dalam faham Qadariyah,takdir itu ketentuan Allah yang di ciptakan-Nya
bagi alam semesta beserta seluruh isinya,sejak azali,yaitu hukum yang dalam
istilah Al-Quran adalah sunatullah. Seseorang diberi ganjaran baik dengan
balasan surga kelak di akhirat dan diberi ganjaran siksa dengan balasan neraka
kelak di akhirat,itu berdasarkan pilihan pribadinya sendiri ,bukan akhir
Tuhan.Sungguh tidak pantas,manusia menerima siksaan atau tindakan salah
yang dilakukan bukan atas keinginan dan kemampuannya sendiri.5
Secara alamiah, sesungguhnya manusia telah mailiki takdir yang tidak
dapat diubah. Manusia dalam dimensi fisiknya tidak dapat berbuat lain, kecuali
mengikuti hukum alam. Misalnya, manusia ditakdirkan oleh Tuhan tidak
mempunyai sirip atau ikan yang mampu berenang dilautan lepas. Demikian
juga manusia tidak mempunyai kekuatan. Seperti gajah yang mampu
membawa barang beratus kilogram, akan tetapi manusia ditakdirkan
mempunyai daya pikir yang kreatif, demikian pula anggota tubuh lainnya yang
dapat berlatih sehingga dapat tampil membuat sesuatu ,dengan daya pikir yang
kreatif dan anggota tubuh yang dapat dilatih terampil. Manusia dapat meniru
apa yang dimiliki ikan. Sehingga ia juga dapat berenang di laut lepas.

5
Anwar, Ilmu Kalam, 73

5
Demikian juga manusia juga dapat membuat benda lain yang dapat
membantunya membawa barang seberat barang yang dibawa gajah. Bahkan
lebih dari itu, disinilah terlihat semakin besar wilayah kebebasan yang dimiliki
manusia. Suatu hal yang benar-benar tidak sanggup diketahui adalah sejauh
mana kebebasan yang dimiliki manusia ? siapa yang membatasi daya imajinasi
manusia? Atau dengan pertanyaan lain, dimana batas akhir kreativitas
manusia?6

B. Aliran Jabariyah
1. Pengertian Jabariyah
Secara bahasa Jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung
pengertian memaksa. Adapun yang dimaksud memaksa adalah semua perbuatan
manusia itu bukan atas kehendak sendiri, namun di tentukan oleh Allah SWT
Sedangkan menurut al-Syahrastani Jabariyah berarti menghilangkan perbuatan
hamba secara hakikat dan menyandarkan perbuatan tersebut kepada Allah SWT.7
Dalam istilah inggris paham jabariyah disebut fatalism atau predestination,
yaitu paham yang menyatakan bahwasanya perbuatan manusia ditentukan sejak
semula oleh qada dan qadar Tuhan.8
Aliran ini muncul di Khurasan, yang dipelopori oleh Jahm bin Sofwan.
Dalam aliran Jabariyah ini manusia sangat lemah, tak berdaya, terikat dengan
kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan, tidak mempunyai kehendak dan kemauan
bebas sebagaimana dimiliki oleh paham Qadariyah.9

2. Sejarah Timbulnya Aliran Jabariyah


Paham Jabariyah pertama kali diperkenalkan oleh Ja’ad bin Dirham,
kemudian disebarluaskan oleh Jahm bin Shafwan dari Khurasan.

6
Rozak , Ilmu Kalam, 161
7
Sufyan Raji Abdullah, Mengenal Alian-aliran dalam Islam, Jakarta: Pustaka Al-Riyadl,
2006, hal. 55.
8
Abudin Nata, Ilmu Kalam, dan tasawuf, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2011, h. 40.
9
Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994, hal. 110.

6
Dalam perkembangan paham ini juga dikembangkan oleh tokoh lainnya yang
antara lain adalah Al Husein bin Muhammad Najjar dan Ja’ad bin Dirrar.
Pendapat lain mengatakan bahwa kemunculan aliran Jabariyah
terpengaruh dari paham ajaran Yahudi dan Nasrani. Yaitu Yahudi yang bersekte
Qurro dan Nasrani yang bersekte Yaqubiyah.
Sebagian ahli sejarah Islam menganggap bahwa Jaad bin Dirham
mengambil paham Jabariyah ini dari seorang Yahudi di Syam. Namun menurut
Abu Zahrah agama Yahudi bukanlah satu-satunya pemilik peran bagi kemunculan
paham ini. Kemunculannya sangat mungkin juga karena pengaruh paham orang-
orang Persia yang banyak berlatar belakang agama Majusi.

3. Ajaran Jabariyah
Menurut Asy-Syahratsani, Jabariyah dikelompokan menjadi dua yaitu
ekstrim dan moderat diantara ajaran Jabariyah ekstrim adalah bahwa segala
perbuatan manusia bukan merupakan perbuatan yang timbul dari kemauannya
sendiri, tetapi perbuatan yang di paksakan atas dirinya. Sedangkan ajaran
Jabariyah moderat adalah bahwa Tuhan menciptakan perbuatan manusia, baik
perbuatan jahat maupun perbuatan baik, tetapi manusia mempunyai bagian di
dalamnya.

Adapun tokoh Jabariyah ekstrim adalah sebagai berikut:


a. Jahm bin Showan
Nama lengkapnya adalah Abu Mahrus Jaham bin Shafwan. Ia berasal dari
Khurasan, bertempat tinggal di Khufah. Sebagai seorang penganut dan
penyebar faham Jabariyah banyak usaha yang di lakukan Jahm yang
tersebar keberbagai tempat, seperti Tirmidz dan Balk. Adapun pendapatnya:
1. Manusia tidak mampu berbuat apa-apa. Kerena tidak ada yang kekal
selain Tuhan.
2. Surga dan neraka tidak kekal.
3. Imam adalah ma’rifat atau membenarkan dalam hati.

7
4. Kalam Tuhan adalah mkhluk. Allah mahasuci dari segala sifat dan
kesempurnaan dengan manusia yang seperti mendengar, berbicara,
melihat dan sebagainya.
b. Ja’ad bin Dirham
Ajaran pokok Ja’ad secara umum sama dengan pemikiran Jahm. Al-
Ghuraby menjelaskan sebagai berikut:
1. Al- Qur’an itu adalah mahluk. Oleh karena itu, dia baru. Sesuatu yang
baru tidak dapat disifatkan kepada Allah.
2. Allah tidak mempunyai sifat yang serupa dengan mahklukNya. Seperti
melihat, mendengar, berbicara, dan sebagainya.
3. Manusia terpaksa oleh Allah dalam segala-galanya.

Sedangkan tokoh-tokoh Jabariyah moderat adalah:


a. An-Najjar
Nama lengkapnya adalah Husain bin Muhammad An-Najjar. di antara
pendapat-pendapatnya adalah:
1. Tuhan menciptakan segala perbuatan manusia, tetapi manusia mengambil
bagian atau peran dalam mewujudkan perbuatan-perbuatan itu.
2. Tuhan tidak dapat dilihat di akhirat. Akan tetapi, An Najjar menyatakan
bahwa Tuhan dapat saja memindahkan potensi hati (ma’rifat) pada mata
sehingga manusia dapat melihat Tuhan.

b. Adh-Dhirar
Nama lengkapnya adalah Dhirar bin amr. Pendapatnya tentang perbuatan
manusia sama dengan Husain An-Najjar, yakni “manusia tidak hanya
merupakan wayang yang digerakkan dalang”, jadi maksudnya adalah manusia
itu mempunyai perwujudan perbuatannya dan tidak semata-mata di paksa
dalam melakukan perbuatannya. Secara tegas Dhirar mengatakan bahwa satu
perbuatan dapat di timbulkan oleh dua pelaku secara bersamaan, artinya

8
perbuatan manusia tidak hanya di timbulkan oleh Tuhan, tetapi juga oleh
manusia itu sendiri.10

4. Ciri-ciri Aliran Jabariyah


Diantara ciri-ciri ajaran Jabariyah adalah :
1. Bahwa manusia tidak mempunyai kebebasan dan ikhtiar apapun, setiap
perbuatan yang baik maupun yang buruk semata Allah yang
menentukannya.
2. Bahwa Allah tidak mempunyai sifat yang sama dengan makhluk
ciptaanNya.
3. Bahwa surga dan neraka tidak kekal, dan akan hancur dan musnah
bersama penghuninya, karena yang kekal dan abadi hanyalah Allah
semata.

10
Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid…hal. 111

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara bahasa Jabariyah berasal dari kata Jabara yang mengandung
pengertian memaksa. Adapun yang dimaksud memaksa adalah semua perbuatan
manusia itu bukan atas kehendak sendiri, namun di tentukan oleh Allah SWT.
Aliran ini muncul di Khurasan, yang dipelopori oleh Ja’ad Ibn Dirham.
Sedangkan Paham Qadariyah adalah nama yang dipakai untuk salah satu aliran
yang memberikan penekanan terhadap kebebasan dan kekuatan manusia dalam
menghasilkan perbuatan-perbuatannya. Tokoh pemikirnya adalah Ma'bad al-
Jauhani.
Menurut Asy-Syahratsani, ajaran Jabariyah dikelompokan menjadi dua
yaitu ekstrim dan moderat. Adapun tokoh ajaran Jabariyah ekstrim yaitu: Jahm bin
Shofwan, Ja’ad bin Dirham. Sedangkan tokoh Jabariyah moderat adalah: An-
Najjar, Adh-Dhirar.
Satu diantara ciri aliran Jabariyah yaitu, bahwa manusia tidak mempunyai
kebebasan dan ikhtiar apapun, setiap perbuatannya baik yang jahat, buruk atau
baik semata Allah semata yang menentukannya. Sedangkan ciri aliran Qadariyah
adalah Manusia berkuasa penuh untuk menentukan nasib dan perbuatannya, maka
perbuatan dan nasib manusia itu dilakukan dan terjadi atas kehendak dirinya
sendiri, tanpa ada campur tangan Allah SWT.
Dalam ajarannya, aliran Qadariyah sangat menekankan posisi manusia yang
amat menentukan dalam gerak laku dan perbuatannya. Manusia dinilai
mempunyai kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya sendiri atau untuk tidak
melaksankan kehendaknya itu.

B. Saran
Melalui makalah yang singkat ini penulis menyarankan kepada segenap
pembaca agar merujuk kepada sumber-sumber lain yang relevan untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Razak dan Rosihon Anwar, 2007.Ilmu Kalam. Bandung. Pustaka Setia
Abdullah, Sufyan Raji, Mengenal Aliran-aliran dalam Islam, Jakarta: Pustaka Al-
Riyadl, 2006.
Anwar, Rosihon, Abdul, Rozak, Ilmu Kalam, Bandunng: CV. Pustaka Setia, 2003.
Asmuni, Yusran H.M. Ilmu Tauhid, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994.
Harun Nasution. 1986. Teologi Islam. Aliran-aliran Sejarah Analisis
Perbandingan. UI-Press
Kaisar, Tim Karya Ilmiah, 2008. Aliran-aliran Teologi Islam. Kediri
Nashruddin dkk, Prof. Dr. 2003. Teologi Islam Tarapan. Solo. Pustaka Mandiri
Nata, Abudin. 2001. Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawwuf. Jakarta: Rajawali Pers
Sahilun A.Nasir, Prof. DR. 2010. Pemikiran Kalam. Jakarta. Rajawali Pers

11

Anda mungkin juga menyukai